Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

‘’ PAJAK BUMI DAN BANGUNAN


Subjek dan Objek Pajak ‘’

Disusun Oleh:

Nur Ayu Amalina


NIM 2003103003

Program Studi D3 Manajemen Pajak


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas PGRI Madiun
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................................2
Kata Pengantar...................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................4
1.4 Manfaat Pembelajaran.............................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5
2.1 Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan......................................................................5
2.2 Subjek Pajak PBB.....................................................................................................5
2.3 Wajib Pajak PBB.......................................................................................................5
2.4 Objek Pajak PBB.......................................................................................................6
2.5 Objek Pajak yang tidak dikenakan PBB.....................................................................6
2.6 Klasifikasi PBB...........................................................................................................6
2.7 Bentuk Sektor PBB....................................................................................................7
BAB III PENUTUP................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................9
DAFTAR PUSAKA................................................................................................................9
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik, dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya sangat sederhana. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembacanya.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh karena itu, saya harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan- masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Ngawi, 10 Maret 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pajak merupakan suatu iuran wajib bagi wajib pajak yang dipungut oleh
pemerintah berdasarkan Undang-undang. Adanya pajak dapat diharapkan
mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pajak ini sifatnya tidak dapat
dirasakan langsung oleh masyarakat. Dalam hubungannya dengan adanya
suatu wilayah dipermukaan bumi dan segala sesuatu yang bernilai diatasnya,
dalam pelaksanaan pemungutan pajak harus memiliki aturan yang jelas.
Peraturan yang berkaitan dengan pajak ini diatur dalam Undang-undang No.12
tahun 1985 yang telah diubah dengan adanya undang-undang No.12 tahun
1994. Dengan adanya peraturan ini diharapkan adanya pemungutan pajak
yang berkaitan dengan bumi dan bangunan dapat dilakukan sesuai dengan
asas-asas yang ada.

Pajak bumi dan bangunan (PBB) adalah pajak yang dipungut atas tanah
dan bangunan karena adanya keuntungan dan/atau kedudukan sosial ekonomi
yang lebih baik bagi orang atau badan yang mempunyai suatu hak atasnya
atau memperoleh manfaat dari padanya. Dasar pengenaan pajak dalam PBB
adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). NJOP ditentukan berdasarkan harga
pasar per wilayah dan ditetapkan setiap tahun oleh menteri keuangan.

Makalah ini memberikan gambaran secara utuh mengenai Pajak Bumi dan
Bangunan, yang meliputi antara lain ; Pengertian pajak bumi dan bangunan,
subjek PBB, Objek PBB , Wajib pajak PBB dan sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan Pajak Bumi dan Bangunan ?


b. Siapa yang termasuk subjek pajak ?
c. Apa saja Objek Pajak Bumi dan Bangunan ?
d. Apa yang termasuk Objek pajak yang tidak dikenakan PBB ?

1.3 Tujuan Pembelajaran

a. Sebagai media sosialisasi dan informasi kepada mahasiswa tentang Pajak


bumi dan bangunan.
b. Sebagai referensi bagi mahasiswa untuk membuat makalah tentang Pajak
Bumi dan Bangunan.

1.4 Manfaat Pembelajaran


- Agar kita mengetahui penjelasan mengenai Pajak Bumi dan Bangunan.
- Agar kita mengetahui penggunaan Pajak Bumi dan Bangunan.
- Agar kita mengetahui apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bab
ini.
BAB II
PEMBAHASAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan

Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya.
Permukaan meliputi tanah dan perairan pedalaman (termasuk rawa-rawa, tambak,
perairan) serta laut wilayah Republik Indonesia.
Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara
tetap pada tanah dan atau perairan.
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak negara yang dikenakan
terhadap bumi dan atau bangunan berdasarkan undang-undang No.12 tahun 1985
tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang No.12 tahun 1994. PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti
besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi atau tanah dan
atau bangunan. Sementara itu keadaan Subjek (siapa yang membayar) tidak ikut
menentukan besarnya pajak.
Asas Pajak Bumi dan Bangunan:
1. Memberikan kemudahan dan kesederhanaan
2. Adanya kepastian hukum
3. Mudah dimengerti dan adil
4. Menghindari pajak berganda

2.2 Subjek Pajak PBB

Yang menjadi subjek pajak adalah orang atau badan yang secara nyata
mempunyai suatu hak atas bumi dan/atau memperoleh manfaat atas bumi,
dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh suatu manfaat atas
bangunan.
Dengan demikian tanda pembayaran/pelunasan pajak bukan merupakan
bukti peemilikan hak. Dalam pengertian diatas dapat diartikan / disumpulkan
bahwa subjek pajak terdiri dari:
a. Mempunyai suatu hak atas bumi, dan/atau bangunan.
b. Memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau bangunan.
c. Memiliki, menguasai atas bumi, dan/atau bangunan.
d. Memperoleh manfaat atas bumi dan/atau bangunan

2.3 Wajib Pajak PBB

Wajib pajak PBB adalah orang pribadi atau badan yang memiliki hak
dan/atau memperoleh manfaat atas tanah dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau
memperoleh manfaat atas bangunan. Wajib pajak memiliki kewajiban membayar
PBB yang terutang setiap tahunnya. PBB harus dilunasi paling lambat 6
(enam) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh wajib pajak. Karna Wajib
Pajak Adalah 5-8 bulan.

2.4 Objek Pajak PBB

Yang menjadi objek pajak adalah bumi dan atau bangunan. yang dimaksud
dengan klasifikasi bumi dan bangunan adalah pengelempokan bumi dan
bangunan menurut nilai jualnya dan digunakan sebagai pedoman, serta untuk
memudahkan penghitungan pajak yang terutang sebagai berikut :

1. Dalam menentukan klasifikasi bumi/ tanah diperhatikan factor-faktor


sebagai berikut :
a. Letak
b. Peruntukan
c. Pemanfaatan
d. Kondisi lingkungan dan lain-lain.

2. Dalam menentukan klasifikasi bangunan diperhatikan factor-faktor


sebagai berikut:
a. Bahan yang digunakan
b. Rekayasa
c. Letak
d. Kondisi lingkungan dan lain-lain

2.5 Objek Pajak yang tidak dikenakan PBB

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994, pada pasal 3


disebutkan ada beberapa ketentuan yang mengatur objek pajak yang tidak
dikenakan PBB.
- Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang
ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang
tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan.
- Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau sejenisnya.
- Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman
nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai desa, dan tanah negara
yang belum dibebani suatu hak.
- Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas
perlakuan timbal balik.
- Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang
ditentukan oleh Menteri Keuangan.

2.6 Klasifikasi PBB


a. Objek Pajak Umum
Objek Pajak Umum adalah objek pajak yang memiliki konstruksi
umum dengan keluasan tanah berdasarkan kriteria-kriteria tertentu.
Objek pajak umum terdiri atas:
- Objek Pajak Standar
Objek Pajak Standar adalah objek-objek pajak yang memenuhi kriteria-
kriteria sebagai berikut :
- Tanah : 10.000 m2
- Bangunan : Jumlah lantai 4
- Luas bangunan :  1.000 m2
- Objek Pajak Non Standar
Objek Pajak Non Standar adalah objek-objek pajak yang memenuhi
salah satu dari kriteria-kriteria sebagai berikut :
- Tanah : > 10.000 m2
- Bangunan : Jumlah lantai > 4
- Luas bangunan : > 1.000 m2 b.
b. Objek Pajak Khusus
Objek Pajak Khusus adalah objek pajak yang memiliki konstruksi
khusus atau keberadaannya memiliki arti yang khusus seperti :
lapangan golf, pelabuhan laut, pelabuhan udara, jalan tol, pompa bensin
dan lain-lain.
1. Menurut Ketetapan PBB → berdasarkan ketetapan PBB terutang tahun
berjalan
a. Buku I : Rp. 0,- s.d. Rp. 100.000,-
b. Buku II : Rp. 100.001,- s.d. Rp. 500.000,-
c. Buku III : Rp. 500.001,- s.d. Rp. 2.000.000,-
d. Buku IV : Rp. 2.000.001,- s.d. Rp. 5.000.000,-
e. Buku V : Rp. 5.000.001,- s.d. Rp……………..?

2. Menurut Klasifikasi → menurut nilai jualnya & dijadikan sebagai


pedoman serta untuk memudahkan penghitungan pajak terutang
Klasifikasi : ( Menurut Kepmenkeu No : 523/KMK.04/1998 )
- Bumi : A : Kelas 50 ( Rp.140,- ) s.d. Kelas 1 ( Rp. 3.100.000,- )
- Bumi : B : Kelas 50 ( Rp. 3.375.000,- ) s.d.Kelas 1 ( Rp.
68.545.000,-

2.7 Bentuk Sektor PBB


Undang-Undang No 28 Tahun 2009 mengamanatkan, Menteri Keuangan
bersama-sama dengan Menteri Dalam Negeri mengatur tahapan persiapan
pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagai Pajak
Daerah dalam waktu paling lambat 31 Desember 2013 (pasal 182 ayat (1)),
artinya paling lambat 1 Januari 2014 PBB-P2 sudah harus diterima oleh daerah
sehingga seluruh  proses pendataan, penilaian, penetapan, pengadministrasian,
pemungutan/penagihan dan pelayanan PBB-P2 hak sepenuhnya diselenggarakan
oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.

Pengelolaan objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan


mutlak menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah, hal ini sangat berpengaruh
terhadap Penerimaan PAD dari sektor Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

    Perbedaan PBB-P2 dan PBB – P3

1. PBB Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2)


Objek PBB Perdesaan dan Perkotaan adalah Bumi dan/atau Bangunan
yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan,
kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan,
dan pertambangan.
Bumi : Permukaan bumi (tanah dan perairan) dan tubuh bumi yang ada di
pedalaman serta laut wilayah kabupaten/kota.
Bangunan : Konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap
pada tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau laut.
“Kawasan” adalah semua tanah dan bangunan yang digunakan oleh
perusahaan perkebunan, perhutanan, dan pertambangan di tanah yang diberi hak
guna usaha perkebunan, tanah yang diberi hak penguasaan hutan dan tanah
yang menjadi wilayah usaha pertambangan. (Penjelasan Undang-undang
Nomor 28 tahun 2009 tentang PDRD Pasal 77 ayat (1)) 
Sementara Subjek Pajak dan Wajib Pajak PBB Perdesaan dan Perkotaan
adalah Orang Pribadi atau badan yang secara nyata :
- mempunyai suatu hak atas bumi dan/atau bangunan ;
- memperoleh manfaat atas bumi dan/atau bangunan;
- menguasai atas bumi dan/atau bangunan;

2. PBB Sektor Perkebunan, Kehutanan, dan Pertambangan (PBB


P3)

Sektor Perkebunan
Objek pajak sektor perkebunan adalah adalah objek pajak bumi dan
bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau
Badan, yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan yang diberikan hak
guna usaha perkebunan. Hal ini di atur dalam PER-64/PJ/2010 tanggal 27
Desember 2010 dan penegasan dalam SE-149/PJ/2010 tanggal 27 Desember
2010.
Sektor Perhutanan
Objek pajak sektor Perhutanan adalah bumi dan/atau bangunan yang
digunakan untuk kegiatan usaha perhutanan yang diberikan hak pengusahaan
hutan. Objek pajak bumi di dalam sektor perhutanan terdiri dari areal produktif,
areal belum produktif, areal emplasemen, dan areal lain.
Sektor Pertambangan
Dasar : Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-
ketentuan Pokok Pertambangan. Berdasarkan undang-undang tersebut, yang
dimaksud dengan bahan galian adalah unsur-unsur kimia mineral-mineral, bijih-
bijih dan segala macam batuan termasuk batu-batu mulia yang merupakan
endapan-endapan alam.

BAB III
PENUTUP
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pelaksanaan Pajak Bumi dan Bangunan di Indonesia masih mengacu pada


Undang-undang nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang nomor 12 Tahun 1994.
Dimana objeknya bumi dan bangunan yang berupa sawah, ladang, kebun,
pekarangan, tambang, rumah tempat tinggal dll. Yang menjadi subjek pajak
adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi
dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau
memperoleh suatu manfaat atas bangunan.

DAFTAR PUSAKA

https://bapenda.inhukab.go.id/web/detailberita/207

https://www.online-pajak.com/tentang-pajak/pajak-bumi-dan-
bangunan#:~:text=Subjek%20Pajak%20Bumi%20dan%20Bangunan,Memperoleh
%20manfaat%20atas%20bumi.&text=Memperoleh%20manfaat%20atas
%20bangunan.\

https://www.rusdionoconsulting.com/pajak-bumi-dan-bangunan-objek-pajak-dan-
cara-menghitungnya/#:~:text=Sesuai%20dengan%20namanya%2C%20yang
%20menjadi,bangunan%20termasuk%20dalam%20objek%20pajak.

Anda mungkin juga menyukai