Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Pajak bumi dan bangunan

Makalah ini disusun Untuk memenuhi tugas mata kuliah HUKUM PAJAK yang di bimbing
oleh. Bapak lasan

Auliatusholehah

Moh Rudiyanto.

PRODY HUKUM EKONOMI SYARIAH

SEKOLAH TINGGI ILMU SYARIAH AS-SALAFIYAH

SUMBER DUKO PAKONG PAMEKASAN

TAHUN AKADEMIK 2021/2022

1
KATAPENGANTAR

Alhamduliah segala puji bagi Allah SWT, tuhan alam semesta karena dengan rahmat
dan taufiknya kami bisa menyelesesaikan makalah ini dengan baik sesuai kadar waktu yang
telah di tentukan , Makalah ini di buat agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang HUKUM
PAJAK

Tujuan kami menyusun makalah adalah sebagai persyaratan tugas mata kuliyah
HUKUM PAJAK semuga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang selalu memberikan
doa dan semangat yang selalu menyertai kami.

Pamekasan, 02 Oktober2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
2. Rumusan masalah
3. Tujuan penulisan
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian pajak bumi dan bangunan
2. Subjek pajak dari pajak bumi dan bangunan
3. Objek pajak bumi dan bangunan
4. Objek pajak bumi dan bangunan yang dikecualikan
5. Dasar hukum pajak bumi dan bangunan
6. Tarif dan dasar perhitungan pajak
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pajak adalah gejala masyarakat,artinya pajak hanya ada di dalam masyarakat.
Masyarakat adalah sekumpulan orang yang pada ssuatu waktu berkumpul untuk tujuan
tertentu. Masyarakat terdiri dari individu,individu memiliki kepentingan sendiri dan
kehidupan sendiri.
Penghasilan negara berasal dari rakyatnya melalui pungutan pajak,dan dari hasil
kekayaan alam yang ada di dalam negeri. Dua sumber itu merupakan sumber yang
terpenting dan memberikan penghasilan kepada negara.
Pungutan pajak mengurangi penghasilan atau kekayaan individu, tetapi
sebaliknya merupakan penghasilan masyarakat yang kemudian dikembalikan lagi
kepada masyarakat. Pengembalian ini dapat melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan
pengeluaran_pengeluaran pembangunan yang akhirnya kembali lagi kepada seluruh
masyarakat yang bermanfaat bagi rakyat .baik yang membayar pajak atau tidak.
Ada banyak macam pajak salah satunya pajak bumi dan bangunan.pajak bumi
dan bangunan pajak yang bersifat kebendaan .
B. RUMUSaN MASALAH
1. Apa yang di maksud pajak bumi dan bangunan
2. Apa subjek pajak bumi dan bangunan
3. Apa objek pajak bumi dan bangunan
4. Apa objek pajak bumi dan bangunan yang di kecualikan
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud pajak bumi dan bangunan
2. Untuk mengetahui apa saja subjek pajak bumi dan bangunan
3. Untuk mengetahui apa objek pajak bumi dan bangunan
4. Untuk mengetahui apa objek pajak bumi dan bangunan uang di kecualikan

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

Ada beberapa macam pengertian atau definisi mengenai pajak bumi bangunan yang
diungkapkan oleh beberapa ahli, tetapi pada intinya berbagai definisi tersebut mempunyai inti
dan maksud yang sama. Di antara para ahli mendefinisikan pajak bumi dan bangunanseperti
berikut:

PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dan besarnya pajak terutang ditentukan oleh
keadaan objek, yaitubumi/tanah dan bangunan. Keadaan subjek (siapa yang membayar) tidak
dapat menentukan besar pajak

Pajak bumi dan bangunan adalah pajak yang di kenakan atas bumidan bangunan.subjek
pajak dalam pbb adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu atas bumidan
atau memperoleh manfaat atas bumi dan atau memiliki pengunguasaan dan ataau
memperoleh manfaat atas bangunan

Pajak bumi dan bangunan adajah pajak yang bersifar objektif yang artinya bahwa
besarnya pajak yang terutang di tentukan oleh keadaan objeknya yaitu bumi(tanah)atau
bangunan .kondisi keadaan dari subjek pajaknya (siapa yang menjadi penanggung atau
pembayar PBB).tidak ikut dalam menentukan besarnya pajak.

B.SUBJEKPAJAKDARIPAJAKBUMIDANBANGUNAN

Subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata:

1. Mempunyai suatu hak atas bumi;dan/atau

2. Memperoleh manfaat atas bumi;dan/atau

3. Memiliki, menguasai atas bangunan;dan /atau

4. Memperoleh manfaat atas bangunan.

C . OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

Objek pajak bumi dan bangunan adalah"bumi dan/atau bangunan".

BUMI: Permukaan bumi (tanah dan perairan ) dan tubuh bumi yang ada di bawahnya.

5
Contoh: sawah, ladang, kebun, tanah pekarangan, tambang dan lain-lainnya.

BANGUNAN: Kontruksi teknik yang di tanamkan atau di lekatkan secara tetap pada
tanah dan/atau perairan di wilayah republik Indonesia.

Contoh: Rumaha tempat tinggal, bangunan tempat usaha, gedung


bertingkat,pusat perbelanjaan, jalan tol, kolam renang, anjungan minyak lepas
pantai, dan lain-lainnya.

D. OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN YANG DI KECUALIKAN.


Objek yang di KECUALIKAN adalah:
1. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah, sosial,
pendidikan, dan kebudayaan nasional yang tidak dimaksudkan memperoleh keuntungan
seperti masjid, gereja, rumah sakit pemerintah,sekolah, panti asuhan, candi, dan lain-
lainnya.
2. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala.
3. Merupakan hutan lindung, suaka alam, hutan wisata, taman nasional dan lain-lainnya
4. Dimiliki oleh perwakilan diplomatik berdasarkan asas timbal balik dan organisasi
internasional yang ditentukan oleh menteri keuangan.
E. DASAR HUKUM PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

Hukum pajak yang juga sering disebut hukum fiskal yaitu kumpulan peraturan tertulis yang
mengatur hubungan antara pemerintah sebagai pemungut pajak dengan rakyat sebagai pembayar
pajak.hukum pajak ada dua yaitu (1) hukum pajak material dan (2) hukum pajak formil.
Hukum pajak material adalah jiwa suatu hukum/perundang-undangan yang mengikat para
pelaku hukum, baik disebutkan secara eksplisit maupun tidak. Seperti yang disebutkan dalam Undang-
Undang Dasar1945 Pasal 23 Ayat (2) yang berbunyi: Segala pajak untuk keperluanNegara berdasarkan
Undang –undang.Hukum pajak formil adalah hukum/peraturan formil yang menjelaskansiapa (subjek),
apa (obyek), berapa besar, bagaimana, dan kapan suatupelaksanaan penetapan, pengenaan dan
penagihan pajak.Undang–Undang, peraturan serta keputusan pejabat Negara yangdiuraikan dibawah ini
merupakan sebagian mengenai hukum pajakformil, khususnya yang berkaitan dengan pajak Bumi dan
Bangunanyang berlaku saat ini.

Dasar hukum Pajak Bumi dan Bangunan adalah sebagai berikut:


a) Undang-undang No.12/Tahun 1985 sebagaimana telah di ubah dengan
undang-undang No.12/Tahun 1994 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan.
b) Peraturan Pemerintah No.25/Tahun 2002 Tentag Penetapan besarnya Nilai
Jual Kena pajak untuk Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan.
c) Peraturan Pemerintah No.16/Tahun 2000 Tentang Pembagian Hasil
Penerimaan PBB antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
d) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 532/KMK.04/1998 yang telah diganti
peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 150/PMK.03/2010 Tentang Klasifikasi dan

6
Besarnya NJOP sebagai Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan.
e) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 201/KMK.04/2000 YANG TELAH
DIGANTI Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 67/PMK.03/2011 Tentang Penetapan
Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak.
f) Keputusan Drektur Jenderal Pajak Nomor 533/PJ/2000 Tentang Petunjuk
pelaksanaan Pendaftaran, Pendataan, dan Penilaian Objek dan Subjek Pajak PBB dalam Rangka
Pembentukkan dan/atau Pemeliharaan Basis Data SISMIOP.
g) Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 16/PJ.6/1998 yang telah diganti Peraturan Direktur
Jenderal pajak Nomor PER – 64/PJ/2010 Tentang Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan.
h) Petunjuk Pelaksanaan Lainnya.

F. TARIF DAN DASAR PERHITUNGAN PAJAK.


Tarif dan dasar perhitungan pajak atau pengenaan pajak adalah sebagai berikut: 1
a) Tarif pajak yang dikenakan atas objek pajak adalah sebesar 0,5% (lima persen persepuluh
persen)
b) Dasar pengenaan pajak adalah Nilai Jual Objek Pajak.
c) Besar Nilai Objek Pajak ditetapkan setiap tiga tahun oleh menteri keuangan, kecuali untuk
daerah tertentu ditetapkan setiap tahun sesuai perkembangan daerahnya.
d) Dasar perhitungan pajak adalah Nilai Jual Kena Pajak yang ditetapkan serendah-rendahnya 20%
(dua puluh persen) dan setinggi-tingginya 100% (seratus persen) dari Nilai Jual Objek Pajak.
e) Besarnya persentase nilai jual kena pajak ditetapkan dengan peraturan pemerintah dengan
memperhatikan kondisi ekonomi nasional.
Pada dasarnya penetapan nilai Jual Beli Objek Pajak adalah tiga tahun sekali. Namun demikian
untuk daerah tertentu yang karena perkembangan pembangunan mengakibatkan kenaikan nilai objek
pajak cukup besar, maka penetapan nilai jual ditetapkan setahun sekali. Dalam penetapan nilai jual ,
menteri keuangan mendengar pertimbangan gubernur serta memperhatikan asas "self assessment"
Yang di maksud jual pajak " assessment Value" adalah nilai jual yang di pergunakan sebagai dasar
penghitungan pajak, yaitu suatu persentase tertentu dari nilai jual sebenarnya.

1
Sudirman Rismawati ,anting miruddin Perpajakan pendekatan teori dan praktek (malang,empat dua media,2016) hal 396-397.

7
BAB III
PENUTUP
A. kESIMPULAN
PBB adalah pajak yang di kenakan atas bumidan bangunan. Subjek pajak dalam PBB adalah orang
atau badan yang secara nyata . pbb adalah pajak yang bersifat objektif yang artinya bahwa besarnya
pajak yang terutang di tentukan oleh keadaan yaitu bumi (tanah) dan bangunan.
Dasar hukum PBB adalah Undang-undang Republik Indonesia Nomer 12 tahun 1986 tentang PBB
sebagaimana telah diubah dengan undang-undang republik Indonesia Nomer 12 tahun 1994.
Tarif pada PBB adalah 0,5%
B. SARAN

8
DAFTAR PUSTAKA

Suandi Erly, 2016, hukum pajak, Jakarta Salemba empat


http://repository.unpas.ac.id.
Sudirman Rismawat,Antong Amiruddin,2016,perpajakan pendekatan teori dan praktek, malang Empat
dua media.

Anda mungkin juga menyukai