Anda di halaman 1dari 12

Kebijaksanaan Pembangunan Di Sektor Industri Dan Perdagangan

Pembangunan Ekonomi Memerlukan Koordinasi Sebab


Setiap Sektor Harus Tumbuh Dalam Relasi Yang Benar Antara Satu
Dengan Lainnya Ataukah Mereka Tidak Dapat Tumbuh Sama Sekali
Ia Mendukung Pengelolaan Proses Industrialisasi Yang Terjadi
Dalam Banyak Sektor Untuk Mencapai Balanced Growth

( ARTHUR LEWIS 1955 )

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebijakan ekonomi mengacu pada tindakan sebuah kebijakan pemerintah dalam
mengambil kebijakan atau keputusan di bidang ekonomi, kebijakan ini dapat pula mencakup
di dalamnya sistem untuk menetapkan sistem perpajakan, suku bunga dan anggaran
pemerintah serta pasar tenaga kerja, kepemilikan nasional, dan otonomi daerah dari intervensi
pemerintah ke dalam perekonomian. Kebijakan ekonomi merupakan seperangkat
perencanaan yang mengacu pada tindakan, pernyataan, dan pengaturan yang dibuat oleh
pemerintah dalam mengambil keputusan di bidang ekonomi dan menyangkut kepentingan
umum.
Dalam menghadapi era persaingan global tidak ada pilihan selain meningkatkan
daya saing nasional. Untuk mempertahankan dan meningkatkan daya saing nasional dalam
rangka mewujudkan pembangunan yang berkesinambungan diperlukan suatu arah kebijakan
pembangunan nasional dengan paradigma baru. Era reformasi yang berkembang sejak 1998
telah membawa banyak perubahan di berbagai bidang. Pemusatan kekuatan ekonomi nasional
pada sekelompok tertentu telah surut seiring dengan terjadinya krisis ekonomi dan moneter.
Paradigma pembangunan ekonomi yang semula lebih berorientasi pada pertumbuhan
industri dan perdagangan berskala besar telah bergeser kepada pembangunan ekonomi yang
lebih ditekankan pada ekonomi kerakyatan. Perubahan paradigma tersebut telah berpengaruh
terhadap proses pemulihan ekonomi yang tercermin dari beberapa indikator ekonomi.

B. Rumusan Masalah
Berkaitan dengan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka masalah
pokok dalam penulisan ini adalah: Bagaimana kebijaksanaan pembangunan di sektor
Perdagangan dan Indutri. Yang akan di bagi dalam beberapa sub pokok masalah , yaitu
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah arah kebijaksanaan pembangunan di sektor Perdagangan ?
2. Bagaimanakah arah kebijaksanaan pembangunan di sektor Industri ?

3. Bagaimana Pengaruhnya terhadap pembangunan perekonomian ?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini, selain sebagai sayarat

kelulusan pada mata kuliah Perekonomian Indonesia , kami juga ingin mengetahui tentang

arah kebijaksanaan pembangunan di sektor Perdagangan dan Industri .

