Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

AKUNTANSI INTERNASIONAL

AKUNTANSI UNTUK PERUBAHAN HARGA SECARA

INTERNASIONAL

Disusun Oleh :

Teddy Briand Samudra ( 21601082253 )

Ameldha ( 21601082226 )

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam perkembangan ekonomi saat ini telah timbul berbagai macam

adanya inflasi dalam perubahan harga, Inflasi dapat didefinisikan sangat

sederhana sebagai kenaikan tingkat harga rata-rata untuk barang dan jasa dalam

suatu perekonomian. Banyak dari kita sangat menyadari fenomena ini. Inflasi

merupakan fenomena dunia yang banyak terjadi di negara berkembang, namun

kecenderungan yang ada di negara maju mengadopsi “akuntansi inflasi” untuk

memperbaiki penyimpanan dari convensional historical cost accounting yang

memasukkan unsur perubahan harga dan inflasi pada pendapatan dan asset.

Perubahan harga menimbulkan masalah bagi akuntansi dalam hal penilaian,

unit pengukur, dan pemertahanan kapital. Masalah penilaian berkaitan dengan

dasar yang harus digunakan untuk mengukur nilai pos pada suatu saat. Masalah

unit pengukur berkaitan dengan perubahan daya beli akibat perubahan tingkat

harga umum. Masalah pemertahanan capital berkaitan dengan pengertian laba

sebagai selisih dua kapital yang harus ditentukan jenisnya; financial atau fisis.

Akuntansi bagi perubahan harga secara khusus berhubungan erat dengan

manajer-manajer perusahaan multinasional karena tingkat inflasi bervariasi

secara substansial antara suatu negara dengan negara lainnya, sehingga

meningkatkan kemungkinan dipengaruhinya pelaporan hasil-hasil operasi oleh

efek-efek distorstif dari inflasi. Pengaruh inflasi terhadap posisi keuangan dan
kinerja perusahaan dapat mengakibatkan tidak efisiennya keputusan

operasional yang dibuat oleh manajer yang tidak mengerti pengaruh dari inflasi

itu sendiri. Dalam kaitannya dengan posisi keuangan, aktiva keuangan seperti

nilai kas akan berkurang nilainya selama inflasi karena menurunnya daya beli.

Konsekuensi-konsekuensi internasional dari inflasi global sangat mengganggu.

Karena inflasi telah mengikis standar kehidupan sekarang ini yang memiliki

penghasilan dan memperumit pengambilan keputusan bisnis secar signifikan,

terjadinya kegelisahan politik sosial yang luas, tekanan-tekanan ekonomis tidak

di ragukan lagi tidak menyebabkan pergolakan-pergolakan politik yang telah

memberi warna pada politik global dalam kemajuan saat ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi perubahan harga dan inflasi ?

2. Apa pengaruh inflasi pada perusahaan ?

3. Bagaimana cara menanggulangi inflasi ?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perubahan Harga

Untuk memahami makna istilah perubahan harga, kita harus membedakan

antara pergerakan harga umum dan pergerakan harga spesifik, yang keduanya

termasuk ke dalam perubahan harga.

1. Perubahan harga umum terjadi apabila secara rata-rata harga seluruh barang

dan jasa dalam suatu perekonomian mengalami perubahan. Unit-unit

moneter memperoleh keuntungan atau mengalami kerugian daya beli.

Kenaikan harga secara keseluruhan disebut sebagai inflasi (inflation),

sedangkan penurunan harga disebut sebagai deflasi (deflation).

2. Perubahan harga spesifik mengacu pada perubahan dalam harga barang

atau jasa tertentu yang disebabkan oleh perubahan dalam permintaan dan

penawaran.

Tingkat harga yang stabil menjadi prioritas nasional bagi banyak negara di

dunia. Meskipun perubahan harga terjadi diseluruh dunia, pengaruh terhadap

pelaporan bisnis dan keuangan berbeda-beda dari satu negara ke negara lain.

B. Pengertian Inflasi

Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-

harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme

pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi
masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu

konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya

ketidaklancaran distribusi barang. Ekspektasi kenaikan harga ini antara lain

bisa disebabkan adanya kekhawatiran konsumen terhadap kenaikan tarif-tarif

komoditas yang dikendalikan pemerintah, seperti BBM, listrik, serta

ketidaklancaran distribusi barang dan/atau berkurangnya ketersediaan barang

atau jasa sebagai akibat mahalnya biaya transportasi atau miniminya

infratstruktur yang memadai. Laju inflasi lokal dapat mempengaruhi kurs

valuta asing yang digunakan untuk mentranslasikan saldo-saldo dalam mata

uang asing ke dalam nilai ekuivalen dalam mata uang domestik. Sangat sulit

untuk memisahkan translasi mata uang asing dan inflasi, apabila dalam konteks

akuntansi untuk operasi luar negeri.

1. Penyebab Terjadinya Inflasi

Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu :

a) Tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat tukar)

b) Desakan atau tekanan produksi dan/atau distribusi (kurangnya produksi

dan/atau juga termasuk kurangnya distribusi).

C. Pengaruh Inflasi Terhadap Perusahaan

Inflasi adalah kecenderungan terjadinya peningkatan harga produk-

produk secara keseluruhan. Inflasi yang tinggi mengakibatkan penurunan daya

beli konsumen. Disamping itu inflasi yang terlalu tinggi juga dapat

mengakibatkan penurunan pendapatan riil investor dari investasinya. Bagi


perusahaan inflasi akan berdampak pada penjualan dan biaya produksi

perusahaan tersebut.

Tingkat inflasi yang tinggi biasanya terjadi akibat kondisi ekonomi yang

overheated. Artinya, kondisi ekonomi mengalami permintaan produk yang

melebihi Pengaruh Tingkat Suku Bunga kapasitas penawaran produknya yang

mengakibatkan terjadinya kenaikan harga produk secara keseluruhan .Inflasi

secara relatif berpengaruh negatif terhadap harga saham karena inflasi

meningkatkan biaya suatu perusahaan. Apabila peningkatan biaya lebih tinggi

daripada pendapatan perusahaan, maka profitabilitas dari perusahaan tersebut

mengalami penurunan. Penurunan laba perusahaan akan menyebabkan investor

tidak tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan, hal ini akan mengakibatkan

penurunan harga saham dan berdampak pada penurunan return saham. Melihat

kondisi seperti ini berarti tingkat inflasi berpengaruh negatif terhadap return

saham. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Karim (2015) menemukan

bahwa tingkat inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham

sedangkan Kurniadi (2013) menemukan bahwa tingkat inflasi tidak

berpengaruh terhadap return saham.

D. Cara Menanggulangi Inflasi

Mengingat pentingnya mengatasi masalah inflasi, maka perlu

penanganan yang serius dalam pengerjaannya. Untuk mengatasi hal tersebut,

hal pertama yang harus dilakukan adalah mengetahui penyebab terjadinya

inflasi agar jalan untuk mengatasinya dapat diketahui. Beberapa ahli ekonomi
sepakat bahwa inflasi tidak hanya berhubungan dengan jumlah uang yang

beredar, akan tetapi juga berhubungan dengan jumlah barang dan jasa yang

tersedia di masyarakat. Oleh sebab itu, untuk mengatasi masalah inflasi

dibutuhkan kebijakan yang tepat. Kebijakan yang bisa diambil untuk mengatasi

masalah inflasi ada tiga yaitu kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan

kebijakan lainnya.

1. Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter adalah segala bentuk kebijakan yang diambil pemerintah

di bidang moneter (keuangan) yang tujuannya untuk menjaga kestabilan

moneter agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kebijakan

moneter meliputi.

a. Kebijakan Penetapan Persediaan Kas

Bank sentral dapat mengambil kebijakan untuk mengurangi uang yang

beredar dengan jalan menetapkan persediaan uang yang beredar dan

menetapkan persediaan uang kas pada bank-bank. Dengan mengurangi

jumlah uang beredar, inflasi dapat ditekan.

b. Kebijakan Diskonto

Untuk mengatasi inflasi, bank sentral dapat menerapkan kebijakan diskonto

dengan cara meningkatkan nilai suku bunga. Tujuannya adalah agar

masyarakat terdorong untuk menabung. Dengan demikian, diharapkan

jumlah uang yang beredar dapat berkurang sehingga tingkat inflasi dapat

ditekan.
c. Kebijakan Operasi Pasar Terbuka

Melalui kebijakan ini, bank sentral dapat mengurangi jumlah uang yang

beredar dengan cara menjual surat-surat berharga, misalnya Surat Utang

Negara (SUN). Semakin banyak jumlah surat-surat berharga yang terjual,

jumlah uang beredar akan berkurang sehingga dapat mengurangi tingkat

inflasi.

2. Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal adalah langkah untuk memengaruhi penerimaan dan

pengeluaran pemerintah. Kebijakan itu dapat memengaruhi tingkat inflasi.

Kebijakan fiskal antara lain sebagai berikut.

a. Menghemat Pengeluaran Pemerintah

Pemerintah dapat menekan inflasi dengan cara mengurangi pengeluaran,

sehingga permintaan akan barang dan jasa berkurang yang pada akhirnya

dapat menurunkan harga.

b. Menaikkan Tarif Pajak

Untuk menekan inflasi, pemerintah dapat menaikkan tarif pajak. Naiknya

tarif pajak untuk rumah tangga dan perusahaan akan mengurangi tingkat

konsumsi. Pengurangan tingkat konsumsi dapat mengurangi permintaan

barang dan jasa, sehingga harga dapat turun.


3. Kebijakan Lainnya

Untuk memperbaiki dampak yang diakibatkan inflasi, pemerintah

menerapkan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Tetapi selain kebijakan

moneter dan fiskal, pemerintah masih mempunyai cara lain. Cara lain dalam

mengendalikan inflasi adalah sebagai berikut.

a. Meningkatkan Produksi & Menambah Jumlah Barang di Pasar

Untuk menambah jumlah barang, pemerintah dapat mengeluarkan perintah

untuk meningkatkan produksi. Hal itu dapat ditempuh dengan memberi

premi atau subsidi pada perusahaan yang dapat memenuhi target tertentu.

Selain itu, untuk menambah jumlah barang yang beredar, pemerintah juga

dapat melonggarkan keran impor. Misalnya, dengan menurunkan bea masuk

barang impor.

b. Menetapkan Harga Maksimum untuk Beberapa Jenis Barang

Penetapan harga tersebut akan mengendalikan harga yang ada sehingga

inflasi dapat dikendalikan. Tetapi penetapan itu harus realistis. Kalau

penetapan itu tidak realistis, dapat berakibat terjadi pasar gelap (black

market).

E. Pengaruh Inflasi pada Perusahaan

Inflasi mempengaruhi posisi keuangan dan kinerja suatu perusahaan,

misalnya manajer dapat mengambil keputusan operasional yang tidak efisien

jika ia tidak memahami pegaruh inflasi. Dalam kaitan dengan posisi keuangan,

asset keuangan akan berkurang nilainya selama inflasi karena berkurangnya


daya beli. Oleh karena itu, diperkenalkan alternatif sistem akuntansi inflasi,

yaitu general purchasing power accounting dan current value accounting.

F. Alternatif Pengukuran Akuntansi

Inflasi mempengaruhi posisi keuangan dan kinerja suatu perusahaan,

misalnya manajer dapat mengambil keputusan operasional yang tidak efisien

jika ia tidak memahami pegaruh inflasi. Dalam kaitan dengan posisi keuangan,

asset keuangan akan berkurang nilainya selama inflasi karena berkurangnya

daya beli. Oleh karena itu, diperkenalkan alternatif sistem akuntansi inflasi,

yaitu general purchasing power accounting dan current value accounting.

1. General Purchasing Power (Akuntansi Daya Beli Umum)

General purchasing power accounting meliputi semua sistem yang

dirancang untuk menjaga real purchasing power dari modal pemilik

perusahaan dengan akuntansi untuk perubahan dalam tingkat harga. Filosofi

utama adalah melaporkan asset, liabilities, pendapatan, dan expense dalam unit

moneter dan daya beli yang sama. Menurut GPP bagian non keuangan dalam

laporan keuangan dinilai ulang untuk mencerminkan suatu kesamaan daya beli

atau common purchasing power umumnya pada akhir tanggal neraca.

Sedangkan untuk laporan keuangan asset dan liabilities yang berupa aktiva

lancar tidak disesuaikan karena biasanya stabil dalam periode daya beli 31

Desember, namun asset lain, pendapatan dan biaya harus disesuaikan.


2. Current Value Accounting (Akuntansi Arus Nilai Saat Ini)

CVA meliputi semua sistem untuk menghitung nilai sekarang atau

perubahan dalam harga khusus mencakup current cost accounting,

replacement accounting dan current exit price accounting / selling price

accounting. CVA berkaitan dengan naik turunnya nilai asset tertentu bukan

menurunnya daya beli sekarang, income tidak dipertimbangkan.

Ada dua pendekatan utama dalam CVA. Pertama, current cost /

replacement cost (Biaya Pengganti) yang banyak digunakan dalam asset non

moneter yakni asset dinilai pada apa yang dikorbankan untuk

menggantikannya. Kedua, current exit price / selling price / net realiable

value (Biaya Penjualan) menilai asset pada tingkat harga penjualan dikurangi

biaya pelengkap penjualan. CVA berakibat dalam holding gains dan kerugian

saat asset nonkeuangan dinilai ulang dan lebih kompleks pengelolaannya

G. Perspektif Internasional Terhadap Inflasi


Beberapa Negara telah mencoba akuntansi inflasi yang berbeda-beda.

Praktik actual juga mencerminkan pertimbangan pragmitis seperti parahnya

laju inflasi nasional dan pandangan yang pihak-pihak yang secara langsung

dipengaruhi oleh angka-angka akuntansi inflasi. Mengamati beberapa metode

akuntansi inflasi yang berbeda sangat bermanfaat pada saat menilai kondisi

paling muktahir saat ini.

1. Negara Amerika Serikat.

Pada tahun 1979, FASB mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan / SFAS No.33, yang berjudul “ Pelaporan Keuangan dan


Perubahan Nilai ” pernyataan ini mengharuskan perusahaan-perusahaan AS

yang memiliki persedian dan aktifa tetap bernilai lebih dari $125 juta atau

aktiva lebih dari $1 miliyar, untuk selama 5 tahun mencoba melakukan

pengungkapan daya beli konstan biaya historis sebagai kerangka dasar

pengukuran dasar untuk laporan keuangan utama.

Banyak pengguna dan penyusun informasi keuangan yang telah sesuai

dengan SFAS No.33 menemukan bahwa :

a. Pengungkapan ganda yang diwajibkan FASB membingungkan.

b. Biaya penyusunan pengungkapan ganda ini terlalu besar.

c. Pengungkapan daya beli biaya historis tidak terlalu bermanfaat bila

dibandingkan dengan biaya kini. Akhirnya diterbitkan SFAS N0.88 untuk

membantu perusahaan yang melaporkan pengaruh pernyataan atas harga

yang berubah dan menjadi titik awal standar akuntansi inflasi masa depan.

a. Perusahaan pelapor didorong untuk mengungkapkan informasi berikut

untuk masing-masing dari 5 tahun terakhir : Penjualan bersih dan

pendapatan operasi lainya.

b. Laba dari opersi yang berjalan berdasarkan dasar biaya kini.

c. Kenaikan atau penurunan dalam biaya kini atau jumlah yang dapat

dipulihkan.

d. Setiap agregrat penyesuaian translasi mata uang asing berdasarkan biaya

kini, yang timbul dari proses konsolidasi.

e. Aktiva bersih pada akhir tahun menurun dasar biaya kini.

f. Laba per saham menurut dasar biaya kini


g. Deviden per saham biasa

h. Harga pasar akhir tahun perlembar saham biasa

i. Tingkat indeks Harga Konsumen yang digunakan untuk mengukur laba

dari opersi berjalan.

Panduan pengungkapan SFAS No.88 juga mencakup operasi luar negeri

yang dimasukkan dalam laporan konsolidasi induk perusahaan dari AS

perusahaan yang ,engadopsi dolar sebagai mata uang fungsional untuk

mengukur operasi luar negerinya memandang operasi-operasi dari sudut

pandang mata uang induk perusahaan.

Akibatnya akun-akun operasi harus ditranslasi ke dalam dolar, kemudian

disesuaikan dengan inflasi AS. Perusahaan multinasional yang mengadopsi

mata uang local sebagai mata uang fungsional untuk kebanyakan operasi

luar negerinya menggunakan sudut pandang mata uang local.

FASB memperbolehkan perusahaan tersebut untuk mengunakan metode

translasi sajikan ulang atau menyesuaikan diri terhadap inflasi luar negeri

dan kemudian melakukan translasi kedalam dolar AS. Dengan demikian,

penyesuai terhadap data biaya kini untuk mencerminkan inflasi dapat

didasarkan pada indeks tingkat harga umum AS atau luar negeri.

2. Negara Inggris.

Komite Standar Akuntansi Inggris / ACS menerbitkan “Pernyataan

Standar Praktik Akuntansi 16 / SSAP, “Akuntansi Biaya Kini” untuk masa

percobaan 3 tahun pada bulan maret 1980. Meskipun SSAP 16 dibatalkan

pada tahun 1988, metodologinya direkomendasikan untuk perusahaan-


perusahaan yang secara sukarela melaporkan akun-akunnya yang

disesuaikan terhadap inflasi. Perbedaan SSAP 16 dengan SFAS 33 adalah

1. Apabila standar AS mengharuskan akuntansi biaya konstan dan kini,

SSAP 16 hanya mengadopsi metode biaya kini untuk pelaporan

eksternal.

Apabila penyesuaian inflasi AS berpusat pada laporan laba rugi, laporan

biaya kini di Inggris mengwajibkan baik laporan laba rugi dan neraca biaya

kini, beserta catatan penjelas. Standar di Inggris memperbolehkan 3 pilihan

pelaporan :

a. Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai laporan keuangan dasar

dengan akun-akun pelengkap biaya historis.

b. Menyajikan akun-akun biaya historis sebagai laporan keuangan

dasar dengan akun-akun pelengkap biaya kini.

c. Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai satu-satuny akun yang

dilengkanpi dengan informasi biaya historis yang memadai.

Dengan perlakuan keuntungan dan kerugian yang terkait dengan pos-

pos moneter, FAS 33 menharuskan pengungkapan terpisah untuk tiap-tiap

angka. SSAP 16 mengaharuskan dua angka yang keduanya mencerminkan

pengaruh perubahan harga spesifik, yaitu :

1) Penyesuai modal kerja moneter ( Monetary Working Capital Adjustment)

/ MWCA Mengakui pengaruh perubahan harga khusus terhadap total

jumlah modal kerja yang digunakan oleh perusahaan dalam operasinya.


2) Mekanisme Penyesuaian Memungkinkan pengaruh perubahan harga

spesifik terhadap aktiva nonmoneter perusahaan.

3. Negara Brasil

Walaupun tidak lagi diwajibkan akuntansi inflasi yang

direkomendasikan di Brasil hari ini mencerminkan 2 kelompok pilihan

pelaporan –Hukum Perusahaan Brasil dan Komisi Pengawasan Pasar Modal

Brasil. Penyesuaian inflasi yang sesuai dengan hukum perusahaan

menyajikan ulang akun-akun aktiva permanen dan ekuitas pemegang saham

dengan menggunakan indeks harga yang diakui oleh pemerintah federal

untuk mengukur devaluasi mata uang local. Penyesuaian inflasi terhadap

aktiva permanen dan ekuitas pemegang saham disajikan bersih terhadap

jumlah lebih yang diungkapkan secara terpisah dalam laba kini sebagai

keuntungan atau kerugian koreksi moneter.

Penyesuaian tingkat harga terhadap ekuitas pemegang saham

merupakan jumlah investasi pemegang saham pada awalperiode yang harus

tumbuh agar tidak tertingla dengan laju inflasi. Penyesuaian aktiva

permanen yang lebih kecil daripada penyesuaian ekuitas menyebabkan

kerugian daya beli yang mencerminkan resiko yang dihadapi perusahan

terhadap aktiva moneter bersihnya.

H. Perbandingan Peraturan dan Praktik.

Perkembangan akuntansi inflasi didapat dari negara yang mengalami

hiperinflasi yakni negara-negara Amerika latin; Brazil, Argentina, Chili. Di


Brazil dan Chili penyesuaian rekening ke dasar daya beli diperkenalkan sejak

1970 sedang di Argentina standar profesi merekomendasi penyajian laporan

keuangan supplementary general purchasing power.

1) Inisiatif harmonisasi internasional United Nation UN menyarankan

pendekatan pengungkapan untuk mengatasi masalah akuntansi inflasi.

Group of experts on international standards of accounting and reporting

(GEISAR) menganjurkan hanya ada satu kebijakan yang digunakan

berdasar standar IASC.

2) The European community Menyetujui susunan pelaporan keuangan, metode

penilaian yang terdiri dari pelaporan tahunan dan pelaporan berorientasi

pada masyarakat. Namun tiap negara anggota dapat memilih metode

akuntansi biaya yang dipergunakan untuk menyediakan informasi

pendukung atau asumsi untuk perbandingan.

I. Dampak Inflasi

A. Dampak Positif

Bagi sebagian pihak, misalnya debitur (orang yang menerima utang)

akan mendapatkan untung karena dengan adanya inflasi, uang yang dia

kembalikan akan mempunyai nilai lebih rendah dibanding saat meminjam.

Orang-orang yang mendapat untung dengan adanya inflasi antara lain para

pengusaha yang mempunyai pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan

kenaikan biaya produksinya.


Jika harga barang naik (saat inflasi), produsen akan terdorong

untuk meningkatkan jumlah barangnya. Peningkatan jumlah barang ini tentu

akan meningkatkan penghasilan produsen. Apalagi kalau barang yang dijual

merupakan kebutuhan pokok yang akan tetap dibeli orang banyak meskipun

harganya naik.

B. Dampak Negatif

Dampak negatif bagi inflasi dirasakan ole beberapa pihak, anara lain :

1. Kreditur

Sebaliknya, dampak negatif akan terasa bagi para kreditur/pemberi

pinjaman. Kenapa? Karena dengan adanya inflasi, nilai uang yang

mereka terima akan lebih kecil dibandingkan saat dia meminjamkan

(sebelum terjadi inflasi).

2. Orang-orang yang Berpenghasilan Tetap

Mereka yang mempunyai penghasilan tetap seperti PNS, pegawai swasta,

polisi, tentara akan mendapatkan dampak buruk dari inflasi ini. Dengan

adanya inflasi, harga-harga barang akan naik, sementara pendapatan

(gaji) yang mereka terima tidak ikut naik. Lebih jauh, ini berarti inflasi

bisa menurunkan tingkat kesejahteraan rakyat karena daya belinya yang

semakin rendah.

3. Perekonomian Nasional

a) Memburuknya distribusi pendapatan

Jika dilihat secara keseluruhan dari sudut pandang negara, inflasi akan

menguntungkan bagi mereka yang mempunyai tingkat pendapatan lebih


besar daripada laju inflasinya. Akan tetapi, jumlah mereka sangat sedikit

jika dibandingkan dengan orang-orang yang mengalami kerugian akibat

inflasi. Oleh karena itu, pola pembagian pendapatan di suatu negara

menjadi berat sebelah dan tidak merata.

b) Terganggungnya stabilitas ekonomi

Tidak bisa dipungkiri bahwa inflasi akan menyebabkan terganggunya

stabilitas ekonomi. Hal ini dikarenakan sewaktu terjadi inflasi, pasti akan

ada kemungkinan bahwa inflasi akan berlangsung terus menerus, yang

berarti, harga-harga akan terus naik. Oleh karena itu, para konsumen

memutuskan untuk melakukan pembelian besar-besaran sebelum harga

naik, yang menyebabkan permintaan meningkat.

Di sisi lain, produsen akan menurunkan penawaran, karena proses

penjualan ketika inflasi akan menyebabkan produsen mendapat

keuntungan yang lebih besar. Oleh karena itu, dapat disimpulkan

bahwa naiknya permintaan dan menurunnya penawaran akan

mempercepat laju inflasi. Hasilnya, kondisi ekonomi secara umum akan

menjadi lebih buruk lagi.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Inflasi merupakan fenomena dunia yang banyak terjadi di negara

berkembang, namun kecenderungan yang ada di negara maju mengadopsi


“akuntansi inflasi” untuk memperbaiki penyimpangan dari convensional

historical cost accounting yang memasukkan unsur perubahan harga dan inflasi

pada pendapatan dan asset. Perubahan harga menimbulkan masalah bagi

akuntansi dalam hal penilaian, unit pengukur, dan pemertahanan kapital.

Konsekuensi-konsekuensi internasional dari inflasi global sangat mengganggu.

Karena inflasi telah mengikis standar kehidupan sekarang ini yang

memiliki penghasilan dan memperumit pengambilan keputusan bisnis secar

signifikan, terjadinya kegelisahan politik sosial yang luas, tekanan-tekanan

ekonomis tidak di ragukan lagi tidak menyebabkan pergolakan-pergolakan politik

yang telah memberi warna pada politik global dalam kemajuan saat ini.

Pemerintah-pemerintah di seluruh dunia telah mencoba berbagai cara yang

potensial untuk menanggulangi inflasi. Diantaranya adalah kebijakan moneter dan

fiskal yang restriktif, peraturan-peraturan yang ditujukan untuk mengendalikan

upah dan harga-harga, dan aktivitas-aktivitas pengaturan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://astrisridayanti.blogspot.com/2015/06/akuntansi-internasional-akuntansi.html

http://syifa0624.blogspot.com/2017/05/akuntansi-internasional-untuk-perubahan.html

https://kevindaely.wordpress.com/2017/03/31/sofskill-pengaruh-inflasi-terhadap-

kinerja-perusahaan/
https://khair2120.wordpress.com/2011/04/03/sudut-pandang-internasional-terhadap-

akuntansi-inflasi/

http://kartikautami27.blogspot.com/2011/03/akuntansi-perubahan-harga-dan-

inflasi.html

https://blog.ruangguru.com/dampak-positif-dan-negatif-inflasi-terhadap-negara

Anda mungkin juga menyukai