Disusun Oleh :
Dosen Pengampu :
Eko Adi Susilo, SE., MM.
A. Latar Belakang
Inflasi dan pengangguran adalah masalah jangka pendek dalam perekonomian. Inflasi
sendiri diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus.
Kenaikan dari satu atau dua barang saja tidak dapat dikatakan sebagai inflasi kecuali
bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya.
Semua negara di dunia selalu menghadapi permasalahan inflasi. Sehingga dapat
dikatakan bahwa inflasi yang terjadi pada suatu negara dapat digunakan sebagai
indikator baik buruknya perekonomian suatu negara. Bagi negara yang
perekonomiannya baik, tingkat inflasi yang terjadi berkisar antara 2 sampai 4 persen
per tahun. Tingkat inflasi yang berkisar antara 2 sampai 4 persen dikatakan tingkat
inflasi yang rendah. Tingkat inflasi yang berkisar antara 7 sampai 10 persen dikatakan
inflasi yang tinggi. Inflasi yang sangat tinggi tersebut disebut hiperinflasi (hyper
inflation).
B. Tujuan
Tujuan dalam makalah ini adalah ingin mengetahui tentang konsep dan pengaruh
inflasi, deflasi dan staglasi serta hubungan antara tingkat harga dan pengangguran.
C. Rumusan Masalah
Dalam pembahasan materi mengenai “Inflasi dan Pengangguran” kami mengangkat
rumusan masalah yaitu:
a. Apa itu inflasi, deflasi dan stagflasi?
b. Bagaimana hubungan antara tingkat harga dan pengangguran?
BAB II
PEMBAHASAN INFLASI
A. Pengertian Inflasi
Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus-menerus.
Sedangkan kebalikan dari inflasi adalah deflasi, yaitu penurunan harga secara
terus menerus, akibatnya daya beli masyarakat bertambah besar, sehingga pada
tahap awal barang-barang menjadi langka, akan tetapi pada tahap berikutnya
jumlah barang akan semakin banyak karena semakin berkurangnya daya beli
masyarakat. Sedangkan lawan dari inflasi adalah deflasi, yaitu manakala harga-
harga secara umum turun dari periode sebelumnya (nilai inflasi minus).
Akibat dari inflasi secara umum adalah menurunnya daya beli masyarakat
karena secara riil tingkat pendapatannya juga menurun. Tujuan jangka panjang
pemerintah adalah menjaga agar tingkat inflasi yang berlaku berada pada tingkat
yang sangat rendah. Tingkat inflasi nol persen bukanlah tujuan utama kebijakan
pemerintah karena ia adalah sukar untuk dicapai. Yang paling penting untuk
diusahakan adalah menjaga agar tingkat inflasi tetap rendah. Adakalanya tingkat
inflasi meningkat dengan tiba-tiba atau wujud sebagai akibat suatu peristiwa
tertentu yang berlaku di luar ekspektasi pemerintah, misalnya efek dari
pengurangan nilai uang (depresiasi nilai uang) yang sangat besar atau
ketidakstabilan politik. Menghadapi masalah inflasi yang bertambah cepat ini
pemerintah akan menyusun langkah-langkah yang bertujuan agar kestabilan
harga-harga dapat diwujudkan kembali.
B. Jenis-jenis Inflasi
1. Menurut Sifatnya
• Inflasi merayap/rendah (creeping inflation), yaitu inflasi yang besarnya
kurang dari 10% pertahun
• Inflasi menengah (galloping inflation) besarnya antara 10 – 30% pertahun.
Inflasi ini biasanya ditandai oleh naiknya harga-harga secara cepat dan relatif
besar. Angka inflasi pada kondisi ini biasanya disebut inflasi 2 digit, misalnya
15%, 20%, 30%, dan sebagainya.
• Inflasi berat (high inflation), yaitu inflasi yang besarnya antara 30 – 100%
pertahun. Dalam kondisi ini harga-harga secara umum naik.
• Inflasi sangat tinggi (hyper inflation), yaitu inflasi yang ditandai oleh
naiknya harga secara drastic hingga mencapai 4 digit (di atas 100%). Pada
kondisi ini masyarakat tidak ingin lagi menyimpan uang, karena nilainya
merosot sangat tajam, sehingga lebih baik ditukarkan dengan barang.