BAB II
PEMBAHASAN

A. Selayang Pandang Kebijakan Perekonomian

Pembangunan nasional merupakan upaya semua komponen bangsa yang


dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan bernegara sebagaimana diamanatkan oleh
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan berdasarkan Pancasila.
Pencapaian Tujuan ini dilaksanakan secara bertahap, mulai dari jangka panjang, jangka
menengah, hingga tahunan. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025
menggariskan Visi Indonesia tahun 2025 yaitu Indonesia Yang Mandiri, Maju, Adil Dan
Makmur yang pelaksanaannya dibagi ke dalam 4 (empat) tahap pembangunan jangka
menengah. Pembangunan tahun 2014 berada pada tahap jangka menengah yang kedua yang
arahnya digariskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2010-2014 dengan visi Indonesia Yang Sejahtera, Demokratis, Dan Berkeadilan.
Pembangunan nasional dipahami sebagai pelembagaan proses pembangunan
multidimensional pada arah perubahan struktur yang alami. Paradigma baru pembangunan
Indonesia didasarkan pada paradigma pembangunan manusia sebagari kunci dari proses
pembangunan.
Kegiatan manusia diketahui amat beragam yang sebagian besar difokuskan pada
sejumlah kegiatan ekonomi. Beberapa kegiatan ekonomi berada dalam lingkup masyarakat
disebut sebagai sektor-sektor ekonomi. Sektor-sektor ekonomi di Indonesia sebagian besar
didominasi oleh proses kegiatan ekonomi yang berdasarkan potensi sumber daya ekonomi.
Potensi sumber daya ekonomi yang paling banyak dimanfaatkan sebagai input dalam proses
kegiatan ekonomi adalah sumber daya alam, baik yang terbarui maupun yang tidak terbarui.
Sebagian besar pengelolaan sumber daya tersebut berada dalam lingkup kegiatan ekonomi
pertanian, industri, dan perdagangan dalam satu lingkaran kegiatan sekaligus, meskipun
masih dalam skala yang masih terbatas.
Isu strategis yang saat ini berkembang dalam wacana pembangunan nasional
Indonesia adalah bagaimana upaya memperbesar skala dari lingkup keterkaitan kegiatan
ekonomi pertanian, industri, dan perdagangan itu dalam rangka lebih mendorong peningkatan
kesejahteraan rakyat. Salah satu konsep yang ditawarkan adalah mencoba meningkatkan
potensi sumber daya ekonomi dalam negeri (lokal) melalui kebijaksanaan pengelompokan
industri (industrial cluster policy). Keluaran dari kebijaksanaan ini adalah terciptanya suatu
formula keterkaitan sisi kelembagaan pembangunan lintas sektor yang tinggi antara sektor-
sektor primer dengan sektor-sektor sekunder dan sektor-sektor tersier (atau sektor jasa).
Sementara itu pada sisi sumber daya terjalin keterkaitan yang tinggi antara sektor-sektor hulu,
sektor antara, dan sektor hilir.

B. Kebijaksanaan Pembangunan Di Sektor Industri


1. Transformasi Kebijakan Pembangunan Di Sektor Industri
a. Selayang Pandang
Industri manufaktur mungkin dapat dikatakan lebih mencerminkan kebijakan
perekonomian indonesia pasca 1966 ketimbang sektor industri lainnya . Perubahan struktur
ekonomi dan teknologi berkembang sangat pesat. Industri manufaktur berorientasi ekspor
menjadi salah satu mesin pertumbuhan utama perekonomian indonesia.
Sampai saat ini , perindustrian nasional telah mendapatkan perhatian yang cukup
pesat , mulai dari pengembangan sarana dan prasarana penunjang sampai pada pemingkatan
kualitas SDM, yang nantinya diharapkan dapat mengembangkan perindustrian nasional dan
mendorong pembangunan perekonomian indonesia .
Pembangunan industri, sebagai motor penggerak perekonomian, akan terus didorong
perannya karena telah terbukti memberi kontribusi yang berarti terhadap pembangunan
nasional. Mengingat perannya yang strategis, sektor industri khususnya industri manufaktur,
perlu ditingkatkan kinerjanya. Berbagai upaya perbaikan untuk mengatasi dampak krisis
ekonomi terhadap kemerosotan kinerja sektor industri telah dilakukan, namun kinerja itu
tampaknya belum sepenuhnya pulih. Hal ini disebabkan adanya permasalahan yang
membutuhkan perhatian dan perlu segera diatasi. Pertumbuhan industri manufaktur non-
migas selama triwulan I tahun 2011 mampu tumbuh sebesar 5,75%. Pertumbuhan ini jauh
lebih tinggi dari pertumbuhan selama tahun 2010 sebesar 5,09%.

LAPANGAN USAHA 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Makanan, Minuman dan Tembakau 2,75 7,21 5,05 2,34 11,22 2,73 4,01

Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki 1,31 1,23 -3,68 -3,64 0,60 1,74 10,39

Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. -0,92 -0,66 -1,74 3,45 -1,38 -3,50 -0,40

