Anda di halaman 1dari 3

Tanggapan Tim Redaksi Ortax :

Dalam menghitung SPT Tahunan PPh Badan, terdapat 3 kategori tarif PPh yang terdapat pada SPT
Induk seperti gambar dibawah ini :

Bagian B. Formulir Induk SPT PPh Badan

Berikut ini perbedaan dari ketiga kategori tarif diatas :

1. Tarif PPh Pasal 17 ayat 1 huruf b

Berdasarkan Pasal 17 ayat (1) huruf b Undang-Undang PPh, tarif yang diterapkan bagi Wajib Pajak
Badan dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT), yaitu sebesar 28%. Namun demikian
berdasarkan Pasal 17 ayat (2a) Undang-Undang PPh tarif tersebut sejak Tahun Pajak 2010 menjadi
25 %.

Tarif PPh terutang ini diterapkan kepada Wajib Pajak Badan dalam negeri dan BUT dengan cara
mengalikan tarif dengan Penghasilan Kena Pajak (PKP).

Contoh
Jumlah Peredaran Bruto = Rp
54.000.000.000,-
Jumlah PKP =
Rp 4.000.000.000,-
PPh Badan Terutang = 25% x Rp =
4.000.000.000,- Rp 1.000.000.000,-

2. Tarif PPh Pasal 17 ayat 2b

Tarif ini diterapkan pada Wajib Pajak Badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang
memperoleh pengurangan tarif sebesar 5% lebih rendah dari tarif normal. Untuk mendapatkan
fasilitas pengurangan tarif ini Wajib Pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham yang disetor dicatat untuk
diperdagangkan di bursa efek di Indonesia
b. Saham sebagaimana dimaksud point a harus dimiliki oleh paling sedikit oleh 300 (tiga ratus) Pihak.
c. Masing-masing Pihak sebagaimana dimaksud dalam point b hanya BOLEH memiliki saham kurang
dari 5% (lima persen) dari keseluruhan saham yang ditempatkan dan disetor penuh

Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c harus dipenuhi dalam waktu
paling singkat 183 (seratus delapan puluh tiga) hari kalender dalam jangka waktu 1 (satu) Tahun
Pajak.

Contoh
Pada tahun 2015 saham PT. Y Tbk. yang disetor dicatat untuk diperdagangkan di bursa efek di
Indonesia sebesar 60%. Saham yang disetor dicatat untuk diperdagangkan dibursa efek di Indonesia
tersebut dimiliki oleh 400 pihak. Diantara 400 pihak, masing-masing pihak persentase kepemilikannya
tidak melebihi 5%, Kondisi tersebut terjadi selama 190 (seratus delapan puluh dua) hari dalam 1
(satu) tahun pajak.
PT. Y Tbk memenuhi syarat, sehingga PT. Y Tbk memperoleh fasilitas penurunan tarif.
Jumlah PKP dalam tahun pajak 2015 = Rp 1, 25 Miliar
PPh yang terutang = (25% - 5%) x Rp 1,25 Miliar = Rp 250 Juta

3. Tarif PPh Pasal 31 E ayat (1)

Wajib Pajak Badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp 50.000.000.000,00
(lima puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh
persen) dari tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang dikenai
atas PKP dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan
ratus juta rupiah).

Penghitungan PPh terutang berdasarkan Pasal 31E dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

Contoh
1. Peredaran bruto PT Y (Wajib Pajak Badan yang tidak memenuhi persyaratan sebagai
subjek PP No. 46 Tahun 2013) dalam Tahun Pajak 2010 sebesar Rp 4.500.000.000,00
dengan PKP sebesar Rp 500.000.000,00

Penghitungan pajak yang terutang yaitu seluruh PKP yang diperoleh dari peredaran
bruto tersebut dikenai tarif sebesar 50% dari tarif PPh badan yang berlaku karena
jumlah peredaran bruto PT Y tidak melebihi Rp 4.800.000.000,00.

PPh yang terutang = 50% x 25% x Rp 500.000.000,00- = Rp 62.500.000,00


2. Peredaran bruto PT X dalam Tahun Pajak 2010 sebesar Rp 30.000.000.000,00 dengan
PKP sebesar Rp 3.000.000.000,00. Penghitungan PPh yang terutang:

• Jumlah PKP dari bagian peredaran bruto yang memperoleh fasilitas :


= (Rp 4.800.000.000,00 / Rp 30.000.000.000,00) x Rp 3.000.000.000,00 = Rp
480.000.000,00

• Jumlah PKP dari bagian peredaran bruto yang tidak memperoleh fasilitas :
= Rp 3.000.000.000,00 – Rp 480.000.000,00 = Rp 2.520.000.000,00

• PPh yang terutang :


= (50%x 25% x Rp 480.000.000,00) + (25% x Rp 2.520.000.000,00)
= Rp 60.000.000,00 + Rp 630.000.000,00
= Rp 690.000.000,00

Anda mungkin juga menyukai