Anda di halaman 1dari 10

RESUME PENGANTAR EKONOMI MAKRO

11. 1 PENGERTIAN DAN PENYEBAB

 Pengertian Inflasi dan Konjungtur

a. Pengertian Inflasi

Inflasi adalah menurunnya nilai uang dikarenakan banyaknya uang yang beredar sehingga
menyebabkan kenaikan harga – harga barang yang bersifat umum dan berlangsung terus
menerus.

b. Pengertian Konjungtur

Gelombang konjungtur (economic cycle) adalah naik turunnya kegiatan ekonomi dari waktu
ke waktu (Business Cycle). Naik turunnya kegiatan ekonomi membentuk satu gelombang.
Kegiatan ekonomi: a. Menaik (recovery) b. Sampai pada puncak paling atas (prosperity) c.
Menurun (recession) 2 d. Sampai puncak paling bawah (depression)

 Penyebab Inflasi dan Konjungtur

a. Penyebab Inflasi

 Tekanan Permintaan (Demand-Pull Inflation)


Demand pull inflation, yaitu inflasi yang disebabkan oleh terlalu kuatnya
peningkatan aggregate demand masyarakat terhadap komoditi-komoditi hasil
produksi di pasar barang. Akibatnya, akan menarik (pull) kurva permintaan agregat ke
arah kanan atas, sehingga terjadi excess demand , yang merupakan inflationary gap.
Dan dalam kasus inflasi jenis ini, kenaikan harga-harga barang biasanya akan selalu
diikuti dengan peningkatan output (GNP riil) dengan asumsi bila perekonomian masih
belum mencapai kondisi full-employment. Pengertian kenaikkan aggregate demand
seringkali ditafsirkan berbeda oleh para ahli ekonomi. Golongan moneterist
menganggap aggregate demand mengalami kenaikkan akibat dari ekspansi jumlah
uang yang beredar di masyarakat.
Sedangkan, menurut golongan Keynesian kenaikkan aggregate demand dapat
disebabkan oleh meningkatnya pengeluaran konsumsi; investasi; government
expenditures; atau net export, walaupun tidak terjadi ekspansi jumlah uang beredar

 Tarikan Biaya (Cost-Push Inflation)


Cost push inflation, yaitu inflasi yang dikarenakan bergesernya aggregate
supply curve ke arah kiri atas. Faktor-faktor yang menyebabkan aggregate supply
curve bergeser tersebut adalah meningkatnya harga faktor-faktor produksi (baik yang
berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri) di pasar faktor produksi, sehingga
menyebabkan kenaikkan harga komoditi di pasar komoditi. Dalam kasus cost push
inflation kenaikan harga seringkali diikuti oleh kelesuan usaha.

b. Penyebab Konjungtur
Ada beberapa teori penyebab gelombang konjungtur, yaitu:

a. Jevons dan Moore (1923) Fluktuasi kegiatan ekonomi terjadi karena adanya perubahan
alam.

b. Pigou (1927) Fluktuasi kegiatan ekonomi terjadi karena adanya faktor psikologis para
pelaku bisnis (harapan pesimistis atau optimistis).

c. Malthus (1936) Penyebab munculnya krisis ekonomi karena adanya kekurangan konsumsi
(under consumption). Alasannya adalah sektor industri manufaktur makin berkembang dan
masyarakat lebih banyak melakukan kegiatan ekonomi pada sektor tersebut.

d. Mitchell (1951) Fluktuasi kegiatan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sistem ekonomi
kapitalisliberalis.

e. Hawtrey (1928) dan Friedman (1957) Fluktuasi ekonomi disebabkan oleh sistem moneter
dan sistem kredit.

f. Shcumpeter (1934) Menyebut penyebab utama tidak stabilnya inovasi teknologi.

g. Lucas dan Barro (1976), Fisher (1979), dan Phelps (1997) Ekspektasi masyarakat yang
rasional sebagai penyebab fluktuasi ekonomi.

h. Keynes Sistem moneter dan kredit bukan penyebab, tetapi merupakan akibat. Penyebab
utama adalah tidak stabilnya investasi.

11.2 MACAM – MACAM INFLASI

1. Menurut Derajatnya

Inflasi ringan di bawah 10% (single digit)


Inflasi sedang 10% - 30%
Inflasi tinggi 30% - 100%
Hyperinflasion di atas 100%.
Laju inflasi tersebut bukanlah suatu standar yang secara mutlak dapat mengindikasikan parah
tidaknya dampak inflasi bagi perekonomian di suatu wilayah tertentu, sebab hal itu sangat
bergantung pada berapa bagian dan golongan masyarakat manakah yang terkena imbas ( yang
menderita ) dari inflasi yang sedang terjadi.

2. Menurut Penyebabnya

Demand pull inflation, yaitu inflasi yang disebabkan oleh terlalu kuatnya peningkatan
aggregate demand masyarakat terhadap komoditi-komoditi hasil produksi di pasar
barang. Akibatnya, akan menarik (pull) kurva permintaan agregat ke arah kanan atas,
sehingga terjadi excess demand , yang merupakan inflationary gap. Dan dalam kasus
inflasi jenis ini, kenaikan harga-harga barang biasanya akan selalu diikuti dengan
peningkatan output (GNP riil) dengan asumsi bila perekonomian masih belum
mencapai kondisi full-employment. Pengertian kenaikkan aggregate demand
seringkali ditafsirkan berbeda oleh para ahli ekonomi. Golongan moneterist
menganggap aggregate demand mengalami kenaikkan akibat dari ekspansi jumlah
uang yang beredar di masyarakat.
Cost push inflation, yaitu inflasi yang dikarenakan bergesernya aggregate supply
curve ke arah kiri atas. Faktor-faktor yang menyebabkan aggregate supply curve
bergeser tersebut adalah meningkatnya harga faktor-faktor produksi (baik yang
berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri) di pasar faktor produksi, sehingga
menyebabkan kenaikkan harga komoditi di pasar komoditi. Dalam kasus cost push
inflation kenaikan harga seringkali diikuti oleh kelesuan usaha.

3. Menurut Asalnya

Domestic inflation, yaitu inflasi yang sepenuhnya disebabkan oleh kesalahan


pengelolaan perekonomian baik di sektor riil ataupun di sektor moneter di dalam negeri
oleh para pelaku ekonomi dan masyarakat.

Imported inflation, yaitu inflasi yang disebabkan oleh adanya kenaikan harga-harga
komoditi di luar negeri (di negara asing yang memiliki hubungan perdagangan dengan
negara yang bersangkutan). Inflasi ini hanya dapat terjadi pada negara yang menganut
sistem perekonomian terbuka (open economy system). Dan, inflasi ini dapat ‘menular’
baik melalui harga barang-barang impor maupun harga barang-barang ekspor.

11.3 PENGARUH INFLASI TERHADAP PEREKONOMIAN

Inflasi pada dasarnya perlu dihindari sebagaimana permasalahan ekonomi yang lain
dikarenakan dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat. Inflasi cenderung
menurunkan taraf kemakmuran masyarakat suatu negara. Salah satu dampak yang dirasakan
dari adanya inflasi adalah merosotnya nilai uang yang secara riil dipegang masyarakat.
Pendapatan masyarakat yang jumlahnya tetap yang tidak dapat mengikuti kenaikan harga
akan menyebabkan pendapatan riil masyarakat tersebut menurun. Inflasi juga menurunkan
daya beli, terutama bagi masyarakat miskin atau masyarakat berpenghasilan tetap atau
rendah. Inflasi juga dapat menurunkan minat masyarakat untuk menabung karena nilai mata
uang semakin menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit
berkembang. Inflasi juga dapat memperlebar kesenjangan pendapatan antara si kaya dan si
miskin. Kreditur atau pihak yang meminjamkan uang juga akan tekena imbas inflasi karena
nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman. Inflasi
menyebabkan naiknya biaya produksi sehingga dapat menghambat investasi produktif yang
dilakukan produsen, sehingga produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen
bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu, bahkan bila tidak sanggup mengikuti
laju inflasi, bisa gulung tikar. Prospek pembangunan ekonomi jangka panjang akan menjadi
semakin tidak baik atau semakin memburuk jika inflasi tidak dapat dikendalikan. Inflasi akan
cenderung menjadi bertambah cepat apabila tidak segera diatasi. Inflasi yang bertambah
serius cenderung untuk mengurangi investasi yang produktif, mengurangi ekspor, dan
menaikkan impor. Kecenderungan ini akan memperlambat pertumbuhan ekonomi (Sukirno,
1997:16).
11.4 CARA – CARA MENGATASI INFLASI

A. Meningkatkan Supply Bahan Pangan

Meningkatkan supply bahan pangan dapat dilakukan dengan lebih memberikan


perhatian pada pembangunan di sektor pertanian, khususnya sub sektor pertanian pangan.
Modernisasi teknologi dan metode pengolahan lahan, serta penambahan luas lahan pertanian
perlu dilakukan untuk meningkatkan laju produksi bahan pangan agar tercipta swasembada
pangan.

B. Mengurangi Defisit APBN

`Mungkin dalam masa krisis ekonomi mengurangi defisit APBN tidak dapat
dilaksanakan, tetapi dalam jangka panjang (setelah krisis berlalu) perlu dilakukan. Untuk
mengurangi defisit anggaran belanja, pemerintah harus dapat meningkatkan penerimaan
rutinnya, terutama dari sektor pajak dengan benar dan tepat karena hal ini juga dapat
menekan excess demand. Dengan semakin naiknya penerimaan dalam negeri, diharapkan
pemerintah dapat mengurangi ketergantungannya terhadap pinjaman dana dari luar negeri.
Dengan demikian anggaran belanja pemerintah nantinya akan lebih mencerminkan sifat yang
relative independent.

C. Meningkatkan Cadangan Devisa

Pertama, perlu memperbaiki posisi neraca perdagangan luar negeri (current account),
terutama pada perdagangan jasa, agar tidak terus menerus defisit. Dengan demikian
diharapkan cadangan devisa nasional akan dapat ditingkatkan. Juga, diusahakan untuk
meningkatkan kinerja ekspor, sehingga net export harus semakin meningkat. Kedua,
diusahakan agar dapat mengurangi ketergantungan industri domestik terhadap barang-barang
luar negeri, misalnya dengan lebih banyak memfokuskan pembangunan pada industri hulu
yang mengolah sumberdaya alam yang tersedia di dalam negeri untuk dipakai sebagai bahan
baku bagi industri hilir. Selain itu juga perlu dikembangkan industri yang mampu
memproduksi barang-barang modal untuk industri di dalam negeri. Ketiga, mengubah sifat
industri dari yang bersifat substitusi impor kepada yang lebih bersifat promosi ekspor, agar
terjadi efisiensi di sektor harga dan meningkatkan net export. Keempat, membangun industri
yang mampu menghasilkan nilai tambah yang tinggi dan memiliki kandungan komponen
lokal yang relatif tinggi pula.

D. Memperbaiki dan Meningkatkan Kemampuan Sisi Penawaran Agregat

Pertama, mengurangi kesenjangan output (output gap) dengan cara meningkatkan


kualitas sumberdaya pekerja, modernisasi teknologi produksi, serta pembangunan industri
manufaktur nasional agar kinerjanya meningkat. Kedua, memperlancar jalur distribusi barang
nasional, supaya tidak terjadi kesenjangan penawaran dan permintaan di tingkat regional
(daerah). Ketiga, menstabilkan tingkat suku bunga dan menyehatkan perbankan nasional,
tujuannya untuk mendukung laju proses industrialisasi nasional. Keempat, menciptakan
kondisi yang sehat dalam perekonomian agar market mechanism dapat berjalan dengan
benar, dan mengurangi atau bahkan menghilangkan segala bentuk faktor yang dapat
menyebabkan distorsi pasar. Kelima, melakukan program deregulasi dan debirokrasi di sektor
riil karena acapkali birokrasi yang berbelit dapat menyebabkan high cost economy. Dengan
menggunakan dua pendekatan (moneterist dan strukturalist) pada komposisi yang tepat, maka
diharapkan bukan saja dalam jangka pendek inflasi dapat dikendalikan, tetapi juga dalam
jangka panjang. Dan, bila ada upaya yang serius untuk memperkecil atau bahkan
menghilangkan hambatan-hambatan struktural yang ada, maka akan berakibat pada
membaiknya fundamental ekonomi Indonesia.

11.5 PERTUMBUHAN EKONOMI

Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang


menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah sehingga akan
meningkatkan kemakmuran masyarakat (Sukirno,1994). Menurut Boediono, pertumbuhan
ekonomi merupakan proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Sedangkan
menurut Lincolin (1997), pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan GDP/GNP tanpa
memandang apakah kenaikan tersebut lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan
penduduk, dan apakah terjadi perubahan struktur ekonomi atau tidak.

RUMUS MENGHITUNG PERTUMBUHAN EKONOMI: ∆PDBt/∆PDBt0 x 100%

Dimana:

∆PDBt = PDBt - PDBt0

PDBt = Nilai PDB tahun t

PDBt0 = Nilai PDB tahun dasar yang umumnya adalah tahun sebelumnya

1. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Ada beberapa model pertumbuhan ekonomi yang berkembang hingga saat ini, yaitu : Teori
Pertumbuhan Ekonomi Klasik, Teori Pertumbuhan Neo Klasik, Model Pertumbuhan
Interegional, Teori Pertumbuhan Harrod-Domar dan Teori Pertumbuhan Kuznet.

2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik

Teori pertumbuhan ekonomi klasik merupakan salah satu dasar dari teori pertumbuhan yang
dipakai baik dari dulu sampai sekarang. Teori pertumbuhan ekonomi klasik dikemukakan
oleh tokoh-tokoh ekonomi seperti Adam Smith dan David Ricardo. Menurut Smith (dalam
Arsyad,1999) membedakan dua aspek utama dalam pertumbuhan ekonomi yaitu :
Pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk.

Pada pertumbuhan output total sistem produksi suatu negara dibagi menjadi tiga, yaitu :

1. Sumber Daya Alam yang Tersedia Apabila sumber daya alam belum dipergunakan secara
maksimal maka jumlah penduduk dan stok modal merupakan pemegang peranan dalam
pertumbuhan output. Sebaliknya pertumbuhan output akan terhenti apabila penggunaan
sumber daya alam sudah maksimal.

2. Sumber Daya Insani Jumlah penduduk akan menyesuaikan diri dengan kebutuhan akan
angkatan kerja yang bekerja dari mayarakat.

3. Stok Barang Modal Jumlah dan tingkat pertumbuhan output tergantung pada laju
pertumbuhan stok modal.

3. Teori Pertumbuhan NeoKlasik

Teori pertumbuhan neo klasik dikembangkan oleh dua orang ekonom yaitu : Robert Solow
dan Trevor Swan. Teori neoklasik berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi bersumber pada
penambahan dan perkembangan faktorfaktor yang mempengaruhi penawaran agregat. Teori
pertumbuhan ini juga menekankan bahwa perkembangan faktor-faktor produksi dan
kemajuan teknologi merupakan faktor penentu dalam pertumbuhan ekonomi (Sukirno,2005).
Teori neoklasik juga membagi tiga jenis input yang berpengaruh dalam pertumbuhan
ekonomi, yaitu :

1. Pengaruh modal dalam pertumbuhan ekonomi

2. Pengaruh teknologi dalam pertumbuhan ekonomi

3. Pengaruh angkatan kerja yang bekerja dalam pertumbuhan ekonomi Teori neoklasik
memiliki pandangan dari sudut yang berbeda dari teori klasik yaitu dari segi penawaran.

Pertumbuhan ekonomi ini bergantung kepada fungsi produksi, persamaan ini dinyatakan
dengan :

Y = TKt α Lt 1−α

dimana Y adalah output, K adalah modal, L adalah angkatan kerja yang bekerja dan T adalah
teknologi. Karena tingkat kemajuan teknologi ditentukan secara eksogen maka model neo
klasik Solow juga disebut model pertumbuhan eksogen.

4. Model Pertumbuhan Interregional

Model pertumbuhan interregional menambahkan faktor-faktor yang bersifat eksogen yang


berarti tidak terikat kepada kondisi internal perekonomian wilayah. Model ini hanya
membahas satu daerah dan tidak memperhatikan dampak dari daerah lain, maka model ini
disebut dengan model interregional. Teori ini sebenarnya merupakan perluasan dari teori
basis ekspor sehingga diasumsikan selain ekspor, pengeluaran pemerintah dan investasi
bersifat eksogen dan saling terkait dengan satu sitem dari daerah lain. Teori neoklasik
berpendapat faktor teknologi ditentukan secara eksogen dari model. Kekurangan dalam
keberadaan teknologi ini yang menyebabkan munculnya teori baru yaitu teori pertumbuhan
endogen.

5. Teori Pertumbuhan Harrod-Domar


Teori Harrod-Domar merupakan penyempurnaan dari analisis Keynes yang dianggap kurang
lengkap. Dalam teori ini Harrod-Domar menganalisis syarat-syarat yang diperlukan agar
perekonomian bisa tumbuh dan berkembang dalam jangka panjang. Teori ini ingin
menunjukan syarat yang dibutuhkan supaya perekonomian bisa tumbuh dan berkembang
dengan baik (Arsyad,1999). Harrod-Domar (dalam Sadono,2005), menyatakan supaya
seluruh barang modal yang tersedia dapat digunakan sepenuhnya, permintaan agregat harus
bertambah sebanyak kenaikan kapasitas barang modal yang terwujud sebagai akibat dari
investasi masa lalu. Jadi untuk menjamin pertumbuhan ekonomi yang baik maka nila
investasi dari tahun ketahun harus selalu naik.

