Anda di halaman 1dari 5

Soal USKP A

Mata Ujian PPh Pot/ Put Pasal


(15, 21, 22, 23, 26)
Periode Juni Tahun 2013
(Bagian Pertama)

Pilihan Ganda
Soal 1
Batas waktu bagi pemotong PPh Pasal 21 untuk memberikan bukti pemotongan Pasal 21 atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap adalah ...
Paling lama 1 (satu) minggu setelah tahun kalender berakhir atau setelah yang
a.
bersangkutan berhenti bekerja
Paling lama 2 (dua) minggu setelah tahun kalender berakhir atau setelah yang
b.
bersangkutan berhenti bekerja
Paling lama 3 (tiga) minggu setelah tahun kalender berakhir atau setelah yang
c.
bersangkutan berhenti bekerja
Paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir atau setelah yang bersangkutan
d.
berhenti bekerja
Pembahasan
Jawaban : D
Berdasarkan Per No. 31/PJ/2012 Pasal 23 disebutkan bahwa Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau
PPh Pasal 26 harus memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 21 atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh Pegawai Tetap atau penerima pensiun berkala paling lama 1 (satu)
bulan setelah tahun kalender berakhir. Dalam hal Pegawai Tetap berhenti bekerja sebelum
bulan Desember, bukti pemotongan PPh Pasal 21 harus diberikan paling lama 1 (satu) bulan
setelah yang bersangkutan berhenti bekerja.
Referensi
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan
Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan
2. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER - 31/PJ/2012 tentang Pedoman Teknis
Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21
dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, dan
Kegiatan Orang Pribadi
Soal 2
Bagi pemberi kerja yang melakukan pembayaran kepada selain pegawai tetap harus
memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 21 untuk setiap masa pajak pada saat
a. Setiap kali melakukan pemotongan PPh Pasal 21

b. Setiap masa melakukan pemotongan PPh Pasal 21


c. Setiap bulan melakukan pemotongan PPh pasal 21
d. Setiap akhir bulan melakukan pemotongan PPh Pasal 21
Pembahasan
Jawaban : A
Berdasarkan Per No. 31/PJ/2012 Pasal 23 ayat 3 disebutkan bahwa Pemotong PPh Pasal 21
dan/atau PPh Pasal 26 harus memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 21 atas pemotongan
PPh Pasal 21 selain Pegawai Tetap dan penerima pensiun berkala, serta bukti pemotongan
PPh Pasal 26 setiap kali melakukan pemotongan PPh Pasal 26.
Referensi
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan
Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan
2. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER - 31/PJ/2012 tentang Pedoman Teknis
Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21
dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, dan
Kegiatan Orang Pribadi
Soal 3
Alex adalah bujangan yang bekerja sebagai tukang ojek di wilayah Kebon Jeruk. Pada bulan
Februari 2013 mengalami kecelakaan dan terpaksa harus menjalani operasi patah tulang di
rumah sakit. Meskipun demikian, Alex masih beruntung karena seluruh biaya operasi yang
besarnya Rp25.000.000,00 dibayar oleh perusahaan asuransi Jasa Cidera yang pendiriannya
telah disahkan oleh menteri keuangan. Besarnya PPh Pasal 21 yang harus dipotong oleh
asuransi Jasa Cidera atas santunan asuransi yang diberikan kepada Alex adalah ...
a. Rp0 karena dikecualikan dan objek pemotongan PPh Pasal 21
b. Rp0 karena santunan asuransi bagi Alex bukan merupakan penghasilan
c. Rp1.250.000,00 karena bagi Alex santunan asuransi merupakan penghasilan
d. Rp2.500.000,00 karena merupakan penghasilan yang bersifat final
Pembahasan
Jawaban : A
Berdasarkan Per No. 31/PJ/2012 Pasal 8 ayat 1disebutkan salah satu yang tidak termasuk
dalam pengertian penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah pembayaran manfaat atau
santunan asuransi dari perusahaan asuransi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi
kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.
Referensi
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan
Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan

2. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER - 31/PJ/2012 tentang Pedoman Teknis
Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21
dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, dan
Kegiatan Orang Pribadi
Soal 4
Usaha dagang Maju Tak Gentar (Hary) terdaftar di KPP Pratama Jakarta Pulogadung
mempunyai usaha dagang perdagangan aceran bahan bangunan. UD Maju Tak Gentar
(09.888.777.0-073.000) menggunakan pembukuan dalam melaksanakan kewajiban pajaknya.
Transaksi yang dilakukan adalah :

Tanggal 8 Januari 2013 membayar biaya sewa gudang sebesar Rp9.000.000,00


Penerima pembayaran adalah Widodo (non NPWP)

Tanggal 15 Januari 2013 membayar biaya sewa peralatan pesta sebesar


Rp6.000.000,00. Penerima pembayaran adalah Wajinah (non NPWP)

Tanggal 27 Januari 2013 membayar biaya notaris sebesar Rp15.000.000,00. Penerima


pembayaran adalah Firma Waginah, SH (02.444.555.6-001.000)

Atas pembayaran sewa gudang sebesar Rp 9.000.000 tersebut ...


a. UD Maju Tak Gentar harus memotong PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar Rp900.000,00
b. UD Maju Tak Gentar harus memotong PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar Rp900.000,00 jika
sudah mendapatkan penetapan sebagai pemotong pajak dan Kepala KPP Pratama Jakarta
Pulogadung
c. UD Maju Tak Gentar bukan pemotong pajak karena merupakan wajib pajak orang pribadi
d. Tidak ada jawaban yang benar
Pembahasan
Jawaban : B
Berdasarkan KEP No. 227/PJ/2002 pasal 4 disebutkan bahwa Tata Cara pelunasan Pajak
Penghasilan dari persewaan tanah dan atau bangunan dilakukan melalui Pemotongan oleh
penyewa dalam hal penyewa adalah Badan Pemerintah, Subjek Pajak badan dalam negeri,
penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, kerjasama operasi, perwakilan perusahaan luar
negeri lainnya, dan orang pribadi yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
Referensi
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan
Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan
2. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep - 227/Pj./2002 Tentang Tata Cara
Pemotongan Dan Pembayaran, Serta Pelaporan Pajak Penghasilan Dari Persewaan
Tanah Dan Atau Bangunan

Soal 5
PT Keluarga (02.222.444.6-xxx.000) merupakan perusahaan keluarga mempunyai laba tahun
2012 sebesar Rp900.000.000,00. Rapat umum pemegang saham dilakukan tanggal 9 Maret
2013, rapat memutuskan untuk membagi laba tahun 2012 sebesar Rp300.000,000,00 kepada
5 orang pemegang saham masing-masing sebesar Rp60.000,000,00. Pembayaran dividen
dilakukan pada tanggal 4 April 2013. SPT Tahunan PPh Badan dimasukkan ke KPP Pratama
XXX pada tanggal 18 April 2013, atas transaksi di atas ...
a. PPh Pasal 23 atas dividen harus disetorkan paling lambat tanggal 10 April 2013
b. PPh Pasal 23 atas dividen harus disetorkan paling lambat tanggal 10 Mei 2013
c. PPh Pasal 4(2) atas dividen harus disetorkan paling lambat tanggal 10 April 2013
d. PPh Pasal 4(2) atas dividen harus disetorkan paling lambat tanggal 10 Mei 2013
Pembahasan
Jawaban : C
Berdasarkan PP No. 94 Tahun 2010 penjelasan pasal 15 ayat 3 dijelaskan bahwa saat
terutangnya Pajak Penghasilan Pasal 23 Undang-Undang Pajak Penghasilan adalah pada saat
pembayaran, saat disediakan untuk dibayarkan (seperti: dividen) dan jatuh tempo
(seperti: bunga dan sewa), saat yang ditentukan dalam kontrak atau perjanjian atau faktur
(seperti: royalti, imbalan jasa teknik atau jasa manajemen atau jasa lainnya).
Yang dimaksud dengan "saat disediakan untuk dibayarkan":
1. untuk perusahaan yang tidak go public, adalah saat dibukukan sebagai utang dividen
yang akan dibayarkan, yaitu pada saat pembagian dividen diumumkan atau
ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan. Demikian
pula apabila perusahaan yang bersangkutan dalam tahun berjalan membagikan
dividen sementara (dividen interim), maka Pajak Penghasilan Pasal 23 UndangUndang Pajak Penghasilan terutang pada saat diumumkan atau ditentukan dalam
Rapat Direksi atau pemegang saham sesuai dengan Anggaran Dasar perseroan yang
bersangkutan.
2. untuk perusahaan yang go public, adalah pada tanggal penentuan kepemilikan
pemegang saham yang berhak atas dividen (recording date). Dengan perkataan
lain pemotongan Pajak Penghasilan atas dividen sebagaimana diatur dalam Pasal 23
Undang-Undang Pajak Penghasilan baru dapat dilakukan setelah para pemegang
saham yang berhak "menerima atau memperoleh" dividen tersebut diketahui,
meskipun dividen tersebut belum diterima secara tunai.
Berdasarkan kasus diatas, maka saat terutang adalah pada tanggal 9 Maret 2013 atau Masa
Pajak Maret 2013. Berdasarkan PMK No. 80 tahun 2010, tanggal jatuh tempo pembayaran
untuk PPh Pasal 4 ayat 2 adalah tanggal 10 bulan berikutnya, yaitu tanggal 10 April 2013.
Sedangkan jenis PPh yang dibayar adalah PPh Pasal 4 ayat 2. Hal ini dikarenakan perusahaan
merupakan perusahaan keluarga (dimiliki oleh individu / perorangan), sehingga dividen
tersebut dibagikan ke pemegang saham Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri.
Referensi

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan


Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2010 Tentang
Penghitungan Penghasilan Kena Pajak Dan Pelunasan Pajak Penghasilan Dalam
Tahun Berjalan
3. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 80/PMK.03/2010 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007 tentang
Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan
Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan
Pajak, serta Tata Cara Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak

Anda mungkin juga menyukai