Kertas dan Barang cetakan 2,39 2,09 5,79 -1,48 6,34 1,64 4,24

Pupuk, Kimia & Barang dari karet 8,77 4,48 5,69 4,46 1,64 4,67 -0,07

Semen & Brg. Galian bukan logam 3,81 0,53 3,40 -1,49 -0,51 2,16 4,26

Logam Dasar Besi & Baja -3,70 4,73 1,69 -2,05 -4,26 2,56 18,22

Alat Angk., Mesin & Peralatannya 12,38 7,55 9,73 9,79 -2,87 10,35 8,84

Barang lainnya 2,61 3,62 -2,82 -0,96 3,19 2,98 1,14

Industri Non Migas 5,86 5,27 5,15 4,05 2,56 5,09 5,75
Namun demikian, industri manufaktur masih menghadapi tantangan yang harus
segera diatasi. Belum berkembangnya industri bahan baku dan industri penunjang di dalam
negeri merupakan masalah utama yang dihadapi. Kondisi ini berakibat pada lemahnya
keterkaitan antara industri hulu dan hilir, sehingga struktur industri secara keseluruhan
menjadi rentan. Dampaknya tercermin dari besarnya ketergantungan komponen impor bahan
baku dan setengah jadi pada industri kimia, otomotif, dan elektronika.
Terbatasnya sarana dan prasarana yang ada dalam mendukung pembangunan industri
di daerah juga menjadi masalah yang perlu segera diatasi. Keterbatasan infrastruktur, seperti
di wilayah timur Indonesia, pedalaman maupun perbatasan, yang menyebabkan
pembangunan industri, terutama industri kecil sulit berkembang, berpotensi menimbulkan
kesenjangan pembangunan antar daerah.
Masalah lain yang menuntut perhatian bersama adalah lemahnya penguasaan
teknologi industri. Fakta di pasar menunjukkan bahwa sebagian besar produk lokal dihasilkan
oleh industri berbasis teknologi rendah, yakni industri yang menghasilkan nilai tambah relatif
rendah. Kondisi ini juga disebabkan oleh belum terpadunya pengembangan iptek di lembaga-
lembaga penelitian yang tersebar di berbagai instansi dengan dunia industri. Ketertinggalan
atas penguasaan teknologi membuat daya saing produk industri lemah dalam menghadapi
persaingan yang semakin ketat. Di pasar lokal, daya saing produk kita semakin terancam
akibat belum meluasnya penerapan standarisasi nasional.

2. Kebijakan Industri Nasional


Kebijakan Industri Nasional (KIN) diamanatkan dalam Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 28 Tahun 2008 merupakan suatu arahan dan kebijakan jangka menengah
maupun jangka panjang, dalam rangka mempercepat proses industrialisasi untuk mendukung
pembangunan ekonomi nasional sekaligus mengantisipasi dampak negatif globalisasi dan
liberalisasi ekonomi dunia dan perkembangan di masa yang akan datang.
Visi Industri 2025: membawa Indonesia pada tahun 2025 menjadi Sebuah Negara
Industri Tangguh di Dunia. Visi antara : membawa Indonesia pada tahun 2020 menjadi
Negara Industri Maju Baru.
a. Tujuan Pembangunan Industri Nasional
Tujuan Jangka Menengah
1. Mampu memberikan nilai tambah bagi perekonomian dan menyerap tenaga kerja.
2. Mampu menguasai pasar dalam negeri dan meningkatkan ekspor.
3. Mampu mendukung perkembangan sektor infrastruktur
4. Mampu memberikan sumbangan terhadap penguasaan teknologi nasional
5. Mampu meningkatkan pendalaman struktur industri dan mendiversifikasi jenis-jenis
produksinya.
6. Tumbuh menyebar ke luar Pulau Jawa.
Tujuan Jangka Panjang
Membangun industri dengan konsep pembangunan berkelanjutan yang didasarkan
pada :
1. Pembangunan ekonomi,
2. Pembangunan sosial, dan
3. Pembangunan lingkungan hidup.
b. Sasaran Pembangunan Industri Nasional
Jangka Menengah
1) Terselesaikannya permasalahan yang menghambat, dan rampungnya program revitalisasi,
konsolidasi dan restrukturisasi industri yang terkena dampak krisis dan bencana
2) Tumbuhnya industri yang mampu menciptakan lapangan kerja yang besar
3) Terolahnya potensi sumber daya alam daerah menjadi produk olahan
4) Semakin meningkatnya daya saing industri untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri dan
ekspor
5) Tumbuhnya industri-industri potensial yang akan menjadi kekuatan penggerak pertumbuhan
industri di masa depan
6) Tumbuh berkembangnya IKM, khususnya industri menengah sekitar dua kali lebih cepat
daripada industri kecil
Jangka Panjang
1. Kuatnya jaringan kerjasama (networking) antara IKM dan industri besar serta industri di
dunia.
2. Kuatnya industri manufaktur sehingga menjadi world class industry
3. Seimbangnya sumbangan IKM terhadap PDB dibandingkan sumbangan industri besar

3. Progran Peningkatan Daya Saing Industri Prioritas


a. Sasaran Peningkatan Daya Saing
1) Penciptaan lapangan kerja sebanyak
2) Penciptaan lapangan usaha dan pemerataan pembangunan industri ke seluruh wilayah
3) Mengurangi defisit neraca perdagangan terutama karena tingginya ketergantungan impor
terhadap barang modal
4) Meningkatkan nilai tambah di dalam negeri melalui pengolahan sumber daya alam, baik yang
berbasis agro maupun mineral
5) Sebagai motor penggerak bagi pencapaian target pertumbuhan industri nasional
6) Untuk mencapai Key Performance Indicator (KPI) Menteri Perindustrian dalam Kabinet
Indonesia Bersatu II

b. Fokus Pengembangan Industri Prioritas


1. Industri Padat Karya
Program peningkatan daya saing industri padat karya dilaksanakan melalui: program
restrukturisasi permesinan untuk industri tekstil dan produk tekstil serta alas kaki,
pengembangan bahan baku alternatif, pengembangan desain dan merek, serta program P3DN
untuk pengadaan barang dan jasa pemerintah dan BUMN/BUMD.
2. Industri Kecil dan Menengah (IKM)
Industri Kecil dan Menengah (IKM) yang diprioritaskan adalah industri kreatif,
seperti industri fesyen, kerajinan dan barang seni, serta terus mendorong pengembangan
industri pangan, sandang dan kerajinan melalui konsep One Village One Product (OVOP).
Program peningkatan daya saing Industri Kecil dan Menengah adalah modernisasi peralatan
IKM, pendidikan dan pelatihan, promosi serta fasilitasi Kredit Usaha Rakyat (KUR).
3. Industri Barang Modal
Program pengembangan industri barang modal dalam negeri adalah pemberian
berbagai fasilitas dan insentif fiskal berupa tax allowance, pembebasan bea masuk, tax
holiday, serta dukungan kemudahan kredit perbankan.
4. Industri Berbasis Sumber Daya Alam
Untuk mendorong tumbuhnya investasi industri berbasis sumber daya alam dalam
rangka meningkatkan nilai tambah di dalam negeri, Pemerintah sedang mengupayakan
fasilitas tax holiday, tax allowance, dukungan fasilitasi pembangunan infrastruktur (jalan,
pelabuhan, energi, air bersih, dll) melalui dukungan pemerintah maupun swasta (PPP).
5. Industri Pertumbuhan Tinggi
Program peningkatan daya saing industri kendaraan bermotor dan elektronika,
dilakukan melalui pemberian fasilitas insentif fiskal, pembebasan PPnBM dan pembebasan
bea masuk barang modal, bahan baku dan komponen yang dibutuhkan untuk produksi dalam
negeri.
6. Industri Prioritas Khusus
Program pengembangan industri pupuk, pemerintah merencanakan untuk
membangun 6 (enam) pabrik pupuk NPK dan merevitalisasi 6 (enam) pabrik pupuk,
sedangkan program pengembangan industri petrokimia dilakukan melalui pengembangan
klaster industri berbasis migas kondensat di Gresik dan Tuban (Jatim) serta Bontang
(Kaltim).

C. Kebijaksanaan Pembangunan Di Sektor Perdagangan


1. Transformasi Kebijakan Pembangunan Di Sektor Perdagangan
a. Selayang Pandang
Pembangunan perdagangan merupakan salah satu kegiatan di bidang ekonomi

yang mempunyai peran strategis dalam rangka pembangunan yang berwawasan

nusantara. Sektor perdagangan berperan dalam mendukung kelancaran penyaluran

arus barang dan jasa, memenuhi kebutuhan pokok rakyat, serta mendorong pem -

bentukan harga yang wajar.

Pembangunan perdagangan sangat penting dalam upaya mem percepat

pertumbuhan ekonomi dan pemerataan, dan memberikan sumbangan yang cukup

berarti dalam penciptaan lapangan usaha serta perluasan kesempatan kerja dan

peningkatan pendapatan. Kegiatan sektor perdagangan saling berkait dan saling

menunjang dengan kegiatan sektor lainnya, seperti sektor produksi, yaitu pertanian,

industri, dan pertambangan; sektor keuangan; sektor perhubungan dan

telekomunikasi. Pembangunan perdagangan berperan penting pula dalam

menciptakan dan mempertahankan Stabilitas ekonomi dalam mengendalikan inflasi

dan mengamankan neraca pembayaran.