11.6 INFLASI DAN PENGANGGURAN

Pengangguran adalah kelompok angkatan kerja yang belum memperoleh pekerjaan


atau yang sedang mencari pekerjaan.

a. Macam – macam pengangguran:

1.) Berdasarkan lama waktu kerja

a. Pengangguran terbuka: pengangguran yang benar – benar tidak memiliki pekerjaan

b. Setengah menanggur: tenaga kerja yang bekerja,tetapi bila diukur dari sudut jam kerja,
pendapatan dan produktivitas dan jenis pekerjaan tidak optimal

c. Pengangguran terselubung: tenaga kerja yang bekerja tapi tidak sesuai dengan latar
belakang pendidikan dan keahliannya

2. Berdasarkan penyebab terjadinya:

 Pengangguran struktural: Pengangguran yang terjadi karena perubahan struktur


perekonomian
 Pengangguran siklikal (konjungtural): pengangguran yang disebabkan oleh
pergerakan naik turunnya perekonomian suatu negara
 Pengangguran friksional: pengangguran yang bersifat sementara dan terjadi karena
adanya kesenjangan antara pencari kerja dan lowongan kerja.
 Pengangguran musiman: pengangguran yang disebabkan oleh perubahan musim atau
perubahan permintaan tenaga kerja secara berkala

b. Dampak Pengangguran:

1. Menurunkan aktivitas perekonomian

2. Menurunkan pertumbuhan ekonomi pendapatan perkapita

3. Meningkatkan biaya sosial

4. Menurunkan penerimaan negara


11.7 KONJUNGTUR

1. Pengertian Konjungtur

Pengertian Gelombang konjungtur (economic cycle) adalah naik turunnya kegiatan ekonomi dari
waktu ke waktu (Business Cycle). Naik turunnya kegiatan ekonomi membentuk satu gelombang.
Kegiatan ekonomi:

a. Menaik (recovery)

b. Sampai pada puncak paling atas (prosperity)

c. Menurun (recession)

d. Sampai puncak paling bawah (depression) 2.2.

2. Teori Penyebab Gelombang Konjungtur

Ada beberapa teori penyebab gelombang konjungtur, yaitu:

a. Jevons dan Moore (1923) Fluktuasi kegiatan ekonomi terjadi karena adanya perubahan alam.

b. Pigou (1927) Fluktuasi kegiatan ekonomi terjadi karena adanya faktor psikologis para pelaku bisnis
(harapan pesimistis atau optimistis).

c. Malthus (1936) Penyebab munculnya krisis ekonomi karena adanya kekurangan konsumsi (under
consumption). Alasannya adalah sektor industri manufaktur makin berkembang dan masyarakat
lebih banyak melakukan kegiatan ekonomi pada sektor tersebut.

d. Mitchell (1951) Fluktuasi kegiatan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sistem ekonomi
kapitalisliberalis.

e. Hawtrey (1928) dan Friedman (1957) Fluktuasi ekonomi disebabkan oleh sistem moneter dan
sistem kredit.

f. Shcumpeter (1934) Menyebut penyebab utama tidak stabilnya inovasi teknologi.

g. Lucas dan Barro (1976), Fisher (1979), dan Phelps (1997) Ekspektasi masyarakat yang rasional
sebagai penyebab fluktuasi ekonomi. h. Keynes Sistem moneter dan kredit bukan penyebab, tetapi
merupakan akibat.

Penyebab utama adalah tidak stabilnya investasi. Beberapa siklus konjungtur kegiatan ekonomi
yang menurut Ellis (1991) dapat berbeda-beda, sebagai berikut:

a. Kondratif: setiap 50 tahun sekali

b. Juglar: 10 tahun sekali

c. Kitchin: 4 tahun sekali


d. Batra (1990): 60 tahun sekali

e. Mubyarto: 7 tahun sekali untuk perekonomian Indonesia (jawa: pitu-lungan).


DAFTAR PUSTAKA

Kurniawan, S., & Nugroho, S.B. (2014). Analisis faktor – faktor yang mempengaruhi
inflasi di Indonesia. Diponegoro Journal of Economic, 3, 2-3.

Adwin, S. A. (1999). Inflasi di Indonesia: sumber – sumber penyebab dan


penegndaliannya. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 1, 54-67.

Eko, W. P. (2013). Analisis pertumbuhan ekonomi dan faktor – faktor yang


mempengaruhi (kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah). Skripsi, 1, 44-76.

Forum Tentor Indonesia. 2018. The King Bedah Kisi – Kisi SBMPTN Soshum.
Jogjakarta: Forum Edukasi.

Paul, A.S, dan William, D.N. 1992. Makroekonomi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai