Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelaporan keuangan sangat terkait dengan perubahan harga, karena selama periode perubahan
harga tersebut laporan keuangan dapat berpotensi untuk menyesatkan selama periode perubahan
harga tersebut. Perubahan harga disini dapat dipahami dengan 2, yaitu perubahan harga secara
umum dan perubahan harga spesifik atau khusus. Pada bahasan ini akan lebih lanjut dikenalkan
tentang bagaimana penyesuaian terhadap inflasi. Untuk memahaminya akan diberika pula sudut
pandang dunia internasional terhadap akuntansi inflasi dimana kita akan mengambil dari
Amerika Serikat, Inggris dan Brasil.

1.2 Rumusan Masalah

1 Apakah yang dimaksud Perubahan Harga pada materi ini?

2 Mengapa laporan keuangan dapat berpotensi menyesatkan selama periode perubahan harga?

A3 pa saja jenis penyesuaian inflasi?

4 Apa yang dimaksud dengan penyesuaian tingkat harga umum?

5Apa yang dimaksud dengan penyesuaian biaya kini?

6Bagaimana sudut pandang internasional terhadap akuntansi inflasi?

1.3 Tujuan

Dengan adanya penulisan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu memahami materi tentang
pelaporan keuangan dan perubahan harga ini. Dan dapat menjadi acuan untuk penulisan
makalah-makalah yang sejenis selanjutnya.

1
BAB II

PELAPORAN KEUANGAN DAN PERUBAHAN HARGA

2.1 DEFINISI PERUBAHAN HARGA

Fluktuasi nilai mata uang dan perubahan dalam harga uang atas barang dan jasa
merupakan karakteristik yang terpisahkan dalam bisnis internasional. Untuk memahami istilah
perubahan harga ( changing princes ), kita harus membedakan antara pergerakan harga umum
dan pergerakan harga spesifik, yang keduanya termasuk dalam istilah perubahan harga itu.
Tingkat harga umum biasanya timbul ketika harga semua barang dan jasa dalam perekonomian
berubah. Daya beli moneter pun menguat atau melemah. Suatu perubahan harga umum terjadi
apabila secra rata-rata harga seluruh barang dan jasa dalam suatu perekonomian mengalami
perubahan. Kenaikan harga secara keseluruhan disebut inflasi ( inflation), sedangkan penurunan
harga disebut deflasi ( deflation ). Apa saja penyebab inflasi? Bukti-bukti menunjukan bahwa
inflasi disebabkan oleh kebijakan moneter dan fiskal agresif yang bertujuan untuk mencapai
target pertumbuhan ekonomi yang tinggi, biaya pemilihan umum yang terlalu besar, serta
penyebaran inflasi internasional. Namun persoalan ini jauh lebih rumit.

Perubahan harga khusus dimulai ketika harga barang atau jasa tertentu berubah seiring
naik turunnya permintaan dan penawaran. Inilah yang menyebabkan tingkat rata-rata inflasi
pertahun dari suatu negara mencapai 5%, sementara disaat yang sama harga apartemen berkamar
sama dinegara itu meningkat sebesar 50%.

Inflasi telah menjadi fakta yang penting dan tetap di hampir semua Negara di dunia.
Perubahan nilai mata uang moneter bener-bener diakui para akuntan dewasa ini, tetapi tedapat
pertentangan mengenai cara teoritis dan praktis untuk menyelesaikannya. Di Amerika Serikat,
FASB Statetment No. 33 mangharuskan pengungkapan khusus oleh perusahaan-perusahaan
besar tertentu, tetapi tidak merinci kaitan pengungkapan ini dengan laporan keuangan utama.
Unit moneter yang tidak stabil adalah suatu kendala penfukuran dalam pendekatan induktif-
deduktif terhadap teori akuntansi.

2.2 DAFTAR ISTILAH AKUNTANSI INFLASI

 Atribut. Karakteristik kuantitatif suatu pos yang diukur untuk keperluan akuntansi.
Contoh biaya hostori atau biaya penggantian merupakan atribut suatu aktiva.

 Penyesuaian biaya kini. Nilai penyesuaian aktiva untuk perubahan dalam harga tertentu.

2
 Perubahan dalam kekayaan. Jumlah aktiva bersih suatu perusahaan yang dapat ditarik
tanpa mengurangi besar awalnya aktiva bersih.

 Mekanisme Penyesuaian. Menfaat berupa keuntungan daya beli pemegang saham yang
berasal dari pendanaan utang dan pertanda bahwa perusahaan tidak perlu mengakui
tambahan biaya pengganti atas aktiva operasi sehubungan dengan aktiva tersebut didanai
melalui utang.

 Ekuivalensi Daya Beli Umum. Jumlah uang yang telah disesuaikan terhadap perubahan
dalam tingkat harga umum.

 Laba dan rugi pembelian umum. Lihat laba dan rugi moneter.

 Mata uang tetap biaya historis. Lihat setara daya beli umum.

 Keuntungan kepemilikan suatu investasi. Kenaikan biaya kini suatu aktiva nonmoneter.

 Hiperinflasi. Laju inflasi yang sangat besar terjadi pada saaat tingkat harga umum dalam
suatu perkekonomian meningkat sebesar lebih dari 25 % pertahun.

 Inflasi. Keniakan dalam tingkat harga umum seluruh barang dan jasa dalam suatu
perkeonomian.

 Aktiva Moneter. Klaim terhadap jumlah mata uang yang tetap dimasa depan seperti kas
atau piutang usaha.

 Keuntungan Moneter. Kenaikan dalam daya beli secara umum yang terjadi karena
terdapatnya kewajiban moneter selama periode inflasi.

 Kewajiban Moneter. Suati kewajiban untuk membayar jumlah mata uang tetap dimasa
depan seperti utang usaha atau uang dengan suku bunga tetap.

 Kerugiaan Moneter. Penurunan dalam daya beli secara umum yang terjasi karena
terdapatnya aktiva moneter selama periode inflasi.

 Penyesuaian Modal Kerja Moneter. Pengaruh perubahan harga khusus terhadap seluruh
jumlah modal kerja yang digunakan oleh suatu usaha dalam menjalankan operasinya.

 Jumlah Nominal. Jumlah mata uang yang belum disesuaikan dengan perubahan harga.

 Aktiva non Moneter. Aktiva yang tidak menunjukkan adanya klaim tetap terhadap kas
seperti persediaan, aktiva tetap, dan peralatan.

 Penyesuaian Paratis. Suatu penyesuaian yang mencerminkan perbedaan antara inflasi di


Negara induk perusahaan dan perusahaan tuan rumah.

3
 Kewajiban non moneter. Suatu utang yang tidak mengharuskan pembayaran jumlah kas
tetap dimasa depan seperti uang muka pelanggan.

 Aktiva Permanent. Istilah di Brasil utnuk aktiva tetap, gedung, investasi, beban
tangguhan dan depresiasi terkait serta jumlah deplasi atau amortisasi.

 Indeks Harga. Suatu rasio biaya dimana pembilang/numeratornya adalah biaya dari suatu
keranjang barang dan jasa yang representative dalam tahun berjalan, sedangkan
penyebutnya adalah biaya dari keranjang barang dan jasa yang sama pada tahun dasar.

 Daya Beli. Kemampuan umum dari suatu unti moneter untuk memperoleh barang dan
jasa.

 Laba Riil. Laba bersih yang telah disesuaikan untuk perubahan harga.

 Biaya Penggantian. Biaya kini untuk mengganti potensi jasa suatu aktiva dalam keadaan
normal usaha.

 Mata Uang Pelaporan. Mata uang yang digunakan suatu perusahaan dalam menyusun
laporan keuangan.

 Metode nyatakan kembali-translasikan. Digunakan pada saat suatu induk perusahaan


mengkonsolidasikan akun-akun anak perusahaan luar negeri yang beralokasi disebuah
lingkungan berinflasi.

 Fluktuatif. Dengan metode ini, akun anak perusahaan pertama-tama disajikan ulang
dengan inflasi lokal, kemudian ditranslasikan dalam mata uang induk.

 Perubahan Harga Khusus. Perubahan dalam harga untuk komoditas khusus seperti
persediaan atau peralatan.

 Metode tranlasikan saji-ulang. Suatu metode konsolidasi pertama-tama dengan


mentranslasikan akun-akun laporan keuangan anak prusahaan luar negeri ke dalam mata
uang induk perusahaan kemudian dinyatakan kembali jumlah yang ditraslasikan terhadap
inflasi induk perusahaan.

2.3 LAPORAN KEUANGAN DAPAT MEMILIKI POTENSI UNTUK MENYESATKAN


SELAMA PERIODE PERUBAHAN HARGA

Selama periode inflasi, nilai aktiva yang di catat sebesar biaya akuisisi awalnya jarang
mencerminkan nilai terkininya ( yang lebih tinggi ). Nilai aset yang dikecilkan mengakibatkan
dikecilkannya pengeluaran dan dibesarkannya laba. Ketidak akuratan pengukuran ini mendistorsi
(1) proyeksi keuangan yang didasarkan pada data seri waktu historis (2) anggaran yang menjadi

4
dasar pengukuran kinerja dan (3) data kinerja yang tidak dapat mengisolasi pengaruh inflasi yang
tidak dapat dikendalikan. Laba yang dinilai lebig pada gilirannya akan menyebabkan :

 Kenaikan dalam proporsi pajak

 Permintaan deviden lebih banyak dari pemegang saham

 Permintaan gaji dan upah yang lebih tinggi dari pada pekerja

 Tindakan yang merugikan dari Negara tuan rumah ( seperti pengenaan pajak keuntungan
yang sangat besar )

Jika harus mendistribusikan semua laba yang dibesarkan (Dalam bentuk paja, deviden,
gaji dan semacamnnya yang lebih besar) suatu perusahaan mungkin tidak akan memiliki cukup
sumberdaya untuk mengganti aset tertentu yang mengalami kenaikan harga, seperti persediaan,
pabrik dan peralatan.

Kegagalan untuk menyesuaikan data keuangan perusahaan terhadap perubahan dalam


daya beli unit moneter juga menimbulkan kesulitan bagi pembaca laporan keuangan untuk
menginterpretasikan dan membandingkan kinerja operasi perusahaan yang dilaporkan. Dalam
periode inflasi, pendapatan umumnya dinyatakan dalam mata uang dengan daya beli umum yang
lebih rendah ( yaitu daya beli perode ini ), yang kemudian diterapkan terhadap beban terkait.
Biaya disajikan dalam mata uang dengan daya beli umum lebih tinggi karena biasanya
mencerminkan pemakaian sumberdaya yang diperoleh dimasa lampau (misalnya penyusutan
pabrik yang dibeli 10 tahun silam) ketika daya beli unit moneter lebih tinggi. Mengurangi biaya
berdasarkan daya beli historis dari pendapatan berdasarkan daya beli kini menyebabkan laba
tidak diukur secara akurat.

Prosedur akuntansi yang konvensional juga mengabaikan keuntungan dan kerugian daya
beli yang timbul dari kepemilikan kas ( ekuivalennya ) selama periode inflasi. Jika kita menahan
kas selama setahun dengan tingkat inflasi 100%, maka diakhir tahun kita akan memerlukan dua
kali lipat kas untuk menyamai daya beli saldo kas diawal tahun. Hal ini selanjutnya mempersulit
pembaca laporan untuk membandingkan kinerja bisnis.

Oleh karena itu, mengakui pengaruh inflasi secara eksplisit berguana dilakukan karena :

1. Pengaruh perubahan harga sebagian bergantung pada transaksi dan keadaan yang
dihadapi suatu perusahaan.

5
2. Mengelola masalah yang timbulkan oleh perubahan harga tergantung pada pemahaman
yang akurat atas masalah tersebut.

3. Laporan dari para menajer mengenai permasalahan yang disebabkan oleh perubahan
hatga lebih mudah dipercaya apabila kalangan usaha menerbitkan iformasi keuangan
yang membahas masalah-masalah tersebut.

Meskipun laju melambat, akuntansi perubahan harga tetap berguna karena efek kumulatif
inflasi yang rendah dalam beberapa waktu dapat signifikan. Pengaruh distorsi inflasi masa lalu
dapat juga bertahan selama bertahun-tahun, mengingat umur panjang kebanyakan harta.
Disamping itu, sebagaimana disebutkan sebelumnya, perubahan harga khusus bisa menjadi
signifikan bahkan ketika tingkat harga umum tidak banyak berubah.

2.4 JENIS PENYESUAIAN INFLASI

Rangkaian statistic yang bertujuan mengukur perubahan harga umum maupun khusus
biasanya tidak berjalan secara bersamaan. Setiap jenis perubahan harga memiliki pengaruh yang
berbada terhadap ukuran-ukuran posisi keuangan dan kinerja operasi suatu perusahaan dan
ditimbulkan oleh adanya tujuan-tujuan berbeda yang tersembunyi. Akuntansi untuk laporan
keuangan atas perubahan tingkatan harga umum disebut sebagai model daya beli konstan biaya
historis. Akuntansi untuk perubahan harga khusus disebut sebagai model biaya kini.

2.5 PENYESUAIAN TINGKAT HARGA UMUM

Jumlah mata uang yang disesuaikan terhadap perubahan tingkat harga umum ( daya beli )
disebut sebagai mata uang konstan biaya historis atau ekuivalen daya beli umum. Jumlah mata
uang yang belum disesuaikan sedemikian rupa disebut sebagai jumlah nominal. Sebagai contoh,
selama periode kenaikan harga, aktiva berumur panjang yang dilaporkan di dalam neraca sebesar
biaya akuisisi awalnya dinyatakan dalam mata uang nominal. Apabila biaya historisnya
dialokasikan terhadap laba periode kini ( dalam bentuk beban depresiasi ), pendapatan, yang
mencerminkan daya beli kini, ditandingkan dengan biaya yang mencerminkan daya beli ( yang
lebih tinggi ) dari periode terdahulu saat aktiva tersebut dibeli. Oleh karena itu, jumlah nominal
harus disesuaikan untuk perubahan-perubahan dalam daya beli umum uang agar dapat
ditandingkan dengan transaksi ditahun berjalan.

 Indeks Harga

Perubahan tingkat harga umum diukur dengan indeks tingkat harga dalam bentuk Jumlah p1q1 /
Jumlah p0q0 dimana p = harga suatu barang tertentu dan q = kuantitas yang dikonsumsi. Suatu
indeks harga adalah rasio biaya. Contoh, jika sebuah keluarga yang terdiri dari empat orang

6
menghabiskan uang $20.000 untuk membeli sebuah keranjang barang dan jasa yang representive
pada akhir tahun 1 ( tahun dasar – awal tahun 2 ) dan $22.000 untuk membeli keranjang yang
sama setahun kemudian ( awal tahun 3 ), indeks harga akhir tahun pada tahun 2 adalah
$22.000/$20.000 atau 1,1. Angka ini menujukkan adanya laju inflasi sebesar 10 % selama tahun
2. Demikian pula halnya, apabila keranjang dalam contoh diatas $23.500 bagi suatu keluarga
yang terdiri dari 4 orang pada tahun 2 kemudian ( akhir tahun 3 ), maka indeks tingkat harga
umum akan menjadi $23.500/$20.000 atau 1,175 yang menunjukkan laju inflasi 17,5 %
semenjak tahun dasar. Indeks untuk tahun dasar adalah $20.000/$20.000 atau 1.

 Penggunaan Indeks Harga

Angka indeks harga digunakan untuk mentraslasikan jumlah yang dibayarkan selama periode
terdahulu menjadi ekuivalen daya beli pada akhir periode. Metode yang digunakan adalah
sebagai berikut :

GPLc / GPLtd x Jumlah Nominaltd = PPEc

Dimana :

GPL = indeks harga umum

c = periode kini

td = tanggal transaksi

PPE = ekuivalen daya beli umum

Angka tingkat harga yang disesuaikan bukan merupakan biaya kini dari pos yang
dipersoalkan, melainkan masih merupakan angka biaya historis. Angka biaya historis hanya
sekedar disajikan ulang dalam unit ukuran baru, yaitu daya beli umum diakhirperiode. Jika
semua transaksi semua dilakukan secara seragam selama periode tertentu (seperti pendapatan
dari penjualan barang atau jasa), maka penyesuaian tingkat harga jalan pintas dapat digunakan.
Ketika menyajikan pendapatan sebagai setara daya beli akhir periode, ketimbang menyesuaikan
tingkat harga pendapatan harian (berarti ada 365 perhitungan) kita dapat menggunakan rumus
berikut :

GPLc / GPLtd x Pendapatan Total = PPEc

 Objek Penyesuaian Tingkat Harga Umum

Secara tradisional, laba merupakan bagian dari kekayaan perusahaan ( yaitu aktiva
bersih ) yang dapat ditarik oleh perusahaan selama suatu periode akuntansi tanpa mengurangi
kekayaannya hingga dibawah posisi awal. Dengan asumsi tidak ada investasi atau penarikan
tambahan oleh pemilik selama periode tersebut. Oleh karena itu, akuntansi konvensional
menghitung laba sebagai jumlah maksimal yang dapat ditarik oleh perusahaan tanpa mengurangi

7
modal uang awalnya. Jika kita tidak bisa memperoleh harga yang stabil maka perhitungan laba
konvensional cenderung menghitung kekayaan bersih perusahaan setelah pajak secara tidak
akurat.

Dari mana datangnya kerugian moneter? Selama inflasi perusahaan akan mengalami
perubahan kekayaan yang tidak berkaitaan dengan kegiatan operasinya. Perubahan muncul dari
aktiva atau kewajiban moneter, kewajiban untuk membayarkan mata uang dengan jumlah yang
tetap dimasa depan. Aktiva moneter mencakup kas dan piutang usaha yang umumnya akan
menghilangkan daya beli selama periode inflasi. Kewajiban moneter mencakup kebanyakan
utang yang umumnya akan menimbulkan keuntungan daya beli selama periode inflasi.

2.6 PENYESUAIAN BIAYA KINI

Model biaya kini berbeda dengan akuntansi konvensional dalam dua aspek utama yaitu
(1) Aktiva tetap dinilai berdasarkan biaya kini bukan biaya historis. Oleh karena aset pada
dasarnya sama dengan nilai diskonto kini dari arus kas dimasa depan, pendukung model biaya
kini berpendapat bahwa nilai kini memperlihatkan secara lebih baik pengukuran pendapatan dan
potensi arus kas perusahaan dimasa depan kepada pembaca laporan keuangan. (2) Kedua, laba
didefinisikan sebagai kekayaan bersih setelah pajak dari perusahaan, yaitu jumlah sumber daya
yang dapat didistribusikan oleh perusahaan dalam suatu periode ( tanpa pertimbangan komponen
pajak ), namun tetap dapat mempertahankan kapasitas produktif atau model fisik perusahaan.
Satu cara untuk mempertahankan modal adalah dengan menyesuaikan posisi aktiva bersih awal
perusahaan (lewat indeks harga khusus atau penentuan harga langsung yang sesuai, seperti harga
tagihan lancer, daftar harga dari penyedia, dan lain-lain) untuk mencerminkan perubahan dalam
ekuivalen biaya kini aktiva selama periode berjalan.

 Biaya Kini Disesuaikan Dengan Tingkat-Harga Umum

Opsi pelaporan ketiga yang bertujuan untuk menerangkan perubahan harga ini
menggabungkan karakteristik model tingkat umum dan model biaya kini. Pengukuran ini, yang
disebut sebagai model biaya kini yang disesuaikan dengan tingkat harga menggunakan indeks
harga umum maupun khusus. Sesuai dengan model tingkat harga umum, salah satu tujuan model
ini adalah untuk mengungkapkan laba dan aset bersih pada ekuivalen pada daya beli akhir tahun
perusahaan. Laporan laba rugi juga memuat informasi mengenai laba atau rugi daya beli pos-pos
moneter induk bersih. Sesuai dengan model biaya kini, tujuan lain model ini adalah untuk
melaporkan aset bersih perusahaan pada biaya kininya dan untuk melaporkan jumlah laba yang
menggambarkan kekayaan bersih setelah pajak.

Ciri khas dari model biaya kini yang disesuaikan dengan tingkat harga adalah
pengungkapan perubahan biaya kini dari aset moneter perusahaan setelah dikurangi inflasi.
Tujuannya adalah untuk memperlihatkan bagian perubahan nilai aset moneter yang melebihi atau

8
kurang dari perubahan daya beli umum. Dua pengungkapan yang lazim dimuat dalam ekuitas
pemegang saham biasanya ditafsirkan sebagai berikut : Kenaikan aset non moneter akibat inflasi
umum merupakan jumlah saldo yang harus dimiliki perusahaan agar mampu menghadapi inflasi
umum tersebut. Komponen kedua (misalnya kenaikan harga kini yang melampaui inflasi umum)
dianggap sejumlah pihak sebagai laba modal atas aset non moneter yang belum direalisasikan.
Kita berpendapat bahwa komponen terakhir ini bukan merupakan laba, melainkan kenaikan
biaya usaha yang harus dimiliki perusahaan untuk mempertahankan kapasitas produksinya.

Group Modelo diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan, disajikan ulang sebagai
berikut :

 Persediaan

Pos-pos ini dinilai berdasarkan metode masuk terakhir, keluar pertama dan disajikan ulang
dengan menggunakan metode biaya penggantian atau manufaktur.

 Harga Pokok Penjualan

Penyajian ulang akun ini dinilai berdasarkan nilai persediaan yang dinyataan ulang.

 Aktiva Tetap

Pos-pos ini dicatat berdasarkan biaya akuisisi, dan disajikan ulang dengan menggunakan faktor
inflasi yang diperoleh dari Nasional Consumer Indeks/Indeks Harga Konsumen Umum, sehingga
menjadi nilai penggantian bersih yang sesuai ditentukan oleh penilai ahli independent pada
tanggal 31 Des 20XX, dan sesuai denga tanggal akuisisi apabila pembelian dilakukan setelah
tanggal tersebut

 Depresiasi

Pos ini dihitung berdasrkan nilai penyajian ulang aktiva tetap, yang dipertimbangkan ebagai
dasar, perkiraan masa manfaat ditentukan oleh penilai independent.

 Penyajian ulang ekuitas pemegang saham

Akun ini disajikan ulang dengan menggunakan faktor inflasi yang diperoleh dari NCPI, menurut
umur atau tanggal kontribusinya.

 Ketidakcukupan dalam penyajian ulang ekuitas pemegang saham

Saldo akun ini disajikan dengan penjumlahan aljabar dari hasil kepemilikan aktiva nonmoneter
dan akumulasi hasil moneter ekuitas.

 Hasil dari kepemilikan aktiva nonmoneter


9
Pos ini menunjukka perubahan dalam nilai aktiva nonmoneter yang disebabkan oleh hal selain
inflasi.

 Akumulasi hasil moneter ekuitas

Pos ini merupakan hasil yang berawal dari penyajian awal angka-angka laporan keuangan.

2.7 SUDUT PANDANG INTERNASIONAL TERHADAP AKUNTANSI INFLASI

Beberapa negara bereksperimen dengan pendekatan akuntansi inflasi yang beragam. Praktik-
praktik yang berlaku dilapangan juga mencerminkan berbagai pertimbangan pragmatis, seperti
tingkat keparahan inflasi nasional dan sudut pandang pihak-pihak yang merasakan pengaruh
langsung dari angka-angka akuntansi inflasi. Guna memahami praktik-praktik yang berlaku
dewasa ini, akan bermanfaat jika kita menelaah pendekatan terhadap akuntansi inflasi yang
dilakukan oleh beberapa negara.

Amerika Serikat

Pada tahun 1979, FASB mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan


(Statement of Financial Accounting Standards-SAFS ) No. 33 Berjudul “Pelaporan Keuangan
dan Perubahan Harga”, pernyataan ini mengharuskan perusahaan-perusahaan AS yang memiliki
persediaan dan aktiva tetap ( sebelum dikurangi dengan depresiasi ) yang bernilai lebih dari $125
juta atau total aktiva lebih dari $1 Miliar ( setelah dikurangi dengan akumulasi depresiasi ) untuk
selama lima tahun mencoba melakukan pengungkapan daya beli konstan dan biaya beli konstan
biaya kini. Sebagai kerangka pengukuran dasar untuk pengukuran dasar pelaporan keuangan
utama, pengungkapan ini lebih ditujukan untuk melengkapi informasi beban historis daripada
menggantinya.

Banyak pengguna dan penyusun informasi keuangan yang telah sesuai dengan SFAS No. 33
menemukan bahwa :

1. Pengungkapan ganda yang diwajibkan oleh FASB membingungkan

2. Biaya untuk penyusunan pengungkapan ganda terlalu besar

3. Pengungkapan daya beli konstan biaya historis tidak terlalu bermanfaat bila dibandingkan
data biaya kini

Oleh karena itu, FASB memutuskan untuk menyarankan, dan tidak mewajibkan, perusahaan
pelaporan di AS untuk mengungkapkan baik informasi daya beli tetap biaya historis maupun
daya beli tetap biaya kini. Pedoman yang diterbitkan oleh FASB (SFAS 89) bertujuan untuk
membantu perusahaan yang melaporkan pengaruh perubahan harga terhadap laporan keuangan,
disamping sebagai cikal bakal standar akuntansi inflasi dimasa mendatang.

10
Perusahaan pelapor didorong untuk mengungkapan informasi berikut untuk masing-masing dari
5 tahun terkini :

 Penjualan bersih dan pendapatan operasi lainnya

 Laba dari operasi yang berjalan berdasarkan dasar biaya kini

 Keuntungan atau kerugiaan daya beli ( moneter ) atas pos-poss moneter bersih

 Kenaikan atau penurunan dalam biaya kini atau jumlah yang dapat dipulihkan yang lebih
rendah dari persediaan atau aktiva tetap, bersih dari inlasi ( perubahan tingkat harga
umum )

 Setiap agregat penyesuaian translasi mata uang asing, berdasarkan biaya kini, yang
timbul dari proses konsolidasi

 Aktiva bersih pada akhir tahun menurut dasar biaya kini

 Laba per saham ( dari operasi berjalan ) menurut dasar biaya kini

 Deviden per saham biasa

 Harga pasar akhir tahun per lembar saham biasa

 Tingkat Indeks Harga Konsumen ( Consumer Price Index-CPI ) yang digunakan untuk
mengukur laba dari operasi berjalan

Untuk meningkatkan komparabilitas data diatas, informasi yang diberikan dapat disajikan baik
dalam (1) rata-rata setara daya beli (atau diakhir tahun), (2) Dollar pada periode pokok (1967)
yang digunakan untuk menghitung CPI. Jika laba berdasarkan daya beli tetap biaya kini berbeda
secara signifikan dari laba biaya historis, maka perusahaan diminta untuk menyajikan lebih
banyak data.

Pedoman SFAS No 89 juga mencakup operasi luar negeri yang disertakan dalam laporan
keuangan konsolidasian perusahaan induk di Amerika Serikat. Perusahaan yang menggunakan
dollar sebagai mata uang fungsional untuk mengukur operasi luar negeri menggunakan
prespektif mata uang induk. Perusahaan multi nasional yang menggunakan mata uang local
sebagai mata uang fungsional untuk sebagian besar operasi luar negerinya menggunakan
prespektif mata uang local. FASB membolehkan perusahaan untuk menggunakan metode
translasi saji ulang untuk menyesuaikan dengan inflasi asing kemudian mentranslasikannya
kedalam dollar AS. Bertujuan untuk menunjukan inflasi dapat menggunakan baik dollar AS
maupun indeks tingkat harga umum asing.

11
INGGRIS

Komite Standar Akuntansi Inggris ( Accounting Standard Committee-ASC ) menerbitkan


Pernyataan Standar Praktik Akuntansi 16 ( Statement of Standards Accounting Practice-SSAP
16), “Akuntansi Biaya Kini” untuk masa percobaan 3 tahun pada bulan maret 1980. SSAP 16
berbeda dengan SFAS 33 dalam 2 hal yaitu :

1. Standar AS mengharuskan akuntansi dollar konstan dan biaya kini, SSAP 16 mengadopsi
hanya metode biaya kini untuk pelaporan eksternal

2. Penyesuaian inflasi AS berpusat pada laporan laba rugi, laporan biaya kini di Inggris
mewajibkan baik laporan laba rugi dan neraca biaya kini, beserta catatan penjelasan

Standar di Inggris memperbolehkan tiga pilihan pelaporan :

1. Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai pelapor keuangan dasar dengan akun-akun
pelengkap biaya historis

2. Menyajikan akun-akun biaya historis sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun
pelengkap biaya kini

3. Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai satu-satunya akun yang dilengkapi dengan
informasi biaya historis yang memadai

Terkait pos-pos moneter, SFAS No 33 mewajibkan pengungkapan angka-angka laba dan rugi
secara terpisah, sedangkan SSAP No 16 mewajibkan dua jenis angka yang mencerminkan
pengaruh perubahan harga khusus. Jenis pertama yang disebut sebagai penyesuaian modal kerja
moneter (MWCA), mengakui pengaruh perubahan harga khusus terhadap jumlah total modal
kerja yang digunakan dalam operasi bisnis. Jenis dua yang disebut penyesuaian utang modal,
memperhatikan dampak perubahan harga khsus terhadap aset nonmoneter perusahaan (misalnya
penyusutan, beban penjualan, dan modal kerja moneter).

Penyesuaian utang modal menyatakan bahwa pengeluaran seperti beban penjualan barang dan
penyusutan tidak harus dikurangi untuk mengakui biaya pengganti dari aset tersebut, selama
tidak diperoleh lewat utang. Jika diperoleh lewat utang, maka laba moneter yang dihitung oleh
indeks harga khsus (bukan umum) mestinya mengalami kenaikan.

BRASIL

Inflasi sering dianggap sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari dunia bisnis di Amerika Latin,
Eropa Timur dan Asia Tenggara. Mengingat pengalamannya dengan inflasi dimasa lalu,
pendekatan yang dilakukan oleh brasil terhadap akuntansi inflasi sangat informatif.

12
Akuntansi inflasi yang direkomendasikan di Brasil hari ini mencerminkan 2 kelompok pilihan
pelaporan, Undang-Undang perusahaan Brasil dan Komisi Sekuritas dan Bursa Brasil.
Penyesuaian inflasi yang sesuai dengan undang-undang perusahaan menyajikan ulang akun-akun
aktiva permanen dan ekuitas pemegang saham dengan menggunakan indeks harga yang diakui
oleh Pemerintah Federal untuk mengukur devaluasi mata uang lokal. Aktiva permanen meliputi
aktiva tetap, gedung, investasi, beban tangguhan dan depresiasi terkait, serta akun-akun
amortisasi atau deplesi ( termasuk setiap provisi kerugiaan yang terkait ). Akun-akun ekuitas
pemegang saham terdiri dari modal, cadangan pendapatan, cadangan revaluasi, laba ditahan, dan
akun cadangan modal yang digunakan untuk mencatat penyesuaian tingkat harga terhadap
modal. Akun yang disebut terakhir berasal dari revaluasi aset tetap kedalam biaya pengganti
kininya, setelah dikurangi provisi penyusutan teknis dan fisik.

Penyesuaian inflasi terhadap aset permanen dan ekuitas pemegang saham diterima bersih, dan
kelebihannya diungkapkan secara terpisah dalam laba kini sebagai laba atau rugi koreksi
moneter.

Penyesuaian tingkat harga terhadap ekuitas pemegang saham (BRL275) merupakan jumlah yang
mesti ditumbuhkan lewat investasi pemegang saham diawal tahun, guna mengatasi inflasi.
Penyesuaian aset permanen yang lebih sedikit dari penyesuaian ekuitas menimbulkan rugi daya
beli, yang tercermin dalam aset moneter bersih yang diungkapkan oleh perusahaan yaitu modal
kerja.

2.8 BADAN STANDAR AKUNTANSI INTERNASIONAL

IASB menyimpulkan bahwa laporan posisi keuangan dan kinerja operasional yang
dinyatakan dalam mata uang lokal dilingkungan hyperiflasi tidak bermanfaat. IAS 29 pelaporan
keuangan dalam Perekonomian Hiperinflasi mewajibkan ( dan bukan hanya merekomendasikan )
penyajian ualang informasi laporan keuangan utama. Secara khusus, laporan keuangan suatu
perusahaan yang melakukan pelaporan dalam mata uang perkekonomian hiperinflasi, apakah
didasarkan pada kerangka penilaian biaya historis atau biaya kini, harus disajikan ulang sesuai
dengan daya beli konstan pada tanggal neraca. Peraturan ini juga berlaku untuk angka-angka
serupa ditahun sebelumnya. Laba atau rugi daya beli terkait posisis kewajiban atau aset moneter
bersih harus dimasukkan kedalam laba bersih. Perusahaan pelapor juga harus mengungkapkan :

 Fakta bahwa penyajian ulang atas perubahan daya beli umum unit pengukuran telah
dilakukan

 Model penilaian aset yang digunakan dalam laporan utama (yaitu penilaian historis atau
biaya kini)

13
 Identitas dan tingkat indeks harga pertanggal neraca, berikut pergerakkannya selama
tahun pelaporan

 Laba atau rugi moneter bersih tahun berjalan

2.9 HAL-HAL TERKAIT INFLASI

Para analis harus memperhatikan hal-hal berikut saat membaca laporan yang disesuaikan dengan
inflasi :

1. Apakah pengaruh inflasi dapat diukur secara lebih baik oleh dollar tetap atau biaya kini

2. Perlakuan akuntansi untuk laba dan rugi inflasi

3. Akuntansi inflasi asing

4. Pengaruh gabungan dari tingkat inflasi dan bursa efek

5. Laba dan Rugi Inflasi

Perlakuan terhadap laba dan rugi atas pos-pos moneter (seperti kas, utang, dan piutang)
merupakan isu controversial. Survei yang dilakukan terhadap praktik-praktik diberbagai negara
menunjukkan keragaman yang penting dalam hal ini.

Laba dan rugi pos-pos moneter di Amerika Serikat ditentukan dengan menyajikan ulang dalam
dolar konstan, saldo awal dan akhir serta transaksi dalam seluruh aktiva dan kewajiban moneter (
termasuk utang jangka panjang ). Angka yang dihasilkan diungkapkan sebagai pos terpisah.
Perlakuan ini memandang keuntungan dan kerugiaan pos-pos moneter sebagai hal yang berbeda
dari jenis pendapatan yang lain.

Di Inggris, keuntungan dan kerugian pos-pos moneter dipisahkan menjadi modal kerja moneter
dan mekanisme penyesuaian. Kedua angka tersebut ditentukan melalui perubahan harga khusus (
dan bukan umum ). Mekanisme penyesuaian mengindikasikan manfaat ( atau biaya ) kepada
pemegang saham berasal dari pembiayaan utama selama suatu periode perubahan harga. Angka-
angka ini ditambahkan atas ( dikurangi dari ) laba operasi biaya kini untuk menghasilkan ukuran
kemakmuran yang dapat dihapuskan yang disebut sebagai “ Laba Biaya Kini Tertribusi Kepada
Pemegang Saham “.

Pendekatan Brasil yang tidak lagi diwajibkan, tidak menyesuaikan aktiva dan kewajiban kini
secara eksplisit, karena jumlah-jumlah ini dinyatakan dalam hal nilai yang dapat direalisasi.

14
Namun demikian, peyesuaian dan penyajian bersih aktiva pemanen atau kerugian daya beli
umum atas pendanaan modal kerja yang berasal dari utang atau kewajiban. Penyesuaian aktiva
permanen yang melebihi penyesuaian ekuitas menunjukkan keuntungan daya beli. Sebaliknya,
penyesuaian ekuitas yang lebih besar dari penyesuaian aktiva permanen menunjukkan adanya
sebagai modal kerja yang didanai oleh ekuitas. Kerugiaan daya beli diakui untuk bagian ini
selama periode inflasi.

SSAP No 16 memiliki cara yang lebih baik untuk menangani pengaruh inflasi. Perusahaan juga
diuntungkan jika menggunakan utang selama inflasi berlangsung. Fenomena ini seharusnya tidak
diukur dengan daya beli umum karena perusahaan hampir tidak pernah berinvestasi di keranjang
belanja ekonomi. Tujuan akuntansi inflasi ialah untuk mengukur kinerja perusahaan dan
memungkinkan pihak yang terkait untuk menilai jumlah, waktu, dan potensi arus kas dimasa
depan.

Suatu perusahaan dapat mengukur daya beli yang dimilikinya untuk memperoleh barang dan jasa
tertentu lewat indeks pengukur laba dan rugi moneter. Karena tidak semua perusahaan
memperoleh indeks daya beli kasnnya sendiri, pendekatan yang dilakukan di Inggris menjadi
alternative yang terbaik.

Laba dan Rugi Modal

Akuntansi untuk biaya kini membagi total laba menjadi 2 bagian :

Laba operasi ( perbedaan antara pendapatan kini dan biaya kini sumber daya yang dikonsumsi )

Keuntungan yang belum direalisasi yang timbul dari kepemilikan aktiva nonmoneter dengan
nilai pengganti yang meningkat bersamaan dengan inflasi

Pengukuran laba modal mudah dilakukan, namun perlakuan akuntansinya sulit.

Akuntansi Untuk Inflasi Di Luar Negeri

Ketika hendak mengonsolidasikan laporan anak perusahaan yang berada dilingkungan yang
mengalami inflasi, apakah manajemen pertama-tama harus menyajika ulang laporan ini dengan
inflasi asing, kemudian mentranslasikannya kedalam mata uang induk perusahaan? Atau apakah
manajemen pertama-tama harus mentranslasikan laporan yang belum disesuaikan tersebut
kedalam mata uang induk perusahaan, kemudian menyajikan ulang dengan inflasi di negara
tempat induk perusahaan.

Di Amerika Serikat, FASB berupaya untuk membahas masalah inflasi dengan mewajibkan
perusahaan pelapor yang besar untuk melakukan ekspresimen dengan pengungkapan daya beli
konstan biaya histories dan pengungkapannya biaya kini. Oleh karena itu, investor memerlukan
laporan keuangan yang disesuaikan dengan tingkat harga spesifik ( model biaya kini yang
15
digunakan ) menentukan jumlah maksimum yang dapat dibayarkan oleh perusahaan sebagai
deviden ( kekayaan yang dapat dibagikan ) tanpa mengurangi kapasitas produktifnya. Model
biaya histories tetap saja adalah model biaya historis.

Prosedur penyesuaian tingkat harga lebih disukai berikut ini :

1. Sajikan ulang laopran keuangan seluruh anak perusahaan, baik domestic secara spesifik
maupun asing, dan laopran induk perusahaan untuk mencerminkan perubahan dalam
harga spesifik ( sebagai contoh biaya kini )

2. Translasikan akun-akun seluruh anak perusahaan diluar negeri kedalam nilai ekuivalen
mata uang domestic dengan menggunakan suatu nilai konstan ( yaitu kurs valuta asing
pada tahun dasar atau tahun sekarang )

3. Gunakanlah indeks harga spesifik yang relavan dengan apa yang dikonsumsi oleh
perusahaan dalam menghitung keuntungan atau kerugiaan moneter

4. Menghindari Kejatuhan Ganda

Pada saat menyajikan ulang akun-akun luar negeri terhadap inflasi di luar negeri. Seseorang
harus berhati-hati untuk menghindari apa yang disebut sebagai kejatuhan ganda. Masalah ini
muncul karena inflasi local langsung berpengaruh kurs yang digunakan dalam translasi. Apabila
teori ekonomi mengasumsikan bahwa terdapat hubungan terbalik antara laju inflasi internal suatu
Negara dan nilai eksternal mata uangnya, bukti-bukti menunjukkan bahwa hubungan seperti ini
jarang sekali bertahan ( paling tidak dalam jangka pendek ). Dengan demikian ukuran
penyesuaian yang terjadi untuk menghapuskan kejatuhan ganda akan berbeda-beda tergantung
pada sejauh mana kurs dan perbedaan inflasi berhubungan secara negatif.

Contoh akuntansi persediaan berikut ini menunjukkan hubungan antara inflasi dan translasi mata
uang luar negeri. Perusahaan dalam contoh ini menggunakan metode penilaian persediaan FIFO
dan melakukan translasi persediaan ke dalam dolar dengan kurs ini. Kita mengasumsikan
beberapa hal berikut ini :

Inflasi Negara local adalah 20 % selama tahun yang beru saja berakhir. Inflasi di AS adalah
sebesar 6 % selama tahun teersebut

Kurs nilai tukar pembukuan pada tanggal 1 Januari adalah LC1=$1,00

16
Kurs nilai tukar penutupan pada tanggal 31 Desember adalah LC1=$0,88

Devaluasi mata uang selama tahun untuk mempertahankan paritas daya beli adalah 12 %

Persediaan dalam mata uang local adalah sebesar LC200 pada tanggal 1 Januari dan LC240 pada
tanggal 31 Desember

Tidak ada perubahan yang terjadi menyangkut jumlah fisik persediaan selama tahun tersebut.

Dari paparan tentang pelaporan keuangan dan perubahan harga menurut saya setiap perusahaan
yang sudah bonafit wajib melakukan pelaporan keuangannya bahkan ke public atau masyarakat
juga. Dan jika kita ingin melakukan bisnis internsioanal kita tidak bisa dipisahkan dengan nilai
mata auang dan perubahan harga uang atas barang dan jasa. Dalam suatu perekonomian bisa
mengalami yang namanya perubahan harga. Perubahan harga tersebut ada yang namanya inflasi
( kenaikan harga secara keseluruhan ) dan deflasi ( penurunan harga ). Disetiap Negara memiliki
perbedaan dalam hal penilaian biaya kini yang dikaitkan terhadap inflasi di pemaparan diatas di
jelaskan tentang sudut pandang internasional terhadap akuntansi inflasi antara Negara Amerika
Serikat, Inggris dan Berasil. Dari itu semua ada keuntungan dan kerugiaan inflasi pada Negara
Amerika Serikat, Inggris dan Brasil dan juga Kepemilikan.

17
BAB III

KESIMPULAN

Perubahan harga merupakan fluktuasi pergerakan harga baik suatu peningkatan maupun
suatu penurunan. Peningkatan harga secara umum di kenal dengan istilah inflasi, sedangkan
penurunan harga secara umum dikenal dengan istilah deflasi. Perubahan harga disini terdapat
dua jenis perubahan harga umum maupun perubahan harga spesifik. Perubahan harga umum
merupakan perubahan harga secara keseluruhan komoditi, sedangkan perubahan harga khusus
merupakan perubahan harga komoditi tertentu. Pada periode perubahan harga ini laporan
keuangan sangat teramat rentan terhadap resiko penyesatan para penggunanya. Resiko ini terjadi
karena adanya ketidak akuratan pengukuran yang menyebabkan distorsi pada proyeksi keuangan
yang didasarkan pada data seri waktu historis, anggaran yang menjadi dasar pengukuran kinerja
dan data kinerja yang tidak dapat mengisolasi pengaruh perubahan harga yang tidak dapat
dikendalikan. Resiko tersebut menimbulkan kesulitan para pembaca untuk menginterpretasikan
dan membandingkap laporan keuangan. Terdapa dua jenis metode yang dapat dilakukan untuk
melakukan penyesuaian terhadap inflasi, yaitu (1) akuntansi untuk laporan keuangan atas
perubahan tingkatan harga umum yang disebut sebagai model daya beli konstan biaya historis,
dan (2) akuntansi untuk perubahan harga khusus yang disebut dengan model biaya kini.

18
DAFTAR PUSTAKA

Choi, Frederick. D. S. dan Gary K. Meek.2012.International Accounting Edisi 6 Buku


1.Jakarta:Salemba Empat

19

Anda mungkin juga menyukai