Dinamika perekonomian dunia dan domest ik telah mewarnai perj alanan

pembangunan perdagangan nasional sepanj ang 2005- 2009. Kenaikan harga minyak mentah,

krisis keuangan global, sampai kepada bencana yang terj adi di berbagai belahan dunia, turut

mempengaruhi kinerja perdagangan luar negeri dan perdagangan di dalam negeri Indonesia.
Dengan senantiasa berusaha untuk menj awab set iap tantangan yang dihadapi dan

mengambil kesempatan atas potensi yang dimiliki, maka pencapaian kondisi perdagangan

Indonesia yang diharapkan di masa mendatang, adalah:

Peran sektor perdagangan yang akan bertambah pent ing, ditandai dengan munculnya
keunggulan Ekonomi Kreatif sebagai pemicu inovasi perdagangan tanpa batas, kont
ribusi subsektor perdagangan eceran yang semakin signif ikan dalam pembentukan
PDB, dan penciptaan lapangan kerj a secara luas. Hal ini terj adi karena: terbentuknya
integrasi domest ik di sektor perdagangan; terciptanya intensitas mutual partnership
dan linkage antara perdagangan eceran dengan perdagangan besar; terciptanya t
ransaksi domest ik dan ekspor dari UKM maupun perusahaan skala besar; terciptanya
intensitas koordinasi antara fasilitator Pusat (Kementerian Perdagangan) dan
fasilitator Daerah (instansi terkait) dalam pengembangan perdagangan eceran,
perdagangan besar, dan pembinaan sektor informal; dan tingginya t ingkat penerapan
manaj emen dan teknologi perdagangan, termasuk yang terkait dengan jaringan.

Penggunaan metode perdagangan dan bisnis berbasis teknologi informasi semakin


umum digunakan sehingga meningkatkan efisiensi ekonomi, baik secara individu,
kelompok atau antarkomunitas pelaku bisnis perdagangan, antara lain maraknya
pemasaran melalui internet dan bisnis periklanan. Selain itu, keterlibatan pelaku
perdagangan eceran dan perdagangan besar dalam ekspor dan impor semakin
signifikan dan produkt if. Implikasi kondisi di atas terhadap ketersediaan kebutuhan
pokok masyarakat sangat baik sekalipun pertumbuhan j umlah penduduk merambat
naik. Transportasi yang terkendala oleh faktor geografis relatif teratasi karena sinergi
antar wilayah. Faktor terpent ing yang mendasari hasil pembangunan perdagangan
adalah peningkatan indeks kepercayaan bisnis pada semua lini perdagangan di
Indonesia.

Perkembangan jumlah usaha dan nilai transaksi sektor perdagangan mengalami


peningkatan, yaitu nilai transaksi perdagangan eceran dan nilai transaksi perdagangan
ekspor-impor. Sedangkan dalam kategori nilai transaksi perdagangan besar, terlihat
proporsi nilai transaksi perdagangan nasional didominasi oleh transaksi perdagangan
dalam negeri untuk distribusi dan nondistribusi serta transaksi para eksportir, yaitu
berada di atas t ransaksi importir dan transaksi perdagangan besar yang berdasarkan
fee atau kontrak.

Angka ekspor-impor meningkat baik volume maupun nilai dalam surplus neraca
perdagangan. Hambatan nontarif teratasi dengan terciptanya kerj asama yang kuat
antara simpul pemerintah (Atase Perdagangan, ITPC, Bidang Perekonomian Kedubes
RI, Dinas Perdagangan) dengan simpul pro-bisnis (Dunia Usaha, Asosiasi Bisnis,
Kadin/Kadinda).

Faktor kelangkaan informasi dan ekonomi biaya tinggi secara signifikan teratasi
melalui perkuatan jaringan sistem perdagangan dan pengembangan hukum
perdagangan secara simultan. Daya saing Indonesia meningkat signif ikan, menurut
versi obyektif World Economic Forum, dibanding tahun-tahun sebelumnya. Hal ini
didorong oleh antara lain hasil reformasi ekonomi perdagangan yang mempengaruhi
pelayanan pelabuhan dan kepabeanan serta efektivitas upaya pembasmian ekonomi
biaya tinggi sepanjang jalur dist ribusi ekspor, impor, dan dist ribusi domest ik.
Implikasinya terlihat pada surplus produktif neraca pembayaran dimana impor
memperkuat kebutuhan pokok domestik, memperkuat indust ri, memperkuat daya
ekspor atau ekspansi pasar global, dan memperkuat ketahanan devisa Indonesia.

Diplomasi dan negosiasi perdagangan internasional yang mengutamakan kepent ingan


nasional menj adi semakin kuat yang ditunjukkan dari meningkatnya penyelesaian
masalah-masalah perdagangan internasional dan meningkatnya akses pasar.
Membaiknya kemampuan diplomasi dan negosiasi perdagangan internasional
membaik karena semakin meningkatnya sinergi lintas sektor, semakin eratnya
kohesivitas perdagangan dan indust ri, adanya SDM sebagai negosiator global yang
berintegritas, memiliki pengetahuan yang baik mengenai hukum perdagangan
internasional, dan berkemampuan mult ibahasa, sehingga manfaat globalisasi,
liberalisasi perdagangan, integrasi global, dan integrasi regional dapat dipetik secara
optimum. Hal ini terefleksi antara lain.

Peran sistem logistik, intermediasi perdagangan, jaringan koleksi, pengumpul,


pengecer, grosir, dan dist ribusi umumnya semakin berkembang dan meningkat , yang
didorong oleh meningkatnya penggunaan teknologi elekt ronik, t ransportasi yang
memadai, dan meningkatnya indeks kepercayaan bisnis di semua lini perdagangan
dan perekonomian.

Daya beli konsumen dan tingkat tabungan masyarakat semakin baik, hal ini ditunj
ukkan dari tingkat upah minimum dan realisasinya yang semakin baik serta
terciptanya semangat kewirausahaan baru.

Sistem hukum perdagangan dan penegakan hukum lahir dan berkembang secara
positif mengikut ikecepatan dinamika bisnis, menopang eksistensi usaha, memberi
kepastian usaha serta memperkuat kredibilitas kebijakan perekonomian.

Pasar domestik dan pelaku usaha dalam negeri yang semakin aman dalam
menghadapi terbukanya akses pasar ke dalam negeri.

Sektor perdagangan memberi kont ribusi positif terhadap penciptaan tenaga kerj a,
lingkungan hidup, kebudayaan, dan keamanan nasional serta pembentukan norma
sosial bangsa.

2. Peran Sektor Perdagangan Dalam Perekonomian


Peran sektor perdagangan semakin pent ing dalam perekonomian nasional, baik
secara kuant itas maupun kualitas. Secara kuant itas, pent ingnya peran sektor perdagangan
terlihat dari peningkatan kont ribusi PDB Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran. Nilai
tambah Sektor Perdagangan,
Secara kualitas, semakin pentingnya sektor perdagangan terlihat dari kegiatan-
kegiatan yang lebih mengedepankan kualitas j asa perdagangan untuk mendukung sektor
indust ri, pertanian, kehutanan, perikanan, turisme, pertambangan, dan lain-lain. Dukungan
kegiatan tersebut memberikan pengaruh yang posit if terhadap meningkatnya kont ribusi
sektor perdagangan. Kegiatan-kegiatan ini antara lain meliputi perbaikan pelayanan publik,
iklim usaha, inf rast ruktur terkait eksporimpor seperti Jakarta Int ernat ional Container
Terminal (JICT) berkapasitas 2,5 j uta pet i kemas twenty-foot equivalent unit per tahun,
pembangunan sekaligus revitalisasi dan harmonisasi pasar t radisional-pasar modern,
penyediaan kebutuhan pokok, dan stabilisasi harga serta sinergi pengembangan UKM dan
petani di bidang perdagangan.
Pentingnya peran sektor perdagangan juga terlihat dari banyaknya jumlah tenaga
kerj a di sektor ini. Jumlah tenaga kerj a sektor perdagangan pada tahun 2008 tercatat
sebanyak 17,1 juta jiwa, peringkat kedua setelah sektor pertanian. Jumlah tersebut meningkat
3,64 persen dari tahun sebelumnya. Jika digabung dengan hotel dan restoran, dimana terdapat
t ransaksi perdagangan di dalamnya, maka j umlah tenaga kerj a berj umlah 21,2 juta jiwa
dengan tingkat pertumbuhan sebesar 3,26 persen. Upaya Kementerian Perdagangan untuk
mengembangkan perdagangan dalam negeri dan luar negeri dinilai efekt if dalam
menciptakan lapangan pekerj aan bagi masyarakat termasuk bagi usaha kecil dan menengah.
Sementara itu, tenaga kerj a di bidang perdagangan lebih didominasi pada
perdagangan eceran di pertokoan, warung, eceran t radisional, eceran modern, kecuali mobil
dan motor. Dengan peningkatan sinergi dan koordinasi, maka 70 persen tenaga kerj a sektor
perdagangan yang terisi oleh usaha informal dapat dit ingkatkan statusnya. Selain itu,
integrasi st rategis dengan segmen komunitas ekonomi kreatif diyakini akan membuka
peluang kesempatan kerja yang signifikan.

3. Kerjasama dan Diplomasi Perdagangan


Dalam rangka meningkatkan akses pasar, dilakukan strategi multi jalur di forum
multilateral, regional, dan bilateral. Melalui strategi multi jalur ini, Indonesia telah berhasil
memperkuat perannya di dunia internasional, baik di forum WTO melalui G-20, G-33, dan di
forum ASEAN, ASEAN plus mitra dialog, dan forum bilateral.
a. Perdagangan Luar Negeri
Kebijakan perdagangan internasional adalah berbagai tindakan dan peraturan yang
dijalankan suatu negara, baik secara lansung maupun tidak langsung, yang akan
mempengaruhi struktur, komposisi, dan arah perdagangan internasional negara tersebut.
Kebijakan dilaksanakan dengan tujuan untuk melindungi kepentingan ekonomi
nasional, industri dalam negeri, dan lapangan kerja serta menjaga stabilitas ekonomi nasional.
Dalam perdagangan luar negeri konsep proteksi berarti usaha-usaha pemerintah
yang membatasi atau mengurangi jumlah barang yang diimpor dari Negara-negara lain
dengan tujuan untuk mencapai beberapa tujuan tertentu dalam pembangunan dan
kemakmuran perekonomian Negara tersebut.
Upaya diversifikasi pasar tuj uan ekspor Indonesia pun sudah menunj ukkan hasil.
Pangsa pasar ekspor Indonesia di pasar nont radisional semakin menunjukkan peningkatan
setiap tahunnya, dari sebesar 46,1 persen pada tahun 2004, menjadi 54,5 persen pada tahun
2009. Dalam hal impor, Kementerian Perdagangan berupaya mengelola impor yang
berorientasi pada kepent ingan nasional, yaitu sesuai standar kesehatan, keamanan,
keselamatan, lingkungan, dan moral bangsa.
Pertumbuhan impor selama periode 2004- 2008, khususnya nonmigas, meningkat
rata-rata 26,5 persen per tahun. Impor nonmigas sebagian besar merupakan impor bahan baku
atau penolong dan barang modal untuk memenuhi kebutuhan investasi dan produksi di dalam
negeri, termasuk yang berorientasi ekspor.
Pengelolaan impor juga diarahkan untuk menciptakan iklim persaingan yang sehat
dan t ransparan di dalam negeri, sehingga t idak terj adi perdagangan yang t idak adil dan
memast ikan impor yang masuk melalui perjanjian perdagangan bebas (FTA) memenuhi
syarat. Negara yang menj adi sumber impor nonmigas terbesar Indonesia adalah RRT,
Jepang, dan Singapura. Ketiga negara tersebut memberikan kontribusi sebesar 41,5 persen
dari total impor nonmigas Indonesia tahun 2008.
Perbaikan kinerj a perdagangan internasional terangkum dalam neraca perdagangan
Indonesia yang selalu surplus pada periode 2004- 2008. Bahkan pada tahun 2006 dan 2007,
neraca perdagangan hampir mencapai USD 40 miliar, meningkat satu setengah kali dibanding
2004. Membaiknya kinerj a perdagangan internasional Indonesia t idak lepas dari berbagai
upaya yang dilakukan oleh Kementerian Perdagangan, antara lain:
a. Perbaikan iklim usaha untuk meningkatkan daya saing ekspor dan investasi. Melalui upaya
ini telah dilakukan penyempurnaan berbagai kebijakan dalam rangka mendukung
peningkatan ekspor komoditi pertanian, industri, dan pertambangan.
b. Fasilitasi perdagangan luar negeri melalui peningkatan kelancaran arus barang dan
pengurangan ekonomi biaya tinggi.
c. Pelaksanaan pembangunan dan pengembangan Nat ional Single Window untuk pelayanan
perizinan ekspor impor. d. Penerapan st rategi pengembangan ekspor melalui pendekatan
produk atau sektor (10 produk utama dan 10 produk potensial) dan pendekatan pasar (pasar
utama atau tradisional, pasar prospektif, dan pasar potensial).
d. Peningkatan produk dan akses pasar melalui: part isipasi pada pameran dagang di luar negeri,
penyelenggaraan Trade Expo Indonesia, pengiriman misi dagang, kerj asama perdagangan
internasional di berbagai fora, penciptaan merek, ident ifikasi potensi ekspor, kerj asama
dengan Trade Promot ion Organizat ion dalam rangka pemberdayaan eksport ir dan
pengembangan produk, dan berbagai kegiatan peningkatan kualitas dan kuantitas ekspor
lainnya.

b. Perdagangan Dalam Negeri


Di dalam negeri, stabilitas harga bahan pangan dan kecukupan pasokan periode
2005-2009 sempat terkendala oleh berbagai gej olak seperti bencana dan krisis pangan dunia.
Harga bahan-bahan pangan mengalami kenaikan yang fluktuat if, namun secara umum harga
dan kecukupan pasokan bahan pangan dapat dikendalikan. Andil inflasi bahan pangan pun
cukup rendah dan stabil. Andil inflasi bahan pangan tahun 2005-2008 berturut-turut adalah:
3,3 persen; 3,1 persen; 2,8 persen; dan 3,5 persen.
Dengan garis pantai ribuan kilometer , Tuhan menciptakan
Indonesia sebagai wilayah untuk perdagangan bebas
( Hal Hil 1980 )

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebijakan ekonomi merupakan seperangkat perencanaan yang mengacu pada
tindakan, pernyataan, dan pengaturan yang dibuat oleh pemerintah dalam mengambil
keputusan di bidang ekonomi dan menyangkut kepentingan umum.
Paradigma pembangunan ekonomi yang semula lebih berorientasi pada pertumbuhan
industri dan perdagangan berskala besar telah bergeser kepada pembangunan ekonomi yang
lebih ditekankan pada ekonomi kerakyatan. Perubahan paradigma tersebut telah berpengaruh
terhadap proses pemulihan ekonomi yang tercermin dari beberapa indikator ekonomi.
Pembangunan industri, sebagai motor penggerak perekonomian, akan terus didorong
perannya karena telah terbukti memberi kontribusi yang berarti terhadap pembangunan
nasional. Mengingat perannya yang strategis, sektor industri khususnya industri manufaktur,
perlu ditingkatkan kinerjanya. Berbagai upaya perbaikan untuk mengatasi dampak krisis
ekonomi terhadap kemerosotan kinerja sektor industri telah dilakukan, namun kinerja itu
tampaknya belum sepenuhnya pulih. Hal ini disebabkan adanya permasalahan yang
membutuhkan perhatian dan perlu segera diatasi.
Pembangunan perdagangan sangat penting dalam upaya mem percepat
pertumbuhan ekonomi dan pemerataan, dan memberikan sumbangan yang cukup
berarti dalam penciptaan lapangan usaha serta perluasan kesempatan kerja dan
peningkatan pendapatan. Kegiatan sektor perdagangan saling berkait dan saling
menunjang dengan kegiatan sektor lainnya, seperti sektor produksi, yaitu pertanian,
industri, dan pertambangan; sektor keuangan; sektor perhubungan dan
telekomunikasi. Pembangunan perdagangan berperan penting pula dalam
menciptakan dan mempertahankan Stabilitas ekonomi dalam mengendalikan inflasi
dan mengamankan neraca pembayaran.

B. Saran
Kebijakaan pembangunan di sektor perdagangan dan industri merupakan indikator
penting penunnjang pembangunan ekonomi, sehingganya di perlukan perhatian yang serius
agar tujuan pembangunan ekonomi di sektor perdagangan dan industri dapat tercapai .
Daftar Pustaka

Aula Ahmad Hafidh Sf. Liberalisasi Perdagangan Dan Perspektif Ekonomi Pertanian Di
Indonesia ; Fakultas Ilmu Sosial Dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta
M Alif Timur Ghiffari . Pembangunan Industri Dan Kebijakannya
Candra Kuniawan 2010 . Sistem Perdagangan Global, Instrumen Ekonomi,
Neraca Ekonomi Dan Lingkungan Terpadu : Fakultas Ekonomi Universitas Muhmmadiyah
Malang
Dr Ratih Hurriyati, Msi 2012 . Globalisasi Ekonomi & Pembentukan Komunitas Asia Raya Melalui
Masyarakat Ekonomi Asean ; Fpips
Doddy Purwoharyono , Dkk. Teori Perdagangan Internasional Dan Strategi Pembangunan Reviand
Ramiz
Idham Cholid . Globalisasi, Perdagangan Internasional Dan Kebijakan Proteksi
Tulus T.H. Tambunan 2013. Kebijakan Industri Dalam Menyongsong Me-Asean 2015
Kementrian Perdangangan . Laporan Publikasi Rencana Strategis Perdagangan Periode 2010-2014
Kementrian Perindustrian . Outlok Rencana Pembangunan Perindustrian

http://pumariksa.blogspot.co.id/2014/11/kebijaksanaan-pembangunan-di-
sektor.html

Anda mungkin juga menyukai