Anda di halaman 1dari 15

PBB dan BPHTB

Jodie Angelia Rully


Magister Kenotariatan
Universitas Andalas

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
PENGERTIAN

PBB BPHTB
adalah pungutan atas tanah dan adalah pajak yang dikenakan
bangunan yang muncul karena atas perolehan hak atas tanah
adanya keuntungan dan/atau ke- dan atau bangunan, yang selan-
dudukan sosial ekonomi bagi jutnya disebut pajak. Jadi BPHTB
seseorang atau badan yang adalah sama dengan Pajak Per-
memiliki suatu hak atasnya, atau olehan Hak atas Tanah dan Ban-
memperoleh manfaat dari gunan.
padanya Diatur didalam UU Nomor 20
Diatur didalam UU Nomor 12 Tahun 2000 Tentang Perubahan
Tahun 1994 tentang Perubahan Atas Atas UU Nomor 21 Tahun 1997
UU Nomor 12 Tahun 1985 tentang Tentang Bea Perolehan Hak Atas
Pajak Bumi dan Bangunan. Tanah Dan Bangunan
OBJEK
BPHTB

1. Pemindahan Hak, Hakim yang mempun- atas tanah yang perolehan


karena: yai kekuatan Hukum haknya dikenakan BPHTB
• Jual Beli; Tetap; sebagaimana diatur dalam
• Tukar Menukar; • Penggabungan Usaha; Pasal 2 ayat (3) UU
• Hibah; • Peleburan Usaha; BPHTB meliputi :
• Hibah Wasiat; • Pemekaran Usaha; • Hak Milik;
• Waris; dan • Hak Guna Usaha;
• Pemasukan dalam • Hadiah. • Hak Guna Bangunan;
Perseroan/Badan • Hak Pakai;
Hukum lainnya; 2. Pemberian Hak Baru • Hak Milik atas satuan
• Pemisahan Hak yang karena : Rumah Susun; dan
mengakibatkan perali- • Kelanjutan Pelepasan • Hak Pengelolaan.
han; Hak; dan
• Penunjukan pembeli • Diluar Pelepasan Hak.
dalam Lelang;
OBJEK
PBB

1. Objek Pajak adalah per- • Pemisahan hak Pemberian hak baru


olehan Hak atas tanah yang mengakibatkan karena:
dan/atau bangunan. peralihan; • Kelanjutan pelepasan
2. Perolehan hak atas tanah • Penunjukan pembeli hak; atau
dan/atau bangunan seba- dalam lelang; • Diluar pelepasan hak.
gaimana dimaksud pada • Pelaksanaan putu- Hak atas tanah seba-
ayat (1) meliputi Pe- san hakim yang gaimana dimaksud pada
mindahan hak karena: mempunyai keku- ayat (1) adalah:
• Jual Beli; atan hukum tetap; • Hak milik;
• Tukar Menukar; • Penggabungan us- • Hak guna Usaha;
• Hibah; aha; • Hak guna Bangunan;
• Hibah Wasiat; • Peleburan usaha; • Hak pakai;
• Waris; • Pemekaran usaha; • Hak milik atau satuan
• Pemasukan dalam atau rumah susun; dan
perseroan atau • Hadiah. • Hak pengelolaan.
badan hukum lain;
OBJEK TIDAK KENAK PAJAK
BPHTB

1. Objek yang diperoleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasar azas per-


lakuan timbal balik;
2. Objek yang diperoleh negara untuk penyelenggaraan pemerintahan dan
atau untuk pelaksanaan pembangunan guna kepentingan umum;
3. Objek yang diperoleh Badan/Perwakilan organisasi internasional yang
ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat tidak
menjalankan usaha/kegiatan lain diluar fungsi dan tugasnya;
4. Objek yang diperoleh orang pribadi/Badan karena KONVERSI HAK
atau karena perbuatan Hukum lain dengan tidak adanya perubahan
nama;
5. Objek yang diperoleh orang pribadi/Badan karena WAKAF; dan
6. Objek yang diperoleh orang pribadi/Badan karena kepentingan
IBADAH.
OBJEK TIDAK KENAK PAJAK
PBB

Objek Pajak yang tidak dikenakan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
adalah objek pajak yang diperoleh:
1. Perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik;
2. Negara atau daerah untuk penyelenggaraan pemerintah dan/atau untuk
pelaksanaan pembangunan guna kepentingan umum;
3. Badan atau perwakilan lembaga Internasional yang ditetapkan dengan Per-
aturan Menteri Keuangan dengan syarat tidak menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan lain di luar fungsi dan tugas badan atau perwakilan or-
ganisasi tersebut;
4. Orang pribadi atau badan karena konvensi hak atau karena perbuatan
hukum lain dengan tidak adanya perubahan nama;
5. Orang pribadi atau badan karena wakaf; dan
6. Orang pribadi atau badan yang digunakan untuk kepentingan ibadah.
BPHTB

SUBJEK WAJIB PAJAK


Yang menjadi subjek BPHTB Subjek pajak BPHTB sesuai
Pasal 4 adalah orang pribadi dengan ketentuan tersebut diatas
atau badan yang memperoleh menjadi wajib pajak BPHTB apa-
hak atas Tanah dan atau Bangu- bila dikenakan kewajiban mem-
nan. bayar pajak.

TARIF
Pasal 5 UU BPHTB menyatakan
bahwa tarif BPHTB merupakan
tarif tunggal sebesar 5 %. Penen-
tuan tarif tunggal ini dimaksud-
kan untuk kesederhanaan dan
kemudahan perhitungan.
PBB

SUBJEK WAJIB PAJAK


Dalam Pasal 4 Yang menjadi subyek Subyek pajak sebagaimana dimaksud
pajak adalah orang atau badan yang dalam ayat (1) yang dikenakan kewa-
secara nyata mempunyai suatu hak jiban membayar pajak menjadi wajib
atas bumi, dan/atau memperoleh man- pajak menurut Undang-undang ini.
faat atas bumi, dan/atau memiliki, Dalam hal atas suatu obyek pajak
menguasai, dan/atau memperoleh belum jelas diketahui wajib pajaknya,
manfaat atas bangunan Direktur Jenderal Pajak dapat mene-
tapkan subyek pajak sebagaimana di-
maksud dalam ayat (1) sebagai wajib
pajak. Subyek pajak yang ditetapkan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3)
dapat memberikan keterangan secara
tertulis kepada Direktur Jenderal Pajak
TARIF bahwa ia bukan wajib pajak terhadap
Terdapat dalam Pasal 5 yaitu Tarif pa- obyek pajak dimaksud.
jak yang dikenakan atas obyek pajak
adalah sebesar 0,5% (lima persepuluh
persen).
DASAR PENGENAAN
BPHTB

Yang menjadi dasar pengenaan BPHTB adalah Nilai Perolehan Objek


Pajak atau disingkat NPOP sesuai ketentuan Pasal 6 UU BPHTB.

Menurut ketentuan Pasal 6 ayat (3), bila NPOP tidak diketahui atau
NPOP lebih rendah dari NJOP PBB maka yang menjadi dasar penge-
naan adalah NJOP PBB dan apabila NJOP PBB belum ditetapkan maka
sesuai dengan ketentuan Pasal 6 ayat (4) besarnya NJOP PBB ditetap-
kan oleh Menteri Keuangan.
CARA MENGHITUNG
BPHTB

Untuk menghitung besarnya Nilai Perolehan Objek Pajak

Kena Pajak (NPOPKP) adalah dengan cara mengu-


rangkan
NPOP dengan NPOPTKP. Dengan demikian untuk
menghitung besarnya BPHTB terutang adalah:
BPHTB terutang =
Tarif x NPOPKP atau 5% x (NPOP – NPOPTKP)
DASAR PENGENAAN
PBB

Terdapat dalam Pasal 6 Dasar pengenaan pajak adalah Nilai


Jual Obyek Pajak.
Besarnya Nilai Jual Obyek Pajak sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) ditetapkan setiap tiga tahun oleh Menteri Keuangan,
kecuali untuk daerah tertentu ditetapkan setiap tahun sesuai
perkembangan daerahnya.
CARA MENGHITUNG
PBB

Pasal 6 yaitu Dasar penghitungan pajak adalah Nilai Jual Kena Pajak
yang ditetapkan serendahrendahnya 20% (dua puluh persen) dan set-
inggi-tingginya 100% (seratus persen) dari Nilai Jual Obyek Pajak. (4)
Besarnya persentase Nilai Jual Kena Pajak sebagaimana dimaksud
dalam` ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dengan mem-
perhatikan kondisi ekonomi nasional
PBB
Kota Padang

Peraturan Walikota Padang Nomor 4 Tahun 2013 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemu-
ngutan Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan.
Pasal 12
1. Besaran pokok PBB-P2 yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif seba -
gaimana dimaksud dalam Pasal 11 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimak -
sud dalam Pasal 10 setelah dikurangi NJOPTKP.
Besaran Pokok PBB-P2 = Tarif x (NJOP – NJOPTKP )
2. Penghitungan besaran PBB-P2 dituangkan dalam SPPT.
Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak ( NJOPTKP )
PBB
Kota Padang

Pasal 11 Pasal 13
Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan (1) Besarnya NJOPTKP PBB-P2 ditetap-
dan Perkotaan (PBB-P2) sebagai berikut: kan sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh
a. untuk NJOP dibawah Rp. juta rupiah) untuk setiap Wajib Pajak.
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) (2) Apabila Wajib Pajak mempunyai lebih
ditetapkan sebesar 0,1% (nol koma dari 1 (satu) Objek Pajak berupa bumi
satu persen per tahun; atau bangunan, maka NJOPTKP dike-
b. untuk NJOP mulai dengan Rp. nakan untuk 1 Objek Pajak bumi atau
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) bangunan.
ditetapkan sebesar 0,2 % (nol koma
dua persen) per tahun.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai