Anda di halaman 1dari 6

NAMA:MONICA PUTRI

NIM:18060119
TUGAS EKONOMI PEMBANGUNAN

Teori Cincin O Michael Kremer

Teori cincin O menjelaskan bahwa negara yang terjebak ke dalam middle income
trap mungkin terjadi karena tingkat pendapatannya yang sangat rendah apabila
dibandingkan dengan negara-negara berpendapatan tinggi. Jika dilihat berdasarkan
hasil outputnya, produk-produk berkualitas tinggi cenderung terkonsentrasi di negara-
negara maju karena negara-negara tersebut memiliki pekerja dengan keterampilan
yang tinggi, sehingga investasi sumber daya manusia sangat penting dilakukan oleh
suatu bangsa untuk menunjang pembangunan ekonominya. Seseorang dapat terjebak
dalam perangkap kualitas produksi rendah dalam suatu perekonomian secara
keseluruhan. Hal ini akan terjadi apabila di dalam dan di semua perusahaan terdapat
efek cincin O. karena terdapat eksternalitas dalam pekerjaan, maka diperlukan
kebijakan-kebijakan untuk mendorong peningkatan kualitas seperti yang telah
dilakukan oleh beberapa negara di Asia pada masa lalu Todaro, 2011. Sebagai contoh
adalah negara China dan India yang sebelum tahun 1980- an menerapkan
perekonomian tertutup. Kedua negara tersebut tidak mengalami kemajuan
dibandingkan dengan negara-negara lain yang perekonomiannya terbuka seperti
Korea Selatan. Hal ini kemungkinan terjadi karena kegagalan koordinasi dalam
memanfaatkan input atau investasi internasional Todaro dalam Lubis, 2014.

Ekuilibrium Jamak

Ekuilibrium Jamak adalah suatu kondisi yang menunjukkan adanya lebih dari
satu ekuilibrium. Semua ekuilibrium ini adakalanya dapat diperingkat, dalam arti
bahwa ekuilibrium yang satu lebih menguntungkan daripada ekuilibrium lainnya,
tetapi pasar yang tidak akan menggerakkan perekonomian ke hasil yang diinginkan.
Ekuilibrium ini digambarkan dengan diagram standar dibawah ini. Seperti yang
terdapat di diagram tersebut terdapat fungsi yang berbentuk S. Fungsi tersebut
menunjukkan bagaimana keuntungan yang didapat jika tindakan tersebut positif dan
bergantung pada seberapa besar tindakan yang dilakukan oleh agen tersebut
berpengaruh terhadap agen lainnya.
Dalam diagram tersebut, Ekuilibrium ditemukan pada “fungsi keputusan pribadi
yang rasional” yang  memotong garis 45 derajat. Hal ini terjadi karena para agen
dalam kasus tersebut mencermati apa yang diharapkan akan terjadi.
Seperti contoh berikut ini tentang ketika beberapa perusahaan X menduga bahwa
tidak ada perusahaan lain yang akan melakukan investasi, tapi ternyata terdapat
sejumlah perusahaan melakukan investasi (yang berarti adanya perpotongan vertikal
positif dalam diagram tersebut). Maka dengan keadaan itu perusahaan X tidak
mungkin diam, dia harus mengubah harapan mereka ke tingkat yang lebih tinggi,
dengan menyesuaikan harapannya ke tingkat yang lebih tinggi. Tetapi, jika
perusahaan sekarang mengharapkan tingkat investasi yang lebih tinggi maka mereka
ingin berinvestasi lebih banyak lagi. Proses ini akan berlanjut hingga tingkat investasi
aktual sama dengan tingkat investasi yang diharapkan.
Maka, suatu kondisi ekuilibrium dalam kesus seperti itu adalah semua pihak yang
terlibat akan melakukan hal yang terbaik bagi diri mereka, berdasarkan pada apa yang
mereka harapkan akan dilakukan oleh pihak lain, yang pada gilirannya melakukan hal
yang sesuai dengan apa yang ternyata dilakukan oleh pihak lain itu. hal ini terjadi
ketika fungsi itu berpotongan pada garis 45 derajat. Pada titik ini nilai di sumbu x dan
y sama—menunjukkan bahwa tingkat investasi yang diharapkan sama dnegan tingkat
yang dipandang terbaik oleh semua agen yang terlibat—
Dalam diagram fungsi itu tiga kali(titik D1,D2,D3) memotong garis 45 derajat.
Dari contoh diatas menunjukkan bagian daerah
-    Ekuilibrium D1 jika investasi terjadi lebih sedikit lebih kecil
-    Ekuilibrium D3 jika investasi terjadi lebih sedikit lebih besar
-    Ekuilibrium D2 menjadi ekuilibrium secara kebetulan (daerah pemisah harapan)
Ketiga titik itu, titik D1 dan D3—memotong garis 45 derajat dari atas
— menunjukkan ekuilibrium “stabil” karena jika harapan atau ekspektasi agak
berubah sedikit ke atas atau ke bawah tingkat itu maka perusahaan biasanya
menyesuaikan tindakan mereka yang membawa kita kembali ke
ekuilibrium.  Sedangkan Ekuilibrium D2 fungsi S memotong garis 45 derajat dari
bawah, sehingga ekuilibriumnya tidak stabil.
Pada awalnya kurva itu tidak akan menaik dengan cepat ketika jumah agen yang
melakukan tindakan baru bertambah banyak. Tetapi, setelah mereka melakukan
investasi yang cukup akan ada kemungkinan terjadinya efek bola salju ketika banyak
agen yang mulai memberikan manfaat imbasan ke berbagai agen lainnya, dan kurva
itu meningkat dengan laju jauh lebih cepat. Akhirnya, setelah hampir semua investor
potensial telah terpengaruh secara positif dan keuntungan yang paling penting telah
tercapai, laju peningkatan itu mulai menurun.
Bentuk fungsi bisa jadi berbeda. Misalnya ketika nilai manfaat untuk melakukan
tindakan terus meningkat seiring dengan semakin banyaknya orang lainnya dalam
jaringan, maka seketika sangat mungkin sangat mungkin terjadi bahwa setiap orang
akan berada dalam posisi yang menguntungkan dalam ekuilibrium. Dalam
ekuilibrium ini diperingkat secara pareto, artinya pergerakan ke ekuilibrium itu
merupakan perbaikan pareto—suatu situasi ketika satu atau lebih orang dapat
memperoleh keuntungan tanpa merugikan orang lain.
Contohnya dalam pembangunan ekonomi berkaitan dengan mengkoordinasikan
keputusan investasi ketika nilai (tingkat pengembalian) sebuah investasi bergantung
ada adanya investasi lain atau cakupan investasi lain, tetapi tanpa pengaruh kebijakan
tertentu oleh pemerintah pasar tidak mungkin akan mewujudkannya. Kesulitan dalam
koordinasi investasi menyebabkan timbulnya berbagai strategi industrialisasi yang
diarahkan pemerintah. hal ini menjelaskan hakitkat dan cakupan masalah yang
dihadapi jika terdapat imbas teknologi.
Tetapi mengubah harapan boleh jadi tidak mencukupi jika suatu perusahaan
merasa lebih diuntungkan dengan menunggu perusahaan lainnya berinvestasi daripada
menjadi investor “pelopor”. Maka, diperlukan kebijakan pemerintah selain adanya
perubahan harapan. Hal ini menunjukkan sangat pentingnya perhatian terhadap
potensi ekuilibrium jamak.
Memulai Pembangunan Ekonomi: Model Dorongan Besar
Model kegagalan koordinasi yang paling penting dalam literatur yang saya miliki
adalah “dorongan besar”(big push) yang dipelopori oleh Paul Rosentein-Rodan.
Model dorongan besar adalah model yang menjelaskan bagaimana kegagalan
pasar dapat menimbulkan kebutuhan akan perekonomian yang terencana dan
kemungkinan juga upaya yang dicetuskan oleh kebijakan pemerintah agar proses
pembangunan ekonomi yang berlangsung dalam jangka panjang dapat
berjalan  dipercepat.
Dampak adanya kegagalan koordinasi terhadap model ini yaitu akan menghambat
keberhasilan industrialisasi dan merupakan kendala bagi dorongan pembangunan.
Dorangan besar sangat membantu bila kita dapat menemukan cara untuk
mengidentifikasi situasi yang membutuhkan adanya doronga besar
Dalam model ini terdapat beberapa asumsi untuk mempermudah pemahaman
kita. Asumsi-asumsi tersebut diantarnya:
1.  Hanya ada satu faktor produksi (tenaga kerja)
2.  Pasar tenaga kerja memiliki dua sektor. Diasumsikan bahwa para pekerja di sektor
pedesaan menerima upah sebesar 1.
3. Diasumsikan bahwa terdapat N jenis produk, dan N adalah jumlah yang besar.
Diasumsikan juga bahwa tidak ada produk yang dapat dihasilkan jika tidak ada
sejumlah minimal orang yang diperkejakan, katakanlah sejumlah F.
4. Diasumsikan setiap barang mendapat bagian konsumsi yang konstan dan sama
dalam pendapatan nasional.
5.  Diasumsikan bahwa bentuk perekonomiannya tertutup.
6. Diasumsikan adanya persaingan sempurna di sektor tradisional 9sektor industri
rumahan), tanpa hambatan masuk (free entry) dan tidak ada laba ekonomi.

Perlunya dorongan besar dapat timbul dari empat kondisi selain yang telah
dikemukakan sebelumnya, antara lain:
1.  Efek intertemporal. Sekalipun tingkat upah industri adalah 1 (sama dengan tingkat
upah sektor tradisioanl), ekuilibrium jamak dapat terjadi jika investasi harus
dilakukan dalam periode sekarang untuk mendapatkan proses produksi yang lebih
efisien dalam periode berikutnya.
2.  Efek urbanisasi. Jika beberapa industri rumahan tradisional berada di pedesaan dan
industri manufaktur yang memberikan skala hasil yang semakin meningkat berada
diperkotaan, permintaan penduduk perkotaan mungkin akan lebih terkonsentrasi pada
barang-barang manufaktur. Dengan demikian, diperlukan dorongan besar bafi
urbanisasi untuk mencapai industrialisasi.
3.  Efek infrastruktur. Dengan menggunakan infrastruktur seperti rel kereta api atau
pelabuhan, sebuah perusahaan modern yang berinvestasi akan membantu memikul
biaya tetap yang besar dari inrastruktur itu. Keberadaan infrastruktur itu membantu
perusahaan-perusahaan yang berinvestasi untuk menurunkan biaya mereka sendiri.
4.  Efek pelatihan. Kurangnya investasi dalam fasilitas pelatihan karena pengusaha
tahu bahwa pekerja yang mereka latih mungkin akan terbujuk dengan upah lebih
tinggi yang ditawarkan oleh perusahaan pesaing, yang tidak harus mengeluarkan
biaya pelatihan ini. Selain itu, terlalu sedikit permintaan pekerja untuk mengikuti
peatihan karena mereka tidak tahu ketrampilan apa yang perlu dikuasai.

Masalah Lanjutan Ekulibria Jamak

Keunggulan Industri lama yang tidak efisien Keberadaan hasil yang semakin


meningkat dalam industri modern dapat menciptakan jenis lain dari ekuilibrium. Saat
perusahaan modern telah memasuki pasar, perusahaan modern tersebut memiliki
keunggulan dibandingkan para pesaingnya, karena outputnya yang besar
menyebabkan rendahnya biaya rata-rata. Jika pesaing baru berhasil mendapatkan
teknologi yang lebih baik, teknologi baru tersebut tidak akan dengan mudah
menggantikan teknologi yang lama karena perusahaan dengan teknik baru tersebut
harus memulai dengan jumlah pelanggan yang sedikit dan biaya tetap yang tinggi.
Akibatnya, perusahaan baru tersebut memerlukan akses untuk mendapatkan modal
yang cukup besar untuk menutupi kerugiannya bersamaan dengan memperbesar
jumlah pelanggannya.

Perilaku dan Norma Pergerakan menuju ekulibrium yang lebih baik sangat sulit
jika melibatkan banyak individu yang harus mengubah perilakunya dan mental
korupsi ke mental yang jujur dan menghargai nilai membangun reputasi untuk
mendapatkan keuntungan dari kerja sama. Kita tidak bisa berharap akan tercipta
organisasi yang baik dalam persaingan pasar, jika aturan permainannya cenderung
memenangkan organisasi yang buruk. Karena itu, kebijakan untuk mengembangkan
atau mereformasi berbagai lembaga adalah sangat penting, seperti reformasi kerangka
kerja hak milik, antimonopoly, aturan pemerintah yang bersih, serta hukum, regulasi,
dan norma asosiasi indsutri lainnya yang menciptakan aturan main dalam kehidupan
ekonomi. Ketika sebuah perilaku baru tersebut menjadi sebuah norma, maka
menegakkannya akan lebih mudah. Sekali hubungan yang kooperatif menjadi sebuah
norma, akan lebih banyak lagi orang yang akan berperilaku kooperatif.

Keterkaitan Ada beberapa cara untuk memberi dorongan besar dan mendukung


ekspansi simultan pada sector modern di banyak industri. Salah satu strategi untuk
memecahkan masalah koordinasi adalah dengan berfokus pada kebijakan pemerintah
yang mendorong pengembangan sektor-sektor yang mempunyai keterkaitan ke
belakang maupun ke depan. Teori keterkaitan menekankan bahwa jika industri-
industri tertentu dibangun lebih dahulu, interkoneksinya dengan sector lain akan
memicu atau paling tidak akan membantu pengembangan industri baru. Keterkaitan
ke belakang meningkatkan permintaan akan sebuah aktivitas, sementara keterkaitan
ke depan mengurangi biaya penggunaan output industri. Dengan kata lain, keterkaitan
merupakan hal yang penting bagi strategi industrialisasi ketika satu atau lebih sector
yang terkait mempunyai skala hasil yang semakin meningkat, sehingga dapat
dimanfaatkan oleh pasar yang besar.

Ketimpangan, Ekuilibria Jamak, dan Pertumbuhan Karya penting lainnya


mengenai pertumbuhan dan ekulibria jamak membahas dampak ketimpangan
terhadap pertumbuhan. Pandangan tradisional mengatakan bahwa sejumlah
ketimpangan dapat mempercepat pertumbuhan, karena tabungan dari kaum kaya lebih
besar daripada tabungan kaum miskin.

Teori Pertumbuhan Endogen

Teori ini mengatakan bahwa pertumbuhan GNP yang persisten, yang ditentukan
oleh sistem yang mengatur proses produksi dan bukan oleh kekuatan-kekuatan di luar
sistem.[1] Perilaku aliran modal negara-negara berkembang (dari negara miskin ke
negara kaya) turut memicu konsep pertumbuhan endogen (endogenous growth).

Untuk menggambarkan pendekatan pertumbuhan endogen, akan dibahas


pertumbuhan endogen Romer.[2] Romer dikenal sebagai pakar pertumbuhan ekonomi
dan pernah menjadi salah satu kandidat penerima Nobel di bidang ekonomi. Bidang
kajian yang menarik perhatian Romer adalah pertumbuhan ekonomi, tetapi dengan
perspektif yang lebih luas. Romer memasukkan komponen teknologi endogen hasil
penelitian dan pengembangan (research & development) dan ilmu pengetahuan ke
dalam model pertumbuhannya.[3]
Teori yang dikemukakan oleh Romer menyajikan sebuah kerangka teoritis yang
lebih luas dalam menganalisis proses pertumbuhan ekonomi. Teori ini mencoba untuk
mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi proses
pertumbuhan ekonomi yang berasal dari dalam (endogenous) sistem ekonomi itu
sendiri. Kemajuan ternologi dianggap hal yang bersifat endogen, dimana
pertumbuhan ekonomi merupakan hasil dari keputusan para pelaku ekonomi dalam
berinvestasi dibidang ilmu pengetahuan.[4]

Model Romer ini menganggap ilmu pengetahuan sebagai salah satu bentuk
modal. Ilmu pengetahuan merupakan suatu input terpenting dalam proses produksi.
Hanya berkat ilmu pengetahuan orang dapat menciptakan metode baru dalam
berproduksi sehingga memperoleh keuntungan ekonomis dan ilmu pengetahuan yang
ada sekarang tercipta karena adanya inovasi serta perbaikan dimasa lalu.

Lebih jauh lagi, Romer menekankan bahwa teknologi dan ilmu pengetahuan
merupakan faktor penentu cepat atau lambarnya laju perekonomian suatu negara.
[5] Teori ini dengan jelas menggambarkan tentang bagaimana akumulasi modal tidak
mengalami diminishing returns, namun justru akan mengalami increasing
returns dengan adanya spesialisasi dan investasi di bidang SDM dan ilmu
pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai