Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Akuntansi Internasional
“PelaPoran Keuangan dan Perubahan harga”

KELOMPOK VII :
 NELLY ALWIAH
 ASTRIANI
 ARFAN

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam penulisan selanjutnya.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita. Amin.

Samata,14 Mei 2019

Penyusun

Kelompok VII
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Dalam perkembangan ekonomi saat ini telah timbul berbagai macam adanya inflasi dalam
perubahan harga, Inflasi dapat didefinisikan sangat sederhana sebagai kenaikan tingkat harga
rata-rata untuk barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Banyak dari kita sangat menyadari
fenomena ini. Inflasi merupakan fenomena dunia yang banyak terjadi di negara berkembang,
namun kecenderungan yang ada di negara maju mengadopsi “akuntansi inflasi” untuk
memperbaiki penyimpanan dari convensional historical cost accounting yang memasukkan
unsur perubahan harga dan inflasi pada pendapatan dan asset. Perubahan harga menimbulkan
masalah bagi akuntansi dalam hal penilaian, unit pengukur, dan pemertahanan kapital.
Masalah penilaian berkaitan dengan dasar yang harus digunakan untuk mengukur nilai pos
pada suatu saat. Masalah unit pengukur berkaitan dengan perubahan daya beli akibat
perubahan tingkat harga umum. Masalah pemertahanan capital berkaitan dengan pengertian
laba sebagai selisih dua kapital yang harus ditentukan jenisnya; financial atau fisis.
Akuntansi bagi perubahan harga secara khusus berhubungan erat dengan manajer-
manajer perusahaan multinasional karena tingkat inflasi bervariasi secara substansial antara
suatu negara dengan negara lainnya, sehingga meningkatkan kemungkinan dipengaruhinya
pelaporan hasil-hasil operasi oleh efek-efek distorstif dari inflasi. Pengaruh inflasi terhadap
posisi keuangan dan kinerja perusahaan dapat mengakibatkan tidak efisiennya keputusan
operasional yang dibuat oleh manajer yang tidak mengerti pengaruh dari inflasi itu sendiri.
Dalam kaitannya dengan posisi keuangan, aktiva keuangan seperti nilai kas akan berkurang
nilainya selama inflasi karena menurunnya daya bel.Konsekuensi-konsekuensi internasional
dari inflasi global sangat mengganggu. Karena inflasi telah mengikis standar kehidupan
sekarang ini yang memiliki penghasilan dan memperumit pengambilan keputusan bisnis
secar signifikan, terjadinya kegelisahan politik sosial yang luas, tekanan-tekanan ekonomis
tidak di ragukan lagi tidak menyebabkan pergolakan-pergolakan politik yang telah memberi
warna pada politik global dalam kemajuan saat ini.Pelaporan keuangan merupakan bagian
penting dari perusahaan, pelaporan merupakan bukti pertanggungjawaban perusahaan.
Dalam tinjauan ekonomi makro, terdapat factor-faktor dari eksternal perusahaan yang
mampu mempengaruhi nilai atau aangka dari pelaporan keuangan, seperti perubahan
harga.Perubahan harga adalah hal mutlak yang terjadi dalam suatu Negara yang dipengaruhi
oleh berbagai factor seperti kebijakan kurs mata uang, kebijakan pemerintah, dan lain
sebagainya. Harga yang mengalami sifat mudah berfluktuasi memberikan dampak terhadap
perusahaan, misalnya harga suatu barang yang ketika dibeli (histori) mengalami peningkatan
ketika hendak dijual sehingga perlunya penyesuaian agar dapat memperoleh penghasilan yang
relevan.

II. Rumusan Masalah


1. Mengapa dan bagaimana laporan keuangan memiliki potensi untuk menyesatkan selama
periode perubahan harga?
2. Apa saja istilah akuntansi inflasi yang ada pada tampilan 7.1?
3. Bagaimana pengaruh penyesuaian tingkat harga umum pada jumlah laporan keuangan?
4. Apa dua cara umum di mana model akuntansi biaya kini berbeda dengan akuntansi
internasional?
5. Bagaimana dan mengapa penyesuaian atas perubahan harga dapat saling berbeda satu sama
lain dari suatu Negara ke Negara lain?
6. Bagaimana pemahaman dasar tentang ketetapan IASB seputar perubahan harga dalam”
ekonomi dengan inflasi yang meroket”?
7. Apakah dolar konstan atau biaya kini yang secara lebih baik mengukur pengaruh inflasi?
8. Bagaimana perubahan harga dan tingkat perubahan mata uang asing saling berhubungan satu
sama lain, dan bagaimana dampaknya bagi laporan keuangan?

III. Tujuan
Dengan adanya penulisan makalah ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Memahami mengapa dan bagaimana laporan keuangan memiliki potensi untuk menyesatkan
selama periode perubahan harga.
2. Mendefinisikan istilah akuntansi inflasi yang ada pada tampilan 7.1.
3. Memahami pengaruh penyesuaian tingkat harga umum pada jumlah laporan keuangan.
4. Menentukan dua cara umum di mana model akuntansi biaya kini berbeda dengan akuntansi
internasional.
5. Memahami bagaimana dan mengapa penyesuaian atas perubahan harga dapat saling berbeda
satu sama lain dari suatu Negara ke Negara lain.
6. Memiliki pemahaman dasar tentang ketetapan IASB seputar perubahan harga dalam”
ekonomi dengan inflasi yang meroket”.
7. Membahas apakah dolar konstan atau biaya kini yang secara lebih baik mengukur pengaruh
inflasi.
8. Memahami bagaimana perubahan harga dan tingkat perubahan mata uang asing saling
berhubungan satu sama lain, dan bagaimana dampaknya bagi laporan keuangan.
BAB II

Pelaporan Keuangan Dan Perubahan Harga

1. Pengertian Perubahan Harga


Perubahan harga yakni ketika harga barang dan jasa dalam suatu Negara mengalami
perubahan. perubahan harga tersebut dapatberupa Kenaikan harga secara keseluruhan disebut
inflasi (inflation), atau penurunan harga disebut deflasi (deflation). Untuk memahami makna
istilah perubahan harga (changing prices), harus dibedakan antara pergerakan harga umum dan
pergerakan harga spesifik, yang keduanya masuk dalam istilah perubahan harga itu.
a. Perubahan harga umum

Suatu perubahan harga umum terjadi apabila secara rata-rata harga seluruh barang dan
jasa dalam suatu perekonomian mengalami perubahan. Unit-unit moneter memperoleh
keuntungan atau mengalami kerugian daya beli. Kenaikan harga secara keseluruhan disebut
inflasi (inflation), sedangkan penurunan harga disebut deflasi (deflation).
b. Perubahan harga spesifik

Perubahan harga spesifik mengacu pada perubahan dalam harga barang atau jasa
tertentu yang disebabkan oleh perubahan dalam permintaan dan penawaran.

Indikator: Mendefinisikan istilah akuntansi inflasi yang ada pada tampilan 7.1.

Daftar Istilah Akuntansi Inflasi


 Atribut. Karakteristik kuantitatif suatu pos yang diukur untuk keperluan akuntansi. Contoh
biaya hostori atau biaya penggantian merupakan atribut suatu aktiva.
 Penyesuaian biaya kini. Nilai penyesuaian aktiva untuk perubahan dalam harga tertentu.
 Perubahan dalam kekayaan. Jumlah aktiva bersih suatu perusahaan yang dapat ditarik tanpa
mengurangi besar awalnya aktiva bersih.
 Mekanisme Penyesuaian. Menfaat berupa keuntungan daya beli pemegang saham yang
berasal dari pendanaan utang dan pertanda bahwa perusahaan tidak perlu mengakui tambahan
biaya pengganti atas aktiva operasi sehubungan dengan aktiva tersebut didanai melalui utang.
 Ekuivalensi Daya Beli Umum. Jumlah uang yang telah disesuaikan terhadap perubahan dalam
tingkat harga umum.
 Laba dan rugi pembelian umum. Lihat laba dan rugi moneter.
 Mata uang tetap biaya historis. Lihat setara daya beli umum.
 Keuntungan kepemilikan suatu investasi. Kenaikan biaya kini suatu aktiva nonmoneter.
 Hiperinflasi. Laju inflasi yang sangat besar terjadi pada saaat tingkat harga umum dalam
suatu perkekonomian meningkat sebesar lebih dari 25 % pertahun.
 Inflasi. Keniakan dalam tingkat harga umum seluruh barang dan jasa dalam suatu
perkeonomian.
 Aktiva Moneter. Klaim terhadap jumlah mata uang yang tetap dimasa depan seperti kas atau
piutang usaha.
 Keuntungan Moneter. Kenaikan dalam daya beli secara umum yang terjadi karena
terdapatnya kewajiban moneter selama periode inflasi.
 Kewajiban Moneter. Suati kewajiban untuk membayar jumlah mata uang tetap dimasa depan
seperti utang usaha atau uang dengan suku bunga tetap.
 Kerugiaan Moneter. Penurunan dalam daya beli secara umum yang terjasi karena terdapatnya
aktiva moneter selama periode inflasi.
 Penyesuaian Modal Kerja Moneter. Pengaruh perubahan harga khusus terhadap seluruh
jumlah modal kerja yang digunakan oleh suatu usaha dalam menjalankan operasinya.
 Jumlah Nominal. Jumlah mata uang yang belum disesuaikan dengan perubahan harga.
 Aktiva non Moneter. Aktiva yang tidak menunjukkan adanya klaim tetap terhadap kas seperti
persediaan, aktiva tetap, dan peralatan.
 Penyesuaian Paratis. Suatu penyesuaian yang mencerminkan perbedaan antara inflasi di
Negara induk perusahaan dan perusahaan tuan rumah.
 Kewajiban non moneter. Suatu utang yang tidak mengharuskan pembayaran jumlah kas tetap
dimasa depan seperti uang muka pelanggan.
 Aktiva Permanent. Istilah di Brasil utnuk aktiva tetap, gedung, investasi, beban tangguhan
dan depresiasi terkait serta jumlah deplasi atau amortisasi.
 Indeks Harga. Suatu rasio biaya dimana pembilang/numeratornya adalah biaya dari suatu
keranjang barang dan jasa yang representative dalam tahun berjalan, sedangkan penyebutnya
adalah biaya dari keranjang barang dan jasa yang sama pada tahun dasar.
 Daya Beli. Kemampuan umum dari suatu unti moneter untuk memperoleh barang dan jasa.
 Laba Riil. Laba bersih yang telah disesuaikan untuk perubahan harga.
 Biaya Penggantian. Biaya kini untuk mengganti potensi jasa suatu aktiva dalam keadaan
normal usaha.
 Mata Uang Pelaporan. Mata uang yang digunakan suatu perusahaan dalam menyusun laporan
keuangan.
 Metode nyatakan kembali-translasikan. Digunakan pada saat suatu induk perusahaan
mengkonsolidasikan akun-akun anak perusahaan luar negeri yang beralokasi disebuah
lingkungan berinflasi.
 Fluktuatif. Dengan metode ini, akun anak perusahaan pertama-tama disajikan ulang dengan
inflasi lokal, kemudian ditranslasikan dalam mata uang induk.
 Perubahan Harga Khusus. Perubahan dalam harga untuk komoditas khusus seperti persediaan
atau peralatan.
 Metode tranlasikan saji-ulang. Suatu metode konsolidasi pertama-tama dengan
mentranslasikan akun-akun laporan keuangan anak prusahaan luar negeri ke dalam mata uang
induk perusahaan kemudian dinyatakan kembali jumlah yang ditraslasikan terhadap inflasi
induk perusahaan.

Indikator:Memahami mengapa dan bagaimana laporan keuangan memiliki potensi untuk


menyesatkan selama periode perubahan harga.

2. Mengapa Laporan Keuangan Di Masa Perubahan Harga Berpotensi Menyesatkan?


Selama masa inflasi, nilai aset yang dicatat sesua dengan biaya perolehannya jarang
mencerminkan nilai kini (yang lebih tinggi) dari aset tersebut. Nilai aset yang di kecilkan
mengakibatkan dikecilkannya pengeluaran dan di besarkannya laba. Dari sudut pandang
manajerial, pengukuran yang tidak akurat ini menimbulkan penyimpangan pada (1) proyeksi
keuangan berdasarkan data rangkaian waktu historis yang belum disesuaikan, (2) anggaran yang
menjadi dasar pengukuran, dan (3) data kinerja yang gagal menahan pengaruh inflasi yang tidak
terkendali. Sebaliknya, pendapatan yang dibesarkan dapat menimbulkan :

 Kenaikan dalam proporsi pajak


 Permintaan deviden lebih banyak dari pemegang saham
 Permintaan gaji dan upah yang lebih tinggi dari pada pekerja
 Tindakan yang merugikan dari Negara tuan rumah ( seperti pengenaan pajak keuntungan
yang sangat besar )

Jika harus mendistribusikan semua laba yang dibesarkan (Dalam bentuk paja, deviden, gaji
dan semacamnnya yang lebih besar) suatu perusahaan mungkin tidak akan memiliki cukup
sumberdaya untuk mengganti aset tertentu yang mengalami kenaikan harga, seperti persediaan,
pabrik dan peralatan.
Kegagalan untuk menyesuaikan data keuangan perusahaan terhadap perubahan dalam daya
beli unit moneter juga menimbulkan kesulitan bagi pembaca laporan keuangan untuk
menginterpretasikan dan membandingkan kinerja operasi perusahaan yang dilaporkan. Dalam
periode inflasi, pendapatan umumnya dinyatakan dalam mata uang dengan daya beli umum yang
lebih rendah ( yaitu daya beli perode ini ), yang kemudian diterapkan terhadap beban terkait.
Biaya disajikan dalam mata uang dengan daya beli umum lebih tinggi karena biasanya
mencerminkan pemakaian sumberdaya yang diperoleh dimasa lampau (misalnya penyusutan
pabrik yang dibeli 10 tahun silam) ketika daya beli unit moneter lebih tinggi. Mengurangi biaya
berdasarkan daya beli historis dari pendapatan berdasarkan daya beli kini menyebabkan laba tidak
diukur secara akurat.
Prosedur akuntansi yang konvensional juga mengabaikan keuntungan dan kerugian daya
beli yang timbul dari kepemilikan kas ( ekuivalennya ) selama periode inflasi. Jika kita menahan
kas selama setahun dengan tingkat inflasi 100%, maka diakhir tahun kita akan memerlukan dua
kali lipat kas untuk menyamai daya beli saldo kas diawal tahun. Hal ini selanjutnya mempersulit
pembaca laporan untuk membandingkan kinerja bisnis.
Oleh karena itu, mengakui pengaruh inflasi secara eksplisit berguana dilakukan karena :
1. Pengaruh perubahan harga sebagian bergantung pada transaksi dan keadaan yang dihadapi
suatu perusahaan.
2. Mengelola masalah yang timbulkan oleh perubahan harga tergantung pada pemahaman yang
akurat atas masalah tersebut.
3. Laporan dari para menajer mengenai permasalahan yang disebabkan oleh perubahan hatga
lebih mudah dipercaya apabila kalangan usaha menerbitkan iformasi keuangan yang
membahas masalah-masalah tersebut.
Meskipun laju melambat, akuntansi perubahan harga tetap berguna karena efek kumulatif
inflasi yang rendah dalam beberapa waktu dapat signifikan. Pengaruh distorsi inflasi masa lalu
dapat juga bertahan selama bertahun-tahun, mengingat umur panjang kebanyakan harta.
Disamping itu, sebagaimana disebutkan sebelumnya, perubahan harga khusus bisa menjadi
signifikan bahkan ketika tingkat harga umum tidak banyak berubah.

3. Jenis – Jenis Penyesuaian Inflasi

Rangkaian statistic yang bertujuan mengukur perubahan harga umum maupun khusus
biasanya tidak berjalan secara bersamaan. Setiap jenis perubahan harga memiliki pengaruh yang
berbada terhadap ukuran-ukuran posisi keuangan dan kinerja operasi suatu perusahaan dan
ditimbulkan oleh adanya tujuan-tujuan berbeda yang tersembunyi. Akuntansi untuk laporan
keuangan atas perubahan tingkatan harga umum disebut sebagai model daya beli konstan biaya
historis. Akuntansi untuk perubahan harga khusus disebut sebagai model biaya kini.
Indikator : Memahami pengaruh penyesuaian tingkat harga umum pada jumlah laporan
keuangan.

4. Penyesuaian Tingkat - Harga Umum


Jumlah mata uang yang disesuaikan terhadap perubahan tingkat harga umum ( daya beli ) disebut
sebagai mata uang konstan biaya historis atau ekuivalen daya beli umum. Jumlah mata uang yang
belum disesuaikan sedemikian rupa disebut sebagai jumlah nominal. Sebagai contoh, selama
periode kenaikan harga, aktiva berumur panjang yang dilaporkan di dalam neraca sebesar biaya
akuisisi awalnya dinyatakan dalam mata uang nominal. Apabila biaya historisnya dialokasikan
terhadap laba periode kini ( dalam bentuk beban depresiasi ), pendapatan, yang mencerminkan
daya beli kini, ditandingkan dengan biaya yang mencerminkan daya beli ( yang lebih tinggi ) dari
periode terdahulu saat aktiva tersebut dibeli. Oleh karena itu, jumlah nominal harus disesuaikan
untuk perubahan-perubahan dalam daya beli umum uang agar dapat ditandingkan dengan transaksi
ditahun berjalan.

Indeks Harga
Perubahan tingkat harga umum diukur dengan indeks tingkat harga dalam bentuk Jumlah p1q1 /
Jumlah p0q0 dimana p = harga suatu barang tertentu dan q = kuantitas yang dikonsumsi. Suatu
indeks harga adalah rasio biaya. Contoh, jika sebuah keluarga yang terdiri dari empat orang
menghabiskan uang $20.000 untuk membeli sebuah keranjang barang dan jasa yang representive
pada akhir tahun 1 ( tahun dasar – awal tahun 2 ) dan $22.000 untuk membeli keranjang yang
sama setahun kemudian ( awal tahun 3 ), indeks harga akhir tahun pada tahun 2 adalah
$22.000/$20.000 atau 1,1. Angka ini menujukkan adanya laju inflasi sebesar 10 % selama tahun
2. Demikian pula halnya, apabila keranjang dalam contoh diatas $23.500 bagi suatu keluarga
yang terdiri dari 4 orang pada tahun 2 kemudian ( akhir tahun 3 ), maka indeks tingkat harga
umum akan menjadi $23.500/$20.000 atau 1,175 yang menunjukkan laju inflasi 17,5 %
semenjak tahun dasar. Indeks untuk tahun dasar adalah $20.000/$20.000 atau 1.

Penggunaan Indeks Harga

Angka indeks harga digunakan untuk mentraslasikan jumlah yang dibayarkan selama periode
terdahulu menjadi ekuivalen daya beli pada akhir periode. Metode yang digunakan adalah
sebagai berikut :
GPLc / GPLtd x Jumlah Nominaltd = PPEc
Dimana :
GPL = indeks harga umum
c = periode kini
td = tanggal transaksi
PPE = ekuivalen daya beli umum
Angka tingkat harga yang disesuaikan bukan merupakan biaya kini dari pos yang dipersoalkan,
melainkan masih merupakan angka biaya historis. Angka biaya historis hanya sekedar disajikan
ulang dalam unit ukuran baru, yaitu daya beli umum diakhirperiode. Jika semua transaksi semua
dilakukan secara seragam selama periode tertentu (seperti pendapatan dari penjualan barang atau
jasa), maka penyesuaian tingkat harga jalan pintas dapat digunakan. Ketika menyajikan
pendapatan sebagai setara daya beli akhir periode, ketimbang menyesuaikan tingkat harga
pendapatan harian (berarti ada 365 perhitungan) kita dapat menggunakan rumus berikut :
GPLc / GPLtd x Pendapatan Total = PPEc
Objek Penyesuaian Tingkat Harga Umum
Secara tradisional, laba merupakan bagian dari kekayaan perusahaan ( yaitu aktiva bersih ) yang
dapat ditarik oleh perusahaan selama suatu periode akuntansi tanpa mengurangi kekayaannya
hingga dibawah posisi awal. Dengan asumsi tidak ada investasi atau penarikan tambahan oleh
pemilik selama periode tersebut. Oleh karena itu, akuntansi konvensional menghitung laba
sebagai jumlah maksimal yang dapat ditarik oleh perusahaan tanpa mengurangi modal uang
awalnya. Jika kita tidak bisa memperoleh harga yang stabil maka perhitungan laba konvensional
cenderung menghitung kekayaan bersih perusahaan setelah pajak secara tidak akurat.
Dari mana datangnya kerugian moneter? Selama inflasi perusahaan akan mengalami perubahan
kekayaan yang tidak berkaitaan dengan kegiatan operasinya. Perubahan muncul dari aktiva atau
kewajiban moneter, kewajiban untuk membayarkan mata uang dengan jumlah yang tetap dimasa
depan. Aktiva moneter mencakup kas dan piutang usaha yang umumnya akan menghilangkan
daya beli selama periode inflasi. Kewajiban moneter mencakup kebanyakan utang yang
umumnya akan menimbulkan keuntungan daya beli selama periode inflasi.

Indikator :Menentukan dua cara umum di mana model akuntansi biaya kini berbeda dengan
akuntansi internasional.

5. Penyesuaian Biaya Kini

Model biaya kini berbeda dengan akuntansi konvensional dalam dua aspek. Pertama,
Aset dinilai pada biaya kininya ketimbangan biaya historisnya. Oleh karena itu aset pada dasarnya
sama dengan nilai diskonto kini dari arus kas di masa depan, pendukung model biaya-kini
berpendapat bahwa nilai kini memperlihatkan secara lebih baik pengukuran pendapatan dan
potensi arus kas perusahaan dimasa depan kepada pembaca laporan keuangan. Kedua,laba
didefenisikan sebagai kekayaan bersih setelah pajak perusahaan, yaitu jumlah sumber daya yang
dapat didistribusikan perusahaan di suatu periode sambil tetap mempertahankan kapasitas produksi
atau modal fisiknya.
Satu cara untuk mempertahankan modal dengan cara menyesuaikan posisi awal bersih perusahaan
seperti harga tagihan lancar, daftar harga dari penyedia. Dapat diilustrasikan dalam bentuk sebagai
berikut.

Aset = Kewajiban + Ekuitas Pemilik

Kas Persediaan Modal


1 100.000 100.000
2 (100.000) 100.000
3 150.000 150.000 (pendapatan)
4 40.000 40.000 reval OE
5 (140.000) (140.000) beban
Keterangan.
 Baris 1, menunjukkan pengaruh investasi awal perusahaan sebesar ARS100.000 terhadap
laporan keuangan.
 Baris 2, menunjukkan pertukaran kas dengan persediaan, dengan asumsi kenaikan gaji
sebesar 50%.
 Baris 3, menunjukkan penjualan persedian untuk mendapatkan kas, yang meningkatkan
ekuitas pemilik dengan jumlah yang sama.
 Baris 4, menunjukkan beban kini pada penjualan, perusahaan meningkatkan nilai
dukungan persediaan sebesar 40%, ganti rugi tersebut guna untuk kenaiakan akan
revaluasi ekuitas pemilik sebesar ARS40.000. penyesuaian ini memiliki dampak yaitu.
Jumlah revaluasi memperlihatkan kepada pembaca lap. Keuangan bahwa perusahaan harus
menyimpan tambahan sebesar ARS40.000 dalam usaha agar mampu mengganti persediaan
yang mengalami kenaikan biaya pengganti.
 Baris 5, menunjukkan revaluasi persediaan meningkatkan beban sumber daya yang
menjadi setara dengan beban ekonomi kini.

6. Biaya Kini Disesuaikan dengan Tingkat-Harga Umum


Opsi pelaporan ini bertujuan untuk menggabungkan karakteristik model tingkat-harga umum
dan model biaya-kini. Pengukuran ini disebut dengan model biaya kini yang disesuaikan degan
tingkat harga menggunakan indeks harga umum dan khusus. Salah satu tujuan model tingkat
harga-umum, yaitu untuk mengungkapkan laba dan aset bersih pada ekuivalen daya beli akhir
tahun perusahaan. Tujuan dari model biaya-kini yaitu untuk melaporkan aset bersih perusahaan
pada biaya kininya dan melaporkan jumlah laba yang menggambarkan kekayaan bersih setelah
pajak.
Ciri khas model biaya-kini, pengungkapan perubahan biaya kini dari aset nonmoneter
perusahaan setelah dikurangi inflansi. Bertujuan untuk memperlihatkan bagian perubahan nilai aset
nonmoneter yang melebihi atau kurang dari perubahan daya beli umum.
Kenaikan aset nonmoneter akibat inflansi umum merupakan jumlah saldo yang harus dimiliki
perusahaan agar mampu menghadapi inflansi umum. Dan salah satu komponen yang lainnya,
misalnya kenaikan biaya kini yang melampaui inflnsi umum dianggap oleh sejumlah pihak sebagai
laba modal atas aset nonmoneter yang belum direalisasikan. Komponen terkhir ini bukan
merupakan laba, malinkan kenaikan biaya perusahaan yang harus dimiliki perusahaan dalam
mempertahankan produknya .Laba atau rugi kumulatif dari aset nonmonter induk- pos ini
merupakan perubahan kumulatif atas nilai aset nonmoneter yang diakibatkan selain oleh inflansi
umum.Pos ini dihitung hanya jika model beban-khusu digunakan, karena beban ini dibndingkan
dengan penyajian ulang dengan yang ditentukan oleh indeks harga konsumen nasional. Jika beban
khusus lebih besar daripada indeks tersebut, maka laba akan diperoleh aset nonmoneter induk, jika
tidak maka rugi akan diperoleh.Laba atau rugi moneter kumulatif- pos ini merupakan pengaruh
bersih yang muncul dari penyajian ulang awal dari angka-angka dalam laporan keuanagan.

Indikator : Memahami bagaimana dan mengapa penyesuaian atas perubahan harga dapat
saling berbeda satu sama lain dari suatu Negara ke Negara lain.

7. Pendekatan Terhadap Akuntansi Inflasi Di Beberapa Negara


Beberapa negara bereksperimen dengan pendekatan akuntansi inflasi yang beragam. Praktik-praktik
yang berlaku dilapangan juga mencerminkan berbagai pertimbangan pragmatis, seperti tingkat
keparahan inflasi nasional dan sudut pandang pihak-pihak yang merasakan pengaruh langsung dari
angka-angka akuntansi inflasi. Guna memahami praktik-praktik yang berlaku dewasa ini, akan
bermanfaat jika kita menelaah pendekatan terhadap akuntansi inflasi yang dilakukan oleh beberapa
negara.

Amerika Serikat
Pada tahun 1979, FASB mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (Statement of
Financial Accounting Standards-SAFS ) No. 33 Berjudul “Pelaporan Keuangan dan Perubahan
Harga”, pernyataan ini mengharuskan perusahaan-perusahaan AS yang memiliki persediaan dan
aktiva tetap ( sebelum dikurangi dengan depresiasi ) yang bernilai lebih dari $125 juta atau total
aktiva lebih dari $1 Miliar ( setelah dikurangi dengan akumulasi depresiasi ) untuk selama lima
tahun mencoba melakukan pengungkapan daya beli konstan dan biaya beli konstan biaya kini.
Sebagai kerangka pengukuran dasar untuk pengukuran dasar pelaporan keuangan utama,
pengungkapan ini lebih ditujukan untuk melengkapi informasi beban historis daripada
menggantinya.
Banyak pengguna dan penyusun informasi keuangan yang telah sesuai dengan SFAS No. 33
menemukan bahwa :
1. Pengungkapan ganda yang diwajibkan oleh FASB membingungkan
2. Biaya untuk penyusunan pengungkapan ganda terlalu besar
3. Pengungkapan daya beli konstan biaya historis tidak terlalu bermanfaat bila dibandingkan
data biaya kini
Oleh karena itu, FASB memutuskan untuk menyarankan, dan tidak mewajibkan, perusahaan
pelaporan di AS untuk mengungkapkan baik informasi daya beli tetap biaya historis maupun daya
beli tetap biaya kini. Pedoman yang diterbitkan oleh FASB (SFAS 89) bertujuan untuk membantu
perusahaan yang melaporkan pengaruh perubahan harga terhadap laporan keuangan, disamping
sebagai cikal bakal standar akuntansi inflasi dimasa mendatang.
Perusahaan pelapor didorong untuk mengungkapan informasi berikut untuk masing-masing dari 5
tahun terkini :
 Penjualan bersih dan pendapatan operasi lainnya
 Laba dari operasi yang berjalan berdasarkan dasar biaya kini
 Keuntungan atau kerugiaan daya beli ( moneter ) atas pos-poss moneter bersih
 Kenaikan atau penurunan dalam biaya kini atau jumlah yang dapat dipulihkan yang lebih
rendah dari persediaan atau aktiva tetap, bersih dari inlasi ( perubahan tingkat harga umum )
 Setiap agregat penyesuaian translasi mata uang asing, berdasarkan biaya kini, yang timbul
dari proses konsolidasi
 Aktiva bersih pada akhir tahun menurut dasar biaya kini
 Laba per saham ( dari operasi berjalan ) menurut dasar biaya kini
 Deviden per saham biasa
 Harga pasar akhir tahun per lembar saham biasa
 Tingkat Indeks Harga Konsumen ( Consumer Price Index-CPI ) yang digunakan untuk
mengukur laba dari operasi berjalan
Untuk meningkatkan komparabilitas data diatas, informasi yang diberikan dapat disajikan baik
dalam (1) rata-rata setara daya beli (atau diakhir tahun), (2) Dollar pada periode pokok (1967)
yang digunakan untuk menghitung CPI. Jika laba berdasarkan daya beli tetap biaya kini berbeda
secara signifikan dari laba biaya historis, maka perusahaan diminta untuk menyajikan lebih banyak
data.
Pedoman SFAS No 89 juga mencakup operasi luar negeri yang disertakan dalam laporan keuangan
konsolidasian perusahaan induk di Amerika Serikat. Perusahaan yang menggunakan dollar sebagai
mata uang fungsional untuk mengukur operasi luar negeri menggunakan prespektif mata uang
induk. Perusahaan multi nasional yang menggunakan mata uang local sebagai mata uang
fungsional untuk sebagian besar operasi luar negerinya menggunakan prespektif mata uang local.
FASB membolehkan perusahaan untuk menggunakan metode translasi saji ulang untuk
menyesuaikan dengan inflasi asing kemudian mentranslasikannya kedalam dollar AS. Bertujuan
untuk menunjukan inflasi dapat menggunakan baik dollar AS maupun indeks tingkat harga umum
asing.
INGGRIS
Komite Standar Akuntansi Inggris ( Accounting Standard Committee-ASC ) menerbitkan
Pernyataan Standar Praktik Akuntansi 16 ( Statement of Standards Accounting Practice-SSAP
16), “Akuntansi Biaya Kini” untuk masa percobaan 3 tahun pada bulan maret 1980. SSAP 16
berbeda dengan SFAS 33 dalam 2 hal yaitu :
1. Standar AS mengharuskan akuntansi dollar konstan dan biaya kini, SSAP 16 mengadopsi
hanya metode biaya kini untuk pelaporan eksternal
2. Penyesuaian inflasi AS berpusat pada laporan laba rugi, laporan biaya kini di Inggris
mewajibkan baik laporan laba rugi dan neraca biaya kini, beserta catatan penjelasan
Standar di Inggris memperbolehkan tiga pilihan pelaporan :
1. Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai pelapor keuangan dasar dengan akun-akun
pelengkap biaya historis
2. Menyajikan akun-akun biaya historis sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun
pelengkap biaya kini
3. Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai satu-satunya akun yang dilengkapi dengan
informasi biaya historis yang memadai
Terkait pos-pos moneter, SFAS No 33 mewajibkan pengungkapan angka-angka laba dan rugi
secara terpisah, sedangkan SSAP No 16 mewajibkan dua jenis angka yang mencerminkan
pengaruh perubahan harga khusus. Jenis pertama yang disebut sebagai penyesuaian modal kerja
moneter (MWCA), mengakui pengaruh perubahan harga khusus terhadap jumlah total modal kerja
yang digunakan dalam operasi bisnis. Jenis dua yang disebut penyesuaian utang modal,
memperhatikan dampak perubahan harga khsus terhadap aset nonmoneter perusahaan (misalnya
penyusutan, beban penjualan, dan modal kerja moneter).
Penyesuaian utang modal menyatakan bahwa pengeluaran seperti beban penjualan barang dan
penyusutan tidak harus dikurangi untuk mengakui biaya pengganti dari aset tersebut, selama tidak
diperoleh lewat utang. Jika diperoleh lewat utang, maka laba moneter yang dihitung oleh indeks
harga khsus (bukan umum) mestinya mengalami kenaikan.

BRASIL
Inflasi sering dianggap sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari dunia bisnis di Amerika Latin,
Eropa Timur dan Asia Tenggara. Mengingat pengalamannya dengan inflasi dimasa lalu,
pendekatan yang dilakukan oleh brasil terhadap akuntansi inflasi sangat informatif.
Akuntansi inflasi yang direkomendasikan di Brasil hari ini mencerminkan 2 kelompok pilihan
pelaporan, Undang-Undang perusahaan Brasil dan Komisi Sekuritas dan Bursa Brasil. Penyesuaian
inflasi yang sesuai dengan undang-undang perusahaan menyajikan ulang akun-akun aktiva
permanen dan ekuitas pemegang saham dengan menggunakan indeks harga yang diakui oleh
Pemerintah Federal untuk mengukur devaluasi mata uang lokal. Aktiva permanen meliputi aktiva
tetap, gedung, investasi, beban tangguhan dan depresiasi terkait, serta akun-akun amortisasi atau
deplesi ( termasuk setiap provisi kerugiaan yang terkait ). Akun-akun ekuitas pemegang saham
terdiri dari modal, cadangan pendapatan, cadangan revaluasi, laba ditahan, dan akun cadangan
modal yang digunakan untuk mencatat penyesuaian tingkat harga terhadap modal. Akun yang
disebut terakhir berasal dari revaluasi aset tetap kedalam biaya pengganti kininya, setelah
dikurangi provisi penyusutan teknis dan fisik.
Penyesuaian inflasi terhadap aset permanen dan ekuitas pemegang saham diterima bersih, dan
kelebihannya diungkapkan secara terpisah dalam laba kini sebagai laba atau rugi koreksi moneter.
Penyesuaian tingkat harga terhadap ekuitas pemegang saham (BRL275) merupakan jumlah yang
mesti ditumbuhkan lewat investasi pemegang saham diawal tahun, guna mengatasi inflasi.
Penyesuaian aset permanen yang lebih sedikit dari penyesuaian ekuitas menimbulkan rugi daya
beli, yang tercermin dalam aset moneter bersih yang diungkapkan oleh perusahaan yaitu modal
kerja.

Indikator: Memiliki pemahaman dasar tentang ketetapan IASB seputar perubahan harga
dalam” ekonomi dengan inflasi yang meroket”.
8. International Accounting Standards Broad (IASB)
IASB menyimpulkan bahawa laporan posisis keuangan dan kinerja operasional yang
dinyatakan dalam mata uang lokal dilingkungan hiperinflasi tidak bermanfaat. Secara khusus,
laporan keuangan perusahaan yang menggunakan mata uang dilingkungan hiperinflasi,
baik berdasarkan pada model penilaian historismaupun biaya-kini, harus diungkapkan kembali
pada daya beli tetap pertanggal neraca. Peraturan ini juga berlaku untuk angka-angka serupa
ditahun sebelumnya. Laba atau rugi daya beli terkait posisi kewajiban atau aset menetr bersih harus
dimasukan kedalam laba bersih. Perusahaan laporan juga harus mengungkapkan:
1. Fakta bahwa penyajian ulang atas perubahan daya beli umum unit pengukuran telah
dilakukan.
2. Model penilaian aset yang digunakan dalam laporan utama (yaitu penilaian historis
atau biaya-kini).
3. Identitas dan tingkat indeks harga per tanggal neraca, berikut pergerakannya selama
tahun pelaporan.
4. Laba atau rugi moneter bersih tahun berjalan.

Indikator : Membahas apakah dolar konstan atau biaya kini yang secara lebih baik mengukur
pengaruh inflasi.

9. Hal-hal Terkait Inflasi


Para analisis harus memperhatikan hal-hal berikut saat membaca laporan yang disesuaikan dengan
inflasi: (1) apakah pengaruh inflasi dapat diukur secara lebih baik oleh dolar tetap atau biaya-kini,
(2) perlakuan akuntansi untuk laba dan rugi inflasi, (3) akuntansi inflasi asing, (4) pengaruh
gabungan dari tingkat inflasi dan bursa efek. Point pertama tdan ketiga kita bahas secara
bersamaan.
Laba dan Rugi Inflasi
Perlakuan terhadap laba dan rugi atas pos-pos moneter (seperti kas,utang, dan piutang)
merupakan isu yang komersial. Survei yang dilakukan terhadap praktik-praktik di berbagai negara
menunjukan keragaman yang penting dalam hal ini.
Laba atu rugi tas pos-pos moneter di AS dihitung dengan cara menyajikan ulang saldo awal,
saldo akhir, serta semua transaksi dari seluruh aset dan kewajiban moneter (termasuk utang jangka
panjang) dalam laporan tetap. Saldo yang diperoleh kemudian diungkapkan sebagi pos tersendiri.
Perlakuan ini menganggap laba dan rugi pada pos-pos moneter berbeda dengan jenis laba lain.
Di inggris, laba dan rugi atas pos-pos moneter dikelompokan menjadi modal kerja moneter dan
penyesuaian utang modal, kedua pos tersebut dihitung menurut perubahan harga khusus (bukan
umum). Penyesuian utang modal menunjukan penerimaan (atau beban) yang diperoleh pemegang
saham dari utang pembiayaan selama masa perubahan harga.
Pendekatan yang diterapkan di Brasil, yang sudah tidak diwajibkan lagi, tidak menyesuaikan
aset dan kewajiban lancar secara eksplisit, karena saldo keduanya dinyatakan dalam nilai yang
dapat diungkapkan. Penyesuaian asetpermanen yang melebihi penyesuian ekuitas merupakan
bagian dari aset permanen yang diperoleh lewat utang, sehingga menghasilkan laba daya beli.
Sebaliknya, penyesuaian ekuitas yang melebihi penyesuian aset permanen merupakan bagian dari
modal kerja yang dibiayai oleh ekuitas. Rugi daya beli diakui untuk bagian ini selama inflasi.
SSAP No, 16 memiliki cara yang lebih baik untuk menangani pengaruh inflasi selain
persedian, pabrik, dan peralata, perusahaan juga harus meningkatkan modal kerja moneter nominal
bersih guna memprtahankan daya operasional seiring naiknya harga. Meski begitu fenomena ini
seharusnya tidak diukur dengan daya beli umum karena perusahaan hampir tidak pernah
berinvestasi di keranjang belanja ekonomi. Kami yakin bahwa tujuan akuntansi inflasi ialah untuk
mengukur kinerja perusahaan dan memungkinkan pihak yang tertarik untuk menilai jumlah, waktu,
dan potensi arus kas dimasa depan.
Suatu perusahaan dapat mengukur daya beli yang dimilikinya untuk memperoleh barang
danjasa tertentu lewat indeks pengukur laba dan rugi moneter, karena tidak semua perusahaan
mampu memperoleh indeks daya beli khasnya sendiri, pendekatan yang dilakukan di Ingris
menjadi alternatif yang baik. Namun kami lebih memilih untuk memperlakukan penyesuaian utang
modal sebagai pengurangan atas penyesuaian biya-kini untuk pos-pos penyusutan, beban
penjualan, dan modal kerja moneter daripada mengungkapkan. Kami beranggapan bahwa beban
biaya-kini dan saji ulang biaya historis selama inflasi dapat tertutup oleh pengurangan beban utang
jasa yang digunakan untuk membiayai pos-pos operasional tersebut.

Laba dan Rugi Modal

Akuntansi nilai kini membagi laba bersih ke dalam dua kategori: (1) laba operasional (selisih
antara pendapatan lancar dengan biaya kini sumber daya yang dikonsumsi) dan (2) laba yang
belum direalisasikan dari kepemilikan asset nonmonoter yang nilai penggantinya mengalami
kenaikan selama inflasi berlangsung. Pengukuran laba modal mudah dilakukan, namun perlakuan
akuntansinya sulit. Kami berpendapat bahwa kenaikan biaya pengganti asset operasional
(contohnya proyeksi arus kas keluar untuk mengganti peralatan) bukan merupakan laba, baik
terealisasimaupun tidak. Perubahan biaya kini persediaan, pabrik, peralatan, dan asset operasional
lain merupakanrevaluasi terhadap ekuitas pemilik, yang menjadi bagian dari laba yang harus
dimiliki perusahaan guna mempertahankan modal fisik, sedangkan laba berdasarkan biaya kini
merupakan pengukuran terhadap kekayaan bersih setelah pajak dari perusahaan ini. Asset yang
ditahan untuk tujuan spekulasi, seperti tanah kosong atau surat berharga yang dapat diuangkan,
tidak harus diganti jika ingin mempertahankan daya produksi. Oleh karenanya, jika penyesuaian
biaya-kini mencakup pos-pos ini, kenaikan atau penurunan setaraharus dinyatakan secara langsung
dalam akun laba.

Indikator: Memahami bagaimana perubahan harga dan tingkat perubahan mata uang asing saling
berhubungan satu sama lain, dan bagaimana dampaknya bagi laporan keuangan.

Perubahan harga merupakan fluktuasi pergerakan harga baik suatu peningkatan maupun suatu
penurunan. Peningkatan harga secara umum di kenal dengan istilah inflasi, sedangkan penurunan
harga secara umum dikenal dengan istilah deflasi. Perubahan harga disini terdapat dua jenis
perubahan harga umum maupun perubahan harga spesifik. Perubahan harga umum merupakan
perubahan harga secara keseluruhan komoditi, sedangkan perubahan harga khusus merupakan
perubahan harga komoditi tertentu. Pada periode perubahan harga ini laporan keuangan sangat
teramat rentan terhadap resiko penyesatan para penggunanya. Resiko ini terjadi karena adanya
ketidak akuratan pengukuran yang menyebabkan distorsi pada proyeksi keuangan yang didasarkan
pada data seri waktu historis, anggaran yang menjadi dasar pengukuran kinerja dan data kinerja
yang tidak dapat mengisolasi pengaruh perubahan harga yang tidak dapat dikendalikan.

Inflasi Asing
Di Amerika Serikat, FASB berupaya menangani inflasi dengan cara mewajibkan perusahaan
pelapor besar untuk bereksperimen baim dengan daya beli tetap-biaya historis maupun dengan
pengungkapan biaya-kini. FAS No 89, yang menganjurkan (namun tidak mewajibkan) perusahaan
untuk menerangkan perubahan harga, tidak berhasil memecahkan isu ini pada dua tingkatan.
Pertama, perusahaan boleh tetap menyajikan nilai asetnonmoneternya pada biaya historis (yang
disaji ulang untuk perubahan tingkat harga), atau boleh juga menyajikan ulang dalam setara biaya-
kininya. Kedua, perusahaanyang memilih untuk menyajikan data biaya-kini untuk operasi luar
negri memiliki dua opsi metode translasi dan saji ulang laporan anak perusahaan ke dalam dolar
AS. Perusahaan tersebut boleh menyajikan ulang ke dalam inflasi asing, kemudian
mentranslasikannya ke dalam mata uang induk perusahaan (metode saju ulang-translasi), atau
boleh mentranslasikannya ke dalam mata uang induk perusahaan, kemudian menyajikan ulang ke
dalam mata uang induk perusahaan, kemudia menyajikan ulang ke dalam inflasi (translasi-saji
ulang). Kini dapat menentukan pilihan metode dengan menggunkan kerangka berorientasi
keputusan.
Investor peduli dengan potensi perusahaan untuk menghasilkan dividen, karena nilai investasi
mereka pada akhirnya bergantung pada deviden di masa mendatang. Potensi perusahaan untuk
menghasilkan dividen berhubungan secara langsung dengan kemampuannya untuk menghasilkan
barang dan jasa. Dividen akan dihasilkan di masa mendatang hanya jika perusahaan
mempertahankan daya produksinya.

Oleh karena itu, investor memerlukan laporan yang disesuaikan dengan tingkat harga khusus,
bukan harga umum. Ini karena penyesuaian tingkat harga khusus menjadi penentu jumlah
maksimal yang bisa dibayarkan oleh perusahaan sebagai dividen tanpa mengurangi daya
produksinya.
Kami memilih prosedur penyesuaian tingkat harga sebagai berikut:
1) Menyajikan ulang seluruh laporan keuangan anak perusahaan, baik domestic maupun asing,
dan induk perusahaan guna mencerminkan perubahan harga khusus.
2) Mentranslasikan seluruh laporan anak perusahaan asing ke dalam setar mata uang domestic
melalui konstanta.
3) Menggunakan indesk harga khusus yang relevan dengan apa yang dikonsumsi perusahaan
dalam perhitungan laba atau rugi monoter. Perspektif perusahaan induk mensyaratkan
indeks harga domestic, sedangkan perspektif perusahaan local mensyaratkan indeks harga
local.

Menyajikan ulang laporan perusahaan asing maupun domestic ke dalam setara harga-kini khusus
menghasilkan informasi yang relevan dengan keputusan. Akan lebih mudah bagi kita untuk
membandingkan dan mengevaluasi hasil konsolidasi seluruh perusahaan di masa mendatang. Filosofi
pelaporan ini dipaparkan oleh Dewey R. Borst, pengawas keuangan Inland Steel Company:
Manajemen berusaha mendapatkan informasi terkini dan terbaik untuk memonitor kinerja mereka di
masa lampau, serta untuk memandu mereka dalam mengambil keputusan dimasa kini. Kalangan luar
menilai laporan keuangan untuk laporan serupa, yakni untuk menentukan kinerja perusahaan di masa
lampau dan perkiraan kinerjanya di masa mendatang. Oleh karenanya, tidak ada alas an yang kuat
bagi kita untuk memiliki dua jenis data dan metode penyajian laporan keuangan. Data serupa yag kini
tersedia melalui pengembangan akuntansi manajerial juga sesuai untuk pihak luar.
Menghindari Double-Dip

Ketika menyajikan ulang laporan perusahaan yang bertempat di luar negeri ke dalam inflasi
asing, perusahaan terkadang menghitung pengaruh inflasi dua kali. Dikenal sebagai double-dip,
persoalan ini muncul karena inflasi local mempengaruhi nilai tukar yang digunakan dalam translasi
secara langsung. Meskipun teori ekonomi mengasumsikan hubungan terbalik antara tingkat inflasi
internal dengan nilai eksternal mata uang dari suatu negara, bukti-bukti menunjukkan bahwa
hubungan ini jarang bertahan (setidaknya untuk waktu yang singkat). Sesuai dengan hal ini, besarnya
penyesuaian yang dihasilkan untuk menghilangkan double-dip akan beragam, bergantung pada tingkat
korelasi negatif antara nilai tukar dengan inflasi diferensial.Sebagai mana dibahas sebelumnya,
penyesuaian inflasi atas beban penjualan atau beban penyusutan bertujuan untuk mengurangi
laba”tersaji” guna menghindari saldo laba yang seolah lebih besar. Namun, akibat hubungan terbalik
antara inflasi lokal dengan nilai mata uang, perubahan nilai tukar pada reretan laporan keuangan yang
lazimnya disebabkan oleh inflasi (minimal selama periode tertentu) setidaknya akan menyebabkan
inflasi (misalnya penyesuaian transaksi mata uanag) mempengaruhi laba “tersaji” dari perusahaan.
Oleh karenanya, agar tidak dilakukan dua kali, penyesuaian inflasi harus menyertakan rugi translasi
yang telah tercemin dalam laba “tersaji” perusahaan.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan materi kami menyimpulkan bahwa perubahan harga sangat erat kaitannya dengan
pelaporan keuangan. Setiap perusahaan yang melakukan transaksi jual beli jasa/barang akan
diperhadapkan pada masalah perubahan harga baik itu inflasi(kenaikan harga) maupun
deflasi(penurunan harga). Perubahan harga menimbulkan perbedaan biaya dalam suatu asset
ataupun nilai dari laba perusahaan. Sehingga metode yang diterpakan oleh beberapa negara untuk
mengakui perubahan harga (akuntansi inflasi) yakni General Price Level Adjustment (
penyesuaian harga umum dan Current Cost Accounting ( biaya saat ini atau terkini). Dengan
mengakui perubahan harga akan memaksimalkan keuntungan dan menghindari perhitungan biaya
depresiasi yang tidak relevan.. Pada periode perubahan harga ini laporan keuangan sangat teramat
rentan terhadap resiko penyesatan para penggunanya. Resiko ini terjadi karena adanya ketidak
akuratan pengukuran yang menyebabkan distorsi pada proyeksi keuangan yang didasarkan pada
data seri waktu historis, anggaran yang menjadi dasar pengukuran kinerja dan data kinerja yang
tidak dapat mengisolasi pengaruh perubahan harga yang tidak dapat dikendalikan. Resiko tersebut
menimbulkan kesulitan para pembaca untuk menginterpretasikan dan membandingkap laporan
keuangan. Terdapat dua jenis metode yang dapat dilakukan untuk melakukan penyesuaian
terhadap inflasi, yaitu (1) akuntansi untuk laporan keuangan atas perubahan tingkatan harga
umum yang disebut sebagai model daya beli konstan biaya historis, dan (2) akuntansi untuk
perubahan harga khusus yang disebut dengan model biaya kini.
DaftarPustaka

Frederick D.S. Choi dan Gary K. Meek. 2010. International Accounting, 6th ed. Buku 2. Jakarta:
Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai