Anda di halaman 1dari 12

TRANSFORMASI STRUKTURAL

PEREKONOMIAN INDONESIA
Dosen Pengampu Mata Kuliah Perekonomian Indonesia Dan Bank Sentral:
Candra Wahyu Hidayat, M.M.

Disusun Oleh:
Erina Adelia                            150404020058
Nikmatul Khasanah                150404020061
Rizka Putri Lestari                  150404020059

Universitas Kanjuruhan Malang


Fakultas Ekonomika Dan Bisnis
Program Studi Akuntansi
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Struktur ekonomi dipergunakan untuk menunjukkan komposisi atau susunan sektor –
sektor ekonomi dalam suatu perekonomian. Sektor yang dominan atau yang diandalkan
mempunyai kedudukan paling atas dalam struktur tersebut dan menjadi ciri khas ari
suatu perekonomian. Sektor ekonomi menjadi sumber manta pencarian sebagian besar
penduduk yang ada dinegara tersebut serta menjadi penyerap tenaga kerja yang terbesar.
Tranformasi ekonomi merupakan salah satu indikator terjadinya pembangunan
perekonomian wilayah. Jika terjadi proses transformasi ekonomi maka dapat dinyatakan
bahwa telah terjadi pembangunan ekonomi dan perlu pengembangan lebih lanjut, akan
tetapi jika tidak terjadi proses transformasi maka pemerintah daerah perlu mengadakan
perbaikan dalam penyusunan perencanaan wilayahnya, sehingga kebijakan pembanguan
ynag disusun menjadi lebih terarah agar tujuan pembangunan dapat tercapai.
Pertumbuhan ekonomi telah mengakibatkan perubahan struktur perekonomian.
Tranformasi struktural sendiri merupakan proses perubahan struktur perekonomian
akan mengalami transformasi yang berbeda – beda. Pada umumnya tranformasi yang
terjadi pada negara berkembang adalah dari sektor pertanian ke sektor industri.
Perubahan struktur atau transformasi ekonomi dari tradisional menjadi modern secara
umum dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam perekonomian yang berkaitan
dengan komposisi permitaan, perdagangan, produksi dan fakto – faktor lain yang
diperlukan secara terus – menerus untuk meningktkan pendapatan dan kesejahteraan
sosial melalui peningkatan pendapatan perkapita.  Perubahan atau transformasi yang
terjadi daalm struktur ekonomi maupun struktur sosial ini sebenarnya merupakan suatu
gejala yang sangat wajar bagi perekonomian suatu negara di manapun, seiring dengan
perkembangan teknologi industri serta permintaan masyarakat modern terhadap jasa –
jasa pelayanan umum. Meskipun demikian, tentu saja akan terjadi dampak – dampak
yang ditimbulkan baik positif maupun negatif.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa itu transformasi struktur perekonomian?
2.      Bagaimana transformasi struktur perekonomian di Indonesia?

1.3  Tujuan Masalah
1.      Agar mahasiswa memahami apa itu transformasi struktur perekonomian
2.      Agar mahasiswa memahami proses transformasi struktur perekonomian di Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Transformasi Struktur Perekonomian


Transformasi struktur ekonomi merupakan suatu rangkaian perubahan yang terkait
satu dengan lainnya, maka transformasi ekonomi ke arah positif akan terjadi jika
perencanaan dan kebijakan pembangunan ekonomi telah berjalan sebagaimana mestinya
dan harus disertai dukungan dari masyarakat sebagai objek dari transformasi itu sendiri,
dan merupakan hal penting untuk tercapainya transformasi ekonomi tersebut.
Transformasi struktural ekonomi dapat terjadi dalam penurunan maupun pertumbuhan.
Transformasi struktural ekonomi yang diinginkan tentu saja kesaja kearah positif,
yang ditandai dengan pergeseran kontribusi dari sektor jasa terhadap Product Domestic
Bruto (PDB). Hal ini didasarkan pada tujuan dari peningkatan ekonomi dan
pembangunan harus dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat, karena kesejahteraan
rakyat merupakan tujuan utama pembangunan bagi suatu negara. Oleh karena itu
pembangunan ekonomi dipandang sebagai suatu proses akan adanya saling keterkaitan
atau saling mempengaruhinya faktor yang menyebabkan terjadinya pembangunan dimasa
yang akan datang.
2.1.1        Sektor – sektor dalam transformasi struktural perekonomian
Menurut World Bank(2004), sektor perekonomian terdiri dari 10 sektor yaitu : sektor
pertanian, sektor pertambangan, sektor industri, sektor energi, sektor gas dan air, sektor
kontruksi, sektor perdagangan, sektor transpostasi dan komunikasi, sektor keuangan,
sektor jasa administrasi. Sukirno (2006) menjelaskan bahwa, berdasarkan lapangan usaha
maka sektor – sektor ekonomi dalam perekonomian Indonesia dibedakan dalam tiga
kelompok utama yaitu :
                                a.            Sektor primer, yang terdiri dari sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan,

pertambangan dan penggalian.


                               b.            Sektor sekunder, terdiri dari industri pengolahan listrik, gas dan air, bangunan.

                                c.            Sektor tersier, terdiri dari perdagangan, hotel, restoran, pengangkutan dan komunikasi,

keuangan, sewa dan jasa perusahaan, jasa – jasa lain(termasuk pemerintahan). Pada
umumnya transformasi yang terjadi dinegara berkembang adalah transformasi dari
sektor pertanian ke sektor industri atau terjadinya transformasi dari sektor primer
kepada sektor non primer (sekunder dan tersier).

2.1.2        Faktor – faktor penyebab transformasi struktural perekonomian


1.      Faktor Internal :
a.       Dari sisi permintaan agregat, faktor yang sangat dominan adalah peningkatan tingkat
pendapatan rata – rata masyarakat yang perubahannya mengakibatkan perubahan dalam
selera dan komposisi barang – barang yang dikonsumsi
b.      Dari sisi penawaran agregat, faktor utamanya adalah perubahan teknologi dan penemuan
bahan baku atau material baru untuk berproduksi, yang memungkinkan untuk membuat
barang – barang baru dan akibat relokasi dana investasi serta sumber daya utama lainnya.
2.      Faktor Eksternal
a.       Kemajuan teknologi yang mempertinggi produktivitas kegiatan – kegiatan ekonomi
b.      Perubahan struktur perdagangan global yang antara lain disebabkan oleh peningkatan
pendapatn dunia dan dampak dari kebijakan mengenai perdagangan regional dan
internasional.
3.      Faktor Lain – lain
a.       Peningkatan dalam taraf pendapatan dan taraf hidup penduduk
b.      Intervensi pemerinta, kebijakan yang berpengaruh langsung terhada perubahan struktur
ekonomi adalah kebijakan pemberian insentif bagi sektor industri atau tidak langsung
lewat kegiatan infrastruktur,
c.       Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri (basis ekonomi). Suatu negara yang awal
pembangunan ekonominya sudah memiliki industri – industri dasar yang relatif kuat akan
mengalami proses industriliasasi yang lebih cepat.
2.1.3        Teori utama dalam transformasi struktur perekonomian
1.      Teori Arthur Lewis (1960)
Teori dari Arthur Lewis disebut juga teori migrasi dimana Lewis mengasumsikan
bahwa perekonomian suatu negara pada dasarnya terbagi menjadi dua yaitu
perekonomian tradisional dipedesaan yang didominasi sektor pertanian dan perekonomian
modern diperkotaan dengan industri sebagai sektor utama yang tingkat produktivitasnya
tinggi. Di pedesaan, tingkat pertumbuhan penduduknya tinggi sehingga terjadi kelebihan
suplai tenaga kerja yang membuat tingkat upah menjadi rendah. Sebaliknya diperkotaan,
sektor industri mengalami kekurangan tenaga kerja yang membuat banyak menarik
tenaga kerja dari sekotr pedesaan ke sektor perkotaan sehingga terjadi proses urbanisasi
dan migrasi. Perhatian utama dari model ini diarahkan pada terjadinya proses pengalihan
tenaga kerja, serta pertumbuhan output dan peningkatan penyerapan tenaga kerja
disektro modern.
2.      Teori Hollins Chenery (1975)
Teori Hollis Chenery dan Moises Syrquin menyatakan bahwa pembangunan dapat
dipandang sebagai suatu proses transisi multidimensi yang mencerminkan hubungan antar
berbagai proses perubahan didalam suatu negara. Chenery memfokuskan pada perubahan
struktur dalam tahapan proses perubahan ekonomi di suatu negara yang mengalami
transformasi dari pertanian tradisional ke sektor industri. Hasil penelitian empiris yang
dilakukan Chenery dan Syrquin mengindentifikasikan bahwa sejalan dengan peningkatan
pendapatam masyarakat per kapita yang membawa perubahan yang saling terkait satu
dengan yang lainnya dalam komposisi Agregat Demand ( pola permintaan konsumen),
perdagangan luar negerei (ekspor dan impor), Agregat Supply (produksi dan penggunaan
faktor – faktor produksi seperti tenaga kerja dan modal) yang diperlukan guna
mendukung proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
3.      Teori Clark -  Fisher (1951)
Pemikiran Clark – Fisher mengenai transformasi struktural adalah pergeseran tenaga
kerja dan investasi dari sektor primer ke sektor sekunder dan kemudian ke sektor tersier.
Clark – Fisher berpendapat bahwa ingin makin tinggi pendapatan suatu negara, maka
makin kecil pangsa relatif sektor primer. Clark menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi
yang disertai dengan transformasi dapat dicapai dengan cara meningkatkan produktivitas
pada setiap sektor. Menurut Clark, makin tinggi pendapatan per kapita suatu negara
makin kecil peranan sektor pertanian dalam menyediakan kesempatan kerja. Namun
sebaliknya, sektor industri makin penting peranannya dalam menampung tenaga kerja.
Fisher mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi disertai dengan pergeseran
permintaan dari sektor primer ke sektor sekunder dan akhirnya ke sektor tersier yang
mengakibatkan perubahan dalam struktur produksi melalui pergeseran kesempatan kerja
dan alokasi dana
4.      Teori Kuznets
Simon Kuznets mendukung teori Clark mengenai tahap perkembangan ekonomi.
Kuznets meninjau transformasi struktural dari segi peningkatan pendapatan. Perubahan
struktur ekonomi menunjukkan bahwa sektor pertanian produksinya mengalami
perkembangan yang lebih lamban dari perkembangan produksi nasional dibandingkan
tingkat pertumbuhan sektor industri di Indonesia. Selain itu Kuznets juga menyatakan
bahwa ada suatu relasi antara kesenjangan pendapatan dan tingkat pendapatan per kapita
yang membentuk huruf U terbalik. Hipotesis ini didasarkan pada argumentasi Lewis
mengenai perpindahan penduduk dari desa ke kota. Daerah pedesaan yang sangat padat
penduduknya mengakibatkan tingkat upah disektor pertanian sangat rendah dan
membuat  suplai tenaga kerja yang berasal dari pertanian talah diserap oleh industru,
sehingga perbedaan pendapatan per kapitan antara desa dan kota menjadi kecil atau tidak
ada lagi.
Didalam kelompok negara – negara sedang berkembang, banyak negara yang juga
mengalami transisi ekonomis yang pesat walaupun pola dan prosesnya berbeda antar
negara. Varias ini disebabkan oleh perbedaan antarnegara dalam jumlah faktor internal
sebagai berikut :
a.       Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri, suatu negara yang awal pembangunan
ekonomi nya sudah memiliki industri – industri dasar seperti mesin, besi, dan baja yang
relatif lebih kuat akan mengalami proses industrialisasi yang lebih cepat dibandingkan
negara yang hanya memiliki industri – industri ringan seperti tekstil, pakaian jadi,
makanan, dan minuman.
b.      Besarnya pasar dalam negeri, besarnya pasar domestiik ditentukan oleh kombinasi antara
jumlah populasi dan tingkat pendapataan riil per kapita.
c.       Pola distribusi pendapatan, walaupun tingkat pendapatan rata – rata perkapita naik,
tatapi kalau distribusinya sangat , kenaikan pendapatan tersebut tidak terlalu berarti bagi
pertumbuhan industri - industri selain industri – industri yang membuat barang
sederharna seperti makanan dan minuman.
d.      Karakteristik dari industrialisasi,cara pelaksanaan atau strategi pengembangan industri
yang diterapkan, jenis industri yang diunggulkan, pola pembangunan industri, dan insentif
yang diberikan
e.       Keberadaan sumber daya alam, ada kecenderungan bahwa yang sumber daya alam akan
mengalami pertumbhan ekonomi yang lebih rendah atau terlambat melakukan
industrialisasi atau tidak berhasil melakukan diversifikasi ekonomi ( perubahan struktur)
daripada negara yang miskin sumber daya lama
f.       Kebijkan perdagangan luar negeri, banyak negara yang menerapkan kebijakan ekonomi
tertutup atau inward looking, pola dan hasil industrialisasinya berbeda dibandingkan di
negara – negara yang menerapkan kebijakan ekonomi terbuka atau outward looking
2.1.4        Manfaat tranformasi struktural perekonomian
Manfaat transformasi struktural perekonomian antara lain :
a.       Laju pertumbuhan untuk mengukur kemajuan ekonomi sebagai hasil pembangunan
nasional.
b.      Pendapatan perkapitanya digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk,
sebab semakin meningkat pendapatan perkapita dengan kerja konstan semakin tinggi
tingkat kemakmuran penduduk dan juga produktivitasnya.
c.       Sebagai dasar pembuatan proyeksi atau perkiraan penerimaan negara untuk perencanaan
pembangunan nasional atau sektoral dan regional
d.      Sebagai dasar penentuan prioritas pemberian pembangunan nasional. bantuan luar negeri
oleh Bank Dunia atau lembaga internasional lainnya.
e.       Sebagai dasar pembuatan prakiraan bisnis, khususnya persamaan penjualan bagi
perusahaan untuk dasar penyusunan perencanaan produk dan perkembangan sumber
daya ( tenaga kerja dan modal).
2.1.5        Sumber transformasi struktural perekonomian Indonesia
Pertumbuhan ekonomi bisa bersumber dari pertumbuhan permintaan agregat atau
pertumbuhan penawaran agregat. Dari sisi permintaan agregat, peningkatan didalam
ekonomi itu bisa terjadi karena perusahaan negara, yang terjadi atas permintaan
masyarakat(konsumen), perusahaan dan pemerintah meningkat. Yang terdiri dari empat
komponen : konsumsi rumah tangga, investasi(termasuk perubahan stock), konsumsi/
pengeluaran pemerintah, dan ekspor netto. Dari sisi penawaran agregat, pertumbuhan
output bisa disebabkan oleh peningkatan volume dari faktor – faktor produksi yang
digunakan.
2.2      Transformasi struktural perekonomian di Indonesia
Dari awal era pemerintahan orde baru hingga sekarang, dapat dikatakan bahwa proses
perubahan struktur ekonomi Indonesia cukup pesat. Akan tetapi pada kenyataannya,
pertumbuhan ekonomi tidak disertai dengan perubahan struktur tenaga kerja yang
berimbang. Hal ini yang dikhawatirkan akan mengakibatkan terjadinya proses
kemiskinan dan eksploitasi sumber daya manusia pada sektor primer. Proses
pembangunan ekonomi yang cukup lama dan telah menghasilkan suatu perubahan
mendasar dalam struktur ekonominya. Struktur ekonomi yang tengah dihadapi
merupakan suatu struktur yang tradisional. Dimana keadaannya sedang beralih daris
struktur agraris ke industrial sementara dalam hal birokrasi dan pengambilan keputusan
mulai desentralistis. Proses perubahan struktur perekonomian di Indonesia ditandai
dengan :

a.       Merosotnya pangsa sektor primer (pertanian)

b.      Meningkatnya pangsa sektor sektor sekunder ( Industri)

c.       Pangsa sektor jasa kurang lebih konstan, tetapi kontribusinya akan meningkat seiring
dengan pertumbuhan ekonomi.

Transformasi ekonomi merupakan salah satu indikator terjadinya pembangunan


perekonomian wilayah. Jika terjadi proses transformasi maka dapat dinyatakan bahwa
telah terjadi pembangunan ekonomi danperlu pengembangan lebih lanjut, akan tetapi jika
tidak terjadi maka pemerintah perlu mengadakan perbaikan dalam penyusunan
perencanaan wilayahnya, sehingga kebijakan pembangunan yang disusun menjadi lebih
terarah agar tujuan pembangunan dapat tercapai.

Pembangunan perekonomian Indonesia


Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua hal yang tidak dpaat
dipisahkan. Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses
yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu negara meningkat dalam
jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan. Mulai muncul
pandangan bahwa tujuan utama dari usaha pembangunan ekonomi bukan lagi
menitikberatkan pada aspek pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tatapi mengurngai angka
kemiskinan dan ketimpangan. Secara umum pembangunan ekonomi merupakan suatu
usaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, antara lain menaikkan standar
hidup, memperbaiki tingkat pendidikan, kesehatan, dan persamaah hak untuk memiliki
kesempatan dalam memperoleh semua komponen – komponen penting dari hasil
pembangunan ekonomi. Usaha yang dilakukan guna meningkatkan kesejahteraan rakyat
dengan program – program pemerintah bertujuan untuk mengurangi kemiskinan dan
ketimpangan pendapatan. Pemerintah terus berupaya meningkatkan perekonomian
Indonesia dan tentunya mensejahterakan rakyat Indonesia. Todaro dan Smith
menyatakan bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara ditunjukkan oleh
tiga nilai pokok yaitu :

a.       Berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya


atau sustence
b.      Meningkatnya rasa harga diri atau self esteem masyarakat sebagai manusia
c.       Meningkatnya kemampuan masyarakt untuk memilih (freedom for servitude) yang
merupakan salah satu hak asasi manusia.
Unsur – unsur pokok dalam pembangunan ekonomi :
a.       Suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi secara terus – menerus
b.      Usaha untuk meningkatkan pendapatan per kapita
c.       Peningkatan pendapatan per kapita itu harus terus berlangsung dalam jangka panjang
d.      Perbaikan sistem kelembagaan disegala bidang
Indonesia telah membuat renacan pembangunan jangka panjang untuk tahun 2005  -
2025. Rencana ini dibagi menjadi ke dalam periode lima tahun, masing – masing dengan
prioritas pembangunan yang berbeda.
Pertumbuan perekonomian Indonesia
Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang
menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan
kemakmuran masyarakat meningkat. Pertumbuhan ekonomi hanyalah merupakan salah
satu aspek saja dari pembangunan ekonomi yang lebih menekan kan pada peningktan
output agregat khususnya output agregat perkapita. 5  faktor utama yang mempengaruhi
pertumbuihan ekonomi suatu negara :
a.       Sumber Daya Manusia, merupakan faktro terpenting dalam proses pembangunan, cepat
lambatnya proses pembangunan tergantung kepada sejauh mana sumber daya manusia
selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan
proses pembangunan.
b.      Sumber Daya Alam, sebagian negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam
dalam melaksanakan proses pembangunannnya. Namun, sumber daya alam saja tidak
menjamin keberhasilan proses pembangunan ekonomi, apabila tidak didukung oleh
kemampuan sumber daya manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia.
c.       Akumulasi modal termasuk semua investasi baru yang berwujud peralatan, sumber daya
modal dibutuhkan manusai untuk mengolah Sumber Daya Alam dan meningkatakak
kualitas IPTEK. Sumber daya modal dapat berupa barang 0 barang modal sangat penting
bagi perkembangan dan kelancaran pembanguan ekonomi karena barang – barang modal
juga dapat meningkatkan produktivitas.
d.      Sumber daya institusi atau sistem kelembagaan
e.       Kemajuan IPTEK, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknlogi yang semakin pesat
mendorng adanya percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja yang semula
menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin – mesin canggih berdampak kepada
aspek efisiensi, kualitas dan kuantias serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang
dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada percepetan laju pertumbuhan
perekonomian.
2.2.1  Tahap pertumbuhan ekonomi Indonesia
1.      Era Orde Lama (1945 – 1966)
Ketidakstabilan politik dan seringnya kabinet berganti membuat perekonomian pun
kurang berkembang dengan baik. Pertumbuhan ekonomi mengalami kemunduran yang
drastis dari 6,9 5 pada periode 1952 – 1958 menjadi hanya 1,9% saat periode 1960n – 1965.
Ketika itu harga – harga terus menerus naik karena terjadinya defisit anggaran belanja
pemerinta yang terus meningkat setiap tahunnya yang kemudian dibiayai dengn mencetak
uang baru. Hingga pada akhir kekuasaan pada tahun 1966 laju inflasi terus meningkat
hingga 650 %.
2.      Era Orde Baru (1966 – 1997)
Pada masa ini, perekonomian Indonesai ini masih tidak menentu.Dari segi ekonomi saja
banyak sekali masalah pelik yang diwariskan oleh orde lama kepada orde baru. Untuk
membuat perekonomian lebih baik pemerintah membagi dalam program jangka pendek
dan jangka panjang. Dimana dalam program jangka pendek ditempuh dalam dua tahun
dengn empat tahap penyelamatan. Setelah dua tahun dilanjutkan dengan program dengan
jangka panjang atas rangkaian Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Pada era
orde baru ini, terjadi krisis yang berkelanjutan dari krisis moneter, krisis ekonomi, krisis
politik, hinggan krisis sosial yang selalu diwarnai aksi demontrasi mahasiswa. Strategi
industrialisasi import yang diterapkan pemerintah ternyata gagal membawa
perekonomian Indonesia lebih baik  dan mengurangu kesenjangan dengan negara – negara
maju. Perekonomian Indonesia malahan semakin terpuruk karena fundamentalnya
kurang kuat memegang sektor industri.   
3.      Masa Reformasi (1998 – sekarang)
Krisis moneter berlanjut dengan krisis ekonomia masih belum bisa dipisahkan pada masa
reformasi ini. Walaupun ada pertumbuhan sekitar 6% untuk tahun 1997 dan 5,5% untuk
tahun 1998 namun belum menunjukkan tanda – tanda pemulihan karena laju inflasi
sekitar 10%. Sejak tahun 1999 hingga sekarang, pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin
menunjukkan kearah yang lebih baik. Kamar Dagang dan Industri Indonesia
menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun 2010 – 2014  sekitar 6,3% sampai 6,9% dengan
pertumbuhan di tahun 2010 sebesar 7% - 7,2%. Namun semuanta itu bergantung pada
fluktuasi stabilitas sosial, politik, dan keamanan negara.
2.2.2  Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia
Faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak terlepas
dari kesenjangan sosial dalam pengelolaan pereknomian, dimana para pemilik modal
besar selalu mendapatkan kesempatan yang lebih luas dibanding dengan pengusaha kecil
dan menengah. Selain itu akses untuk mendapatkan bantuan modal keperbankan juga
lebih memihak kepada para pengusaha besar dan pertumbuhan ekonomi perdagangan
internasional juga memberikan dampak yang cukup besar terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Ketidakpastian perekonomian dan perdagangan dunia yang semakin
meningkat  menyebabkan kemungkinan pertumbuhan ekonomi yang kurang
membanggakan bagi bangsa Indonesia. Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi Indonesia sacara umum :
a.       Faktor Produksi, yaitu harus mampu memanfaatkan tenaga kerja yang ada, dan
penggunaan bahan baku industri dalam negeri semaksimal mungkin
b.      Faktor investasi, yaitu dengan membuat kebijakan investasi yang tidak rumit dan
berpihak pada pasar
c.       Faktor perdagangan Luar Negeri dan Neraca Pembayaran, harus surplus sehingga
mampu meningkatkan cadangan devisa dan menstabilakn nilai rupiah
d.      Faktor Kebijakan Moneter dan Inflasi, yaitu kebijakan terhadap nilai tukar rupiah dan
tingkat suku bunga ini juga harus antisipasif dan dapat diterima pasar.
e.       Faktor keuangan Negara, yaitu berupa kebijakan fiskal yang kontruktif dan mampu
untuk membiayai pengeluaran pemerintah (atau tidak defisit)
2.2.3  Proses transformasi struktural perekonomian Indonesia
Perkembangan ekonomi Indonesia selama masa 25 tahun berselang di lihat dari sudut
pandang tentang pembangunan ekonomi sebagai proses transisi yang dalam perjalanan
waktu ditandai oleh transformasi multidimensional dan menyangkut perubahan pasa
struktur ekonomi (Soemitro Djojohadikusumo, 1993).  Perkembangan transformasi
struktural perekonomian Indonesia terbagi menjadi beberapa bagian yaitu :
a.       Proses Akumulasi Sumber Daya Produksi
Sumber daya produksi adalah aset – aset produktif atau faktor – faktor produksi (tanah,
tenaga kerja, kapital produksi) diperlukan peningkatan atau tambahan faktor – faktor
produksi. Akumulasi menyangkut proses pembinaan sumber daya produksi
atau productive resources untuk meningkat kemampuan berproduksi secara kontinu.
Selama masa pembangunan 25 tahun telah terjadi akumulasi sumber daya produksi dalam
jumlah yag besar dan berarti.
b.      Proses Alokasi Sumber Daya Produksi
Sumber daya produksi khususnya investasi sangat penting bagi pembangunan baik secara
kuantatif (menyangkut jumlahnya) maupun secara kualitatif ( menyangkut alokasinya).
Alokasi sumber daya produksi dalam proses pembanguan menyangkut pola penggunan
sumber daya produksi antar sektor, antar daerah dan antar lingkungan kota dan daerah
pedesaan. Selama Pembangunan Jangka Panjang Tahap 1 telah terjadi perubahan
struktural dibidang produksi dan perdagangan, namun mengenai kesempatan kerja tetap
statis.
c.       Proses Distribusi Pendapatan
Ketimpangan dalam distribusi pendapatan ( baik antar kelompok berpendapatan antar
daerah perkotaan dan pedesaan atau kawasan dan provinsi) dan kemiskinan merupakan
dua masalah yang masih mewarnai perekonomian Indonesia. Masalah distribusi
pendapatan menyangkut kemiskinan, baik kemiskinan absolut maupun ketimpangan
relatif. Distribusi pendapatan dan kemiskinan hendaknya dilihat dalam kerangka acuan
suatu analisis, bersamaan dan berkaitan dengan proses akumulasi dan alokasi. Dengan
kata lain, akumulasi alokasi dan distribusi harus dilihat dalam saling keterkaitannya dan
dalam kerangka acuan yang mencakup dinamika dalam proses transformasi secara
menyeluruh selama masa transisi (Soemitro Djojohadikusumo, 1993).
d.      Proses  Perubahan Institusional atau  Kelembagaan
Kesenjangan mengandung dimensi ekonomis-sosiologis dan dimensi ekonomis-regional :
1.      Dimensi Ekonomis – Sosiologis
Menyangkut ketimpangan pada perimbangan kekuatan di antara golongan-golongan
pelaku ekonomi, yaitu secara spesifik: antara saudagar besar di bidang niaga dan industri,
golongan pedagang perantara (tengkulak) dan golongan produsen kecil (petani rakyat,
pengrajin, pengusaha industri kecil atau menengah, pedagang eceran). Golongan produsen
kecil/ menengah meliputi sebagian besar rakyat penduduk sebagai produsen dan sekaligus
sebagai konsumen. Kedudukan ekonominya sangat lemah dihadapkan dengan kekuatan
saudagar  besar dan para pedagang perantara dala jaringan mata rantai niaga dan
industri.
Salah satu sasaran pokok kebijaksanaan pembangunan ialah mewujudkan
perubahan struktural di bidang ekonomi-sosiologis dalam arti: transformasi dari
ketimpangan menjadi keseimbangan di antara kekuatan-kekuatan golongan saudagar
besar, golongan pedagang perarntara, golongan produsen kecil. Kepentingan produsen-
kecil dan menengah itu ada di bidang pertanian,  perkebunan, kehutanan, perikanan,
peternakan maupun di bidang perindustrian, pengangkutan dan perdagangan.
Kesempatan usaha lebih banyak dimanfaatkan oleh kaum saudagar dengan
konglomeratnya. Hal ini cenderung menambah lagi pemusatan kekayaan dan kekuatan
ekonomi yang pada gilirannya mengganggu pembagian pendapatan secara lebih merata.
Dalam hubungan dengan  ketimpangan pada perimbangan kekuatan pelaku ekonomi
harus dilihat peran gerakan koperasi sebagai alat perjuangan ekonoi bagi kaum produsen
kecil.
2.      Dimensi Ekonomis Regional
Dalam kaitan ketidakseimbangan perekonomian antar daerah, kita dihadapkan dengan
suatu dilema yang disebut dualisme teknologis. Dilema dualisme teknologis ini ditunjukkan
oleh gejala :
a.       Adanya perbedaan dan ketimpangan pola dan laju pertumbuhan di antara berbagai
kawasan dalam batas suatu nwegara (atau secara regional dan internasional di berbagai
belahan dunia)
b.      Perbedaan tersebut tidak semakin berkurang, melainkan cenderung menjadi semakin
besar.
c.       Kesemuanya itu disebabkan karena adanya apa yang dikenal sebagai cumulative
causation, yaitu proses sebab-akibat yang mengandung dampak secara kumulatif.
d.      Kalau hal itu dibiarkan tanpa intervensi kebijaksanaan negara, maka perkembangan
proses cumulative causation selanjutnya akan menciptakan dua lingkaran kegiatan
sekaligus  yaitu lingkaran kegiatan yang semakin bermanfaat (various circle) bagi kawasan
yang sudah maju dan lingkaran yang banyak membawa mudarat (vacious circle) bagi
kawasan yang ketinggalan.

2.2.4  Kebijakan transformasi struktural perekonomian Indonesia


Program penyesuaian ekonomi struktural dan reformasi ekonomi yang dilakukan
pemerintah Indonesia sejak anjloknya harga minyak di pasar dunia pada pertengahan
tahun 1980-an mencakup empat kategori besar, yaitu :
1.      Kebijakan Pengaturan Nilai Tukar Rupiah
Dalam tahun 1986 – 1987 pemerintah tetap menganut sistem devisa bebas yang
diperlukan guna mendorong kegiatan invstasi yang diperlukann guna mendorong kegiatan
investasi, produksi dalam negeri dan ekspor. Selain itu, dengan pengelolaan nilai tukar
yang mengambang terkendali, pemerintah tetap berusaha agar perkembangan nilai tukar
rupiah selalu mencerminkan perkembangan yang realistis untuk mempertahankan daya
saing barang ekspor serta memelihara kepercayaan masyarakat terhadap rupiah yang
pada gilirannya akan memberikan dampak positif terhadap perekonomian secara
keseluruhan. Mengingat penerimaan devisa hasil ekspor yang semakin menurun sebagai
akibat merosotnya harga minyak bumi sejak permulaan tahun 1986 dan untuk
mengurangi tekanan terhadap nerraca pembayaran, pemerintah pada 12 September 1986
mendevaluasikan rupiah terhadap dollar AS sebesar 31%. Tindakan tersebut disamping
dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing barang ekspor non migas dan menciptakan
iklim usaha  yang lebih menarik bagi penanaman modal, juga sekaligus untuk mencegah
terjadinya aliran modal ke luar negeri. (Laporan Bank Indonesia Tahun 1986 sampai
1987).
2.      Kebijakan Fiskal dan Keuangan Negara
Dalam rangka meningkatkan penerimaan dalam negeri yang sekaligus dapat
mendorong kegaitan dunia usaha, tahun 1983 – 1984 pemerintah memperbarui sistem
perpajakan yang berlaku, sistem yang perpajakan yang baru tersebut terdiri dari :
a.       UU tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan ( UU No. 6 tahun 1983)
b.      UU tentang Pajak Penghasila( UU No. 7 tahun 1983)
c.       UU tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan ata Barang
Mewah ( UU no. 8 tahun 1983).
3.      Kebijakan Keuangan dan Moneter atau  Perbankan
Tanggal 1 Juni 1983 pemerintah mengambil serangkaian kebijaksanaan yang
mendasar yang dikenal “Kebijaksanaan Moneter 1 Juni 1983”. Kebijaksanaan moneter
tersebut dimaksudkan untuk meletakkan landasan-landasan yang kokoh bagi
perkembangan perbankan yang lebih sehat di masa mendatang. Ciri pokok kebijaksanaan
tersebut:
a.       Bank-bank pemerintah diberi kebebasan penentuan sendiri suku bunga depositi maupun
bunga pinjaman (kecuali kredit berprioritas tinggi). Disamping itu, pungutan pajak atas
bunga, deviden dan royalty (PBDR) atas penerimaan bunga deposito valas dihapuskan.
b.      Bantuan kredit likuiditas Bank Indonesia mulai dikurangi
c.       Pagu kredit dan sebagian besar ketentuan pemberian pinjaman dihapus
d.      Sejak 1 Februari 1984 Bank Indonesia menerbitkan SBI (Sertifikat Bank Indonesia) dan
menyediakan fasilitas diskonto. Dengan SBI ini bank dapat memanfaatkannya untuk
menanamkan kelebihan sementara likuiditasnya sebelum dipinjamkan kepada nasabah.
Fasilitas diksonto merupakan bantuan

Anda mungkin juga menyukai