Anda di halaman 1dari 7

INFLASI DAN DEFLASI

Dede Muhiban¹, Helni Nurcahyati², Sendi Aditya³, Wanda Hamidah⁴

ABSTRACT
Inflasi dan deflasi adalah hal yang biasa terjadi pada setiap negara yang mempengaruhi sistem
finansial secara menyeluruh. Kedua hal ini juga menyangkut standar kebijakan terkait harga produk
yang akan dirilis pada suatu perusahaan. Pemahaman ini bisa menentukan kuantitas produksi barang
ditingkatkan atau diturunkan.
Kata kunci: Inflasi, Deflasi, Harga
PENDAHULUAN
Inflasi adalah kenaikan harga barang yang terjadi secara terus menerus dalam waktu yang
lama. namun, peningkatan ini tidak terjadi pada satu barang saja melainkan untuk semua
produk.
Hal ini didasari oleh peningkatan rasio jumlah uang yang akan dibayarkan. Semakin besar
uang yang berputar di kala itu, otomatis inflasi terjadi karena harga-harga barang juga
semakin meningkat.
Dalam arti lain, inflasi adalah kenaikan harga barang dalam periode tertentu yang berlaku
terus menerus diakibatkan oleh kenaikan rasio uang yang akan dibuat untuk membeli barang.
Sedangkan, deflasi adalah penurunan harga barang yang terjadi pada periode tertentu dan
berlaku untuk waktu yang lama. Jika dilihat dari pengertian ini maka deflasi merupakan
kebalikan dari inflasi. Inflasi adalah kenaikan harga sedangkan deflasi adalah penurunan
harga.

PEMBAHASAN
I. INFLASI

A. Pengertian Inflasi
Inflasi adalah suatu keadaan di mana tingkat harga secara umum (price level) cenderung
naik. Dikatakan demikian karena banyaknya jenis produk dan jasa di pasar sehingga
ketika suatu harga barang tersebut meningkat, maka dapat berakibat terjadinya inflasi.

B. Jenis-jenis Inflasi
Jenis-jenis inflasi dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu:
1. Dilihat dari laju kecepatannya inflasi dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
a. Inflasi lunak (wild inflation), inflasi yang kecepatan inflasinya kurang
dari 5% per tahun.
b. Inflasi cepat (galloping inflation), inflasi yang kecepatan inflasinya 5%
atau lebih
c. Inflasi meroket ( Sky rocketing inflation) atau hiperinflasi, yaitu inflasi
yang kecepatannya di atas 10% per tahun.
2. Dilihat dari parah tidaknya inflasi di bagi menjadi 4 bagian, yaitu:
a. Inflasi ringan, yaitu inflasi di bawah 10% per tahun dan belum
mengganggu aktivitas perekonomian.
b. Inflasi sedang, yaitu inflasi yang terjadi antara 10%-30%. Inflasi ini tidak
terlalu membahayakan tetapi sudah berpengaruh pada kesejahteraan
masyarakat.
c. Inflasi berat, yaitu inflasi yang terjadi antara 30%-100%. Sudah
membahayakan perekonomian karena masyarakat cenderung lebih suka
menyimpan barang tetapi tidak mau menabung.
d. Hiperinflasi, yaitu inflasi di atas 100% dan sudah sangat membahayakan
perekonomian suatu negara bahkan sulit untuk di atasi.
3. Dilihat dari sumbernya, inflasi dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Inflasi dari dalam negeri (domestic inflation), yaitu inflasi yang terjadi
akibat pencetakan uang baru atau adanya kebijakan anggaran defisit.
b. Inflasi dari luar negeri (imported inflation), yaitu inflasi yang terjadi
akibat adanya kegiatan impor barang dari suatu negara yang sedang
mengakami inflasi.
C. Sebab-sebab terjadinya inflasi
1. Kenaikan permintaan melebihi penawaran (demand pull inflation). Yaitu ketika
naiknya permintaan total terhadap barang dan jasa.
2. Kenaikan biaya produksi (cost push inflation). Yaitu ketika meningkatnya biaya
produksi sehingga penawaran mengalami kenaikan harga.
3. Meningkatnya uang yang beredar di masyarakat (money in circulation). Yaitu
ketika terjadi penambahan uang yang beredar, sehingga produsen menaikkan harga
barang yang di tawarkan.
4. Berkurangnya jumlah barang di pasar sedangkan permintaan banyak sehingga
harga suatu barang menjadi naik.
5. Inflasi dari dalam negeri (domestic inflation). Yaitu ketika meningkatnya
pengeluaran pemerintah atau defisit anggaran.
6. Inflasi dari luar negeri (imported inflation). Yaitu ketika terjadi kenaikan harga
barang impor yang di akibatkan adanya inflasi pada suatu negara importir sehingga
harga barang menjadi naik.
D. Dampak inflasi
1. Terhambatnya pertumbuhan ekonomi suatu negara karena kurangnya investasi dan
kurangnya minat menabung.
2. Masyarakat yang berpenghasilan rendah tidak dapat membeli suatu barang karena
harga yang terus naik
3. Jika terdapat kebijakan pemerintah untuk mengatasi inflasi, maka tingkat
pengangguran akan bertambah karena adanya tekanan harga dari pemerintah
4. Masyarakat akan cenderung lebih menyimpan barang daripada menabung
5. Nilai mata uang akan menurun karena adanya kenaikan harga
E. Cara mengatasi inflasi
Pemerintah dalam mengendalikan inflasi (kenaikan harga), menempuh beberapa cara baik
melalui kebijakan moneter, kebijakan fiskal maupun kebijakan non moneter dan non
fiskal, yang semuanya bertujuan untuk dapat menstabilkan keadaan perekonomian di
Indonesia secara umum.
1. Kebijakan Moneter
Untuk mengurangi laju inflasi pada suatu negara, pemerintah dapat mengeluarkan
kebijakan moneter yaitu kebijakan pemerintah melalui Bank Sentral sebagai
pemegang otoritas moneter untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar dalam
rangka mencapai kestabilan ekonomi. Kebijakan moneter dalam rangka untuk
mengatasi inflasi adalah dengan mengurangi atau mengendalikan jumlah uang
yang beredar dalam masyarakat, antara lain sebagai berikut.
a. Politik Diskonto (discount policy)
Bank sentral dapat menjalankan pengaruhnya atas jumlah uang yang
beredar dengan jalan menaikkan atau menurunkan suku bunga
(diskonto). Dengan menaikkan suku bunga, maka dapat mengurangi
jumlah uang beredar. Sebaliknya jika suku bunga turun dapat menambah
jumlah uang yang beredar.
b. Politik Pasar Terbuka (open market policy)
Dengan politik pasar terbuka bank sentral secara aktif akan membeli atau
menjual surat berharga dengan tingkat suku bunga tertentu. Jika bank
sentral membeli surat berharga, maka akan memberi pengaruh untuk
menambah jumlah peredaran uang. Sebaliknya jika bank sentral
menjualnya, maka uang banyak yang ditarik dari peredaran.
c. Politik Cadangan Kas (cash ratio policy)
Bank sentral dapat menentukan jumlah cadangan kas minimum yang
harus ada di bank-bank umum, dengan tujuan agar kredit yang diberikan
kepada masyarakat dapat dikendalikan, sehingga dapat memengaruhi
jumlah uang beredar.
d. Kebijakan kredit selektif
Kebijakan ini dapat diambil oleh bank sentral pada saat ekonomi sedang
mengalami gejala inflasi. Kebijakan ini dilakukan dengan memperketat
syarat-syarat pemberian kredit kepada masyarakat atau yang sering
disebut dengan syarat 5C (Character, Capacity, Collateral, Capital dan
Condition).
e. Kebijakan dorongan moral (moral suasion).
Bank sentral dapat memengaruhi jumlah uang beredar dengan berbagai
pengumuman, pidato, dan edaran yang ditujukan kepada bank umum dan
pelaku moneter lainnya. Isinya dapat berupa ajakan ataupun larangan
untuk menahan atau melepaskan pinjaman dan tabungan.
2. Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal dilakukan pemerintah untuk mengatur pendapatan dan
pengeluaran negara. Kebijakan fiskal yang ditempuh untuk mengatasi inflasi di
antaranya sebagai berikut.
Terdapat tiga instrumen kebijakan fiskal yang diterapkan pemerintah, yaitu:
a. Sistem perpajakan
Dengan menaikkan tarif pajak, pemerintah bermaksud memperkuat kas
pemerintah dan dapat memperbesar pengeluaran yang bersifat umum.
Sebaliknya pemerintah juga bisa mengurangi tarif pajak, dimana pemerintah
bermaksud memberi kesempatan perusahaan berinvestasi sekaligus
meningkatkan konsumsi.
b. Politik anggaran.

Pemerintah dapat menjalankan politik anggaran baik anggaran berimbang


maupun anggaran tidak berimbang. Jika pemerintah menempuh anggaran
berimbang, sisi pengeluaran dalam APBN direncanakan sama dengan sisi
penerimaan. Tidak ada petunjuk dalam kondisi ekonomi seperti apa politik
anggaran berimbang ditempuh oleh pemerintah. Namun bila pemerintah
memilih anggaran berimbang, terdapat dua hal yang paling pokok yang
ingin dicapai yaitu peningkatan disiplin dan kepastian anggaran.
Sedangkan anggaran tidak berimbang dapat dibagi lagi atas anggaran defisit
dan anggaran surplus. Anggaran defisit adalah anggaran yang lebih besar sisi
pengeluaran dari pada sisi penerimaan, dan anggaran defisit ini dipilih jika
pemerintah ingin mengejar pertumbuhan ekonomi. Anggaran surplus adalah
kebalikan dari anggaran defisit dimana sisi penerimaan lebih besar dari pada
sisi pengeluaran. Anggaran surplus dilakukan pemerintah untuk menekan
laju inflasi di masyarakat karena kelebihan jumlah uang yang beredar.

c. Pinjaman Pemerintah
Dalam kondisi tertentu terutama pemerintah mengutamakan mengejar
tingkat pertumbuhan perekonomian maka pemerintah dapat melakukan
pinjaman pemerintah dengan menjual Surat Utang Negara (SUN). Kebijakan
ini diambil dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan
sekaligus bisa menekan laju inflasi di masyarakat.

3. Kebijakan non moneter dan non fiskal


Kebijakan non moneter dan non fiskal artinya kebijakan untuk mengatasi inflasi
dengan tidak memengaruhi jumlah uang yang beredar maupun pendapatan dan
pengeluaran negara. Bentuk kebijakan tersebut di antaranya sebagai berikut:
a. Peningkatan produksi dan peningkatan jumlah barang di pasaran.
b. Kebijakan upah dengan menaikkan upah riil yang sudah
memperhitungkan inflasi.
c. Pengendalian dan pengawasan harga, misalnya pemerintah menetapkan
kebijakan harga maksimum.
II. DEFLASI

A. Pengertian Deflasi

Deflasi adalah merupakan fenomena penurunan harga yang ada di dalam sebuah
negara. Deflasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) deflasi merupakan
penambahan nilai mata uang, antara lain, dengan pengurangan jumlah uang kertas
yang beredar dengan tujuan mengembalikan daya beli uang yang nilainya turun.

Penurunan harga barang pada deflasi tersebut bisa terjadi secara periodik,bisa
langsung maupun persamaan. Deflasi merupakan kebalikan dari inflasi , inflasi terjadi
karena beredarnya sejumlah besar uang dalam suatu masyarakat, deflasi terjadi karena
kekurangan jumlah uang beredar.

B. Jenis-jenis Deflasi
1. Deflasi Strategis

Deflasi strategis terjadi sebagai langkah untuk meredam gejala konsumsi


berlebih akibat kenaikan harga pasar. Deflasi strategis adalah deflasi yang
terjadi sebagai akibat dari kebijakan. Pasalnya, kebijakan pemerintah belum
mampu menurunkan konsumsi masyarakat.Kebijakan ini berdampak pada
penurunan harga, bukan membatasi konsumsi berlebihan oleh masyarakat, dan
meningkatkan konsumsi masyarakat. Kebijakan ini memudahkan konsumen
untuk mendapatkan berbagai jenis kredit dari bank, memungkinkan produsen
untuk menyimpan uangnya di bank untuk mendapatkan tingkat bunga yang
lebih tinggi, dan memastikan sirkulasi uang dan harga komoditas mengarah
pada penurunan.Secara umum, deflasi strategis terjadi ketika harga komoditas
di pasar tidak menentu, dan pemerintah perlu mengurangi porsi konsumsi
publik untuk mengimbanginya. Namun, jika kebijakan ini gagal, justru akan
menyebabkan harga komoditas turun sehingga menyebabkan konsumsi
masyarakat meningkat

2. Deflasi Sirkulasi

Deflasi sirkulasi terjadi ketika ekonomi bertransisi dari kesuksesan ke resesi.


Akibatnya, keseimbangan antara kapasitas produksi dan konsumsi terganggu,
permintaan barang-barang ekonomi surplus tidak mencukupi, dan harga pasar
turun selama resesi, menyebabkan deflasi sirkulasi yang membuat
perekonomian tidak stabil. Kondisi ini biasanya terjadi seiring dengan
perlambatan ekonomi pada masa transisi dari perekonomian yang stabil. Jika
keseimbangan antara produksi dan konsumsi hilang, harga akan turun secara
signifikan. Selain itu, deflasi sirkulasi juga dapat disebabkan oleh kelebihan
produksi barang yang sama. Deflasi sirkulasi dimulai dengan penurunan tajam
kebutuhan masyarakat akan barang-barang ekonomi.

C. Penyebab Deflasi
Deflasi dapat disebabkan oleh banyak faktor:
1. Perubahan struktural di pasar modal
Ketika perusahaan berbeda yang menjual barang atau jasa serupa bersaing, ada
kecenderungan untuk menurunkan harga agar memiliki keunggulan dalam
persaingan.
2. Peningkatan produktivitas
Inovasi dan teknologi memungkinkan peningkatan efisiensi produksi yang
mengarah pada harga barang dan jasa yang lebih rendah. Beberapa inovasi
memengaruhi produktivitas industri tertentu dan berdampak pada seluruh
perekonomian.
3. Penurunan pasokan mata uang
Penurunan pasokan mata uang akan menurunkan harga barang dan jasa agar
terjangkau oleh masyarakat.
D. Cara mengatasi deflasi
1. Menurunkan Tingkat Suku Bunga

Salah satu cara mengatasi deflasi adalah dengan memangkas suku bunga. Tujuannya
adalah untuk meningkatkan uang yang beredar di masyarakat. Dengan cara ini,
masyarakat mengurungkan niat untuk menabung di bank, memilih menyimpan
uangnya di bank, dan keinginan serta keinginan untuk membeli barang meningkat.

2. Penerapan kebijakan moneter

Selain cara-cara pelaksanaan kebijakan moneter yang telah diuraikan di atas, deflasi
juga dapat diatasi. Kebijakan moneter adalah kebijakan bank sentral yang bertujuan
untuk meningkatkan jumlah uang yang beredar di masyarakat. Beberapa cara yang
dapat diterapkan adalah kebijakan diskonto, yaitu kebijakan berupa penurunan suku
bunga yang ada agar masyarakat dapat menarik uang dari bank.

3. Implementasi kebijakan perpajakan

Dalam deflasi, uang tidak akan beredar di masyarakat. Menurunkan tarif pajak dapat
meningkatkan jumlah uang beredar. Menurunkan tarif pajak cenderung meningkatkan
pengeluaran publik. Dengan cara ini lebih banyak uang mengalir ke masyarakat.

4. Implementasi kebijakan non moneter

Kebijakan ini sangat efektif dalam mengatasi masalah deflasi karena mencakup
beberapa langkah untuk meningkatkan jumlah uang beredar masyarakat.

SIMPULAN DAN SARAN


Inflasi dan deflasi terkadang menjadi peristiwa yang sulit dihindari dalam bidang usaha
dan bernegara. Maka dari itu, mengetahui pengertian inflasi dan deflasi sekaligus
mempelajari penyebabnya harus dilakukan oleh pemilik perusahaan

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai