Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

“TEORI INFLASI KONVENSIONAL”

DOSEN PENGAMPUH :
AHMAD SYAWAL SENONG PAKATA, SE.,MM.

PENGANTAR EKONOMI ISLAM

OLEH :

HESTY MUSTAKIM
(17 0303 0056)
HES III B

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan nikmat yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “TEORI INFLASI KONVENSIONAL”

Terselesainya makalah ini tidak lepas dari dukungan beberapa pihak yang telah
memberikan kepada penulis berupa motivasi, baik materi maupun moril. Oleh karena itu,
penulis bermaksud mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang tak
dapat saya sebutkan satu persatu, semua yang telah membantu terselesaikannya makalah
ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini belum mencapai
kesempurnaan, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Inflasi dapat didefinisikan sebagai kecenderungan dari harga-harga untuk
meningkat secara umum dan terus menerus. Inflasi didefinisikan sebagai suatu proses
meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus. Dengan kata lain, inflasi
juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Kenaikan harga dari
satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau
mengakibatkan kenaikan) kepada barang lainnya. Inflasi dapat dianggap sebagai
fenomena moneter karena terjadinya penurunan nilai unit penghitungan moneter terhadap
suatu komoditas. Sementara itu para ekonom modern mendefinisikannya sebagai
kenaikan yang menyeluruh dari jumlah uang yang harus dibayarkan (nilai unit
penghitungan moneter) terhadap barang-barang/komoditas. Kebalikan dari inflasi disebut
deflasi, yaitu kecenderungan terjadinya penurunan harga umum dan terus menerus.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Inflasi
Inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus-
menerus.1
Ini tidak berarti bahwa harga-harga berbagai macam barang itu naik dengan
persentase yang sama. Mungkin dapat terjadi kenaikan harga tersebut tidaklah
bersamaan. Yang penting terdapat kenaikan harga umum barang secara terus menerus
selama satu periode tertentu. Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja (meskipun dengan
persentase yang cukup besar) bukanlah merupakan inflasi.2

B. Penyebab Terjadinya Inflasi


Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan
likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan(tekanan) produksi dan/atau
distribusi (kurangnya produksi (product or service) dan/atau juga termasuk kurangnya
distribusi).Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan
moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran
negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah
(Government) seperti fiskal (perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan
pembangunan infrastruktur, regulasi, dll.
a. Inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation)
Inflasi tarikan permintaan terjadi akibat adanya permintaan total yang
berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar
sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat
harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan
permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan
terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap
faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat.

1
Prahtama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi dan
Makroekonomi), (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,2004)
2
Nopirin, Ph.D., Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro, (Yogyakarta: BPFE, 2008)
Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu
perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment dimanana
biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang
berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor
selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran
jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi
yang terjadi di sektor industri keuangan.
b. Inflasi desakan biaya ( cost push inflation)
Terjadi akibat adanya kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya
kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada perubahan yang
meningkat secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau
berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat
memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran,
atau juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap
produk tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya
produksi sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti adanya masalah teknis di
sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan
bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi (penimbunan), dll,
sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu
juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor
infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting.
Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan 2 hal, yaitu : kenaikan
harga, misalnya bahan baku dan kenaikan upah/gaji, misalnya kenaikan gaji PNS
akan mengakibatkan usaha-usaha swasta menaikkan harga barang-barang.3

C. Dampak Inflasi
Inflasi merupakan suatu gejala buruk yang dapat mengganggu kestabilan ekonomi .
Ada beberapa masalah yang akan muncul, apabila terjadinya inflasi:
a. Menurunya tingkat kesejahteraan rakyat

3
id.wikipedia.org/wiki/Inflasi
Tingkat kesejahteraan masyarakat, sederhananya diukur dengan tingkat daya
beli pendapatan yang diperoleh. Inflasi menyebabkan daya beli pendapatan makin
rendah, khususnya bagi masyarakat yang berpenghasilan kecil dan tetap.
b. Makin Buruknya Distribusi Pendapatan
Dampak buruk inflasi terhadap tengkat kesejahteraan dapat dihindari jika
pertumbuhan tingkat pendapatan lebih tinggi. Tetapi pada kenyataannya, ketika
inflasi mengalami pertumbuhan, banyak masyarkat yang tidak dapat menaikan
tingkat pendapatanya. Sehingga kekuatan ekonomi mreka akan menuru
c. Terganggunya stabilitas ekonomi
Inflasi mengganggu stabilitas ekonomi dengan merusak perkiraan masa depan
para pelaku ekonomi. Bagi konsumen yang berpendapatan besar, mereka akan
membeli barang dan jasa dalam jumlah yang besar, karena mereka berasumsi
bahwa harga barang dan jasa akan naik lagi. Sedangkan konsumen berpenghasilan
kecil, semakin hari akan mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya karena harga semakin naik.4
Bagi produsen inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh
lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan
terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha
besar). Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada
akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan
produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu.
Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut
mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).5

D. Cara Mencegah Inflasi


Menurut Nopirin, ada beberapa instrumen yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya inflasi, yaitu :
a. Kebijakan moneter

4
Prahtama Rahardja dan Mandala Manurung, Op.cit.
5
id.wikipedia.org/wiki/Inflasi
Kebijakan moneter pemetrintah yang dapat dilakukan untuk mengurangi
inflasi ialah :
1. Pengaturan jumlah uang yang beredar. Misalnya dengan menggunakan
uang giral.
2. Politiik pasar terbuka ( jual beli surat berharga). Dengan cara menjual
surat berharga bank sentral dpat menekan perkembangan jumlah uang
yang beredar sehingga laju inflasi dapat lebih rendah.
3. Bank sentral menggunakan tingkat diskonto ( diskon rate). Discount rate
adalah tingkat diskonto untuk pinjaman yang diberikan oleh bank sentral
kepada bank umum. Apabila tingkat diskonto dinaikan maka gairah bank
umum untuk meminjam makin kecil, sehinggga cadangan bank sentral
akan menurun. Dan itu membuat uang yang beredar turun. Sehingga
inflasi dapat ditekan.
b. Kebijakan fiskal
Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah
serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total dan
dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui
penurunan permintaan total. Kebijakan fiskal yang berupa pengurangan
pengeluaran pemerinttah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan
total , sehingga inflasi dapat ditekan.
c. Kebijaksanaan yang berkaitan dengan output
Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output
dapat dicapai dengan, kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga impor barang
akan meningkat. Dan itu membuat barang di dalam negeri bertambah, sehingga
menurunkan harga.6

6
Nopirin, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro, Op.cit.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam teori konvensional, inflasi ialah gejala kenaikan harga barang-barang yang
bersifat umum dan terus menerus. Inflasi disebabkan oleh 2 hal, yaitu : inflasi tarikan
penawaran (demand full inflation), dan inflasi desakan biaya inflation (Cost push
inflation). Dampak dari inflasi ialah menurunnya tingkat kesejahteraan rakyat. Makin
buruknya distribusi pendapatan, dan terganggunya stabilitas ekonomi. Cara mencegahnya
: dengan menggunakan kebijakan moneter, fiscal, dan output yang dilakukan oleh
pemerintah.

B. SARAN
Kami sangat menyadari bahwa di dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,kami menyarankan
kepada semua pihak yang membaca makalah ini agar bisa lebih banyak lagi menambah
pengetahuan kita terhadap teori inflasi konvensional.
DAFTAR PUSTAKA

1. Prahtama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi


(Mikroekonomi dan Makroekonomi), Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia,2004
2. Nopirin, Ph.D., Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro, Yogyakarta: BPFE, 2008
3. id.wikipedia.org/wiki/Inflasi

Anda mungkin juga menyukai