Anda di halaman 1dari 22

AKUNTANSI INTERNASIONAL

” Pelaporan dan Perubahan Harga”

Disusun Oleh:

KELOMPOK B:
VERAWATI 90400119019
EKA FEBRYANTI 90400119028
LILIS SUGANDA 90400119030

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2021/2022
PEMBAHASAN

A. Definisi Perubahan Harga


Perubahan harga yakni ketika harga barang dan jasa dalam suatu
Negara mengalami perubahan. perubahan harga tersebut dapatberupa
Kenaikan harga secara keseluruhan disebut inflasi (inflation), atau
penurunan harga disebut deflasi (deflation).
Perubahan harga dipisahkan menjadi dua jenis yakni perubahan harga
umum (agregat) dan perubahan harga spesifik.
a. Perubahan harga umum
Suatu perubahan harga umum terjadi apabila secara rata-rata harga
seluruh barang dan jasa dalam suatu perekonomian mengalami
perubahan. Kenaikan harga secara keseluruhan disebut inflasi
(inflation), sedangkan penurunan harga disebut deflasi (deflation).
b. Perubahan harga spesifik
Perubahan harga spesifik mengacu pada perubahan dalam harga
barang atau jasa tertentu yang disebabkan oleh perubahan dalam
permintaan dan penawaran.
Secara umum inflasi dipahami sebagai kenaikan harga-harga yang
disebabkan oleh turunnya nilai mata uang. Pengertian inflasi menurut
beberapa ahli yaitu :
1. Inflasi merupakan Salah satu peristiwa moneter yang menunjukkan
suatu kecenderungan akan naiknya harga barang-barang secara umum.
Yang berarti terjadinya penurunan nilai uang
2. Inflasi adalah suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam
suatu perekonomian.
3. Inflasi adalah keadaan yang menggambarkan perubahan tingkat harga
dalam sebuah perekonomian.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan
bahwa inflasi merupakan kenaikan harga harga barang secara umum atau
menyeluruh yang merupakan masalah perekonomian secara moneter.

B. Daftar Istilah Akuntansi Inflasi


 Atribut. Karakteristik kuantitatif suatu pos yang diukur untuk
keperluan akuntansi. Contoh biaya hostori atau biaya penggantian
merupakan atribut suatu aktiva.
 Penyesuaian biaya kini. Nilai penyesuaian aktiva untuk perubahan
dalam harga tertentu.
 Perubahan dalam kekayaan. Jumlah aktiva bersih suatu perusahaan
yang dapat ditarik tanpa mengurangi besar awalnya aktiva bersih.
 Mekanisme Penyesuaian. Menfaat berupa keuntungan daya beli
pemegang saham yang berasal dari pendanaan utang dan pertanda
bahwa perusahaan tidak perlu mengakui tambahan biaya pengganti
atas aktiva operasi sehubungan dengan aktiva tersebut didanai melalui
utang.
 Ekuivalensi Daya Beli Umum. Jumlah uang yang telah disesuaikan
terhadap perubahan dalam tingkat harga umum.
 Laba dan rugi pembelian umum. Lihat laba dan rugi moneter.
 Mata uang tetap biaya historis. Lihat setara daya beli umum.
 Keuntungan kepemilikan suatu investasi. Kenaikan biaya kini suatu
aktiva nonmoneter.
 Hiperinflasi. Laju inflasi yang sangat besar terjadi pada saaat tingkat
harga umum dalam suatu perkekonomian meningkat sebesar lebih dari
25 % pertahun.
 Inflasi. Keniakan dalam tingkat harga umum seluruh barang dan jasa
dalam suatu perkeonomian.
 Aktiva Moneter. Klaim terhadap jumlah mata uang yang tetap dimasa
depan seperti kas atau piutang usaha.
 Keuntungan Moneter. Kenaikan dalam daya beli secara umum yang
terjadi karena terdapatnya kewajiban moneter selama periode inflasi.
 Kewajiban Moneter. Suati kewajiban untuk membayar jumlah mata
uang tetap dimasa depan seperti utang usaha atau uang dengan suku
bunga tetap.
 Kerugiaan Moneter. Penurunan dalam daya beli secara umum yang
terjasi karena terdapatnya aktiva moneter selama periode inflasi.
 Penyesuaian Modal Kerja Moneter. Pengaruh perubahan harga khusus
terhadap seluruh jumlah modal kerja yang digunakan oleh suatu usaha
dalam menjalankan operasinya.
 Jumlah Nominal. Jumlah mata uang yang belum disesuaikan dengan
perubahan harga.
 Aktiva non Moneter. Aktiva yang tidak menunjukkan adanya klaim
tetap terhadap kas seperti persediaan, aktiva tetap, dan peralatan.
 Penyesuaian Paratis. Suatu penyesuaian yang mencerminkan
perbedaan antara inflasi di Negara induk perusahaan dan perusahaan
tuan rumah.
 Kewajiban non moneter. Suatu utang yang tidak mengharuskan
pembayaran jumlah kas tetap dimasa depan seperti uang muka
pelanggan.
 Aktiva Permanent. Istilah di Brasil utnuk aktiva tetap, gedung,
investasi, beban tangguhan dan depresiasi terkait serta jumlah deplasi
atau amortisasi.
 Indeks Harga. Suatu rasio biaya dimana pembilang/numeratornya
adalah biaya dari suatu keranjang barang dan jasa yang representative
dalam tahun berjalan, sedangkan penyebutnya adalah biaya dari
keranjang barang dan jasa yang sama pada tahun dasar.
 Daya Beli. Kemampuan umum dari suatu unti moneter untuk
memperoleh barang dan jasa.
 Laba Riil. Laba bersih yang telah disesuaikan untuk perubahan harga.
 Biaya Penggantian. Biaya kini untuk mengganti potensi jasa suatu
aktiva dalam keadaan normal usaha.
 Mata Uang Pelaporan. Mata uang yang digunakan suatu perusahaan
dalam menyusun laporan keuangan.
 Metode nyatakan kembali-translasikan. Digunakan pada saat suatu
induk perusahaan mengkonsolidasikan akun-akun anak perusahaan
luar negeri yang beralokasi disebuah lingkungan berinflasi.
 Fluktuatif. Dengan metode ini, akun anak perusahaan pertama-tama
disajikan ulang dengan inflasi lokal, kemudian ditranslasikan dalam
mata uang induk.
 Perubahan Harga Khusus. Perubahan dalam harga untuk komoditas
khusus seperti persediaan atau peralatan.
 Metode tranlasikan saji-ulang. Suatu metode konsolidasi pertama-tama
dengan mentranslasikan akun-akun laporan keuangan anak prusahaan
luar negeri ke dalam mata uang induk perusahaan kemudian
dinyatakan kembali jumlah yang ditraslasikan terhadap inflasi induk
perusahaan.

C. Laporan Keuangan dapat Memiliki Potensi untuk Menyesatkan


Selama Periode Perubahan Harga
Selama periode inflasi, nilai aktiva yang di catat sebesar biaya akuisisi
awalnya jarang mencerminkan nilai terkininya ( yang lebih tinggi ). Nilai
aset yang dikecilkan mengakibatkan dikecilkannya pengeluaran dan
dibesarkannya laba. Ketidak akuratan pengukuran ini mendistorsi (1)
proyeksi keuangan yang didasarkan pada data seri waktu historis (2)
anggaran yang menjadi dasar pengukuran kinerja dan (3) data kinerja
yang tidak dapat mengisolasi pengaruh inflasi yang tidak dapat
dikendalikan. Laba yang dinilai lebig pada gilirannya akan
menyebabkan :
 Kenaikan dalam proporsi pajak
 Permintaan deviden lebih banyak dari pemegang saham
 Permintaan gaji dan upah yang lebih tinggi dari pada pekerja
 Tindakan yang merugikan dari Negara tuan rumah ( seperti pengenaan
pajak keuntungan yang sangat besar
Jika harus mendistribusikan semua laba yang dibesarkan (Dalam
bentuk paja, deviden, gaji dan semacamnnya yang lebih besar) suatu
perusahaan mungkin tidak akan memiliki cukup sumberdaya untuk
mengganti aset tertentu yang mengalami kenaikan harga, seperti
persediaan, pabrik dan peralatan.
Kegagalan untuk menyesuaikan data keuangan perusahaan terhadap
perubahan dalam daya beli unit moneter juga menimbulkan kesulitan bagi
pembaca laporan keuangan untuk menginterpretasikan dan
membandingkan kinerja operasi perusahaan yang dilaporkan. Dalam
periode inflasi, pendapatan umumnya dinyatakan dalam mata uang dengan
daya beli umum yang lebih rendah ( yaitu daya beli perode ini ), yang
kemudian diterapkan terhadap beban terkait. Biaya disajikan dalam mata
uang dengan daya beli umum lebih tinggi karena biasanya mencerminkan
pemakaian sumberdaya yang diperoleh dimasa lampau (misalnya
penyusutan pabrik yang dibeli 10 tahun silam) ketika daya beli unit
moneter lebih tinggi. Mengurangi biaya berdasarkan daya beli historis dari
pendapatan berdasarkan daya beli kini menyebabkan laba tidak diukur
secara akurat.
Prosedur akuntansi yang konvensional juga mengabaikan keuntungan
dan kerugian daya beli yang timbul dari kepemilikan kas ( ekuivalennya )
selama periode inflasi. Jika kita menahan kas selama setahun dengan
tingkat inflasi 100%, maka diakhir tahun kita akan memerlukan dua kali
lipat kas untuk menyamai daya beli saldo kas diawal tahun. Hal ini
selanjutnya mempersulit pembaca laporan untuk membandingkan kinerja
bisnis.
Oleh karena itu, mengakui pengaruh inflasi secara eksplisit berguana
dilakukan karena :
1. Pengaruh perubahan harga sebagian bergantung pada transaksi dan
keadaan yang dihadapi suatu perusahaan.
2. Mengelola masalah yang timbulkan oleh perubahan harga tergantung
pada pemahaman yang akurat atas masalah tersebut.
3. Laporan dari para menajer mengenai permasalahan yang disebabkan
oleh perubahan hatga lebih mudah dipercaya apabila kalangan usaha
menerbitkan iformasi keuangan yang membahas masalah-masalah
tersebut.
Meskipun laju melambat, akuntansi perubahan harga tetap berguna
karena efek kumulatif inflasi yang rendah dalam beberapa waktu dapat
signifikan. Pengaruh distorsi inflasi masa lalu dapat juga bertahan
selama bertahun-tahun, mengingat umur panjang kebanyakan harta.
Disamping itu, sebagaimana disebutkan sebelumnya, perubahan harga
khusus bisa menjadi signifikan bahkan ketika tingkat harga umum tidak
banyak berubah.

D. Jenis Penyesuaian Inflasi


Rangkaian statistic yang bertujuan mengukur perubahan harga
umum maupun khusus biasanya tidak berjalan secara bersamaan. Setiap
jenis perubahan harga memiliki pengaruh yang berbada terhadap ukuran-
ukuran posisi keuangan dan kinerja operasi suatu perusahaan dan
ditimbulkan oleh adanya tujuan-tujuan berbeda yang tersembunyi.
Akuntansi untuk laporan keuangan atas perubahan tingkatan harga umum
disebut sebagai model daya beli konstan biaya historis. Akuntansi untuk
perubahan harga khusus disebut sebagai model biaya kini.

E. Penyesuaian Tingkat Harga Umum


Jumlah mata uang yang disesuaikan terhadap perubahan tingkat
harga umum ( daya beli ) disebut sebagai mata uang konstan biaya
historis atau ekuivalen daya beli umum. Jumlah mata uang yang belum
disesuaikan sedemikian rupa disebut sebagai jumlah nominal. Sebagai
contoh, selama periode kenaikan harga, aktiva berumur panjang yang
dilaporkan di dalam neraca sebesar biaya akuisisi awalnya dinyatakan
dalam mata uang nominal. Apabila biaya historisnya dialokasikan
terhadap laba periode kini ( dalam bentuk beban depresiasi ), pendapatan,
yang mencerminkan daya beli kini, ditandingkan dengan biaya yang
mencerminkan daya beli ( yang lebih tinggi ) dari periode terdahulu saat
aktiva tersebut dibeli. Oleh karena itu, jumlah nominal harus disesuaikan
untuk perubahan-perubahan dalam daya beli umum uang agar dapat
ditandingkan dengan transaksi ditahun berjalan.
Indeks Harga
Perubahan tingkat harga umum diukur dengan indeks tingkat harga
dalam bentuk Jumlah p1q1 / Jumlah p0q0 dimana p = harga suatu barang
tertentu dan q = kuantitas yang dikonsumsi. Suatu indeks harga adalah
rasio biaya. Contoh, jika sebuah keluarga yang terdiri dari empat orang
menghabiskan uang $20.000 untuk membeli sebuah keranjang barang
dan jasa yang representive pada akhir tahun 1 ( tahun dasar – awal tahun
2 ) dan $22.000 untuk membeli keranjang yang sama setahun kemudian
( awal tahun 3 ), indeks harga akhir tahun pada tahun 2 adalah
$22.000/$20.000 atau 1,1. Angka ini menujukkan adanya laju inflasi
sebesar 10 % selama tahun 2. Demikian pula halnya, apabila keranjang
dalam contoh diatas $23.500 bagi suatu keluarga yang terdiri dari 4 orang
pada tahun 2 kemudian ( akhir tahun 3 ), maka indeks tingkat harga
umum akan menjadi $23.500/$20.000 atau 1,175 yang menunjukkan laju
inflasi 17,5 % semenjak tahun dasar. Indeks untuk tahun dasar adalah
$20.000/$20.000 atau 1.
Penggunaan Indeks Harga
Angka indeks harga digunakan untuk mentraslasikan jumlah yang
dibayarkan selama periode terdahulu menjadi ekuivalen daya beli pada
akhir periode. Metode yang digunakan adalah sebagai berikut :
GPLc / GPLtd x Jumlah Nominaltd = PPEc
Dimana :
GPL = indeks harga umum
c = periode kini
td = tanggal transaksi
PPE = ekuivalen daya beli umum
Angka tingkat harga yang disesuaikan bukan merupakan biaya kini
dari pos yang dipersoalkan, melainkan masih merupakan angka biaya
historis. Angka biaya historis hanya sekedar disajikan ulang dalam unit
ukuran baru, yaitu daya beli umum diakhirperiode. Jika semua transaksi
semua dilakukan secara seragam selama periode tertentu (seperti
pendapatan dari penjualan barang atau jasa), maka penyesuaian tingkat
harga jalan pintas dapat digunakan. Ketika menyajikan pendapatan
sebagai setara daya beli akhir periode, ketimbang menyesuaikan tingkat
harga pendapatan harian (berarti ada 365 perhitungan) kita dapat
menggunakan rumus berikut :
GPLc / GPLtd x Pendapatan Total = PPEc
Objek Penyesuaian Tingkat Harga Umum
Secara tradisional, laba merupakan bagian dari kekayaan
perusahaan ( yaitu aktiva bersih) yang dapat ditarik oleh perusahaan
selama suatu periode akuntansi tanpa mengurangi kekayaannya hingga
dibawah posisi awal. Dengan asumsi tidak ada investasi atau penarikan
tambahan oleh pemilik selama periode tersebut. Oleh karena itu,
akuntansi konvensional menghitung laba sebagai jumlah maksimal yang
dapat ditarik oleh perusahaan tanpa mengurangi modal uang awalnya.
Jika kita tidak bisa memperoleh harga yang stabil maka perhitungan laba
konvensional cenderung menghitung kekayaan bersih perusahaan setelah
pajak secara tidak akurat.
Dari mana datangnya kerugian moneter? Selama inflasi
perusahaan akan mengalami perubahan kekayaan yang tidak berkaitaan
dengan kegiatan operasinya. Perubahan muncul dari aktiva atau
kewajiban moneter, kewajiban untuk membayarkan mata uang dengan
jumlah yang tetap dimasa depan. Aktiva moneter mencakup kas dan
piutang usaha yang umumnya akan menghilangkan daya beli selama
periode inflasi. Kewajiban moneter mencakup kebanyakan utang yang
umumnya akan menimbulkan keuntungan daya beli selama periode
inflasi.
F. Penyesuaian Biaya Kini
Model biaya kini berbeda dengan akuntansi konvensional dalam
dua aspek utama yaitu (1) Aktiva tetap dinilai berdasarkan biaya kini
bukan biaya historis. Oleh karena aset pada dasarnya sama dengan nilai
diskonto kini dari arus kas dimasa depan, pendukung model biaya kini
berpendapat bahwa nilai kini memperlihatkan secara lebih baik
pengukuran pendapatan dan potensi arus kas perusahaan dimasa depan
kepada pembaca laporan keuangan. (2) Kedua, laba didefinisikan sebagai
kekayaan bersih setelah pajak dari perusahaan, yaitu jumlah sumber daya
yang dapat didistribusikan oleh perusahaan dalam suatu periode ( tanpa
pertimbangan komponen pajak ), namun tetap dapat mempertahankan
kapasitas produktif atau model fisik perusahaan. Satu cara untuk
mempertahankan modal adalah dengan menyesuaikan posisi aktiva bersih
awal perusahaan (lewat indeks harga khusus atau penentuan harga
langsung yang sesuai, seperti harga tagihan lancer, daftar harga dari
penyedia, dan lain-lain) untuk mencerminkan perubahan dalam ekuivalen
biaya kini aktiva selama periode berjalan.

Biaya Kini Disesuaikan Dengan Tingkat-Harga Umum


Opsi pelaporan ketiga yang bertujuan untuk menerangkan
perubahan harga ini menggabungkan karakteristik model tingkat umum
dan model biaya kini. Pengukuran ini, yang disebut sebagai model biaya
kini yang disesuaikan dengan tingkat harga menggunakan indeks harga
umum maupun khusus. Sesuai dengan model tingkat harga umum, salah
satu tujuan model ini adalah untuk mengungkapkan laba dan aset bersih
pada ekuivalen pada daya beli akhir tahun perusahaan. Laporan laba rugi
juga memuat informasi mengenai laba atau rugi daya beli pos-pos
moneter induk bersih. Sesuai dengan model biaya kini, tujuan lain model
ini adalah untuk melaporkan aset bersih perusahaan pada biaya kininya
dan untuk melaporkan jumlah laba yang menggambarkan kekayaan
bersih setelah pajak.
Ciri khas dari model biaya kini yang disesuaikan dengan tingkat
harga adalah pengungkapan perubahan biaya kini dari aset moneter
perusahaan setelah dikurangi inflasi. Tujuannya adalah untuk
memperlihatkan bagian perubahan nilai aset moneter yang melebihi atau
kurang dari perubahan daya beli umum. Dua pengungkapan yang lazim
dimuat dalam ekuitas pemegang saham biasanya ditafsirkan sebagai
berikut : Kenaikan aset non moneter akibat inflasi umum merupakan
jumlah saldo yang harus dimiliki perusahaan agar mampu menghadapi
inflasi umum tersebut. Komponen kedua (misalnya kenaikan harga kini
yang melampaui inflasi umum) dianggap sejumlah pihak sebagai laba
modal atas aset non moneter yang belum direalisasikan. Kita
berpendapat bahwa komponen terakhir ini bukan merupakan laba,
melainkan kenaikan biaya usaha yang harus dimiliki perusahaan untuk
mempertahankan kapasitas produksinya.
Group Modelo diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan, disajikan ulang sebagai berikut :
 Persediaan. Pos-pos ini dinilai berdasarkan metode masuk terakhir,
keluar pertama dan disajikan ulang dengan menggunakan metode
biaya penggantian atau manufaktur.
 Harga Pokok Penjualan. Penyajian ulang akun ini dinilai berdasarkan
nilai persediaan yang dinyataan ulang.
 Aktiva Tetap. Pos-pos ini dicatat berdasarkan biaya akuisisi, dan
disajikan ulang dengan menggunakan faktor inflasi yang diperoleh dari
Nasional Consumer Indeks/Indeks Harga Konsumen Umum, sehingga
menjadi nilai penggantian bersih yang sesuai ditentukan oleh penilai
ahli independent pada tanggal 31 Des 20XX, dan sesuai denga tanggal
akuisisi apabila pembelian dilakukan setelah tanggal tersebut.
 Depresiasi. Pos ini dihitung berdasrkan nilai penyajian ulang aktiva
tetap, yang dipertimbangkan ebagai dasar, perkiraan masa manfaat
ditentukan oleh penilai independent.
 Penyajian ulang ekuitas pemegang saham. Akun ini disajikan ulang
dengan menggunakan faktor inflasi yang diperoleh dari NCPI, menurut
umur atau tanggal kontribusinya.
 Ketidakcukupan dalam penyajian ulang ekuitas pemegang saham.
Saldo akun ini disajikan dengan penjumlahan aljabar dari hasil
kepemilikan aktiva nonmoneter dan akumulasi hasil moneter ekuitas.
 Hasil dari kepemilikan aktiva nonmoneter. Pos ini menunjukka
perubahan dalam nilai aktiva nonmoneter yang disebabkan oleh hal
selain inflasi.
 Akumulasi hasil moneter ekuitas. Pos ini merupakan hasil yang
berawal dari penyajian awal angka-angka laporan keuangan.

G. Sudut Pandang Internasional Terhadap Akuntansi Inflasi


Beberapa negara bereksperimen dengan pendekatan akuntansi
inflasi yang beragam. Praktik-praktik yang berlaku dilapangan juga
mencerminkan berbagai pertimbangan pragmatis, seperti tingkat
keparahan inflasi nasional dan sudut pandang pihak-pihak yang
merasakan pengaruh langsung dari angka-angka akuntansi inflasi. Guna
memahami praktik-praktik yang berlaku dewasa ini, akan bermanfaat jika
kita menelaah pendekatan terhadap akuntansi inflasi yang dilakukan oleh
beberapa negara.
Amerika Serikat
Pada tahun 1979, FASB mengeluarkan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (Statement of Financial Accounting Standards-
SAFS ) No. 33 Berjudul “Pelaporan Keuangan dan Perubahan Harga”,
pernyataan ini mengharuskan perusahaan-perusahaan AS yang memiliki
persediaan dan aktiva tetap ( sebelum dikurangi dengan depresiasi ) yang
bernilai lebih dari $125 juta atau total aktiva lebih dari $1 Miliar ( setelah
dikurangi dengan akumulasi depresiasi ) untuk selama lima tahun
mencoba melakukan pengungkapan daya beli konstan dan biaya beli
konstan biaya kini. Sebagai kerangka pengukuran dasar untuk
pengukuran dasar pelaporan keuangan utama, pengungkapan ini lebih
ditujukan untuk melengkapi informasi beban historis daripada
menggantinya.
Banyak pengguna dan penyusun informasi keuangan yang telah
sesuai dengan SFAS No. 33 menemukan bahwa :
1. Pengungkapan ganda yang diwajibkan oleh FASB membingungkan
2. Biaya untuk penyusunan pengungkapan ganda terlalu besar
3. Pengungkapan daya beli konstan biaya historis tidak terlalu bermanfaat
bila dibandingkan data biaya kini
Oleh karena itu, FASB memutuskan untuk menyarankan, dan tidak
mewajibkan, perusahaan pelaporan di AS untuk mengungkapkan baik
informasi daya beli tetap biaya historis maupun daya beli tetap biaya kini.
Pedoman yang diterbitkan oleh FASB (SFAS 89) bertujuan untuk
membantu perusahaan yang melaporkan pengaruh perubahan harga
terhadap laporan keuangan, disamping sebagai cikal bakal standar
akuntansi inflasi dimasa mendatang.
Perusahaan pelapor didorong untuk mengungkapan informasi berikut
untuk masing-masing dari 5 tahun terkini :
 Penjualan bersih dan pendapatan operasi lainnya
 Laba dari operasi yang berjalan berdasarkan dasar biaya kini
 Keuntungan atau kerugiaan daya beli ( moneter ) atas pos-poss
moneter bersih
 Kenaikan atau penurunan dalam biaya kini atau jumlah yang dapat
dipulihkan yang lebih rendah dari persediaan atau aktiva tetap, bersih
dari inlasi ( perubahan tingkat harga umum )
 Setiap agregat penyesuaian translasi mata uang asing, berdasarkan
biaya kini, yang timbul dari proses konsolidasi
 Aktiva bersih pada akhir tahun menurut dasar biaya kini
 Laba per saham ( dari operasi berjalan ) menurut dasar biaya kini
 Deviden per saham biasa
 Harga pasar akhir tahun per lembar saham biasa
 Tingkat Indeks Harga Konsumen ( Consumer Price Index-CPI ) yang
digunakan untuk mengukur laba dari operasi berjalan
Untuk meningkatkan komparabilitas data diatas, informasi yang diberikan
dapat disajikan baik dalam (1) rata-rata setara daya beli (atau diakhir
tahun), (2) Dollar pada periode pokok (1967) yang digunakan untuk
menghitung CPI. Jika laba berdasarkan daya beli tetap biaya kini berbeda
secara signifikan dari laba biaya historis, maka perusahaan diminta untuk
menyajikan lebih banyak data.
Pedoman SFAS No 89 juga mencakup operasi luar negeri yang
disertakan dalam laporan keuangan konsolidasian perusahaan induk di
Amerika Serikat. Perusahaan yang menggunakan dollar sebagai mata uang
fungsional untuk mengukur operasi luar negeri menggunakan prespektif
mata uang induk. Perusahaan multi nasional yang menggunakan mata
uang local sebagai mata uang fungsional untuk sebagian besar operasi luar
negerinya menggunakan prespektif mata uang local. FASB membolehkan
perusahaan untuk menggunakan metode translasi saji ulang untuk
menyesuaikan dengan inflasi asing kemudian mentranslasikannya kedalam
dollar AS. Bertujuan untuk menunjukan inflasi dapat menggunakan baik
dollar AS maupun indeks tingkat harga umum asing.
INGGRIS
Komite Standar Akuntansi Inggris ( Accounting Standard Committee-
ASC ) menerbitkan Pernyataan Standar Praktik Akuntansi 16 ( Statement
of Standards Accounting Practice-SSAP 16), “Akuntansi Biaya Kini”
untuk masa percobaan 3 tahun pada bulan maret 1980. SSAP 16 berbeda
dengan SFAS 33 dalam 2 hal yaitu :
1. Standar AS mengharuskan akuntansi dollar konstan dan biaya kini,
SSAP 16 mengadopsi hanya metode biaya kini untuk pelaporan
eksternal
2. Penyesuaian inflasi AS berpusat pada laporan laba rugi, laporan biaya
kini di Inggris mewajibkan baik laporan laba rugi dan neraca biaya
kini, beserta catatan penjelasan.
Standar di Inggris memperbolehkan tiga pilihan pelaporan :
1. Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai pelapor keuangan dasar
dengan akun-akun pelengkap biaya historis
2. Menyajikan akun-akun biaya historis sebagai laporan keuangan dasar
dengan akun-akun pelengkap biaya kini
3. Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai satu-satunya akun yang
dilengkapi dengan informasi biaya historis yang memadai
Terkait pos-pos moneter, SFAS No 33 mewajibkan pengungkapan angka-
angka laba dan rugi secara terpisah, sedangkan SSAP No 16 mewajibkan
dua jenis angka yang mencerminkan pengaruh perubahan harga khusus.
Jenis pertama yang disebut sebagai penyesuaian modal kerja moneter
(MWCA), mengakui pengaruh perubahan harga khusus terhadap jumlah
total modal kerja yang digunakan dalam operasi bisnis. Jenis dua yang
disebut penyesuaian utang modal, memperhatikan dampak perubahan
harga khsus terhadap aset nonmoneter perusahaan (misalnya penyusutan,
beban penjualan, dan modal kerja moneter).
Penyesuaian utang modal menyatakan bahwa pengeluaran seperti
beban penjualan barang dan penyusutan tidak harus dikurangi untuk
mengakui biaya pengganti dari aset tersebut, selama tidak diperoleh lewat
utang. Jika diperoleh lewat utang, maka laba moneter yang dihitung oleh
indeks harga khsus (bukan umum) mestinya mengalami kenaikan.
BRASIL
Inflasi sering dianggap sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
dunia bisnis di Amerika Latin, Eropa Timur dan Asia Tenggara. Mengingat
pengalamannya dengan inflasi dimasa lalu, pendekatan yang dilakukan
oleh brasil terhadap akuntansi inflasi sangat informatif.
Akuntansi inflasi yang direkomendasikan di Brasil hari ini
mencerminkan 2 kelompok pilihan pelaporan, Undang-Undang
perusahaan Brasil dan Komisi Sekuritas dan Bursa Brasil. Penyesuaian
inflasi yang sesuai dengan undang-undang perusahaan menyajikan ulang
akun-akun aktiva permanen dan ekuitas pemegang saham dengan
menggunakan indeks harga yang diakui oleh Pemerintah Federal untuk
mengukur devaluasi mata uang lokal. Aktiva permanen meliputi aktiva
tetap, gedung, investasi, beban tangguhan dan depresiasi terkait, serta
akun-akun amortisasi atau deplesi ( termasuk setiap provisi kerugiaan
yang terkait ). Akun-akun ekuitas pemegang saham terdiri dari modal,
cadangan pendapatan, cadangan revaluasi, laba ditahan, dan akun
cadangan modal yang digunakan untuk mencatat penyesuaian tingkat
harga terhadap modal. Akun yang disebut terakhir berasal dari revaluasi
aset tetap kedalam biaya pengganti kininya, setelah dikurangi provisi
penyusutan teknis dan fisik.
Penyesuaian inflasi terhadap aset permanen dan ekuitas pemegang
saham diterima bersih, dan kelebihannya diungkapkan secara terpisah
dalam laba kini sebagai laba ataurugi koreksi moneter. Penyesuaian tingkat
harga terhadap ekuitas pemegang saham (BRL275) merupakan jumlah
yang mesti ditumbuhkan lewat investasi pemegang saham diawal tahun,
guna mengatasi inflasi. Penyesuaian aset permanen yang lebih sedikit dari
penyesuaian ekuitas menimbulkan rugi daya beli, yang tercermin dalam
aset moneter bersih yang diungkapkan oleh perusahaan yaitu modal kerja.

H. Badan Standar Akuntansi Internasional


IASB menyimpulkan bahwa laporan posisi keuangan dan kinerja
operasional yang dinyatakan dalam mata uang lokal dilingkungan
hyperiflasi tidak bermanfaat. IAS 29 pelaporan keuangan dalam
Perekonomian Hiperinflasi mewajibkan ( dan bukan hanya
merekomendasikan ) penyajian ualang informasi laporan keuangan
utama. Secara khusus, laporan keuangan suatu perusahaan yang
melakukan pelaporan dalam mata uang perkekonomian hiperinflasi,
apakah didasarkan pada kerangka penilaian biaya historis atau biaya kini,
harus disajikan ulang sesuai dengan daya beli konstan pada tanggal
neraca. Peraturan ini juga berlaku untuk angka-angka serupa ditahun
sebelumnya. Laba atau rugi daya beli terkait posisis kewajiban atau aset
moneter bersih harus dimasukkan kedalam laba bersih. Perusahaan
pelapor juga harus mengungkapkan :
1. Fakta bahwa penyajian ulang atas perubahan daya beli umum unit
pengukuran telah dilakukan
2. Model penilaian aset yang digunakan dalam laporan utama (yaitu
penilaian historis atau biaya kini)
3. Identitas dan tingkat indeks harga pertanggal neraca, berikut
pergerakkannya selama tahun pelaporan
4. Laba atau rugi moneter bersih tahun berjalan

I. Hal-Hal Terkait Inflasi


Para analis harus memperhatikan hal-hal berikut saat membaca laporan
yang disesuaikan dengan inflasi :
1. Apakah pengaruh inflasi dapat diukur secara lebih baik oleh dollar
tetap atau biaya kini
2. Perlakuan akuntansi untuk laba dan rugi inflasi
3. Akuntansi inflasi asing
4. Pengaruh gabungan dari tingkat inflasi dan bursa efek
Laba dan Rugi Inflasi
Perlakuan terhadap laba dan rugi atas pos-pos moneter (seperti kas,
utang, dan piutang) merupakan isu controversial. Survei yang dilakukan
terhadap praktik-praktik diberbagai negara menunjukkan keragaman yang
penting dalam hal ini.
Laba dan rugi pos-pos moneter di Amerika Serikat ditentukan
dengan menyajikan ulang dalam dolar konstan, saldo awal dan akhir serta
transaksi dalam seluruh aktiva dan kewajiban moneter ( termasuk utang
jangka panjang ). Angka yang dihasilkan diungkapkan sebagai pos
terpisah. Perlakuan ini memandang keuntungan dan kerugiaan pos-pos
moneter sebagai hal yang berbeda dari jenis pendapatan yang lain.
Di Inggris, keuntungan dan kerugian pos-pos moneter dipisahkan
menjadi modal kerja moneter dan mekanisme penyesuaian. Kedua angka
tersebut ditentukan melalui perubahan harga khusus ( dan bukan umum ).
Mekanisme penyesuaian mengindikasikan manfaat ( atau biaya ) kepada
pemegang saham berasal dari pembiayaan utama selama suatu periode
perubahan harga. Angka-angka ini ditambahkan atas ( dikurangi dari ) laba
operasi biaya kini untuk menghasilkan ukuran kemakmuran yang dapat
dihapuskan yang disebut sebagai “ Laba Biaya Kini Tertribusi Kepada
Pemegang Saham “.
Pendekatan Brasil yang tidak lagi diwajibkan, tidak menyesuaikan
aktiva dan kewajiban kini secara eksplisit, karena jumlah-jumlah ini
dinyatakan dalam hal nilai yang dapat direalisasi. Namun demikian,
peyesuaian dan penyajian bersih aktiva pemanen atau kerugian daya beli
umum atas pendanaan modal kerja yang berasal dari utang atau kewajiban.
Penyesuaian aktiva permanen yang melebihi penyesuaian ekuitas
menunjukkan keuntungan daya beli. Sebaliknya, penyesuaian ekuitas yang
lebih besar dari penyesuaian aktiva permanen menunjukkan adanya
sebagai modal kerja yang didanai oleh ekuitas. Kerugiaan daya beli diakui
untuk bagian ini selama periode inflasi.
SSAP No 16 memiliki cara yang lebih baik untuk menangani
pengaruh inflasi. Perusahaan juga diuntungkan jika menggunakan utang
selama inflasi berlangsung. Fenomena ini seharusnya tidak diukur dengan
daya beli umum karena perusahaan hampir tidak pernah berinvestasi di
keranjang belanja ekonomi. Tujuan akuntansi inflasi ialah untuk mengukur
kinerja perusahaan dan memungkinkan pihak yang terkait untuk menilai
jumlah, waktu, dan potensi arus kas dimasa depan.
Suatu perusahaan dapat mengukur daya beli yang dimilikinya
untuk memperoleh barang dan jasa tertentu lewat indeks pengukur laba
dan rugi moneter. Karena tidak semua perusahaan memperoleh indeks
daya beli kasnnya sendiri, pendekatan yang dilakukan di Inggris menjadi
alternative yang terbaik.
Laba dan Rugi Modal
Akuntansi untuk biaya kini membagi total laba menjadi 2 bagian :
1. Laba operasi ( perbedaan antara pendapatan kini dan biaya kini sumber
daya yang dikonsumsi )
2. Keuntungan yang belum direalisasi yang timbul dari kepemilikan
aktiva nonmoneter dengan nilai pengganti yang meningkat bersamaan
dengan inflasi. Pengukuran laba modal mudah dilakukan, namun
perlakuan akuntansinya sulit.
Akuntansi Untuk Inflasi Di Luar Negeri
Ketika hendak mengonsolidasikan laporan anak perusahaan yang
berada dilingkungan yang mengalami inflasi, apakah manajemen pertama-
tama harus menyajika ulang laporan ini dengan inflasi asing, kemudian
mentranslasikannya kedalam mata uang induk perusahaan? Atau apakah
manajemen pertama-tama harus mentranslasikan laporan yang belum
disesuaikan tersebut kedalam mata uang induk perusahaan, kemudian
menyajikan ulang dengan inflasi di negara tempat induk perusahaan.
Di Amerika Serikat, FASB berupaya untuk membahas masalah
inflasi dengan mewajibkan perusahaan pelapor yang besar untuk
melakukan ekspresimen dengan pengungkapan daya beli konstan biaya
histories dan pengungkapannya biaya kini. Oleh karena itu, investor
memerlukan laporan keuangan yang disesuaikan dengan tingkat harga
spesifik ( model biaya kini yang digunakan ) menentukan jumlah
maksimum yang dapat dibayarkan oleh perusahaan sebagai deviden
( kekayaan yang dapat dibagikan ) tanpa mengurangi kapasitas
produktifnya. Model biaya histories tetap saja adalah model biaya historis.

Prosedur penyesuaian tingkat harga lebih disukai berikut ini :


 Sajikan ulang laopran keuangan seluruh anak perusahaan, baik
domestic secara spesifik maupun asing, dan laopran induk perusahaan
untuk mencerminkan perubahan dalam harga spesifik ( sebagai contoh
biaya kini )
 Translasikan akun-akun seluruh anak perusahaan diluar negeri
kedalam nilai ekuivalen mata uang domestic dengan menggunakan
suatu nilai konstan ( yaitu kurs valuta asing pada tahun dasar atau
tahun sekarang )
 Gunakanlah indeks harga spesifik yang relavan dengan apa yang
dikonsumsi oleh perusahaan dalam menghitung keuntungan atau
kerugiaan moneter
Menghindari Kejatuhan Ganda
Pada saat menyajikan ulang akun-akun luar negeri terhadap inflasi
di luar negeri. Seseorang harus berhati-hati untuk menghindari apa yang
disebut sebagai kejatuhan ganda. Masalah ini muncul karena inflasi local
langsung berpengaruh kurs yang digunakan dalam translasi. Apabila teori
ekonomi mengasumsikan bahwa terdapat hubungan terbalik antara laju
inflasi internal suatu Negara dan nilai eksternal mata uangnya, bukti-bukti
menunjukkan bahwa hubungan seperti ini jarang sekali bertahan ( paling
tidak dalam jangka pendek ). Dengan demikian ukuran penyesuaian yang
terjadi untuk menghapuskan kejatuhan ganda akan berbeda-beda
tergantung pada sejauh mana kurs dan perbedaan inflasi berhubungan
secara negatif.
Contoh akuntansi persediaan berikut ini menunjukkan hubungan
antara inflasi dan translasi mata uang luar negeri. Perusahaan dalam
contoh ini menggunakan metode penilaian persediaan FIFO dan
melakukan translasi persediaan ke dalam dolar dengan kurs ini. Kita
mengasumsikan beberapa hal berikut ini :
 Inflasi Negara local adalah 20 % selama tahun yang beru saja berakhir.
Inflasi di AS adalah sebesar 6 % selama tahun teersebut
 Kurs nilai tukar pembukuan pada tanggal 1 Januari adalah LC1=$1,00
 Kurs nilai tukar penutupan pada tanggal 31 Desember adalah
LC1=$0,88
 Devaluasi mata uang selama tahun untuk mempertahankan paritas
daya beli adalah 12 %
 Persediaan dalam mata uang local adalah sebesar LC200 pada tanggal
1 Januari dan LC240 pada tanggal 31 Desember
 Tidak ada perubahan yang terjadi menyangkut jumlah fisik persediaan
selama tahun tersebut.
Dari paparan tentang pelaporan keuangan dan perubahan harga menurut
saya setiap perusahaan yang sudah bonafit wajib melakukan pelaporan
keuangannya bahkan ke public atau masyarakat juga. Dan jika kita ingin
melakukan bisnis internsioanal kita tidak bisa dipisahkan dengan nilai
mata auang dan perubahan harga uang atas barang dan jasa. Dalam suatu
perekonomian bisa mengalami yang namanya perubahan harga. Perubahan
harga tersebut ada yang namanya inflasi ( kenaikan harga secara
keseluruhan ) dan deflasi ( penurunan harga ). Disetiap Negara memiliki
perbedaan dalam hal penilaian biaya kini yang dikaitkan terhadap inflasi di
pemaparan diatas di jelaskan tentang sudut pandang internasional terhadap
akuntansi inflasi antara Negara Amerika Serikat, Inggris dan Berasil. Dari
itu semua ada keuntungan dan kerugiaan inflasi pada Negara Amerika
Serikat, Inggris dan Brasil dan juga Kepemilikan.
REFERENSI:

Setiawati. S; dkk. 2013. Pelaporan Keuangan dan Perubahan Harga.


https://datakata.wordpress.com/2013/12/03/pelaporan-keuangan-dan-
perubahan-harga/ terakhir diakses pada 15 Mei 2022 pukul 14:11 WITA

Safiramasita. 2016. Pelaporan Keuangan Dan Perubahan Harga.


https://safiram.wordpress.com/2016/04/17/bab-6-pelaporan-keuangan-dan-
perubahan-harga/. terakhir diakses pada 15 Mei 2022 pukul 17:12 WITA

faizah. Pelaporan Keuangan Dan Perubahan Harga.


https://www.slideshare.net/UTARITRI/pelaporan-keuangan-dan-
perubahan-harga-20718068 terakhir diakses pada 15 Mei 2022 pukul
17:39 WITA

https://www.coursehero.com/file/92021100/Pertemuan-9-Pelaporan-Keuangan-
dan-Perubahan-Hargapptx/

Anda mungkin juga menyukai