2. Berdasarkan Sebabnya
- Demand Pull Inflation. Inflasi ini timbul karena adanya permintaan
keseluruhan yang tinggi di satu pihak, di pihak lain kondisi produksi telah
mencapai kesempatan kerja penuh (full employment), akibatnya adalah
sesuai dengan hukum permintaan, bila permintaan banyak sementara
penawaran tetap, maka harga akan naik. Dan bila hal ini berlangsung
secara terus-menerus akan mengakibatkan inflasi yang berkepanjangan.
Oleh karena itu, untuk mengatasinya diperlukan adanya pembukaan
kapasitas produksi baru dengan penambahan tenaga kerja baru.
- Cost Push Inflation. Inflasi ini disebabkan turunnya produksi karena
naiknya biaya produksi (naiknya biaya produksi dapat terjadi karena tidak
efisiennya perusahaan, nilai kurs mata uang negara yang bersangkutan
jatuh/menurun, kenaikan harga bahan baku industri, adanya tuntutan
kenaikan upah dari serikat buruh yang kuat dan sebagainya). Akibat
naiknya biaya produksi, maka dua hal yang bisa dilakukan oleh produsen,
yaitu: pertama, langsung menaikkan harga produknya dengan jumlah
penawaran yang sama, atau harga produknya naik (karena tarik menarik
permintaan dan penawaran) karena penurunan jumlah produksi.
Dampak Negatif
1. Bila harga secara umum naik terus-menerus maka masyarakat akan panik,
sehingga perekonomian tidak berjalan normal, karena disatu sisi ada
masyarakat yang berlebihan uang memborong sementara yang
kekurangan uang tidak bias membeli barang akibatnya negara rentan
terhadap segala macam kekacauan yang ditimbulkannya.
2. Sebagai akibat dari kepanikan tersebut maka masyarakat cenderung untuk
menarik tabungan guna membeli dan menumpuk barang sehingga banyak
bank di rush akibatnya bank kekurangan dana berdampak pada tutup
(bangkrut ) atau rendahnya dana investasi yang tersedia.
3. Produsen cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan harga untuk
memperbesar keuntungan dengan cara mempermainkan harga di pasaran.
4. Distribusi barang relative tidak adil karena adanya penumpukan dan
konsentrasi produk pada daerah yang masyarakatnya dekat dengan sumber
produksi dan yang masyarakatnya memiliki banyak uang.
5. Bila inflasi berkepanjanagn produsen banyak yang bangkrut karena
produknya relatif akan semakin mahal sehingga tidak ada yang mampu
membeli.
6. Jurang antara kemiskinan dan kekayaan masyarakat semakin nyata yang
mengarah pada sentimen dan kecemburuan ekonomi yang dapat berakhir
pada penjarahan dan perampasan.
Dampak Positif
1. Masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsumsi, produksi akan
diusahakan seefisien mungkin dan konsumtifme dapat ditekan.
2. Inflasi yang berkepanjangan dapat menumbuhkan industri kecil dalam
negeri menjadi semakin dipercaya dan tangguh.
3. Tingkat pengangguran cenderung akan menurun karena masyarakat akan
tergerak untuk melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau
membuka usaha.
C. Cara Mencegah Inflasi
a) Kebijakan Moneter
Sasaran kebijakan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah uang beredar.
Bank Sentral dapat mengatur uang giral melalui peralatan moneter yaitu :
1. Pelaksanaan Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation) dimana
pengendalian jumlah uang beredar oleh Bank Sentral dengan cara menjual
atau membeli surat-surat berharga. Untuk meningkatkan jumlah uang beredar,
Bank Sentral menjual surat-surat berharga. Sedangkan untuk menurunkan
jumlah uang beredar, Bank Sentral membeli surat-surat berharga.
2. Penetapan Tingkat Diskonto (Discount Rate Policy) yang merupakan tingkat
bunga yang ditetapkan Bank Sentral sebagai pinjaman yang diberikan kepada
Bank Umum.
