BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebijakan ekonomi mengacu pada tindakan sebuah kebijakan pemerintah dalam
mengambil kebijakan atau keputusan di bidang ekonomi, kebijakan ini dapat pula mencakup
di dalamnya sistem untuk menetapkan sistem perpajakan, suku bunga dan anggaran
pemerintah serta pasar tenaga kerja, kepemilikan nasional, dan otonomi daerah dari intervensi
pemerintah ke dalam perekonomian. Kebijakan ekonomi merupakan seperangkat
perencanaan yang mengacu pada tindakan, pernyataan, dan pengaturan yang dibuat oleh
pemerintah dalam mengambil keputusan di bidang ekonomi dan menyangkut kepentingan
umum.
Dalam menghadapi era persaingan global tidak ada pilihan selain meningkatkan
daya saing nasional. Untuk mempertahankan dan meningkatkan daya saing nasional dalam
rangka mewujudkan pembangunan yang berkesinambungan diperlukan suatu arah kebijakan
pembangunan nasional dengan paradigma baru. Era reformasi yang berkembang sejak 1998
telah membawa banyak perubahan di berbagai bidang. Pemusatan kekuatan ekonomi nasional
pada sekelompok tertentu telah surut seiring dengan terjadinya krisis ekonomi dan moneter.
Paradigma pembangunan ekonomi yang semula lebih berorientasi pada pertumbuhan
industri dan perdagangan berskala besar telah bergeser kepada pembangunan ekonomi yang
lebih ditekankan pada ekonomi kerakyatan. Perubahan paradigma tersebut telah berpengaruh
terhadap proses pemulihan ekonomi yang tercermin dari beberapa indikator ekonomi.
B. Rumusan Masalah
Berkaitan dengan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka masalah
pokok dalam penulisan ini adalah: Bagaimana kebijaksanaan pembangunan di sektor
Perdagangan dan Indutri. Yang akan di bagi dalam beberapa sub pokok masalah , yaitu
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah arah kebijaksanaan pembangunan di sektor Perdagangan ?
2. Bagaimanakah arah kebijaksanaan pembangunan di sektor Industri ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini, selain sebagai sayarat
kelulusan pada mata kuliah Perekonomian Indonesia , kami juga ingin mengetahui tentang
BAB II
PEMBAHASAN
Makanan, Minuman dan Tembakau 2,75 7,21 5,05 2,34 11,22 2,73 4,01
Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki 1,31 1,23 -3,68 -3,64 0,60 1,74 10,39
Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. -0,92 -0,66 -1,74 3,45 -1,38 -3,50 -0,40
Kertas dan Barang cetakan 2,39 2,09 5,79 -1,48 6,34 1,64 4,24
Pupuk, Kimia & Barang dari karet 8,77 4,48 5,69 4,46 1,64 4,67 -0,07
Semen & Brg. Galian bukan logam 3,81 0,53 3,40 -1,49 -0,51 2,16 4,26
Logam Dasar Besi & Baja -3,70 4,73 1,69 -2,05 -4,26 2,56 18,22
Alat Angk., Mesin & Peralatannya 12,38 7,55 9,73 9,79 -2,87 10,35 8,84
Industri Non Migas 5,86 5,27 5,15 4,05 2,56 5,09 5,75
Namun demikian, industri manufaktur masih menghadapi tantangan yang harus
segera diatasi. Belum berkembangnya industri bahan baku dan industri penunjang di dalam
negeri merupakan masalah utama yang dihadapi. Kondisi ini berakibat pada lemahnya
keterkaitan antara industri hulu dan hilir, sehingga struktur industri secara keseluruhan
menjadi rentan. Dampaknya tercermin dari besarnya ketergantungan komponen impor bahan
baku dan setengah jadi pada industri kimia, otomotif, dan elektronika.
Terbatasnya sarana dan prasarana yang ada dalam mendukung pembangunan industri
di daerah juga menjadi masalah yang perlu segera diatasi. Keterbatasan infrastruktur, seperti
di wilayah timur Indonesia, pedalaman maupun perbatasan, yang menyebabkan
pembangunan industri, terutama industri kecil sulit berkembang, berpotensi menimbulkan
kesenjangan pembangunan antar daerah.
Masalah lain yang menuntut perhatian bersama adalah lemahnya penguasaan
teknologi industri. Fakta di pasar menunjukkan bahwa sebagian besar produk lokal dihasilkan
oleh industri berbasis teknologi rendah, yakni industri yang menghasilkan nilai tambah relatif
rendah. Kondisi ini juga disebabkan oleh belum terpadunya pengembangan iptek di lembaga-
lembaga penelitian yang tersebar di berbagai instansi dengan dunia industri. Ketertinggalan
atas penguasaan teknologi membuat daya saing produk industri lemah dalam menghadapi
persaingan yang semakin ketat. Di pasar lokal, daya saing produk kita semakin terancam
akibat belum meluasnya penerapan standarisasi nasional.
arus barang dan jasa, memenuhi kebutuhan pokok rakyat, serta mendorong pem -
berarti dalam penciptaan lapangan usaha serta perluasan kesempatan kerja dan
menunjang dengan kegiatan sektor lainnya, seperti sektor produksi, yaitu pertanian,
pembangunan perdagangan nasional sepanj ang 2005- 2009. Kenaikan harga minyak mentah,
krisis keuangan global, sampai kepada bencana yang terj adi di berbagai belahan dunia, turut
mempengaruhi kinerja perdagangan luar negeri dan perdagangan di dalam negeri Indonesia.
Dengan senantiasa berusaha untuk menj awab set iap tantangan yang dihadapi dan
mengambil kesempatan atas potensi yang dimiliki, maka pencapaian kondisi perdagangan
Peran sektor perdagangan yang akan bertambah pent ing, ditandai dengan munculnya
keunggulan Ekonomi Kreatif sebagai pemicu inovasi perdagangan tanpa batas, kont
ribusi subsektor perdagangan eceran yang semakin signif ikan dalam pembentukan
PDB, dan penciptaan lapangan kerj a secara luas. Hal ini terj adi karena: terbentuknya
integrasi domest ik di sektor perdagangan; terciptanya intensitas mutual partnership
dan linkage antara perdagangan eceran dengan perdagangan besar; terciptanya t
ransaksi domest ik dan ekspor dari UKM maupun perusahaan skala besar; terciptanya
intensitas koordinasi antara fasilitator Pusat (Kementerian Perdagangan) dan
fasilitator Daerah (instansi terkait) dalam pengembangan perdagangan eceran,
perdagangan besar, dan pembinaan sektor informal; dan tingginya t ingkat penerapan
manaj emen dan teknologi perdagangan, termasuk yang terkait dengan jaringan.
Angka ekspor-impor meningkat baik volume maupun nilai dalam surplus neraca
perdagangan. Hambatan nontarif teratasi dengan terciptanya kerj asama yang kuat
antara simpul pemerintah (Atase Perdagangan, ITPC, Bidang Perekonomian Kedubes
RI, Dinas Perdagangan) dengan simpul pro-bisnis (Dunia Usaha, Asosiasi Bisnis,
Kadin/Kadinda).
Faktor kelangkaan informasi dan ekonomi biaya tinggi secara signifikan teratasi
melalui perkuatan jaringan sistem perdagangan dan pengembangan hukum
perdagangan secara simultan. Daya saing Indonesia meningkat signif ikan, menurut
versi obyektif World Economic Forum, dibanding tahun-tahun sebelumnya. Hal ini
didorong oleh antara lain hasil reformasi ekonomi perdagangan yang mempengaruhi
pelayanan pelabuhan dan kepabeanan serta efektivitas upaya pembasmian ekonomi
biaya tinggi sepanjang jalur dist ribusi ekspor, impor, dan dist ribusi domest ik.
Implikasinya terlihat pada surplus produktif neraca pembayaran dimana impor
memperkuat kebutuhan pokok domestik, memperkuat indust ri, memperkuat daya
ekspor atau ekspansi pasar global, dan memperkuat ketahanan devisa Indonesia.
Daya beli konsumen dan tingkat tabungan masyarakat semakin baik, hal ini ditunj
ukkan dari tingkat upah minimum dan realisasinya yang semakin baik serta
terciptanya semangat kewirausahaan baru.
Sistem hukum perdagangan dan penegakan hukum lahir dan berkembang secara
positif mengikut ikecepatan dinamika bisnis, menopang eksistensi usaha, memberi
kepastian usaha serta memperkuat kredibilitas kebijakan perekonomian.
Pasar domestik dan pelaku usaha dalam negeri yang semakin aman dalam
menghadapi terbukanya akses pasar ke dalam negeri.
Sektor perdagangan memberi kont ribusi positif terhadap penciptaan tenaga kerj a,
lingkungan hidup, kebudayaan, dan keamanan nasional serta pembentukan norma
sosial bangsa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebijakan ekonomi merupakan seperangkat perencanaan yang mengacu pada
tindakan, pernyataan, dan pengaturan yang dibuat oleh pemerintah dalam mengambil
keputusan di bidang ekonomi dan menyangkut kepentingan umum.
Paradigma pembangunan ekonomi yang semula lebih berorientasi pada pertumbuhan
industri dan perdagangan berskala besar telah bergeser kepada pembangunan ekonomi yang
lebih ditekankan pada ekonomi kerakyatan. Perubahan paradigma tersebut telah berpengaruh
terhadap proses pemulihan ekonomi yang tercermin dari beberapa indikator ekonomi.
Pembangunan industri, sebagai motor penggerak perekonomian, akan terus didorong
perannya karena telah terbukti memberi kontribusi yang berarti terhadap pembangunan
nasional. Mengingat perannya yang strategis, sektor industri khususnya industri manufaktur,
perlu ditingkatkan kinerjanya. Berbagai upaya perbaikan untuk mengatasi dampak krisis
ekonomi terhadap kemerosotan kinerja sektor industri telah dilakukan, namun kinerja itu
tampaknya belum sepenuhnya pulih. Hal ini disebabkan adanya permasalahan yang
membutuhkan perhatian dan perlu segera diatasi.
Pembangunan perdagangan sangat penting dalam upaya mem percepat
pertumbuhan ekonomi dan pemerataan, dan memberikan sumbangan yang cukup
berarti dalam penciptaan lapangan usaha serta perluasan kesempatan kerja dan
peningkatan pendapatan. Kegiatan sektor perdagangan saling berkait dan saling
menunjang dengan kegiatan sektor lainnya, seperti sektor produksi, yaitu pertanian,
industri, dan pertambangan; sektor keuangan; sektor perhubungan dan
telekomunikasi. Pembangunan perdagangan berperan penting pula dalam
menciptakan dan mempertahankan Stabilitas ekonomi dalam mengendalikan inflasi
dan mengamankan neraca pembayaran.
B. Saran
Kebijakaan pembangunan di sektor perdagangan dan industri merupakan indikator
penting penunnjang pembangunan ekonomi, sehingganya di perlukan perhatian yang serius
agar tujuan pembangunan ekonomi di sektor perdagangan dan industri dapat tercapai .
Daftar Pustaka
Aula Ahmad Hafidh Sf. Liberalisasi Perdagangan Dan Perspektif Ekonomi Pertanian Di
Indonesia ; Fakultas Ilmu Sosial Dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta
M Alif Timur Ghiffari . Pembangunan Industri Dan Kebijakannya
Candra Kuniawan 2010 . Sistem Perdagangan Global, Instrumen Ekonomi,
Neraca Ekonomi Dan Lingkungan Terpadu : Fakultas Ekonomi Universitas Muhmmadiyah
Malang
Dr Ratih Hurriyati, Msi 2012 . Globalisasi Ekonomi & Pembentukan Komunitas Asia Raya Melalui
Masyarakat Ekonomi Asean ; Fpips
Doddy Purwoharyono , Dkk. Teori Perdagangan Internasional Dan Strategi Pembangunan Reviand
Ramiz
Idham Cholid . Globalisasi, Perdagangan Internasional Dan Kebijakan Proteksi
Tulus T.H. Tambunan 2013. Kebijakan Industri Dalam Menyongsong Me-Asean 2015
Kementrian Perdangangan . Laporan Publikasi Rencana Strategis Perdagangan Periode 2010-2014
Kementrian Perindustrian . Outlok Rencana Pembangunan Perindustrian
http://pumariksa.blogspot.co.id/2014/11/kebijaksanaan-pembangunan-di-
sektor.html