PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN PBB, BPHTB, DAN BEA MATERAI
1.1 Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Pajak Bumi dan Bangunan adalah pungutan atas tanah dan bangunan yang
muncul karena adanya keuntungan dan/atau kedudukan sosial ekonomi bagi
seseorang atau badan yang memiliki suatu hak atasnya, atau memperoleh manfaat
dari padanya.
Jika dilihat dari sifatnya, Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak yang
bersifat kebendaan. Artinya, besaran pajak terutang ditentukan dari keadaan objek
yaitu bumi dan/atau bangunan. Sedangkan keadaan subjeknya tidak ikut
menentukan besarnya barang.
1.2 Pengertian Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
BPHTB (Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan) adalah objek pajak
yang dikenakan lantaran ada perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.
Pemindahan hak tersebut muncul akibat proses jual beli, tukar menukar,
hibah, hibah wasiat, pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lain, pemisahan
hak yang mengakibatkan peralihan, penunjukan pembeli dalam lelang, pelaksanaan
putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap, penggabungan usaha,
peleburan usaha, pemekaran usaha atau hadiah.
1
sering juga disebut oleh Undang-Undang Bea Meterai 1985 atas suatu keadaan,
perbuatan, atau pun peristiwa dalam masyarakat.
2.2 Dasar Hukum Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Adapun dasar hukum Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah:
1. Undang-undang Nomor 21 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak atas
2
Tanah dan Bangunan.Undang-undang ini menggantikan Ordonasi Bea Balik
Nama Staatsblad 1924 Nomor 291.
2. Peraturan Pemerintah No.111 Tahun 2000 tentang Pengenaan BPHTB
karena waris dan hibah
3. Peraturan Pemerintah No.112 Tahun 2000 tentang Pengenaan BPHTB
karena pemberian Hak Pengelolaan
4. Peraturan Pemerintah No.113 Tahun 2000 tentang Penentuan Besarnya
NPOPTKP BPHTB.
3
Subjek Pajak Bumi dan Bangunan
Yang termasuk dalam subjek PBB adalah :
1. Yang menjadi subjek pajak adalah orang atau badan yang secara nyata
mempunyai suatu hak atas bumi, dan atau memperoleh manfaat atas bumi, dan
atau memiliki, menguasai, dan atau memperoleh manfaat atas bangunan.
Dengan demikian, tanda pembayaran /pelunasaan pajak bukan merupakan bukti
pemilikan hak.
2. Subjek pajak sebagaimana dimaksud dalam no. 1 yang dikenakan kewajiban
membayar pajak menjadi wajib pajak.
3. Dalam hal atas suatu objek pajak belum jelas diketahui wajib pajaknya, Direktur
Jenderal Pajak dapat menetapkan subjek pajak sebagaimana dimaksud no.1
sebagai Wajib Pajak.
Hal ini berarti memberikan kewenangan kepada Dirjen Pajak untuk menentukan
subjek Wajib Pajak, apabila suatu objek pajak belum jelas Wajib Pajaknya.
Untuk lebih jelasnya, terdapat contoh yang akan meningkatkan pemahaman
terhadap objek dari PPB ini, yaitu :
a. Subjek pajak X memanfaatkan atau menggunakan bumi dan atau bangunan
milik Y bukan karena suatu hak berdasarkan undang-undang atau bukan
karena perjanjian, maka X yang memanfaatkan/menggunakan bumi dan
atau bangunan ditetapkan sebagai Wajib Pajak.
b. Suatu objek pajak yang masih dalam sengketa pemilikan di pengadilan,
maka orang atau badan yang memanfaatkan/menggunakan objek pajak
tersebut ditetapkan sebagai Wajib Pajak.
c. Subjek pajak dalam waktu yang lama berada di luar wilayah letak objek
pajak, sedangkan untuk merawat objek pajak tersebut dikuasakan kepada
orang atau badan, maka orang atau badan yang diberi kuasa dapat ditunjuk
sebagai Wajib Pajak. Penunjukan sebagai Wajib Pajak oleh Dirjen Pajak
bukan merupakan bukti pemilikan hak.
4. Subjek pajak yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam no. 3 dapat
memberikan keterangan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Pajak bahwa
ia bukan Wajib Pajak terhadap objek pajak dimaksud.
5. Bila keterangan yang diajukan oleh Wajib Pajak dalam no. 4 disetujui, maka
Direktur Jenderal Pajak membatalkan penetapan sebagai Wajib Pajak
4
sebagaimana dalam no.3 dalam jangka waktu satu bulan sejak diterimanya surat
keterangan dimaksud.
6. Bila keterangan yang diajukan itu tidak disetujui, maka Direktur Jenderal Pajak
mengeluarkan surat keputusan penolakan dengan disertai alasan-alasannya.
7. Apabila setelah jangka waktu satu bulan sejak tanggal diterimanya keterangan
sebgaimana dalam no. 4 Direktur Jenderal Pajak tidak memberikan keputusan,
maka keterangan yang diaujukan itu dianggap disetujui dan ketetapan sebagai
Wajib Pajak gugur dengan sendirinya dan berhak mendapatkan keputusan
pencabutan penetapan sebagai Wajib Pajak.
6
Untuk lebih jelasnya, berikut merupakan contoh kasusnya :
Seorang Wajib Pajak mempunyai objek pajak berupa bumi dengan nilai
Rp4.000.000,00 dan besarnya NJOPTKP untuk objek pajak wilayah tersebut
adalah Rp6.000.000,00. Karena NJOP berada di bawah batas NJOPTKP
(Rp6.000.000,00), maka objek pajak tersebut tidak dikenakan Pajak Bumi dan
Bangunan.
3.2 Subjek dan Objek Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Adapun subjek dan objek Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan sebagai
berikut:
7
2. Pemberian hak baru karena :
a. Kelanjutan pelepasan hak
b. Di luar pelepasan hak
8
Objek Bea Materai
Pada dasarnya, objek bea materai yaitu berupa dokumen yang menyatakan
nominal hingga jumlah tertentu, dokumen yang bersifat perdata dan dokumen yang
digunakan di pengadilan. Adapun objek bea materai antara lain :
1. Surat perjanjian dan surat-surat lain yang dibuat dengan tujuan sebagai
pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata.
2. Akta notaris beserta salinannya.
3. Akta pejabat pembuat akta tanah beserta rangkapnya.
4. Surat berharga.
5. Efek.
6. Dokumen yang digunakan untuk pembuktian di pengadilan.
10
1. Objek pajak perkebunan adalah 40%
Dimana :
1. NJKP adalah Nilai Jual Kena Pajak
2. NJKP = NJOP – NJOPTKP
3. NJOP adalah Nilai Jual Objek Pajak. Besaran nilai ini menjadi ukuran
yang mempengaruhi besaran Pajak Bumi dan Bangunan terutang.
Semakin tinggi NJOP, semakin tinggi pula PBB yang harus Anda
bayarkan. NJOP terdiri dari dua jenis, yaitu NJOP Bumi dan NJOP
Bangunan. Penjumlahan nilai dari kedua jenis NJOP tersebut
menjadi NJOP sebagai Dasar Pengenaan PBB.
4. NJOP sebagai Dasar Pengenaan PBB = NJOP Bumi + NJOP Bangunan
5. Nilai NJOP nantinya akan digunakan sebagai perhitungan final NJKP.
Apabila nilai NJOP lebih dari sama dengan Rp1.000.000.000,
maka NJKP -nya sebesar 40 persen. Sementara NJOP kurang dari
Rp1.000.000.000, maka NJKP –nya 20 persen.
6. Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) di setiap daerah
berbeda-beda. Besaran maksimalnya adalah Rp 12 juta.
11
Secara Offline
Penyetoran PBB secara offline dapat dilakukan melalui Bank atau
Kantor Pos dan Giro tempat pembayaran yang tercantum pada SPPT.
Wajib pajak perlu menunjukkan Surat Pemberitahuan Pajak
Terutang (SPPT) PBB dan sebagai bukti pembayarannya wajib pajak akan
menerima Surat Tanda Terima Setoran (STTS). Apabila SPPT tahunan
belum diterima oleh wajib pajak, maka wajib pajak dapat menunjukkan
SPPT tahunan sebelumnya.
Jika wajib pajak membayar atau melunasi PBB melalui petugas
pemungut, sebagai bukti pembayaran akan diberikan Tanda Terima
Sementara (TTS). Selanjutnya oleh petugas pemungut dimasukkan dalam
daftar penerimaan harian (DPH PBB) dan disetorkan ke tempat pembayaran
yang telah ditentukan.
Setelah itu petugas pemungut menyetorkan hasil penerimaan PBB
dari wajib pajak ke Bank atau KPG tempat pembayaran yang ditunjuk,
sebagaimana tercantum dalam SPPT/SKP/STP dengan menggunakan DPH
dalam rangkap dengan ketentuan yang telah diberlakukan.
Secara Online
Untuk meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak, pembayaran
PBB juga dapat dilakukan melalui tempat pembayaran elektronik yang
disediakan bank seperti ATM/teller/fasilitas lain. Keuntungan pembayaran
PBB melalui tempat pembayaran elektronik ini adalah:
1. Melayani pembayaran PBB atas objek pajak di seluruh Indonesia
2. Tidak terikat pada hari kerja dan jam operasional bank untuk
pembayaran PBB
3. Terhindar dari antrean di bank pada saat pembayaran PBB
Formulir SSP PBB ini dibuat dalam rangkap 4 (empat), dengan peruntukan
sebagai berikut:
1) Lembar ke-1:untuk Wajib Pajak;
2) Lembar ke-2:untuk Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
(KPPN) dilaporkan oleh Bank Persepsi/PosPersepsi;
3) Lembar ke-3:untuk Kantor Pelayanan Pajak dilaporkan oleh Wajib
Pajak;
4) Lembar ke-4:untuk Bank Persepsi/Pos Persepsi.
13
b. Perhitungan Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Dasar Perhitungan Tarif BPHTB adalah:
BPHTB = Tarif Pajak 5% x Dasar Pengenaan Pajak (NPOP – NPOPTKP)
c. Tata Cara Pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Ketentuan tata cara pembayaran BPHTB tercantum dalam pasal 10
UU BPHTB yang dijabarkan lebih lanjut dengan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 517/KMK.04/2000 tanggal 14 Desember 2000 yang
kemudian ditindak lanjuti dengan Keputusan Dirjen Pajak Nomor
269/PJ/2001 tanggal 2 April 2001 dan Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor
09/PJ.6/2001 tanggal 6 April 2001 yang intinya adalah sebagai berikut :
a Pembayaran tidak mendasarkan kepada adanya Surat Ketetapan Pajak.
b Dibayar dengan menggunakan Surat Setoran Bea ( SSB ) ke Kas Negara
melalui Bank/Kantor Pos atau Tempat Pembayaran lain yg ditunjuk
c SSB juga berfungsi sebagai SPOP dan sekaligus digunakan untuk
melaporkan data perolehan hak atas tanah dan atau bangunan
14
4.3 Bea Materai
Adapun tarif atas pengenaan bea materai adalah sebagai berikut:
Dokumen Tarif
15
· Yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp250.000,00
Rp3.000,00
sampai dengan Rp1.000.000
Tidak
Surat berharga seperti wesel, promes dan aksep:
dikenakan
Cek dan Bilyet Giro dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar
Rp3.000,00
Rp3.000,00 tanpa batas pengenaan besarnya harga nominal
Efek dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang: Rp3.000,00
Sekumpulan efek dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang
Rp3.000,00
tercantum dalam surat kolektif yang:
Jumlah uang ataupun harga nominal yang disebut di atas termasuk juga
jumlah uang ataupun harga nominal yang dinyatakan dalam mata uang asing.
Untuk menentukan nilai rupiahnya maka jumlah uang atau harga nominal
tersebut dikalikan dengan nilai tukar yang ditetapkan oleh Menteri keuangan yang
16
berlaku pada saat dokumen itu dibuat, sehingga dapat diketahui apakah dokumen
tersebut dikenakan atau tidak dikenakan Bea Meterai.
Pihak-pihak yang memegang surat perjanjian atau surat-surat lainnya,
seperti surat kuasa, surat hibah, dan surat pernyataan, dibebani kewajiban untuk
membayar Bea Meterai atas surat perjanjian atau surat-surat yang dipegangnya.
Diketahui :
1. NJOP Bangunan 200 x Rp2.000.000 = Rp400.000.000
2. NJOP Bumi 250 x Rp2.000.000 = Rp500.000.000
3. NJOP sebagai Dasar Pengenaan PBB = Rp400.000.000 + Rp500.000.000 =
Rp900.000.000
4. NJOPTKP = Rp12.000.000
Ditanya :
Berapakah PBB terutang yang harus dibayar Ibu Muraeni?
Penyelesaian :
NJOP = NJOP – NJOTKP
= Rp900.000.000 – Rp12.000.000
= Rp 888.000.000 (berarti NJKP 20%)
17
NJKP = 20% x Rp888.000.000
= Rp 177.600.000
Contoh Kasus
Thomas membeli tanah seharga Rp200.000.000 di Sumatra. Maka, perhitungan
tarif BPHTB-nya adalah:
Diketahui :
NPOP :Rp200.000.000
NPOPTKP :Rp80.000.000
Ditanya :
Tarif BPHTB yang harus dibayar
Jawab :
BPHTB yang dibayar = Tarif Pajak 5% x Dasar Pengenaan Pajak
= Tarif Pajak 5% x (NPOP – NPOPTKP)
= 5% x (Rp200.000.000 – Rp80.000.000)
= 5% x Rp120.000.000
= Rp6.000.000
Maka, tarif BPHTB yang harus dibayar Budi sebesar Rp6.000.000
18
5.3 Bea Materai
Pengenaan bea materai atas objek bea materai dapat dihitung sesuai dengan tariff
masing-masing objek.
PT Angin Ribut memiliki dokumen rata-rata 100 buahh perhari yang harus
bermaterai. Perusahaan ini biasanya menggunakan mesin teraan untuk
mempermudah pelunasan Bea Materai Apabila perusahaan ini lupa memateraikan
100 dokumen yang merupakan tagihan untuk kliennya yang nilai tagihan untuk
masing-masing dokumen sebesar Rp 1.000.000,00 dan dokumen trsebuut telah
dipergunakan, berapa bea materai yang harus dibayar PT Angin Ribut berikut
sanksinya?
Jawab :
Jadi, Bea Materai yang terutang dan masih harus dibayar adalah sebesar
Rp1.800.000,00
19
DAFTAR PUSTAKA
DJP. 2017. Surat Setoran Pajak PBB. https://www.pajak.go.id. Diakses tanggal 24 November
2019
Mekari. 2018. Tata Cara Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan. https://klikpajak.id.
Diakses tanggal 24 November 2019
Mekari. 2018. Tarif Pajak Bumi dan Bangnan. https://klikpajak.id. Diakses tanggal 24
November 2019
Sandy, Fajar Billy. 2019. Tarif dan tata cara perhitungan BPHTB. https://www.online-
pajak.com. Diakses tanggal 25 November 2019
Si Manis. 2018. “Pengertian Bea Materai, Fungsi, Subjek, Objek dan Tarif Bea Materai
Terlengkap” dalam https://www.pelajaran.co.id/2018/04/pengertian-bea-materai-
fungsi-subjek-objek-dan-tarif-bea-materai-terlengkap.html. Diakses 21 November
2019.
Priaji, Dzkwaan. PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) Dasar Hukum. http://zakwaan-
priaji.blogspot.com/2013/07/pajak-bumi-dan-bangunan-pbb-dasar-hukum.html.
Diakses 21 November 2019.
Rasmankhan. 2016. “Pajak Bumi Dan Bangunan (Pbb), Bphtb Dan Bea Materai” dalam
http://rasmankhan.blogspot.com/2016/03/makalah-pajak-bumi-dan-bangunan-
pbb.html. Diakses 21 November 2019.
20
Unknown. 2010. BPHT. http://pelayanan-pajak.blogspot.com. Diakses tanggal 25 November
2019
21