3. Penetapan Rasio Cadangan Wajib Minimum (Reserve Requirement) yaitu
proporsi cadangan minimum yang harus dipegang Bank umum atas simpanan
masyarakat yang dimiliki. Untuk menekan laju inflasi cadangan minimum ini
dinaikkan sehingga jumlah uang menjadi lebih kecil.
b) Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta
perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total dan
dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui
penurunan permintaan total. Kebijakan fiskal yang berupa pengurangan
pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan
total, sehingga inflasi dapat ditekan.
A. Pengertian Pengangguran
Pengangguran atau orang yang menganggur adalah mereka yang tidak
mempunyai pekerjaan dan sedang tidak aktif mencari pekerjaan Kategori orang
yang menganggur biasanya adalah mereka yang tidak memiliki pekerjaan pada
usia kerja dan masanya kerja. Usia kerja biasanya usia yang tidak dalam masa
sekolah tetapi di atas usia anakanak (relatif di atas 6 – 18 tahun, yaitu masa
pendidikan dari SD – tamat SMU). Sedangkan di atas usia 18, namun masih
sekolah dapatlah dikategorikan sebagai penganggur, meski untuk hal ini masih
banyak yang memperdebatkannya.
Pengangguran pada dasarnya tidak bias dihilangkan sepenuhnya, karena
bagaimanapun baik dan hebatnya kemampuan suatu bangsa dalam menangani
perekonomiannya, tetap saja pengangguran itu ada. Pengangguran selalu menjadi
masalah, bukan saja karena pengangguran berarti pemborosan dana. Akan tetapi,
juga memberikan dampak social yang tidak baik misalkan akan semakin
meningkatnya tindakan kriminal dan pelanggaran moral.
Akan tetapi, di sisi lain pengangguran atau menganggur umumnya dilakukan
dengan suka rela, baik karena memilih pekerjaan, menunggur pekerjaan yang
sesuai, keluar dari pekerjaan lama untuk mencari pekerjaan baru karena alasan
jenuh, bosan atau tidak cocok dengan pekerjaan dan perusahaan, dan berbagai
macam alasan lainnya.
Bagi Masyarakat :
1. Menjadi beban psikologis dan psikis.
2. Dapat menghilangkan keterampilan karena tidak pernah dipakai untuk
bekerja.
3. Menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik, sperti meningkatnya
4. tindak kriminalitas.
BAB IV
INFALSI DAN PENGANGGURAN
B. Kebijakan Pemerintah
1. Tujuan Bersifat Ekonomi
Tujuan untuk mengatasi pengangguran didasarkan kepada pertimbangan
pertimbangan yang bersifat ekonomi. Dalam hal ini ada tiga hal pertimbangan
utama yaitu : Untuk menyediakan lowongan pekerjaan baru, untuk meningkatkan
taraf kemakmuran masyarakat dan memperbaiki kesamarataan pembagian
pendapatan.
2. Tujuan Bersifat Sosial dan Politik
Tujuan untuk mengatasi masalah sosial dan politik tidak kalah pentingnya
dengan tujuan yang bersifat ekonomi. Tanpa kestabilan sosial dan politik, usaha –
usaha untuk mengatasi masalah ekonomi tidak dapat di capai dengan mudah.
Berikut ini diterangkan masalah sosial dan politik utama yang ingin diatasi
melalui kebijakan pemerintah mengurangi pengangguran yaitu : Meningkatkan
Kemakmuran Keluarga dan kestabilan Keluarga, Mewujudkan Kestabilan Politik.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Inflasi adalah suatu keadaan dalam mana terjadi senantiasa meningkatnya harga-
harga pada umumnya, atau suatu keadaan di mana terjadi senantiasa turunnya nilai
uang.
2. Deflasi adalah suatu keadaan semakin turunnya harga barang-barang atau semakin
meningkatnya nilai uang.
3. Stagflasi adalah kondisi dimana hubungan terbalik antara laju inflasi dan output
ini merupakan akibat dari pergeseran kurva penawaran aggregate yang disebabkan
oleh perubahan inflasi yang diharapkan.
4. Dari kurva phillips tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi
tingkat pengangguran semakin cepat kenaikan tingkat upah dan harga; dan
semakin tinggi harapan inflasi akan semakin cepat pula kenaikan tingkat upah.