Anda di halaman 1dari 13

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Transformasi Struktur Perekonomian

Transformasi struktur ekonomi merupakan suatu rangkaian perubahan yang terkait satu dengan lainnya,
maka transformasi ekonomi ke arah positif akan terjadi jika perencanaan dan kebijakan pembangunan
ekonomi telah berjalan sebagaimana mestinya dan harus disertai dukungan dari masyarakat sebagai
objek dari transformasi itu sendiri, dan merupakan hal penting untuk tercapainya transformasi ekonomi
tersebut. Transformasi struktural ekonomi dapat terjadi dalam penurunan maupun pertumbuhan.

Transformasi struktural ekonomi yang diinginkan tentu saja kesaja kearah positif, yang ditandai dengan
pergeseran kontribusi dari sektor jasa terhadap Product Domestic Bruto (PDB). Hal ini didasarkan pada
tujuan dari peningkatan ekonomi dan pembangunan harus dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat,
karena kesejahteraan rakyat merupakan tujuan utama pembangunan bagi suatu negara. Oleh karena itu
pembangunan ekonomi dipandang sebagai suatu proses akan adanya saling keterkaitan atau saling
mempengaruhinya faktor yang menyebabkan terjadinya pembangunan dimasa yang akan datang.

2.1.1 Sektor – sektor dalam transformasi struktural perekonomian

Menurut World Bank(2004), sektor perekonomian terdiri dari 10 sektor yaitu : sektor pertanian, sektor
pertambangan, sektor industri, sektor energi, sektor gas dan air, sektor kontruksi, sektor perdagangan,
sektor transpostasi dan komunikasi, sektor keuangan, sektor jasa administrasi. Sukirno (2006)
menjelaskan bahwa, berdasarkan lapangan usaha maka sektor – sektor ekonomi dalam perekonomian
Indonesia dibedakan dalam tiga kelompok utama yaitu :

a. Sektor primer, yang terdiri dari sektor pertanian, peternakan, kehutanan,


perikanan, pertambangan dan penggalian.

b. Sektor sekunder, terdiri dari industri pengolahan listrik, gas dan air,
bangunan.

c. Sektor tersier, terdiri dari perdagangan, hotel, restoran, pengangkutan dan


komunikasi, keuangan, sewa dan jasa perusahaan, jasa – jasa lain(termasuk pemerintahan). Pada
umumnya transformasi yang terjadi dinegara berkembang adalah transformasi dari sektor pertanian ke
sektor industri atau terjadinya transformasi dari sektor primer kepada sektor non primer (sekunder dan
tersier).

2.1.2 Faktor – faktor penyebab transformasi struktural perekonomian

1. Faktor Internal :
a. Dari sisi permintaan agregat, faktor yang sangat dominan adalah peningkatan tingkat pendapatan
rata – rata masyarakat yang perubahannya mengakibatkan perubahan dalam selera dan komposisi
barang – barang yang dikonsumsi

b. Dari sisi penawaran agregat, faktor utamanya adalah perubahan teknologi dan penemuan bahan
baku atau material baru untuk berproduksi, yang memungkinkan untuk membuat barang – barang baru
dan akibat relokasi dana investasi serta sumber daya utama lainnya.

2. Faktor Eksternal

a. Kemajuan teknologi yang mempertinggi produktivitas kegiatan – kegiatan ekonomi

b. Perubahan struktur perdagangan global yang antara lain disebabkan oleh peningkatan pendapatn
dunia dan dampak dari kebijakan mengenai perdagangan regional dan internasional.

3. Faktor Lain – lain

a. Peningkatan dalam taraf pendapatan dan taraf hidup penduduk

b. Intervensi pemerinta, kebijakan yang berpengaruh langsung terhada perubahan struktur ekonomi
adalah kebijakan pemberian insentif bagi sektor industri atau tidak langsung lewat kegiatan infrastruktur,

c. Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri (basis ekonomi). Suatu negara yang awal
pembangunan ekonominya sudah memiliki industri – industri dasar yang relatif kuat akan mengalami
proses industriliasasi yang lebih cepat.

2.1.3 Teori utama dalam transformasi struktur perekonomian

1. Teori Arthur Lewis (1960)

Teori dari Arthur Lewis disebut juga teori migrasi dimana Lewis mengasumsikan bahwa perekonomian
suatu negara pada dasarnya terbagi menjadi dua yaitu perekonomian tradisional dipedesaan yang
didominasi sektor pertanian dan perekonomian modern diperkotaan dengan industri sebagai sektor
utama yang tingkat produktivitasnya tinggi. Di pedesaan, tingkat pertumbuhan penduduknya tinggi
sehingga terjadi kelebihan suplai tenaga kerja yang membuat tingkat upah menjadi rendah. Sebaliknya
diperkotaan, sektor industri mengalami kekurangan tenaga kerja yang membuat banyak menarik tenaga
kerja dari sekotr pedesaan ke sektor perkotaan sehingga terjadi proses urbanisasi dan migrasi. Perhatian
utama dari model ini diarahkan pada terjadinya proses pengalihan tenaga kerja, serta pertumbuhan
output dan peningkatan penyerapan tenaga kerja disektro modern.

2. Teori Hollins Chenery (1975)

Teori Hollis Chenery dan Moises Syrquin menyatakan bahwa pembangunan dapat dipandang sebagai
suatu proses transisi multidimensi yang mencerminkan hubungan antar berbagai proses perubahan
didalam suatu negara. Chenery memfokuskan pada perubahan struktur dalam tahapan proses
perubahan ekonomi di suatu negara yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional ke sektor
industri. Hasil penelitian empiris yang dilakukan Chenery dan Syrquin mengindentifikasikan bahwa
sejalan dengan peningkatan pendapatam masyarakat per kapita yang membawa perubahan yang saling
terkait satu dengan yang lainnya dalam komposisi Agregat Demand ( pola permintaan konsumen),
perdagangan luar negerei (ekspor dan impor), Agregat Supply (produksi dan penggunaan faktor – faktor
produksi seperti tenaga kerja dan modal) yang diperlukan guna mendukung proses pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

3. Teori Clark - Fisher (1951)

Pemikiran Clark – Fisher mengenai transformasi struktural adalah pergeseran tenaga kerja dan investasi
dari sektor primer ke sektor sekunder dan kemudian ke sektor tersier. Clark – Fisher berpendapat bahwa
ingin makin tinggi pendapatan suatu negara, maka makin kecil pangsa relatif sektor primer. Clark
menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang disertai dengan transformasi dapat dicapai dengan cara
meningkatkan produktivitas pada setiap sektor. Menurut Clark, makin tinggi pendapatan per kapita suatu
negara makin kecil peranan sektor pertanian dalam menyediakan kesempatan kerja. Namun sebaliknya,
sektor industri makin penting peranannya dalam menampung tenaga kerja. Fisher mengemukakan
bahwa pertumbuhan ekonomi disertai dengan pergeseran permintaan dari sektor primer ke sektor
sekunder dan akhirnya ke sektor tersier yang mengakibatkan perubahan dalam struktur produksi melalui
pergeseran kesempatan kerja dan alokasi dana

4. Teori Kuznets

Simon Kuznets mendukung teori Clark mengenai tahap perkembangan ekonomi. Kuznets meninjau
transformasi struktural dari segi peningkatan pendapatan. Perubahan struktur ekonomi menunjukkan
bahwa sektor pertanian produksinya mengalami perkembangan yang lebih lamban dari perkembangan
produksi nasional dibandingkan tingkat pertumbuhan sektor industri di Indonesia. Selain itu Kuznets juga
menyatakan bahwa ada suatu relasi antara kesenjangan pendapatan dan tingkat pendapatan per kapita
yang membentuk huruf U terbalik. Hipotesis ini didasarkan pada argumentasi Lewis mengenai
perpindahan penduduk dari desa ke kota. Daerah pedesaan yang sangat padat penduduknya
mengakibatkan tingkat upah disektor pertanian sangat rendah dan membuat suplai tenaga kerja yang
berasal dari pertanian talah diserap oleh industru, sehingga perbedaan pendapatan per kapitan antara
desa dan kota menjadi kecil atau tidak ada lagi.

Didalam kelompok negara – negara sedang berkembang, banyak negara yang juga mengalami transisi
ekonomis yang pesat walaupun pola dan prosesnya berbeda antar negara. Varias ini disebabkan oleh
perbedaan antarnegara dalam jumlah faktor internal sebagai berikut :

a. Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri, suatu negara yang awal pembangunan ekonomi
nya sudah memiliki industri – industri dasar seperti mesin, besi, dan baja yang relatif lebih kuat akan
mengalami proses industrialisasi yang lebih cepat dibandingkan negara yang hanya memiliki industri –
industri ringan seperti tekstil, pakaian jadi, makanan, dan minuman.

b. Besarnya pasar dalam negeri, besarnya pasar domestiik ditentukan oleh kombinasi antara jumlah
populasi dan tingkat pendapataan riil per kapita.
c. Pola distribusi pendapatan, walaupun tingkat pendapatan rata – rata perkapita naik, tatapi kalau
distribusinya sangat , kenaikan pendapatan tersebut tidak terlalu berarti bagi pertumbuhan industri -
industri selain industri – industri yang membuat barang sederharna seperti makanan dan minuman.

d. Karakteristik dari industrialisasi,cara pelaksanaan atau strategi pengembangan industri yang


diterapkan, jenis industri yang diunggulkan, pola pembangunan industri, dan insentif yang diberikan

e. Keberadaan sumber daya alam, ada kecenderungan bahwa yang sumber daya alam akan
mengalami pertumbhan ekonomi yang lebih rendah atau terlambat melakukan industrialisasi atau tidak
berhasil melakukan diversifikasi ekonomi ( perubahan struktur) daripada negara yang miskin sumber
daya lama

f. Kebijkan perdagangan luar negeri, banyak negara yang menerapkan kebijakan ekonomi tertutup
atau inward looking, pola dan hasil industrialisasinya berbeda dibandingkan di negara – negara yang
menerapkan kebijakan ekonomi terbuka atau outward looking

2.1.4 Manfaat tranformasi struktural perekonomian

Manfaat transformasi struktural perekonomian antara lain :

a. Laju pertumbuhan untuk mengukur kemajuan ekonomi sebagai hasil pembangunan nasional.

b. Pendapatan perkapitanya digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk, sebab


semakin meningkat pendapatan perkapita dengan kerja konstan semakin tinggi tingkat kemakmuran
penduduk dan juga produktivitasnya.

c. Sebagai dasar pembuatan proyeksi atau perkiraan penerimaan negara untuk perencanaan
pembangunan nasional atau sektoral dan regional

d. Sebagai dasar penentuan prioritas pemberian pembangunan nasional. bantuan luar negeri oleh
Bank Dunia atau lembaga internasional lainnya.

e. Sebagai dasar pembuatan prakiraan bisnis, khususnya persamaan penjualan bagi perusahaan
untuk dasar penyusunan perencanaan produk dan perkembangan sumber daya ( tenaga kerja dan
modal).

2.1.5 Sumber transformasi struktural perekonomian Indonesia

Pertumbuhan ekonomi bisa bersumber dari pertumbuhan permintaan agregat atau pertumbuhan
penawaran agregat. Dari sisi permintaan agregat, peningkatan didalam ekonomi itu bisa terjadi karena
perusahaan negara, yang terjadi atas permintaan masyarakat(konsumen), perusahaan dan pemerintah
meningkat. Yang terdiri dari empat komponen : konsumsi rumah tangga, investasi(termasuk perubahan
stock), konsumsi/ pengeluaran pemerintah, dan ekspor netto. Dari sisi penawaran agregat, pertumbuhan
output bisa disebabkan oleh peningkatan volume dari faktor – faktor produksi yang digunakan.

2.2 Transformasi struktural perekonomian di Indonesia


Dari awal era pemerintahan orde baru hingga sekarang, dapat dikatakan bahwa proses perubahan
struktur ekonomi Indonesia cukup pesat. Akan tetapi pada kenyataannya, pertumbuhan ekonomi tidak
disertai dengan perubahan struktur tenaga kerja yang berimbang. Hal ini yang dikhawatirkan akan
mengakibatkan terjadinya proses kemiskinan dan eksploitasi sumber daya manusia pada sektor primer.
Proses pembangunan ekonomi yang cukup lama dan telah menghasilkan suatu perubahan mendasar
dalam struktur ekonominya. Struktur ekonomi yang tengah dihadapi merupakan suatu struktur yang
tradisional. Dimana keadaannya sedang beralih daris struktur agraris ke industrial sementara dalam hal
birokrasi dan pengambilan keputusan mulai desentralistis. Proses perubahan struktur perekonomian di
Indonesia ditandai dengan :

a. Merosotnya pangsa sektor primer (pertanian)

b. Meningkatnya pangsa sektor sektor sekunder ( Industri)

c. Pangsa sektor jasa kurang lebih konstan, tetapi kontribusinya akan meningkat seiring dengan
pertumbuhan ekonomi.

Transformasi ekonomi merupakan salah satu indikator terjadinya pembangunan perekonomian wilayah.
Jika terjadi proses transformasi maka dapat dinyatakan bahwa telah terjadi pembangunan ekonomi
danperlu pengembangan lebih lanjut, akan tetapi jika tidak terjadi maka pemerintah perlu mengadakan
perbaikan dalam penyusunan perencanaan wilayahnya, sehingga kebijakan pembangunan yang disusun
menjadi lebih terarah agar tujuan pembangunan dapat tercapai.

Pembangunan perekonomian Indonesia

Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua hal yang tidak dpaat dipisahkan.
Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan
pendapatan per kapita penduduk suatu negara meningkat dalam jangka panjang yang disertai oleh
perbaikan sistem kelembagaan. Mulai muncul pandangan bahwa tujuan utama dari usaha pembangunan
ekonomi bukan lagi menitikberatkan pada aspek pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tatapi mengurngai
angka kemiskinan dan ketimpangan. Secara umum pembangunan ekonomi merupakan suatu usaha
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, antara lain menaikkan standar hidup, memperbaiki
tingkat pendidikan, kesehatan, dan persamaah hak untuk memiliki kesempatan dalam memperoleh
semua komponen – komponen penting dari hasil pembangunan ekonomi. Usaha yang dilakukan guna
meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan program – program pemerintah bertujuan untuk mengurangi
kemiskinan dan ketimpangan pendapatan. Pemerintah terus berupaya meningkatkan perekonomian
Indonesia dan tentunya mensejahterakan rakyat Indonesia. Todaro dan Smith menyatakan bahwa
keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara ditunjukkan oleh tiga nilai pokok yaitu :

a. Berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya atau sustence

b. Meningkatnya rasa harga diri atau self esteem masyarakat sebagai manusia

c. Meningkatnya kemampuan masyarakt untuk memilih (freedom for servitude) yang merupakan
salah satu hak asasi manusia.
Unsur – unsur pokok dalam pembangunan ekonomi :

a. Suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi secara terus – menerus

b. Usaha untuk meningkatkan pendapatan per kapita

c. Peningkatan pendapatan per kapita itu harus terus berlangsung dalam jangka panjang

d. Perbaikan sistem kelembagaan disegala bidang

Indonesia telah membuat renacan pembangunan jangka panjang untuk tahun 2005 - 2025. Rencana ini
dibagi menjadi ke dalam periode lima tahun, masing – masing dengan prioritas pembangunan yang
berbeda.

Pertumbuan perekonomian Indonesia

Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang
dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.
Pertumbuhan ekonomi hanyalah merupakan salah satu aspek saja dari pembangunan ekonomi yang
lebih menekan kan pada peningktan output agregat khususnya output agregat perkapita. 5 faktor utama
yang mempengaruhi pertumbuihan ekonomi suatu negara :

a. Sumber Daya Manusia, merupakan faktro terpenting dalam proses pembangunan, cepat
lambatnya proses pembangunan tergantung kepada sejauh mana sumber daya manusia selaku subjek
pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan proses pembangunan.

b. Sumber Daya Alam, sebagian negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam dalam
melaksanakan proses pembangunannnya. Namun, sumber daya alam saja tidak menjamin keberhasilan
proses pembangunan ekonomi, apabila tidak didukung oleh kemampuan sumber daya manusianya
dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia.

c. Akumulasi modal termasuk semua investasi baru yang berwujud peralatan, sumber daya modal
dibutuhkan manusai untuk mengolah Sumber Daya Alam dan meningkatakak kualitas IPTEK. Sumber
daya modal dapat berupa barang 0 barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran
pembanguan ekonomi karena barang – barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.

d. Sumber daya institusi atau sistem kelembagaan

e. Kemajuan IPTEK, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknlogi yang semakin pesat mendorng
adanya percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan
manusia digantikan oleh mesin – mesin canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantias
serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada
percepetan laju pertumbuhan perekonomian.

2.2.1 Tahap pertumbuhan ekonomi Indonesia

1. Era Orde Lama (1945 – 1966)


Ketidakstabilan politik dan seringnya kabinet berganti membuat perekonomian pun kurang berkembang
dengan baik. Pertumbuhan ekonomi mengalami kemunduran yang drastis dari 6,9 5 pada periode 1952 –
1958 menjadi hanya 1,9% saat periode 1960n – 1965. Ketika itu harga – harga terus menerus naik karena
terjadinya defisit anggaran belanja pemerinta yang terus meningkat setiap tahunnya yang kemudian
dibiayai dengn mencetak uang baru. Hingga pada akhir kekuasaan pada tahun 1966 laju inflasi terus
meningkat hingga 650 %.

2. Era Orde Baru (1966 – 1997)

Pada masa ini, perekonomian Indonesai ini masih tidak menentu.Dari segi ekonomi saja banyak sekali
masalah pelik yang diwariskan oleh orde lama kepada orde baru. Untuk membuat perekonomian lebih
baik pemerintah membagi dalam program jangka pendek dan jangka panjang. Dimana dalam program
jangka pendek ditempuh dalam dua tahun dengn empat tahap penyelamatan. Setelah dua tahun
dilanjutkan dengan program dengan jangka panjang atas rangkaian Rencana Pembangunan Lima Tahun
(Repelita). Pada era orde baru ini, terjadi krisis yang berkelanjutan dari krisis moneter, krisis ekonomi,
krisis politik, hinggan krisis sosial yang selalu diwarnai aksi demontrasi mahasiswa. Strategi industrialisasi
import yang diterapkan pemerintah ternyata gagal membawa perekonomian Indonesia lebih baik dan
mengurangu kesenjangan dengan negara – negara maju. Perekonomian Indonesia malahan semakin
terpuruk karena fundamentalnya kurang kuat memegang sektor industri.

3. Masa Reformasi (1998 – sekarang)

Krisis moneter berlanjut dengan krisis ekonomia masih belum bisa dipisahkan pada masa reformasi ini.
Walaupun ada pertumbuhan sekitar 6% untuk tahun 1997 dan 5,5% untuk tahun 1998 namun belum
menunjukkan tanda – tanda pemulihan karena laju inflasi sekitar 10%. Sejak tahun 1999 hingga
sekarang, pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin menunjukkan kearah yang lebih baik. Kamar
Dagang dan Industri Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun 2010 – 2014 sekitar 6,3%
sampai 6,9% dengan pertumbuhan di tahun 2010 sebesar 7% - 7,2%. Namun semuanta itu bergantung
pada fluktuasi stabilitas sosial, politik, dan keamanan negara.

2.2.2 Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia

Faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak terlepas dari kesenjangan
sosial dalam pengelolaan pereknomian, dimana para pemilik modal besar selalu mendapatkan
kesempatan yang lebih luas dibanding dengan pengusaha kecil dan menengah. Selain itu akses untuk
mendapatkan bantuan modal keperbankan juga lebih memihak kepada para pengusaha besar dan
pertumbuhan ekonomi perdagangan internasional juga memberikan dampak yang cukup besar terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ketidakpastian perekonomian dan perdagangan dunia yang semakin
meningkat menyebabkan kemungkinan pertumbuhan ekonomi yang kurang membanggakan bagi
bangsa Indonesia. Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia sacara
umum :

a. Faktor Produksi, yaitu harus mampu memanfaatkan tenaga kerja yang ada, dan penggunaan bahan
baku industri dalam negeri semaksimal mungkin
b. Faktor investasi, yaitu dengan membuat kebijakan investasi yang tidak rumit dan berpihak pada
pasar

c. Faktor perdagangan Luar Negeri dan Neraca Pembayaran, harus surplus sehingga mampu
meningkatkan cadangan devisa dan menstabilakn nilai rupiah

d. Faktor Kebijakan Moneter dan Inflasi, yaitu kebijakan terhadap nilai tukar rupiah dan tingkat suku
bunga ini juga harus antisipasif dan dapat diterima pasar.

e. Faktor keuangan Negara, yaitu berupa kebijakan fiskal yang kontruktif dan mampu untuk
membiayai pengeluaran pemerintah (atau tidak defisit)

2.2.3 Proses transformasi struktural perekonomian Indonesia

Perkembangan ekonomi Indonesia selama masa 25 tahun berselang di lihat dari sudut pandang tentang
pembangunan ekonomi sebagai proses transisi yang dalam perjalanan waktu ditandai oleh transformasi
multidimensional dan menyangkut perubahan pasa struktur ekonomi (Soemitro Djojohadikusumo,
1993). Perkembangan transformasi struktural perekonomian Indonesia terbagi menjadi beberapa bagian
yaitu :

a. Proses Akumulasi Sumber Daya Produksi

Sumber daya produksi adalah aset – aset produktif atau faktor – faktor produksi (tanah, tenaga kerja,
kapital produksi) diperlukan peningkatan atau tambahan faktor – faktor produksi. Akumulasi
menyangkut proses pembinaan sumber daya produksi atau productive resources untuk meningkat
kemampuan berproduksi secara kontinu. Selama masa pembangunan 25 tahun telah terjadi akumulasi
sumber daya produksi dalam jumlah yag besar dan berarti.

b. Proses Alokasi Sumber Daya Produksi

Sumber daya produksi khususnya investasi sangat penting bagi pembangunan baik secara kuantatif
(menyangkut jumlahnya) maupun secara kualitatif ( menyangkut alokasinya). Alokasi sumber daya
produksi dalam proses pembanguan menyangkut pola penggunan sumber daya produksi antar sektor,
antar daerah dan antar lingkungan kota dan daerah pedesaan. Selama Pembangunan Jangka Panjang
Tahap 1 telah terjadi perubahan struktural dibidang produksi dan perdagangan, namun mengenai
kesempatan kerja tetap statis.

c. Proses Distribusi Pendapatan

Ketimpangan dalam distribusi pendapatan ( baik antar kelompok berpendapatan antar daerah perkotaan
dan pedesaan atau kawasan dan provinsi) dan kemiskinan merupakan dua masalah yang masih
mewarnai perekonomian Indonesia. Masalah distribusi pendapatan menyangkut kemiskinan, baik
kemiskinan absolut maupun ketimpangan relatif. Distribusi pendapatan dan kemiskinan hendaknya
dilihat dalam kerangka acuan suatu analisis, bersamaan dan berkaitan dengan proses akumulasi dan
alokasi. Dengan kata lain, akumulasi alokasi dan distribusi harus dilihat dalam saling keterkaitannya dan
dalam kerangka acuan yang mencakup dinamika dalam proses transformasi secara menyeluruh selama
masa transisi (Soemitro Djojohadikusumo, 1993).

d. Proses Perubahan Institusional atau Kelembagaan

Kesenjangan mengandung dimensi ekonomis-sosiologis dan dimensi ekonomis-regional :

1. Dimensi Ekonomis – Sosiologis

Menyangkut ketimpangan pada perimbangan kekuatan di antara golongan-golongan pelaku ekonomi,


yaitu secara spesifik: antara saudagar besar di bidang niaga dan industri, golongan pedagang perantara
(tengkulak) dan golongan produsen kecil (petani rakyat, pengrajin, pengusaha industri kecil atau
menengah, pedagang eceran). Golongan produsen kecil/ menengah meliputi sebagian besar rakyat
penduduk sebagai produsen dan sekaligus sebagai konsumen. Kedudukan ekonominya sangat lemah
dihadapkan dengan kekuatan saudagar besar dan para pedagang perantara dala jaringan mata rantai
niaga dan industri.

Salah satu sasaran pokok kebijaksanaan pembangunan ialah mewujudkan perubahan struktural di
bidang ekonomi-sosiologis dalam arti: transformasi dari ketimpangan menjadi keseimbangan di antara
kekuatan-kekuatan golongan saudagar besar, golongan pedagang perarntara, golongan produsen kecil.
Kepentingan produsen-kecil dan menengah itu ada di bidang pertanian, perkebunan, kehutanan,
perikanan, peternakan maupun di bidang perindustrian, pengangkutan dan perdagangan. Kesempatan
usaha lebih banyak dimanfaatkan oleh kaum saudagar dengan konglomeratnya. Hal ini cenderung
menambah lagi pemusatan kekayaan dan kekuatan ekonomi yang pada gilirannya mengganggu
pembagian pendapatan secara lebih merata. Dalam hubungan dengan ketimpangan pada perimbangan
kekuatan pelaku ekonomi harus dilihat peran gerakan koperasi sebagai alat perjuangan ekonoi bagi kaum
produsen kecil.

2. Dimensi Ekonomis Regional

Dalam kaitan ketidakseimbangan perekonomian antar daerah, kita dihadapkan dengan suatu dilema
yang disebut dualisme teknologis. Dilema dualisme teknologis ini ditunjukkan oleh gejala :

a. Adanya perbedaan dan ketimpangan pola dan laju pertumbuhan di antara berbagai kawasan dalam
batas suatu nwegara (atau secara regional dan internasional di berbagai belahan dunia)

b. Perbedaan tersebut tidak semakin berkurang, melainkan cenderung menjadi semakin besar.

c. Kesemuanya itu disebabkan karena adanya apa yang dikenal sebagai cumulative causation, yaitu
proses sebab-akibat yang mengandung dampak secara kumulatif.

d. Kalau hal itu dibiarkan tanpa intervensi kebijaksanaan negara, maka perkembangan proses
cumulative causation selanjutnya akan menciptakan dua lingkaran kegiatan sekaligus yaitu lingkaran
kegiatan yang semakin bermanfaat (various circle) bagi kawasan yang sudah maju dan lingkaran yang
banyak membawa mudarat (vacious circle) bagi kawasan yang ketinggalan.
2.2.4 Kebijakan transformasi struktural perekonomian Indonesia

Program penyesuaian ekonomi struktural dan reformasi ekonomi yang dilakukan pemerintah Indonesia
sejak anjloknya harga minyak di pasar dunia pada pertengahan tahun 1980-an mencakup empat kategori
besar, yaitu :

1. Kebijakan Pengaturan Nilai Tukar Rupiah

Dalam tahun 1986 – 1987 pemerintah tetap menganut sistem devisa bebas yang diperlukan guna
mendorong kegiatan invstasi yang diperlukann guna mendorong kegiatan investasi, produksi dalam
negeri dan ekspor. Selain itu, dengan pengelolaan nilai tukar yang mengambang terkendali, pemerintah
tetap berusaha agar perkembangan nilai tukar rupiah selalu mencerminkan perkembangan yang realistis
untuk mempertahankan daya saing barang ekspor serta memelihara kepercayaan masyarakat terhadap
rupiah yang pada gilirannya akan memberikan dampak positif terhadap perekonomian secara
keseluruhan. Mengingat penerimaan devisa hasil ekspor yang semakin menurun sebagai akibat
merosotnya harga minyak bumi sejak permulaan tahun 1986 dan untuk mengurangi tekanan terhadap
nerraca pembayaran, pemerintah pada 12 September 1986 mendevaluasikan rupiah terhadap dollar AS
sebesar 31%. Tindakan tersebut disamping dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing barang ekspor
non migas dan menciptakan iklim usaha yang lebih menarik bagi penanaman modal, juga sekaligus
untuk mencegah terjadinya aliran modal ke luar negeri. (Laporan Bank Indonesia Tahun 1986 sampai
1987).

2. Kebijakan Fiskal dan Keuangan Negara

Dalam rangka meningkatkan penerimaan dalam negeri yang sekaligus dapat mendorong kegaitan dunia
usaha, tahun 1983 – 1984 pemerintah memperbarui sistem perpajakan yang berlaku, sistem yang
perpajakan yang baru tersebut terdiri dari :

a. UU tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan ( UU No. 6 tahun 1983)

b. UU tentang Pajak Penghasila( UU No. 7 tahun 1983)

c. UU tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan ata Barang Mewah ( UU
no. 8 tahun 1983).

3. Kebijakan Keuangan dan Moneter atau Perbankan

Tanggal 1 Juni 1983 pemerintah mengambil serangkaian kebijaksanaan yang mendasar yang dikenal
“Kebijaksanaan Moneter 1 Juni 1983”. Kebijaksanaan moneter tersebut dimaksudkan untuk meletakkan
landasan-landasan yang kokoh bagi perkembangan perbankan yang lebih sehat di masa mendatang. Ciri
pokok kebijaksanaan tersebut:
a. Bank-bank pemerintah diberi kebebasan penentuan sendiri suku bunga depositi maupun bunga
pinjaman (kecuali kredit berprioritas tinggi). Disamping itu, pungutan pajak atas bunga, deviden dan
royalty (PBDR) atas penerimaan bunga deposito valas dihapuskan.

b. Bantuan kredit likuiditas Bank Indonesia mulai dikurangi

c. Pagu kredit dan sebagian besar ketentuan pemberian pinjaman dihapus

d. Sejak 1 Februari 1984 Bank Indonesia menerbitkan SBI (Sertifikat Bank Indonesia) dan menyediakan
fasilitas diskonto. Dengan SBI ini bank dapat memanfaatkannya untuk menanamkan kelebihan
sementara likuiditasnya sebelum dipinjamkan kepada nasabah. Fasilitas diksonto merupakan bantuan
dari Bank Sentral sebagai “lender of last resort”, yaitu upaya terakhir bank-bank dalam hal bank-bank
tersebut mengalami kesulitan dana yang bersifat sementara.

4. Kebijakan Perdagangan dan Deregulasi Sektor Riil dan Moneter

a. Kebijakan Perdagangan

i. Sejak 19 Desember 1984, APE (Angka Pengenal Ekspor, atau APES


(Angka Pengenal Ekspor Sementara) dapat digunakan untuk melaksanakan ekspor dari seluruh wilayah RI
yang sebellumnya hanya terbatas pada wilayah-wilayah tertentu saja.

ii. Bulan April 1985 dikeluarkan Instruksi Presiden No. 4 Tahun 1985
(dikenal Inpres No. 4 / 1985) tentang penyederhanaan arus barang di pelabuhan untuk menunjang
kegiatan ekonomi khususnya untuk mendorong peningkatan ekspor non-migas. Kebijaksanaan ini
merupakan awal deregulasi di bidang perdagangan yang menyangkut perombakan dan
penyederahanaan tata laksana ekspor, pelayaran antar pulau, pengurusan barang dan dokumen,
keagenan umum perusahaan pelayaran, dan tata laksana operasional.

iii. Untuk mendorong ekspor non migas pada tahun-tahun berikutnya,


pemerintah menetapkan serangkaian kebijaksanaan penyelematan, antara lain paket 6 mei 1986 (dikenal
Pakem 1986) yang intinya untuk meningkatkan penerimaan devisa negara dari ekspor nonn-migas dan
beberapa kemudahan dalam penanaman modal asing. (Rustian Kamaluddin, 1989)

b. Deregulasi Sektor Riil dan Moneter

Dibidang ekonomi riil (produksi, pengangkutan, pemasaran) masih dialami banyak hambatan dan
rintangan karena adanya berbagai peraturan dan ketentuan administratif yang berbelit-belit dan sering
tumpang tindih. Hal itu menjadi sumber distorsi dalam proses perekonomian dan belakangan ada
ketentuan-ketentuan baru yang berakibat bertambahnya berbagai rupa monopoli. Pengaturan niaga
yang menciptakan monopoli kini juga dilakukan oleh beberapa pemerintah daerah.

2.2.5 Saluran transformasi struktural perekonomian Indonesia

Saluran transformasi struktural perekonomian di Indonesia dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :
1. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu penggerak utama dalam proses transformasi struktural ekonomi di
Indonesia. Pemerintah harus mampu menutup kekurangan keterampilan di Indonesia yang akan
meningkatkan mutu pendidikan disemua tingkatan, serta memperluasdan meningkatkan mutu pusat –
pusat pelatihan . Para lulusan lembaga pendidikan dan tenaga kerja perlu dibekali dengan ketrampilan
teknis dan perilaku yang tepat. Semua program peningkatan taraf pendidikan yang dicanangkan
pemerintah merupakan prioritas uatam dari pembangunan pendidikan di Indonesia.

2. Migrasi tenaga kerja

Supply tenaga kerja disektor pertanian meningkat menyebabkan tingkat upah yang rendah. Untuk itu
peralihan tenaga kerja disektor pertanian ke sektor industri manufaktur atau jasa akan membuat tingkat
upah lebih tinggi.

3. Sistem Pemerintahan

Dalam pemerintahan Orde Baru yang memiliki sistem pola pikir totaliter dengan adanya transformasi
struktural ekonomi berubah menajdi pemerintahan yang demokrasi. Dimana hal ini dapat dilihat dalam
implementasinya bahwa kepala daerah dipilih langsung oleh rakyat.

2.2.6 Studi Kasus

Dalam studi kasus pertumbuhan perekonomian Indonesia dapat diambil contoh dari pertumbuhan
ekonomi DKI Jakarta pada masa kepemimpinan gurbernur Bapak Ahok yaitu sebagai berikut:

Data pertumbuhan ekonomi di Jakarta dari Badan Pusat Statistika Jakarta cenderung fluktuatif. Ahok
menjadi gurbernuh mulai tahun 2014 pada kuartal ke 4, pada kuartal ini sempat mengalami angka yang
sangat tinggi yaitu 6,16%, hal ini membuat pertumbuhan ekonomi semakin terdorong ketika ada
beberapa hal seperti ketika bbm ke sektor riil. Lalu pada kuartal pertama tahun 2015 mengalami
penurunan 5,54% dan mengalami penurunan lagi pada kuartak kedua tahun 2015 sebesar 5,33%.
Namun pada kuartal ke 3 tahun 2015 mengalami kenaikan yang melesat menjadi 6,12% dan terus
mengalami kenaikan pada kuartal ke 4 yaitu 6,48%. Bila kita bandingkan,Jakarta sendiri memang menjadi
salah satu timbunan sentralisasi karena pemerintahan pusat Indonesia berada di Jakarta, dan pusat
bisnis juga dijakarta, maka tidak heran semua orang ingin melakukan urbanisasi ke Jakarta. Di Jakarta
terdapat 10 juta penduduk dan semua kebijakan se Indonesia ada di Jakarta maka semua orang ingin
mengadu nasib di Jakarta. Dengan demikian padatnya penduduk menjadi salah satu hal yang harusnya
bisa menopang pertumbuhan ekonomi Jakarta karena dengan total populasi tersebut dibandingan
dengan data di BPS nasional dimana 56% pertumbuhan ekonomi Indonesia masih ditopang oleh hobi
berbelanja masyarakat. Pemerintahan berharap dari 7 juta penduduk Jakarta akan berkontribusi
terhadap pertumbuhan ekonomi di domestic Jakarta.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Pada dasarnya suatu perubahan pada bidang tertentu akan membawa berbagai dampak entah itu lebih
baik atau buruk. Dalam era globalisasi ini perubahan yang paling mendasar adalah sektor ekonomi
dimana sektor ini membawa akibat kepada perubahan sektor sosial, tenaga kerja, maupun sektor- sektor
lainnya. Sesuai dengan hukum perubahan yang mengatakan bahwa tidak ada sesuatu yang abadi kecuali
perubahan itu sendiri,maka terjadinya transformasi struktural perekonomian jelas tidak bisa ditolak.
Akan tetapi bila suatu objek tersebut mengambil langkah yang sesuai pastinya tidak akan
menjerumuskan ke arah yang lebih buruk. Dengan demikian, proses transformasi perekonomian
merupakan simulator bagi bangsa Indonesia untuk menghilangkan berbagai hambatan internal yang ada,
sekaligus menjawab tantangan – tantangan eksternal yang muncul.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.academia.edu/8888372/Proses_Transformasi_Struktural

http://www.geocities.ws/mas_tri/TransformasiStruktural.pdf

http://catatankuliahfethamrin.blogspot.co.id/2013/01/transformasi-struktural-perekonomian.html

http://dwipancaagustini.blogspot.co.id/2013/06/kebijakan-pembangunan-ekonomi.html

Anda mungkin juga menyukai