Anda di halaman 1dari 19

KELOMPOK IV

BAB VII
PELAPORAN KEUANGAN DAN PERUBAHAN HARGA
AKUNTANSI INTERNASIONAL

Dosen Pengampu:
Nasrul Rofiah Hidayati, M.Pd.

Disusun Oleh:
1) Almarida Wilujeng (1803101049)
2) Louista ‘Ainun Nissa’ (1803101050)
3) Tiara Meyna Anggraini (1803101056)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Program Studi Akuntansi
Universitas PGRI Madiun
(UNIPMA)
2020/2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
KATA PENGANTAR...............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
A.Latar Belakang....................................................................................................................4
B.Rumusan Masalah...............................................................................................................4
BAB II PELAPORAN KEUANGAN DAN PERUBAHAN HARGA.....................................5
BAB III K E S I M P U L A N.................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................19
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun  isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam penulisan
selanjutnya.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin.

                                                                                             Madiun , 4 Mei 2021

                                                                                                        Penyusun

 
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelaporan keuangan sangat terkait dengan perubahan harga, karena selama periode
perubahan harga tersebut laporan keuangan dapat berpotensi untuk menyesatkan
selama periode perubahan harga tersebut. Perubahan harga disini dapat dipahami
dengan 2, yaitu perubahan harga secara umum dan perubahan harga spesifik atau
khusus. Pada bahasan ini akan lebih lanjut dikenalkan tentang bagaimana penyesuaian
terhadap inflasi. Untuk memahaminya akan diberika pula sudut pandang dunia
internasional terhadap akuntansi inflasi dimana kita akan mengambil dari Amerika
Serikat, Inggris dan Brasil.
B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud Perubahan Harga pada materi ini?


2. Mengapa laporan keuangan dapat berpotensi menyesatkan selama periode perubahan
harga?
3. Apa saja jenis penyesuaian inflasi?
4. Apa yang dimaksud dengan penyesuaian tingkat harga umum?
5. Apa yang dimaksud dengan penyesuaian biaya kini?
6. Bagaimana sudut pandang internasional terhadap akuntansi inflasi?

C. Tujuan
Dengan adanya penulisan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu memahami
materi tentang pelaporan keuangan dan perubahan harga ini. Dan dapat menjadi acuan
untuk penulisan makalah-makalah yang sejenis selanjutnya.
BAB II

PELAPORAN KEUANGAN DAN PERUBAHAN HARGA

A.   DEFINISI PERUBAHAN HARGA

Fluktuasi nilai mata uang dan perubahan dalam harga uang atas barang dan jasa merupakan
karakteristik yang terpisahkan dalam bisnis internasional. Untuk memahami istilah perubahan
harga ( changing princes ), kita harus membedakan antara pergerakan harga umum dan
pergerakan harga spesifik, yang keduanya termasuk dalam istilah perubahan harga itu.
Tingkat harga umum biasanya timbul ketika harga semua barang dan jasa dalam
perekonomian berubah. Daya beli moneter pun menguat atau melemah.  Suatu perubahan
harga umum terjadi apabila secra rata-rata harga seluruh barang dan jasa dalam suatu
perekonomian mengalami perubahan. Kenaikan harga secara keseluruhan disebut inflasi
( inflation), sedangkan penurunan harga disebut deflasi ( deflation ). Apa saja penyebab
inflasi? Bukti-bukti menunjukan bahwa inflasi disebabkan oleh kebijakan moneter dan fiskal
agresif yang bertujuan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi yang tinggi, biaya
pemilihan umum yang terlalu besar, serta penyebaran inflasi internasional. Namun persoalan
ini jauh lebih rumit.

Perubahan harga khusus dimulai ketika harga barang atau jasa tertentu berubah seiring naik
turunnya permintaan dan penawaran. Inilah yang menyebabkan tingkat rata-rata inflasi
pertahun dari suatu negara mencapai 5%, sementara disaat yang sama harga apartemen
berkamar sama dinegara itu meningkat sebesar 50%.

Inflasi telah menjadi fakta yang penting dan tetap di hampir semua Negara di dunia.
Perubahan nilai mata uang moneter bener-bener diakui para akuntan dewasa ini, tetapi
tedapat pertentangan mengenai cara teoritis dan praktis untuk menyelesaikannya. Di Amerika
Serikat, FASB Statetment No. 33 mangharuskan pengungkapan khusus oleh perusahaan-
perusahaan besar tertentu, tetapi tidak merinci kaitan pengungkapan ini dengan laporan
keuangan utama. Unit moneter yang tidak stabil adalah suatu kendala penfukuran dalam
pendekatan induktif-deduktif terhadap teori akuntansi.

B.     DAFTAR ISTILAH AKUNTANSI INFLASI

 Atribut. Karakteristik kuantitatif suatu pos yang diukur untuk keperluan akuntansi.
Contoh biaya hostori atau biaya penggantian merupakan atribut suatu aktiva.
 Penyesuaian biaya kini. Nilai penyesuaian aktiva untuk perubahan dalam harga
tertentu.
 Perubahan dalam kekayaan. Jumlah aktiva bersih suatu perusahaan yang dapat ditarik
tanpa mengurangi besar awalnya aktiva bersih.
 Mekanisme Penyesuaian. Menfaat berupa keuntungan daya beli pemegang saham
yang berasal dari pendanaan utang dan pertanda bahwa perusahaan tidak perlu
mengakui tambahan biaya pengganti atas aktiva operasi sehubungan dengan aktiva
tersebut didanai melalui utang.
 Ekuivalensi Daya Beli Umum. Jumlah uang yang telah disesuaikan terhadap
perubahan dalam tingkat harga umum.
 Laba dan rugi pembelian umum. Lihat laba dan rugi moneter.
 Mata uang tetap biaya historis. Lihat setara daya beli umum.
 Keuntungan kepemilikan suatu investasi. Kenaikan biaya kini suatu aktiva
nonmoneter.
 Hiperinflasi. Laju inflasi yang sangat besar terjadi pada saaat tingkat harga umum
dalam suatu perkekonomian meningkat sebesar lebih dari 25 % pertahun.
 Inflasi. Keniakan dalam tingkat harga umum seluruh barang dan jasa dalam suatu
perkeonomian.
 Aktiva Moneter. Klaim terhadap jumlah mata uang yang tetap dimasa depan seperti
kas atau piutang usaha.
 Keuntungan Moneter. Kenaikan dalam daya beli secara umum yang terjadi karena
terdapatnya kewajiban moneter selama periode inflasi.
 Kewajiban Moneter. Suati kewajiban untuk membayar jumlah mata uang tetap dimasa
depan seperti utang usaha atau uang dengan suku bunga tetap.
 Kerugiaan Moneter. Penurunan dalam daya beli secara umum yang terjasi karena
terdapatnya aktiva moneter selama periode inflasi.
 Penyesuaian Modal Kerja Moneter. Pengaruh perubahan harga khusus terhadap
seluruh jumlah modal kerja yang digunakan oleh suatu usaha dalam menjalankan
operasinya.
 Jumlah Nominal. Jumlah mata uang yang belum disesuaikan dengan perubahan harga.
 Aktiva non Moneter. Aktiva yang tidak menunjukkan adanya klaim tetap terhadap kas
seperti persediaan, aktiva tetap, dan peralatan.
 Penyesuaian Paratis. Suatu penyesuaian yang mencerminkan perbedaan antara inflasi
di Negara induk perusahaan dan perusahaan tuan rumah.
 Kewajiban non moneter. Suatu utang yang tidak mengharuskan pembayaran jumlah
kas tetap dimasa depan seperti uang muka pelanggan.
 Aktiva Permanent. Istilah di Brasil utnuk aktiva tetap, gedung, investasi, beban
tangguhan dan depresiasi terkait serta jumlah deplasi atau amortisasi.
 Indeks Harga. Suatu rasio biaya dimana pembilang/numeratornya adalah biaya dari
suatu keranjang barang dan jasa yang representative dalam tahun berjalan, sedangkan
penyebutnya adalah biaya dari keranjang barang dan jasa yang sama pada tahun dasar.
 Daya Beli. Kemampuan umum dari suatu unti moneter untuk memperoleh barang dan
jasa.
 Laba Riil. Laba bersih yang telah disesuaikan untuk perubahan harga.
 Biaya Penggantian. Biaya kini untuk mengganti potensi jasa suatu aktiva dalam
keadaan normal usaha.
 Mata Uang Pelaporan. Mata uang yang digunakan suatu perusahaan dalam menyusun
laporan keuangan.
 Metode nyatakan kembali-translasikan. Digunakan pada saat suatu induk perusahaan
mengkonsolidasikan akun-akun anak perusahaan luar negeri yang beralokasi disebuah
lingkungan berinflasi.
 Fluktuatif. Dengan metode ini, akun anak perusahaan pertama-tama disajikan ulang
dengan inflasi lokal, kemudian ditranslasikan dalam mata uang induk.
 Perubahan Harga Khusus. Perubahan dalam harga untuk komoditas khusus seperti
persediaan atau peralatan.
 Metode tranlasikan saji-ulang. Suatu metode konsolidasi pertama-tama dengan
mentranslasikan akun-akun laporan keuangan anak prusahaan luar negeri ke dalam
mata uang induk perusahaan kemudian dinyatakan kembali jumlah yang ditraslasikan
terhadap inflasi induk perusahaan.
C.    LAPORAN KEUANGAN DAPAT MEMILIKI POTENSI UNTUK
MENYESATKAN SELAMA PERIODE PERUBAHAN HARGA

Selama periode inflasi, nilai aktiva yang di catat sebesar biaya akuisisi awalnya jarang
mencerminkan nilai terkininya ( yang lebih tinggi ). Nilai aset yang dikecilkan
mengakibatkan dikecilkannya pengeluaran dan dibesarkannya laba. Ketidak akuratan
pengukuran ini mendistorsi (1) proyeksi keuangan yang didasarkan pada data seri waktu
historis (2) anggaran yang menjadi dasar pengukuran kinerja dan (3) data kinerja yang tidak
dapat mengisolasi pengaruh inflasi yang tidak dapat dikendalikan. Laba yang dinilai lebig
pada gilirannya akan menyebabkan :

 Kenaikan dalam proporsi pajak


 Permintaan deviden lebih banyak dari pemegang saham
 Permintaan gaji dan upah yang lebih tinggi dari pada pekerja
 Tindakan yang merugikan dari Negara tuan rumah ( seperti pengenaan pajak
keuntungan yang sangat besar )

Jika harus mendistribusikan semua laba yang dibesarkan (Dalam bentuk paja, deviden, gaji
dan semacamnnya yang lebih besar) suatu perusahaan mungkin tidak akan memiliki cukup
sumberdaya untuk mengganti aset tertentu yang mengalami kenaikan harga, seperti
persediaan, pabrik dan peralatan.

Kegagalan untuk menyesuaikan data keuangan perusahaan terhadap perubahan dalam daya
beli unit moneter juga menimbulkan kesulitan bagi pembaca laporan keuangan untuk
menginterpretasikan dan membandingkan kinerja operasi perusahaan yang dilaporkan. Dalam
periode inflasi, pendapatan umumnya dinyatakan dalam mata uang dengan daya beli umum
yang lebih rendah ( yaitu daya beli perode ini ), yang kemudian diterapkan terhadap beban
terkait. Biaya disajikan dalam mata uang dengan daya beli umum lebih tinggi karena
biasanya mencerminkan pemakaian sumberdaya yang diperoleh dimasa lampau (misalnya
penyusutan pabrik yang dibeli 10 tahun silam) ketika daya beli unit moneter lebih tinggi.
Mengurangi biaya berdasarkan daya beli historis dari pendapatan berdasarkan daya beli kini
menyebabkan laba tidak diukur secara akurat.

Prosedur akuntansi yang konvensional juga mengabaikan keuntungan dan kerugian daya beli
yang timbul dari kepemilikan kas ( ekuivalennya ) selama periode inflasi. Jika kita menahan
kas selama setahun dengan tingkat inflasi 100%, maka diakhir tahun kita akan memerlukan
dua kali lipat kas untuk menyamai daya beli saldo kas diawal tahun. Hal ini selanjutnya
mempersulit pembaca laporan untuk membandingkan kinerja bisnis.

Oleh karena itu, mengakui pengaruh inflasi secara eksplisit berguana dilakukan karena :

1. Pengaruh perubahan harga sebagian bergantung pada transaksi dan keadaan yang
dihadapi suatu perusahaan.
2. Mengelola masalah yang timbulkan oleh perubahan harga tergantung pada
pemahaman yang akurat atas masalah tersebut.
3. Laporan dari para menajer mengenai permasalahan yang disebabkan oleh perubahan
hatga lebih mudah dipercaya apabila kalangan usaha menerbitkan iformasi keuangan
yang membahas masalah-masalah tersebut.

Meskipun laju melambat, akuntansi perubahan harga tetap berguna karena efek kumulatif
inflasi yang rendah dalam beberapa waktu dapat signifikan. Pengaruh distorsi inflasi masa
lalu dapat juga bertahan selama bertahun-tahun, mengingat umur panjang kebanyakan harta.
Disamping itu, sebagaimana disebutkan sebelumnya, perubahan harga khusus bisa menjadi
signifikan bahkan ketika tingkat harga umum tidak banyak berubah.

D.   JENIS PENYESUAIAN INFLASI

Rangkaian statistic yang bertujuan mengukur perubahan harga umum maupun khusus
biasanya tidak berjalan secara bersamaan. Setiap jenis perubahan harga memiliki pengaruh
yang berbada terhadap ukuran-ukuran posisi keuangan dan kinerja operasi suatu perusahaan
dan ditimbulkan oleh adanya tujuan-tujuan berbeda yang tersembunyi. Akuntansi untuk
laporan keuangan atas perubahan tingkatan harga umum disebut sebagai model daya beli
konstan biaya historis. Akuntansi untuk perubahan harga khusus disebut sebagai model biaya
kini.

E.    PENYESUAIAN TINGKAT HARGA UMUM

Jumlah mata uang yang disesuaikan terhadap perubahan tingkat harga umum ( daya beli )
disebut sebagai mata uang konstan biaya historis atau ekuivalen daya beli umum. Jumlah
mata uang yang belum disesuaikan sedemikian rupa disebut sebagai jumlah nominal. Sebagai
contoh, selama periode kenaikan harga, aktiva berumur panjang yang dilaporkan di dalam
neraca sebesar biaya akuisisi awalnya dinyatakan dalam mata uang nominal. Apabila biaya
historisnya dialokasikan terhadap laba periode kini ( dalam bentuk beban depresiasi ),
pendapatan, yang mencerminkan daya beli kini, ditandingkan dengan biaya yang
mencerminkan daya beli ( yang lebih tinggi ) dari periode terdahulu saat aktiva tersebut
dibeli. Oleh karena itu, jumlah nominal harus disesuaikan untuk perubahan-perubahan dalam
daya beli umum uang agar dapat ditandingkan dengan transaksi ditahun berjalan.

Indeks Harga

Perubahan tingkat harga umum diukur dengan indeks tingkat harga dalam bentuk Jumlah
p1q1 / Jumlah p0q0  dimana p = harga suatu barang tertentu dan q = kuantitas yang dikonsumsi.
Suatu indeks harga adalah rasio biaya. Contoh, jika sebuah keluarga yang terdiri dari empat
orang menghabiskan uang $20.000 untuk membeli sebuah keranjang barang dan jasa yang
representive pada akhir tahun 1 ( tahun dasar – awal tahun 2 ) dan $22.000 untuk membeli
keranjang yang sama setahun kemudian ( awal tahun 3 ), indeks harga akhir tahun pada tahun
2 adalah $22.000/$20.000 atau 1,1. Angka ini menujukkan adanya laju inflasi sebesar 10 %
selama tahun 2. Demikian pula halnya, apabila keranjang dalam contoh diatas $23.500 bagi
suatu keluarga yang teriri dari 4 orang pada tahun 2 kemudian ( akhir tahun 3 ), maka indeks
tingkat harga umum akan menjadi $23.500/$20.000 atau 1,175 yang menunjukkan laju inflasi
17,5 % semenjak tahun dasar. Indeks untuk tahun dasar adalah $20.000/$20.000 atau 1.

Penggunaan Indeks Harga


Angka indeks harga digunakan untuk mentraslasikan jumlah yang dibayarkan selama periode
terdahulu menjadi ekuivalen daya beli pada akhir periode. Metode yang digunakan adalah
sebagai berikut :

GPLc / GPLtd x Jumlah Nominaltd = PPEc

Dimana :

GPL    = indeks harga umum

c          = periode kini

td         = tanggal transaksi

PPE     = ekuivalen daya beli umum

Angka tingkat harga yang disesuaikan bukan merupakan biaya kini dari pos yang
dipersoalkan, melainkan masih merupakan angka biaya historis. Angka biaya historis hanya
sekedar disajikan ulang dalam unit ukuran baru, yaitu daya beli umum diakhirperiode. Jika
semua transaksi semua dilakukan secara seragam selama periode tertentu (seperti pendapatan
dari penjualan barang atau jasa), maka penyesuaian tingkat harga jalan pintas dapat
digunakan. Ketika menyajikan pendapatan sebagai setara daya beli akhir periode, ketimbang
menyesuaikan tingkat harga pendapatan harian (berarti ada 365 perhitungan) kita dapat
menggunakan rumus berikut :

GPLc / GPLtd x Pendapatan Total = PPEc

Objek Penyesuaian Tingkat Harga Umum

Secara tradisional, laba merupakan bagian dari kekayaan perusahaan ( yaitu aktiva bersih )
yang dapat ditarik oleh perusahaan selama suatu periode akuntansi tanpa mengurangi
kekayaannya hingga dibawah posisi awal. Dengan asumsi tidak ada investasi atau penarikan
tambahan oleh pemilik selama periode tersebut. Oleh karena itu, akuntansi konvensional
menghitung laba sebagai jumlah maksimal yang dapat ditarik oleh perusahaan tanpa
mengurangi modal uang awalnya. Jika kita tidak bisa memperoleh harga yang stabil maka
perhitungan laba konvensional cenderung menghitung kekayaan bersih perusahaan setelah
pajak secara tidak akurat.

Dari mana datangnya kerugian moneter? Selama inflasi perusahaan akan mengalami
perubahan kekayaan yang tidak berkaitaan dengan kegiatan operasinya. Perubahan muncul
dari aktiva atau kewajiban moneter, kewajiban untuk membayarkan mata uang dengan
jumlah yang tetap dimasa depan. Aktiva moneter mencakup kas dan piutang usaha yang
umumnya akan menghilangkan daya beli selama periode inflasi. Kewajiban moneter
mencakup kebanyakan utang yang umumnya akan menimbulkan keuntungan daya beli
selama periode inflasi.

F.    PENYESUAIAN BIAYA KINI

Model biaya kini berbeda dengan akuntansi konvensional dalam dua aspek utama yaitu (1)
Aktiva tetap dinilai berdasarkan biaya kini bukan biaya historis. Oleh karena aset pada
dasarnya sama dengan nilai diskonto kini dari arus kas dimasa depan, pendukung model
biaya kini berpendapat bahwa nilai kini memperlihatkan secara lebih baik pengukuran
pendapatan dan potensi arus kas perusahaan dimasa depan kepada pembaca laporan
keuangan. (2) Kedua, laba didefinisikan sebagai kekayaan bersih setelah pajak dari
perusahaan, yaitu jumlah sumber daya yang dapat didistribusikan oleh perusahaan dalam
suatu periode ( tanpa pertimbangan komponen pajak ), namun tetap dapat mempertahankan
kapasitas produktif atau model fisik perusahaan. Satu cara untuk mempertahankan modal
adalah dengan menyesuaikan posisi aktiva bersih awal perusahaan (lewat indeks harga
khusus atau penentuan harga langsung yang sesuai, seperti harga tagihan lancer, daftar harga
dari penyedia, dan lain-lain) untuk mencerminkan perubahan dalam ekuivalen biaya kini
aktiva selama periode berjalan.

Biaya Kini Disesuaikan Dengan Tingkat-Harga Umum

Opsi pelaporan ketiga yang bertujuan untuk menerangkan perubahan harga ini
menggabungkan karakteristik model tingkat umum dan model biaya kini. Pengukuran ini,
yang disebut sebagai model biaya kini yang disesuaikan dengan tingkat harga menggunakan
indeks harga umum maupun khusus. Sesuai dengan model tingkat harga umum, salah satu
tujuan model ini adalah untuk mengungkapkan laba dan aset bersih pada ekuivalen pada daya
beli akhir tahun perusahaan. Laporan laba rugi juga memuat informasi mengenai laba atau
rugi daya beli pos-pos moneter induk bersih. Sesuai dengan model biaya kini, tujuan lain
model ini adalah untuk melaporkan aset bersih perusahaan pada biaya kininya dan untuk
melaporkan jumlah laba yang menggambarkan kekayaan bersih setelah pajak.

Ciri khas dari model biaya kini yang disesuaikan dengan tingkat harga adalah pengungkapan
perubahan biaya kini dari aset moneter perusahaan setelah dikurangi inflasi. Tujuannya
adalah untuk memperlihatkan bagian perubahan nilai aset moneter yang melebihi atau kurang
dari perubahan daya beli umum. Dua pengungkapan yang lazim dimuat dalam ekuitas
pemegang saham biasanya ditafsirkan sebagai berikut : Kenaikan aset non moneter akibat
inflasi umum merupakan jumlah saldo yang harus dimiliki perusahaan agar mampu
menghadapi inflasi umum tersebut. Komponen kedua (misalnya kenaikan harga kini yang
melampaui inflasi umum) dianggap sejumlah pihak sebagai laba modal atas aset non moneter
yang belum direalisasikan. Kita berpendapat bahwa komponen terakhir ini bukan merupakan
laba, melainkan kenaikan biaya usaha yang harus dimiliki perusahaan untuk mempertahankan
kapasitas produksinya.

Group Modelo diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan, disajikan ulang sebagai
berikut :

 · Persediaan

Pos-pos ini dinilai berdasarkan metode masuk terakhir, keluar pertama dan disajikan ulang
dengan menggunakan metode biaya penggantian atau manufaktur.

 · Harga Pokok Penjualan

Penyajian ulang akun ini dinilai berdasarkan nilai persediaan yang dinyataan ulang.

 · Aktiva Tetap
Pos-pos ini dicatat berdasarkan biaya akuisisi, dan disajikan ulang dengan menggunakan
faktor inflasi yang diperoleh dari Nasional Consumer Indeks/Indeks Harga Konsumen
Umum, sehingga menjadi nilai penggantian bersih yang sesuai ditentukan oleh penilai ahli
independent pada tanggal 31 Des 20XX, dan sesuai denga tanggal akuisisi apabila pembelian
dilakukan setelah tanggal tersebut.

 · Depresiasi

Pos ini dihitung berdasrkan nilai penyajian ulang aktiva tetap, yang dipertimbangkan ebagai
dasar, perkiraan masa manfaat ditentukan oleh penilai independent.

 · Penyajian ulang ekuitas pemegang saham

Akun ini disajikan ulang dengan menggunakan faktor inflasi yang diperoleh dari NCPI,
menurut umur atau tanggal kontribusinya.

 · Ketidakcukupan dalam penyajian ulang ekuitas pemegang saham

Saldo akun ini disajikan dengan penjumlahan aljabar dari hasil kepemilikan aktiva
nonmoneter dan akumulasi hasil moneter ekuitas.

 · Hasil dari kepemilikan aktiva nonmoneter

Pos ini menunjukka perubahan dalam nilai aktiva nonmoneter yang disebabkan oleh hal
selain inflasi.

 · Akumulasi hasil moneter ekuitas

Pos ini merupakan hasil yang berawal dari penyajian awal angka-angka laporan keuangan.

G.    SUDUT PANDANG INTERNASIONAL TERHADAP AKUNTANSI INFLASI


Beberapa negara bereksperimen dengan pendekatan akuntansi inflasi yang beragam. Praktik-
praktik yang berlaku dilapangan juga mencerminkan berbagai pertimbangan pragmatis,
seperti tingkat keparahan inflasi nasional dan sudut pandang pihak-pihak yang merasakan
pengaruh langsung dari angka-angka akuntansi inflasi. Guna memahami praktik-praktik yang
berlaku dewasa ini, akan bermanfaat jika kita menelaah pendekatan terhadap akuntansi inflasi
yang dilakukan oleh beberapa negara.

Amerika Serikat

Pada tahun 1979, FASB mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (Statement
of Financial Accounting Standards-SAFS ) No. 33 Berjudul “Pelaporan Keuangan dan
Perubahan Harga”, pernyataan ini mengharuskan perusahaan-perusahaan AS yang memiliki
persediaan dan aktiva tetap ( sebelum dikurangi dengan depresiasi ) yang bernilai lebih dari
$125 juta atau total aktiva lebih dari $1 Miliar ( setelah dikurangi dengan akumulasi
depresiasi ) untuk selama lima tahun mencoba melakukan pengungkapan daya beli konstan
dan biaya beli konstan biaya kini. Sebagai kerangka pengukuran dasar untuk pengukuran
dasar pelaporan keuangan utama, pengungkapan ini lebih ditujukan untuk melengkapi
informasi beban historis daripada menggantinya.

Banyak pengguna dan penyusun informasi keuangan yang telah sesuai dengan SFAS No. 33
menemukan bahwa :

1. Pengungkapan ganda yang diwajibkan oleh FASB membingungkan


2. Biaya untuk penyusunan pengungkapan ganda terlalu besar
3. Pengungkapan daya beli konstan biaya historis tidak terlalu bermanfaat bila
dibandingkan data biaya kini

Oleh karena itu, FASB memutuskan untuk menyarankan, dan tidak mewajibkan, perusahaan
pelaporan di AS untuk mengungkapkan baik informasi daya beli tetap biaya historis maupun
daya beli tetap biaya kini. Pedoman yang diterbitkan oleh FASB (SFAS 89) bertujuan untuk
membantu perusahaan yang melaporkan pengaruh perubahan harga terhadap laporan
keuangan, disamping sebagai cikal bakal standar akuntansi inflasi dimasa mendatang.

Perusahaan pelapor didorong untuk mengungkapan informasi berikut untuk masing-masing


dari 5 tahun terkini :

 Penjualan bersih dan pendapatan operasi lainnya


 Laba dari operasi yang berjalan berdasarkan dasar biaya kini
 Keuntungan atau kerugiaan daya beli ( moneter ) atas pos-poss moneter bersih
 Kenaikan atau penurunan dalam biaya kini atau jumlah yang dapat dipulihkan yang
lebih rendah dari persediaan atau aktiva tetap, bersih dari inlasi ( perubahan tingkat
harga umum )
 Setiap agregat penyesuaian translasi mata uang asing, berdasarkan biaya kini, yang
timbul dari proses konsolidasi
 Aktiva bersih pada akhir tahun menurut dasar biaya kini
 Laba per saham ( dari operasi berjalan ) menurut dasar biaya kini
 Deviden per saham biasa
 Harga pasar akhir tahun per lembar saham biasa
 Tingkat Indeks Harga Konsumen ( Consumer Price Index-CPI ) yang digunakan
untuk mengukur laba dari operasi berjalan

Untuk meningkatkan komparabilitas data diatas, informasi yang diberikan dapat disajikan
baik dalam (1) rata-rata setara daya beli (atau diakhir tahun),  (2) Dollar pada periode pokok
(1967) yang digunakan untuk menghitung CPI. Jika laba berdasarkan daya beli tetap biaya
kini berbeda secara signifikan dari laba biaya historis, maka perusahaan diminta untuk
menyajikan lebih banyak data.

Pedoman SFAS No 89 juga mencakup operasi luar negeri yang disertakan dalam laporan
keuangan konsolidasian perusahaan induk di Amerika Serikat. Perusahaan yang
menggunakan dollar sebagai mata uang fungsional untuk mengukur operasi luar negeri
menggunakan prespektif mata uang induk. Perusahaan multi nasional yang menggunakan
mata uang local sebagai mata uang fungsional untuk sebagian besar operasi luar negerinya
menggunakan prespektif mata uang local. FASB membolehkan perusahaan untuk
menggunakan metode translasi saji ulang untuk menyesuaikan dengan inflasi asing kemudian
mentranslasikannya kedalam dollar AS. Bertujuan untuk menunjukan inflasi dapat
menggunakan baik dollar AS maupun indeks tingkat harga umum asing.

INGGRIS

Komite Standar Akuntansi Inggris ( Accounting Standard Committee-ASC  ) menerbitkan


Pernyataan Standar Praktik Akuntansi 16 ( Statement of Standards Accounting Practice-
SSAP 16),  “Akuntansi Biaya Kini” untuk masa percobaan 3 tahun pada bulan maret 1980.
SSAP 16 berbeda dengan SFAS 33 dalam 2 hal yaitu :

1. Standar AS mengharuskan akuntansi dollar konstan dan biaya kini, SSAP 16


mengadopsi hanya metode biaya kini untuk pelaporan eksternal
2. Penyesuaian inflasi AS berpusat pada laporan laba rugi, laporan biaya kini di Inggris
mewajibkan baik laporan laba rugi dan neraca biaya kini, beserta catatan penjelasan

Standar di Inggris memperbolehkan tiga pilihan pelaporan :

1. Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai pelapor keuangan dasar dengan akun-akun
pelengkap biaya historis
2. Menyajikan akun-akun biaya historis sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-
akun pelengkap biaya kini
3. Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai satu-satunya akun yang dilengkapi dengan
informasi biaya historis yang memadai

Terkait pos-pos moneter, SFAS No 33 mewajibkan pengungkapan angka-angka laba dan rugi
secara terpisah, sedangkan SSAP No 16 mewajibkan dua jenis angka yang mencerminkan
pengaruh perubahan harga khusus. Jenis pertama yang disebut sebagai penyesuaian modal
kerja moneter (MWCA), mengakui pengaruh perubahan harga khusus terhadap jumlah total
modal kerja yang digunakan dalam operasi bisnis. Jenis dua yang disebut penyesuaian utang
modal, memperhatikan dampak perubahan harga khsus terhadap aset nonmoneter perusahaan
(misalnya penyusutan, beban penjualan, dan modal kerja moneter).

Penyesuaian utang modal menyatakan bahwa pengeluaran seperti beban penjualan barang
dan penyusutan tidak harus dikurangi untuk mengakui biaya pengganti dari aset tersebut,
selama tidak diperoleh lewat utang. Jika diperoleh lewat utang, maka laba moneter yang
dihitung oleh indeks harga khsus (bukan umum) mestinya mengalami kenaikan.

BRASIL

Inflasi sering dianggap sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari dunia bisnis di Amerika
Latin, Eropa Timur dan Asia Tenggara. Mengingat pengalamannya dengan inflasi dimasa
lalu, pendekatan yang dilakukan oleh brasil terhadap akuntansi inflasi sangat informatif.

Akuntansi inflasi yang direkomendasikan di Brasil hari ini mencerminkan 2 kelompok


pilihan pelaporan, Undang-Undang perusahaan Brasil dan Komisi Sekuritas dan Bursa Brasil.
Penyesuaian inflasi yang sesuai dengan undang-undang perusahaan menyajikan ulang akun-
akun aktiva permanen dan ekuitas pemegang saham dengan menggunakan indeks harga yang
diakui oleh Pemerintah Federal untuk mengukur devaluasi mata uang lokal. Aktiva permanen
meliputi aktiva tetap, gedung, investasi, beban tangguhan dan depresiasi terkait, serta akun-
akun amortisasi atau deplesi ( termasuk setiap provisi kerugiaan yang terkait ). Akun-akun
ekuitas pemegang saham terdiri dari modal, cadangan pendapatan, cadangan revaluasi, laba
ditahan, dan akun cadangan modal yang digunakan untuk mencatat penyesuaian tingkat harga
terhadap modal. Akun yang disebut terakhir berasal dari revaluasi aset tetap kedalam biaya
pengganti kininya, setelah dikurangi provisi penyusutan teknis dan fisik.

Penyesuaian inflasi terhadap aset permanen dan ekuitas pemegang saham diterima bersih, dan
kelebihannya diungkapkan secara terpisah dalam laba kini sebagai laba atau rugi koreksi
moneter.

Penyesuaian tingkat harga terhadap ekuitas pemegang saham (BRL275) merupakan jumlah
yang mesti ditumbuhkan lewat investasi pemegang saham diawal tahun, guna mengatasi
inflasi. Penyesuaian aset permanen yang lebih sedikit dari penyesuaian ekuitas menimbulkan
rugi daya beli, yang tercermin dalam aset moneter bersih yang diungkapkan oleh perusahaan
yaitu modal kerja.

H.   BADAN STANDART AKUNTANSI INTERNASIONAL

IASB menyimpulkan bahwa laporan posisi keuangan dan kinerja operasional yang
dinyatakan dalam mata uang lokal dilingkungan hyperiflasi tidak bermanfaat. IAS 29
pelaporan keuangan dalam Perekonomian Hiperinflasi mewajibkan ( dan bukan hanya
merekomendasikan ) penyajian ualang informasi laporan keuangan utama. Secara khusus,
laporan keuangan suatu perusahaan yang melakukan pelaporan dalam mata uang
perkekonomian hiperinflasi, apakah didasarkan pada kerangka penilaian biaya historis atau
biaya kini, harus disajikan ulang sesuai dengan daya beli konstan pada tanggal neraca.
Peraturan ini juga berlaku untuk angka-angka serupa ditahun sebelumnya. Laba atau rugi
daya beli terkait posisis kewajiban atau aset moneter bersih harus dimasukkan kedalam laba
bersih. Perusahaan pelapor juga harus mengungkapkan :

1. Fakta bahwa penyajian ulang atas perubahan daya beli umum unit pengukuran telah
dilakukan
2. Model penilaian aset yang digunakan dalam laporan utama (yaitu penilaian historis
atau biaya kini)
3. Identitas dan tingkat indeks harga pertanggal neraca, berikut pergerakkannya selama
tahun pelaporan
4. Laba atau rugi moneter bersih tahun berjalan

I.       HAL-HAL TERKAIT INFLASI

Para analis harus memperhatikan hal-hal berikut saat membaca laporan yang disesuaikan
dengan inflasi :

1. Apakah pengaruh inflasi dapat diukur secara lebih baik oleh dollar tetap atau biaya
kini
2. Perlakuan akuntansi untuk laba dan rugi inflasi
3. Akuntansi inflasi asing
4. Pengaruh gabungan dari tingkat inflasi dan bursa efek

Laba dan Rugi Inflasi


Perlakuan terhadap laba dan rugi atas pos-pos moneter (seperti kas, utang, dan piutang)
merupakan isu controversial. Survei yang dilakukan terhadap praktik-praktik diberbagai
negara menunjukkan keragaman yang penting dalam hal ini.

Laba dan rugi pos-pos moneter di Amerika Serikat ditentukan dengan menyajikan
ulang dalam dolar konstan, saldo awal dan akhir serta transaksi dalam seluruh aktiva dan
kewajiban moneter ( termasuk utang jangka panjang ). Angka yang dihasilkan diungkapkan
sebagai pos terpisah. Perlakuan ini memandang keuntungan dan kerugiaan pos-pos moneter
sebagai hal yang berbeda dari jenis pendapatan yang lain.

Di Inggris, keuntungan dan kerugian pos-pos moneter dipisahkan menjadi modal


kerja moneter dan mekanisme penyesuaian. Kedua angka tersebut ditentukan melalui
perubahan harga khusus ( dan bukan umum ). Mekanisme penyesuaian mengindikasikan
manfaat ( atau biaya ) kepada pemegang saham berasal dari pembiayaan utama selama suatu
periode perubahan harga. Angka-angka ini ditambahkan atas ( dikurangi dari ) laba operasi
biaya kini untuk menghasilkan ukuran kemakmuran yang dapat dihapuskan yang disebut
sebagai “ Laba Biaya Kini Tertribusi Kepada Pemegang Saham “.

Pendekatan Brasil yang tidak lagi diwajibkan, tidak menyesuaikan aktiva dan
kewajiban kini secara eksplisit, karena jumlah-jumlah ini dinyatakan dalam hal nilai yang
dapat direalisasi. Namun demikian, peyesuaian dan penyajian bersih aktiva pemanen atau
kerugian daya beli umum atas pendanaan modal kerja yang berasal dari utang atau kewajiban.
Penyesuaian aktiva permanen yang melebihi penyesuaian ekuitas menunjukkan keuntungan
daya beli. Sebaliknya, penyesuaian ekuitas yang lebih besar dari penyesuaian aktiva
permanen menunjukkan adanya sebagai modal kerja yang didanai oleh ekuitas. Kerugiaan
daya beli diakui untuk bagian ini selama periode inflasi.

SSAP No 16 memiliki cara yang lebih baik untuk menangani pengaruh inflasi.
Perusahaan juga diuntungkan jika menggunakan utang selama inflasi berlangsung. Fenomena
ini seharusnya tidak diukur dengan daya beli umum karena perusahaan hampir tidak pernah
berinvestasi di keranjang belanja ekonomi. Tujuan akuntansi inflasi ialah untuk mengukur
kinerja perusahaan dan memungkinkan pihak yang terkait untuk menilai jumlah, waktu, dan
potensi arus kas dimasa depan.

Suatu perusahaan dapat mengukur daya beli yang dimilikinya untuk memperoleh barang dan
jasa tertentu lewat indeks pengukur laba dan rugi moneter. Karena tidak semua perusahaan
memperoleh indeks daya beli kasnnya sendiri, pendekatan yang dilakukan di Inggris menjadi
alternative yang terbaik.

Laba dan Rugi Modal

Akuntansi untuk biaya kini membagi total laba menjadi 2 bagian :

1. Laba operasi ( perbedaan antara pendapatan kini dan biaya kini sumber daya yang
dikonsumsi )
2. Keuntungan yang belum direalisasi yang timbul dari kepemilikan aktiva nonmoneter
dengan nilai pengganti yang meningkat bersamaan dengan inflasi

Pengukuran laba modal mudah dilakukan, namun perlakuan akuntansinya sulit.


Akuntansi Untuk Inflasi Di Luar Negeri

         Ketika hendak mengonsolidasikan laporan anak perusahaan yang berada dilingkungan


yang mengalami inflasi, apakah manajemen pertama-tama harus menyajika ulang laporan ini
dengan inflasi asing, kemudian mentranslasikannya kedalam mata uang induk perusahaan?
Atau apakah manajemen pertama-tama harus mentranslasikan laporan yang belum
disesuaikan tersebut kedalam mata uang induk perusahaan, kemudian menyajikan ulang
dengan inflasi di negara tempat induk perusahaan.

Di Amerika Serikat, FASB berupaya untuk membahas masalah inflasi dengan


mewajibkan perusahaan pelapor yang besar untuk melakukan ekspresimen dengan
pengungkapan daya beli konstan biaya histories dan pengungkapannya biaya kini. Oleh
karena itu, investor memerlukan laporan keuangan yang disesuaikan dengan tingkat harga
spesifik ( model biaya kini yang digunakan ) menentukan jumlah maksimum yang dapat
dibayarkan oleh perusahaan sebagai deviden ( kekayaan yang dapat dibagikan ) tanpa
mengurangi kapasitas produktifnya. Model biaya histories tetap saja adalah model biaya
historis.

Prosedur penyesuaian tingkat harga lebih disukai berikut ini :

 Sajikan ulang laopran keuangan seluruh anak perusahaan, baik domestic secara
spesifik maupun asing, dan laopran induk perusahaan untuk mencerminkan perubahan
dalam harga spesifik ( sebagai contoh biaya kini )
 Translasikan akun-akun seluruh anak perusahaan diluar negeri kedalam nilai
ekuivalen mata uang domestic dengan menggunakan suatu nilai konstan ( yaitu kurs
valuta asing pada tahun dasar atau tahun sekarang )
 Gunakanlah indeks harga spesifik yang relavan dengan apa yang dikonsumsi oleh
perusahaan dalam menghitung keuntungan atau kerugiaan moneter

Menghindari Kejatuhan Ganda

Pada saat menyajikan ulang akun-akun luar negeri terhadap inflasi di luar negeri.
Seseorang harus berhati-hati untuk menghindari apa yang disebut sebagai kejatuhan ganda.
Masalah ini muncul karena inflasi local langsung berpengaruh kurs yang digunakan dalam
translasi. Apabila teori ekonomi mengasumsikan bahwa terdapat hubungan terbalik antara
laju inflasi internal suatu Negara dan nilai eksternal mata uangnya, bukti-bukti menunjukkan
bahwa hubungan seperti ini jarang sekali bertahan ( paling tidak dalam jangka pendek ).
Dengan demikian ukuran penyesuaian yang terjadi untuk menghapuskan kejatuhan ganda
akan berbeda-beda tergantung pada sejauh mana kurs dan perbedaan inflasi berhubungan
secara negatif.

Contoh akuntansi persediaan berikut ini menunjukkan hubungan antara inflasi dan
translasi mata uang luar negeri. Perusahaan dalam contoh ini menggunakan metode penilaian
persediaan FIFO dan melakukan translasi persediaan ke dalam dolar dengan kurs ini. Kita
mengasumsikan beberapa hal berikut ini :

 Inflasi Negara local adalah 20 % selama tahun yang beru saja berakhir. Inflasi di AS
adalah sebesar 6 % selama tahun teersebut
 Kurs nilai tukar pembukuan pada tanggal 1 Januari adalah LC1=$1,00
 Kurs nilai tukar penutupan pada tanggal 31 Desember adalah LC1=$0,88
 Devaluasi mata uang selama tahun untuk mempertahankan paritas daya beli adalah 12
%
 Persediaan dalam mata uang local adalah sebesar LC200 pada tanggal 1 Januari dan
LC240 pada tanggal 31 Desember
 Tidak ada perubahan yang terjadi menyangkut jumlah fisik persediaan selama tahun
tersebut.

Dari paparan tentang pelaporan keuangan dan perubahan harga menurut saya setiap
perusahaan yang sudah bonafit wajib melakukan pelaporan keuangannya bahkan ke public
atau masyarakat juga. Dan jika kita ingin melakukan bisnis internsioanal kita tidak bisa
dipisahkan dengan nilai mata auang dan perubahan harga uang atas barang dan jasa. Dalam
suatu perekonomian bisa mengalami yang namanya perubahan harga. Perubahan harga
tersebut ada yang namanya inflasi ( kenaikan harga secara keseluruhan ) dan deflasi
( penurunan harga ). Disetiap Negara memiliki perbedaan dalam hal penilaian biaya kini yang
dikaitkan terhadap inflasi di pemaparan diatas di jelaskan tentang sudut pandang
internasional terhadap akuntansi inflasi antara Negara Amerika Serikat, Inggris dan Berasil.
Dari itu semua ada keuntungan dan kerugiaan inflasi pada Negara Amerika Serikat, Inggris
dan Brasil dan juga Kepemilikan. 
BAB III

KESIMPULAN

          Perubahan harga merupakan fluktuasi pergerakan harga baik suatu peningkatan


maupun suatu penurunan. Peningkatan harga secara umum di kenal dengan istilah inflasi,
sedangkan penurunan harga secara umum dikenal dengan istilah deflasi. Perubahan harga
disini terdapat dua jenis perubahan harga umum maupun perubahan harga spesifik.
Perubahan harga umum merupakan perubahan harga secara keseluruhan komoditi, sedangkan
perubahan harga khusus merupakan perubahan harga komoditi tertentu. Pada periode
perubahan harga ini laporan keuangan sangat teramat rentan terhadap resiko penyesatan para
penggunanya. Resiko ini terjadi karena adanya ketidak akuratan pengukuran yang
menyebabkan distorsi pada proyeksi keuangan yang didasarkan pada data seri waktu historis,
anggaran yang menjadi dasar pengukuran kinerja dan data kinerja yang tidak dapat
mengisolasi pengaruh perubahan harga yang tidak dapat dikendalikan. Resiko tersebut
menimbulkan kesulitan para pembaca untuk menginterpretasikan dan membandingkap
laporan keuangan. Terdapa dua jenis metode yang dapat dilakukan untuk melakukan
penyesuaian terhadap inflasi, yaitu (1) akuntansi untuk laporan keuangan atas perubahan
tingkatan harga umum yang disebut sebagai model daya beli konstan biaya historis, dan (2)
akuntansi untuk perubahan harga khusus yang disebut dengan model biaya kini.

 
DAFTAR PUSTAKA

Choi, Frederick. D. S. dan Gary K. Meek.2012.International Accounting Edisi 6 Buku


1.Jakarta:Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai