2,00% dari gaji setiap bulan. Disamping itu PT Candra Kirana juga mengikuti program pensiun
untuk pegawainya. PT Candra Kirana membayar iuran pensiun untuk Budi Karyanto ke dana
pensiun, yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar
Rp100.000,00, sedangkan Budi Karyanto membayar iuran pensiun sebesar Rp50.000,00. Pada
bulan Juli 2013 Budi Karyanto hanya menerima pembayaran berupa gaji. Penghitungan PPh Pasal
21 bulan Juli 2013 adalah sebagai berikut:
Gaji
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja
Premi Jaminan Kematian
Penghasilan bruto
Pengurangan
1. Biaya jabatan
5%x3.024.000,00
2. Iuran Pensiun
3. Iuran Jaminan Hari Tua
Penghasilan neto sebulan
Penghasilan neto setahun
12x2.762.800,00
PTKP
- untuk WP sendiri
- tambahan WP kawin
Penghasilan Kena Pajak setahun
Pembulatan
PPh terutang
5%x6.828.000,00
PPh Pasal 21 bulan Juli
341.400,00 : 12
3.000.000,00
15.000,00
9.000,00
3.024.000,00
151.200,00
50.000,00
60.000,00
261.200,00
2.762.800,00
33.153.600,00
24.300.000,00
2.025.000,00
26.325.000,00
6.828.600,00
6.828.000,00
341.400,00
28.452,00
Catatan:
Biaya Jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang
dapat dikurangkan dari penghasilan setiap orang yang bekerja sebagai pegawai tetap tanpa
memandang mempunyai jabatan ataupun tidak.
Contoh di atas berlaku apabila pegawai yang bersangkutan sudah memiliki NPWP. Dalam
hal pegawai yang bersangkutan belum memiliki NPWP, maka jumlah PPh Pasal 21 yang
harus dipotong pada bulan Juli adalah sebesar: 120% x Rp28.452,00=Rp 34.140,00
*) Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi dimana
penulis bekerja.
Sesuai dengan Pasal 17 ayat 1, Undang-Undang No. 36 tahun 2008 (Undang-Undang tentang Pajak
Penghasilan), maka tarif (potongan) pajak penghasilan pribadi adalah sebagai berikut.
Lapisan Penghasilan Kena Pajak (Rp)
Tarif Pajak
5%
15%
25%
30%
PTKP (Rp)
Belum Kawin
24.300.000
Kawin, anak 0
26.325.000
Kawin, anak 1
28.350.000
Kawin, anak 2
30.375.000
Kawin, anak 3
32.400.000
Itulah potongan pajak penghasilan pribadi dan Penghasilan Tidak Kena Pajak yang dapat Anda
gunakan untuk menghitung pajak penghasilan pribadi Anda.
Uang Perjalanan Dinas: Rp 500.000 (Catatan: pekerja melakukan perjalanan dinas pada
bulan berjalan)
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja: Rp127.000 (1.27% dari gaji pokok untuk bidang minyak
bumi dan gas)
Iuran Jaminan Hari Tua: Rp570.000 (5.7% dari gaji pokok; 2% ditanggung pekerja)
Iuran Dana Pensiun: Rp200.000 (2% dari gaji pokok - sesuai dengan Ketentuan Menteri
Keuangan)
Tabel di bawah ini adalah contoh perhitungan pajak penghasilan pribadi dengan data-data
di atas:
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Keterangan
Rp
Penghasilan Bruto
Gaji Pokok
10.000.000
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja
127.000
Premi Jaminan Kematian
30.000
Premi Asuransi Kesehatan
500.000
Tunjangan Transport
500.000
Tunjangan Perumahan
500.000
Penghasilan Bruto (1+2+3+4+5+6)
11.657.000
Pengurang
Biaya Jabatan per Bulan (5 %, maksimum Rp500.000) 500.000
Premi Jaminan Hari Tua (yang dibayar pekerja)
200.000
Iuran Pensiun (yang dibayar pekerja)
200.000
Total Pengurang (9+10+11)
900.000
Penghasilan Neto sebelum Potong Pajak
10.757.000
Penghasilan Neto Disetahunkan
129.084.000
Penghasilan Tidak Kena Pajak (K-2)
30.375.000
Penghasilan Neto Kena Pajak (14-15)
98.709.000
Pajak Setahun (sesuai tarif yang berlaku)
9.806.350
Pajak pada Bulan Berjalan
817.196
Penghasilan Bersih Setelah Potong Pajak (13-18)
9.939.804
Net Take Home Pay (19-10-11)
9.539.804
penghasilan, pajak yang sudah dipotong pada bulan-bulan sebelumnya dan prediksi penghasilan di
bulan-bulan mendatang.
Itulah contoh perhitungan pajak penghasilan pribadi (PPh 21). Anda bisa mencoba bagaimana
menghitung pajak penghasilan Anda pada bulan ini dengan mengikuti langkah-langkah di atas.
Bisa juga Anda bertanya kepada bagian Payroll untuk mengetahui lebih rinci bagaimana
perhitungan pajak penghasilan di perusahaan Anda.
I. Pengertian
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Pajak Negara yang dikenakan terhadap bumi
dan/atau bangunan berdasarkan Undang-undang nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak
Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang nomor 12
Tahun 1994.
PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang
ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan/atau bangunan. Keadaan subyek
(siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besarnya pajak.
Pajak yang terjadi setelah tanggal 1 Januari akan dikenakan pajak pada tahun
berikutnya.
Contoh : A menjual tanah kepada B pada tanggal 2 Januari 2007. Kewajiban PBB Tahun
2007 masih menjadi tanggung jawab A. Sejak Tahun Pajak 2008 kewajiban PBB
menjadi tanggung jawab B.
Bila menurut wajib pajak ada yang tidak sesuai antara data seperti NJOP, luas tanah
dan atau bangunan pada SPPT yang diterimanya, maka dapat mengajukan keberatan
ke KP PBB atau KPP Pratama. Surat pengajuan atas keberatan wajib pajak atas SPPT
yang diterima paling lambat diajukan 3 bulan sejak SPPT PBB diterima WP. KPBB / KPP
Pratama memiliki batas waktu 12 bulan atas keberatan wajib pajak atas SPPT yang
diterima. Jika dalam tempo 12 bulan tidak ada jawaban maka keberatan WP dianggap
diterima / dikabulkan.
XIV. Sanksi Perpajakan Pajak Bumi Dan Bangunan / PBB
Apabila wajib pajak PBB tidak melunasi pembayaran PBB sesuai dengan batas waktu
yang telah ditetapkan maka wajib pajak dapat dikenai sanksi denda administrasi
sebesar 2% perbulan maksimal selama 24 bulan berturut-turut atau total denda
administrasi sebesar 48%. Media pemberitahuan pajak yang terutang melewati batas
waktu yang terlah ditetapkan adalah dengan Surat Tagihan Pajak (STP). Jika dalam
waktu 30 hari setelah STP terbit belum ada pembayaran dari WP, maka dapat
diterbitkan Surat Paksa (SP) sesuai denngan pasal 13.
Dasar perhitungan pajak adalah Nilai Jual Kena Pajak yang ditetapkan serendahrendahnya 20% dan setinggi-tingginya 100% dari Nilai Jual Kena Pajak.
Perumahan dengan NJOP sama atau lebih besar dari Rp. 1 Milyar, kecuali yang
dimiliki atau dikuasai oleh PNS, ABRI, dan para pensiunan termasuk janda dan
duda.
Perkebunan dengan luas sama atau lebih besar dari 25 hektar yang dimiliki,
dikuasai, atau dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Swasta
Perhutanan termasuk areal blok tebangan dalam rangka penyelenggaraan
kegiatan pemegang Hak Penguasaan hutan, pemegang Hak pemungutan Hasil
Hutan dan pemegang izin pemanfaatan kayu.
Obyek Pajak Perkebunan, kehutanan dan pertambangan sebesar 40% dari Nilai
Jual Ojek pajak.
Obyek Pajak lainnya :
- Sebesar 40% dari Nilai Jual Objek Pajak apabila NJOP nya Rp. 1.000.000.000,(satu Milyar) atau lebih.
- Sebesar 20% dari Nilai Jual Objek Pajak apabila NJOP nya kurang dari Rp.
1.000.000.000,-
Sehingga sesuai Pasal 7 Undang-Undang No. 12 tahun 1985 rumus perhitungan PBB
Pajak Bumi Bangunan Terhutang = Tarif Pajak x Nilai Jual Kena Pajak (NJKP)
Sebelum dikalikan dengan Tarif NJOP harus dikurangkan dengan NJOPTKP. Ketentuan
menyangkut NJOPTKP (Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Paja adalah sebagai berikut :
NJOPTKP (Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak) ditetapkan secara regional sebesar Rp.
12.000.000,- yang diberikan dengan ketentuan :
Untuk setiap wajib pajak hanya diberikan satu NJOPTKP terhadap satu objek
yang dimiliki atau disewa/atau dipakai.
Diberikan untuk bumi dan/atau bangunan
Jika wajib pajak memiliki beberapa objek pajak yang diberikan NJOPTKP hanya
salaah satu objek yang memiliki nialai jual objek pajak terttinggi.
3. Taman
4. Kolam renang
5. Pagar mewah
Luas tanah
= 850 x Rp 5.625.000,00
= Rp 4.781.250.000,00
2)
Bangunan rumah
= 250 x Rp 6.950.000,00
= Rp 1.737.500.000,00
3)
Taman
= 150 x Rp 264.000,00
= Rp
39.600.000,00
4)
Kolam renang
= 250 x Rp 1.516.000,00
= Rp
379.000.000,00
5)
Pagar mewah
= 180 x Rp 1.516.000,00
=Rp
72.880.000 ,00 +
NJOP
7.210.230.000,00
NJOPTKP
12.000.000,00
NJOPKP
7.198.230.000,00
PBB terutang pusat
14.396.460,00
Rp
Rp
=
Rp
= Rp
= Rp
itulah tadi rumus perhitungan PBB, semoga bermanfaat. Jangan Lupa Bayar Pajak,
Pajak membangun Negara (katanya).
Penelusuran yang terkait dengan perhitungan pbb
cara perhitungan pbb, contoh soal perhitungan pbb, perhitungan pbb 2010,
perhitungan pbb 2012, perhitungan bphtb
3. Tarif PPnBM adalah paling rendah 10% (sepuluh persen) dan paling tinggi 200%
(dua ratus persen).
4. Tarif PPnBM atas ekspor BKP yang tergolong mewah adalah 0% (nol persen)
Cara menghitung pajak pertambahan nilai
1. PKP A menjual tunai Barang Kena Pajak dengan Harga Jual Rp 25.000.000,00
Pajak Pertambahan Nilai yang terutang
= 10% x Rp25.000.000,00
= Rp2.500.000,00
PPN sebesar Rp2.500.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran yang
dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak A.
2. PKP B melakukan penyerahan Jasa Kena Pajak dengan memperoleh
Penggantian sebesar Rp20.000.000,00
PPN yang terutang yang dipungut oleh PKP B
= 10% x Rp20.000.000,00
= Rp 2.000.000,00
PPN sebesar Rp2.000.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran yang
dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak B.
3. Seseorang mengimpor Barang Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dengan
Nilai Impor sebesar Rp15.000.000,00. PPN yang dipungut melalui Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai
= 10% x Rp15.000.000,00
= Rp 1.500.000,00
Artikel yang terkait dengan Cara menghitung pajak pertambahan nilai, pengertian ppn,
perhitungan ppn, contoh perhitungan ppn, perhitungan ppn masukan dan keluaran, cara menghitung
pajak