Anda di halaman 1dari 14

Cara Penghitungan PPh Pasal 21 Terbaru

Selasa, 19 Pebruari 2013 - 11:07

Oleh Moh. Makhfal Nasirudin, Pegawai Direktorat Jenderal Pajak


Seperti yang telah kita ketahui, mulai bulan Januari 2013, Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
telah berubah. Sekarang untuk Wajib Pajak yang berstatus tidak kawin dan tidak mempunyai
tanggungan jumlah PTKP-nya sebesar Rp 24.300.000,00 atau setara dengan Rp 2.025.000,00 per
bulan. Dengan adanya perubahan itu, tatacara penghitungan PPh Pasal 21 juga mengalami
perubahan. Perubahan itu diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-31/PJ/2012
tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal
21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang
Pribadi.
Dalam aturan baru tersebut, yang berkewajiban melakukan Pemotongan PPh Pasal 21 dan/atau PPh
Pasal 26 adalah pemberi kerja, bendahara atau pemegang kas pemerintah, yang membayarkan gaji,
upah dan sejenisnya dalam bentuk apapun sepanjang berkaitan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa,
dan kegiatan; dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan badan-badan lain
yang membayar uang pensiun secara berkala dan tunjangan hari tua atau jaminan hari tua; orang
pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan yang membayar
honorarium, komisi atau pembayaran lain dengan kondisi tertentu dan penyelenggara kegiatan,
termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat nasional dan internasional, perkumpulan,
orang pribadi serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan, yang membayar
honorarium, hadiah, atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada Wajib Pajak orang pribadi
berkenaan dengan suatu kegiatan.
Penghitungan PPh Pasal 21 menurut aturan yang baru tersebut, dibedakan menjadi 6 macam, yaitu :
PPh Pasal 21 untuk Pegawai tetap dan penerima pensiun berkala; PPh pasal 21 untuk pegawai
tidak tetap atau tenaga kerja lepas; PPh pasal 21 bagi anggota dewan pengawas atau dewan
komisaris yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap, penerima imbalan lain yang bersifat tidak
teratur, dan peserta program pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai yang menarik dana
pensiun. Di kesempatan ini akan dipaparkan tentang contoh perhitungan PPh pasal 21 untuk
Pegawai Tetap dan Penerima Pensiun Berkala.
Penghitungan PPh Pasal 21 untuk pegawai tetap dan penerima pensiun berkala dibedakan menjadi
2 (dua): Penghitungan PPh Pasal 21 masa atau bulanan yang rutin dilakukan setiap bulan dan
Penghitungan kembali yang dilakukan setiap masa pajak Desember (atau masa pajak dimana
pegawai berhenti bekerja).
Berikut disampaikan contoh sebagai mana tercantum dalam peraturan tersebut.
Budi Karyanto pegawai pada perusahaan PT Candra Kirana, menikah tanpa anak, memperoleh gaji
sebulan Rp3.000.000,00. PT Candra Kirana mengikuti program Jamsostek, premi Jaminan
Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masingmasing 0,50% dan 0,30% dari gaji. PT Candra Kirana menanggung iuran Jaminan Hari Tua setiap
bulan sebesar 3,70% dari gaji sedangkan Budi Karyanto membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar

2,00% dari gaji setiap bulan. Disamping itu PT Candra Kirana juga mengikuti program pensiun
untuk pegawainya. PT Candra Kirana membayar iuran pensiun untuk Budi Karyanto ke dana
pensiun, yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar
Rp100.000,00, sedangkan Budi Karyanto membayar iuran pensiun sebesar Rp50.000,00. Pada
bulan Juli 2013 Budi Karyanto hanya menerima pembayaran berupa gaji. Penghitungan PPh Pasal
21 bulan Juli 2013 adalah sebagai berikut:
Gaji
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja
Premi Jaminan Kematian
Penghasilan bruto
Pengurangan
1. Biaya jabatan
5%x3.024.000,00
2. Iuran Pensiun
3. Iuran Jaminan Hari Tua
Penghasilan neto sebulan
Penghasilan neto setahun
12x2.762.800,00
PTKP
- untuk WP sendiri
- tambahan WP kawin
Penghasilan Kena Pajak setahun
Pembulatan
PPh terutang
5%x6.828.000,00
PPh Pasal 21 bulan Juli
341.400,00 : 12

3.000.000,00
15.000,00
9.000,00
3.024.000,00

151.200,00
50.000,00
60.000,00
261.200,00
2.762.800,00
33.153.600,00
24.300.000,00
2.025.000,00
26.325.000,00
6.828.600,00
6.828.000,00
341.400,00
28.452,00

Catatan:

Biaya Jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang
dapat dikurangkan dari penghasilan setiap orang yang bekerja sebagai pegawai tetap tanpa
memandang mempunyai jabatan ataupun tidak.
Contoh di atas berlaku apabila pegawai yang bersangkutan sudah memiliki NPWP. Dalam
hal pegawai yang bersangkutan belum memiliki NPWP, maka jumlah PPh Pasal 21 yang
harus dipotong pada bulan Juli adalah sebesar: 120% x Rp28.452,00=Rp 34.140,00

*) Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi dimana
penulis bekerja.

Tarif Pajak Penghasilan Pribadi dan Penghasilan Tidak Kena


Pajak (PTKP)
Inilah tarif pajak penghasilan pribadi dan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang
diberlakukan sejak 1 Januari 2013, yang bisa Anda gunakan untuk menghitung pajak
penghasilan Anda.

Sesuai dengan Pasal 17 ayat 1, Undang-Undang No. 36 tahun 2008 (Undang-Undang tentang Pajak
Penghasilan), maka tarif (potongan) pajak penghasilan pribadi adalah sebagai berikut.
Lapisan Penghasilan Kena Pajak (Rp)

Tarif Pajak

Sampai dengan 50 juta

5%

Di atas 50 juta sd 250 juta

15%

Di atas 250 juta sd 500 juta

25%

Di atas 500 juta

30%

Tarif pajak di atas diberlakukan setelah Penghasilan Tidak Kena Pajak


(PTKP) dikurangi dari penghasilan bersih yang disetahunkan.
PTKP berbeda untuk status pekerja yang berbeda. Sesuai dengan Pasal 7 ayat 1, UndangUndang No. 36 tahun 2008, yang besarnya kemudian dirubah sesuai dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 162/PMK.011/2012 tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena
Pajak, bagi pekerja yang belum kawin, PTKP adalah Rp24.300.000. Catata: Lihat juga Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan,
Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26
Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.
Bila pekerja kawin, ada penambahan Rp2.025.000 untuk PTKP.
Bila pekerja mempunyai anak, ada penambahan PTKP sebesar Rp2.025.000 untuk setiap anak dan
hanya berlaku sampai anak yang ketiga.
Tidak ada penambahan PTKP untuk anak ke-empat dan seterusnya.
Bila istri bekerja, PTKP pekerja tetap sama, yaitu Rp24.300.000 dan tarif pajak penghasilan tetap
sama.
Berikut adalah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) untuk status pekerja yang berbeda.
Status Pekerja

PTKP (Rp)

Belum Kawin

24.300.000

Kawin, anak 0

26.325.000

Kawin, anak 1

28.350.000

Kawin, anak 2

30.375.000

Kawin, anak 3

32.400.000

Itulah potongan pajak penghasilan pribadi dan Penghasilan Tidak Kena Pajak yang dapat Anda
gunakan untuk menghitung pajak penghasilan pribadi Anda.

Contoh Perhitungan Pajak Penghasilan Pribadi (PPh 21)


Inilah adalah contoh perhitungan pajak penghasilan pribadi (PPh 21) dari seorang pekerja di
perusahaan yang bergerak di bidang minyak dan gas. Pekerja sudah kawin dan punya 2 anak.
Pekerja ikut Program Jamsostek kecuali asuransi kesehatan, yang disediakan oleh Perusahaan.
Selain itu, pekerja juga ikut Program Pensiun. Pekerja tidak mempunyai penghasilan lain.

Data-data untuk perhitungan pajak penghasilan adalah sebagai berikut:

Gaji pokok: Rp10.000.000


Tunjangan transport: Rp 500.000

Tunjangan perumahan: Rp 500.000

Uang Perjalanan Dinas: Rp 500.000 (Catatan: pekerja melakukan perjalanan dinas pada
bulan berjalan)

Premi Jaminan Kecelakaan Kerja: Rp127.000 (1.27% dari gaji pokok untuk bidang minyak
bumi dan gas)

Premi Jaminan Kematian: Rp30.000 (0.3% dari gaji pokok)

Iuran Jaminan Hari Tua: Rp570.000 (5.7% dari gaji pokok; 2% ditanggung pekerja)

Iuran Dana Pensiun: Rp200.000 (2% dari gaji pokok - sesuai dengan Ketentuan Menteri
Keuangan)

Premi Asuransi Kesehatan untuk wajib pajak: Rp500.000/bulan

Tabel di bawah ini adalah contoh perhitungan pajak penghasilan pribadi dengan data-data
di atas:
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Keterangan

Rp

Penghasilan Bruto
Gaji Pokok
10.000.000
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja
127.000
Premi Jaminan Kematian
30.000
Premi Asuransi Kesehatan
500.000
Tunjangan Transport
500.000
Tunjangan Perumahan
500.000
Penghasilan Bruto (1+2+3+4+5+6)
11.657.000
Pengurang
Biaya Jabatan per Bulan (5 %, maksimum Rp500.000) 500.000
Premi Jaminan Hari Tua (yang dibayar pekerja)
200.000
Iuran Pensiun (yang dibayar pekerja)
200.000
Total Pengurang (9+10+11)
900.000
Penghasilan Neto sebelum Potong Pajak
10.757.000
Penghasilan Neto Disetahunkan
129.084.000
Penghasilan Tidak Kena Pajak (K-2)
30.375.000
Penghasilan Neto Kena Pajak (14-15)
98.709.000
Pajak Setahun (sesuai tarif yang berlaku)
9.806.350
Pajak pada Bulan Berjalan
817.196
Penghasilan Bersih Setelah Potong Pajak (13-18)
9.939.804
Net Take Home Pay (19-10-11)
9.539.804

Contoh perhitungan pajak penghasilan di atas mengabaikan penghasilan dan pajak


kumulatif bulan berjalan.
Perhitungan pajak bulan berjalan umumnya memperhitungkan kumulatif penghasilan yang sudah
berjalan. Misalnya, perhitungan pajak penghasilan bulan April akan memperhitungkan kumulatif

penghasilan, pajak yang sudah dipotong pada bulan-bulan sebelumnya dan prediksi penghasilan di
bulan-bulan mendatang.
Itulah contoh perhitungan pajak penghasilan pribadi (PPh 21). Anda bisa mencoba bagaimana
menghitung pajak penghasilan Anda pada bulan ini dengan mengikuti langkah-langkah di atas.
Bisa juga Anda bertanya kepada bagian Payroll untuk mengetahui lebih rinci bagaimana
perhitungan pajak penghasilan di perusahaan Anda.

Pengertian & Arti Definisi Pajak Bumi


dan Bangunan / PBB - Info
Pendaftaran, Tarif, Pembayaran,
Kebe
PASERKAB, 00-00-0000 00:00:00 WITA
Pengertian & Arti Definisi Pajak Bumi dan Bangunan / PBB - Info Pendaftaran, Tarif,
Pembayaran, Keberatan, Sanksi & Media SPPT

I. Pengertian
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Pajak Negara yang dikenakan terhadap bumi
dan/atau bangunan berdasarkan Undang-undang nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak
Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang nomor 12
Tahun 1994.
PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang
ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan/atau bangunan. Keadaan subyek
(siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besarnya pajak.

II. Objek PBB


Objek PBB adalah "Bumi dan/atau Bangunan":
Bumi : Permukaan bumi (tanah dan perairan) dan tubuh bumi yang ada dibawahnya.
Contoh : sawah, ladang, kebun, tanah. pekarangan, tambang, dll.
Bangunan : Konstruksi teknik yang ditanamkan atau dilekatkan secara tetap pada
tanah dan/atau perairan di wilayah Republik Indonesia.
Contoh : rumah tempat tinggal, bangunan tempat usaha, gedung bertingkat, pusat
perbelanjaan, jalan tol, kolam renang, anjungan minyak lepas pantai, dll

III. Objek PBB Yang Dikecualikan


Objek yang dikecualikan adalah objek yang :
1. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dibidang ibadah,
sosial, pendidikan dan kebudayaan nasional yang tidak dimaksudkan memperoleh
keuntungan, seperti mesjid, gereja, rumah sakit pemerintah, sekolah, panti asuhan,
candi, dan lain-lain.
2. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala.
3. Merupakan hutan lindung, suaka alam, hutan wisata, taman nasional, dan lain-lain.
4. Dimiliki oleh Perwakilan Diplomatik berdasarkan azas timbal balik dan Organisasi
Internasional yang ditentukan oleh Menteri Keuangan.
IV. Subjek Pajak dan Wajib Pajak
Subyek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata :
- mempunyai suatu hak atas bumi, dan atau;
- memperoleh manfaat atas bumi, dan atau;
- memiliki, menguasai atas bangunan, dan atau;
- memperoleh manfaat atas bangunan.
Wajib Pajak adalah Subyek Pajak yang dikenakan kewajiban membayar pajak.

V. Cara Mendaftarkan Objek PBB


Orang atau Badan yang menjadi Subjek PBB harus mendaftarkan Objek Pajaknya ke
Kantor Pelayanan PBB atau Kantor Penyuluhan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi
letak objek tersebut, dengan menggunakan formulir Surat Pemberitahuan Objek Pajak
(SPOP) yang tersedia gratis di Kantor Pelayanan PBB/Kantor Penyuluhan Pajak
setempat.

VI. Dasar Pengenaan PBB


Dasar pengenaan PBB adalah "Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)". NJOP ditentukan per
wilayah berdasarkan keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
dengan terlebih dahulu memperhatikan :
a. harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar;
b. perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis yang letaknya berdekatan dan
telah diketahui harga jualnya;
c. nilai perolehan baru;
d. penentuan nilai jual objek pengganti.

VII. Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)


NJOPTKP adalah batas NJOP atas bumi dan/atau bangunan yang tidak kena pajak.
Besarnya NJOPTKP untuk setiap daerah Kabupaten/Kota setinggi-tingginya Rp
12.000.000,- dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Setiap Wajib Pajak memperoleh pengurangan NJOPTKP sebanyak satu kali dalam
satu Tahun Pajak.
b. Apabila wajib pajak mempunyai beberapa Objek Pajak, maka yang mendapatkan
pengurangan NJOPTKP hanya satu Objek Pajak yang nilainya terbesar dan tidak bisa
digabungkan dengan Objek Pajak lainnya.

VIII. Dasar Penghitungan PBB


Dasar penghitungan PBB adalah Nilai Jual Kena Pajak (NJKP).
Besarnya NJKP adalah sebagai berikut :
Objek pajak perkebunan adalah 40%
Objek pajak kehutanan adalah 40%
Objek pajak pertambangan adalah 20%
Objek pajak lainnya (pedesaan dan perkotaan):
- apabila NJOP-nya > Rp1.000.000.000,00 adalah 40%
- apabila NJOP-nya < Rp1.000.000.000,00 adalah 20%

IX. Tarif PBB


Besarnya tarif PBB adalah 0,5%

X. Rumus Penghitungan PBB


Rumus penghitungan PBB = Tarif x NJKP
a. Jika NJKP = 40% x (NJOP - NJOPTKP) maka besarnya PBB
= 0,5% x 40% x (NJOP-NJOPTKP)
= 0,2% x (NJOP-NJOPTKP)
b. Jika NJKP = 20% x (NJOP - NJOPTKP) maka besarnya PBB
= 0,5% x 20% x (NJOP-NJOPTKP)
= 0,1% x (NJOP-NJOPTKP)

XI. Tempat Pembayaran PBB


Wajib Pajak yang telah menerima Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT), Surat
Ketetapan Pajak (SKP) dan Surat Tagihan Pajak (STP) dari Kantor Pelayanan PBB atau
disampaikan lewat Pemerintah Daerah harus melunasinya tepat waktu pada tempat
pembayaran yang telah ditunjuk dalam SPPT yaitu Bank Persepsi atau Kantor Pos dan
Giro.

XII. Saat Yang Menentukan Pajak Terutang.


Saat yang menentukan pajak terutang menurut Pasal 8 ayat 2 UU PBB adalah
keadaan Objek Pajak pada tanggal 1 Januari. Dengan demikian segala mutasi atau
perubahan atas Objek Pajak yang terjadi setelah tanggal 1 Januari akan dikenakan
pajak pada tahun berikutnya.
Contoh : A menjual tanah kepada B pada tanggal 2 Januari 2007.
Kewajiban PBB Tahun 2007 masih menjadi tanggung jawab A. Sejak Tahun Pajak 2008
kewajiban PBB menjadi tanggung jawab B.

Pajak yang terjadi setelah tanggal 1 Januari akan dikenakan pajak pada tahun
berikutnya.
Contoh : A menjual tanah kepada B pada tanggal 2 Januari 2007. Kewajiban PBB Tahun
2007 masih menjadi tanggung jawab A. Sejak Tahun Pajak 2008 kewajiban PBB
menjadi tanggung jawab B.

XIII. Hak-Hak Yang Dimiliki Oleh Wajib PBB


1. Pengurangan Pajak Bumi Dan Bangunan / PBB.
Jika wajib pajak tidak sanggup / tidak mampu membayar PBB dengan alasan seperti
tidak mampu, dan lain sebagainya dapat memohon pengurangan ke KPBB atau KPP
Pratama. Surat permohonan pengurangan Pajak disampaikan selambat-lambatnya 3
bulan sejak diterima SPPT PBB. Jika dalam 3 bulan sejak permohonan pengurangan
diterima belum ada jawaban, maka permohonan wp dianggap diterima / dikabulkan.
Permohonan pengurangan pajak bumi dan bangunan tidak mengurangi atau menunda
waktu pembayaran atau pelunasan PBB.
2. Keberatan Pajak Bumi Dan Bangunan / PBB

Bila menurut wajib pajak ada yang tidak sesuai antara data seperti NJOP, luas tanah
dan atau bangunan pada SPPT yang diterimanya, maka dapat mengajukan keberatan
ke KP PBB atau KPP Pratama. Surat pengajuan atas keberatan wajib pajak atas SPPT
yang diterima paling lambat diajukan 3 bulan sejak SPPT PBB diterima WP. KPBB / KPP
Pratama memiliki batas waktu 12 bulan atas keberatan wajib pajak atas SPPT yang
diterima. Jika dalam tempo 12 bulan tidak ada jawaban maka keberatan WP dianggap
diterima / dikabulkan.
XIV. Sanksi Perpajakan Pajak Bumi Dan Bangunan / PBB

Apabila wajib pajak PBB tidak melunasi pembayaran PBB sesuai dengan batas waktu
yang telah ditetapkan maka wajib pajak dapat dikenai sanksi denda administrasi
sebesar 2% perbulan maksimal selama 24 bulan berturut-turut atau total denda
administrasi sebesar 48%. Media pemberitahuan pajak yang terutang melewati batas
waktu yang terlah ditetapkan adalah dengan Surat Tagihan Pajak (STP). Jika dalam
waktu 30 hari setelah STP terbit belum ada pembayaran dari WP, maka dapat
diterbitkan Surat Paksa (SP) sesuai denngan pasal 13.

Perhitungan PBB, Rumus dan Caranya


Wednesday, December 19th 2012. | Lain-lain

Rumus Perhitungan PBB Bagi anda yang sudah mempunyai


bangunan entah itu rumah tinggal, ruko, toko, kos-kosan dan lain-lain wajib dikenakan Pajak Bumi
Bangunan (PBB). Setiap tahun anda wajib membaya sekian persen dari yang kena pajak dari
bangunan anda. Bagaima sebernarnya Rumus Perhitungan PBB sehingga bisa ketemu nilai yang
tiap anda bayar? Berikut ini sedikit uraian tentang rumus perhitungan PBB.
Sebelum kerumus perhitungan PBB, kita wajib tahu dulu hal-hal berikut
Berapa Tarif perhitungan PBB?
Tarif pajak 0,5% dan jenis tarif perhitungan PBB ini disebut sebagai Tarif tunggal yang berlaku
terhadap obyek pajak jenis apapun di seluruh wilayah Indonesia. Tidak seperti PPh yang
menggunakan tarif progresif.
Apa Dasar Perhitungan PBB?

Adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)


Adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi
secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentukan
melalui perbandingan harga dengan obyek lain yang sejenis, atau niali
perolehan baru atau nilai objek pajak pengganti.
Besarnya Nilai Jual Objek Pajak ditetapkan oleh Menteri Keuangan setiap 3
tahun sekali, kecuali untuk daerah tertentu ditetapkan setiap tahun dengan
perkembangan daerahnya.

Dasar perhitungan pajak adalah Nilai Jual Kena Pajak yang ditetapkan serendahrendahnya 20% dan setinggi-tingginya 100% dari Nilai Jual Kena Pajak.

Besarnya persentase Nilai jual Kena Pajak ditetapkan dengan Peraturan


Pemerintah dengan memperhatikan kondisi ekonomi nasional.

Penentuan NJOP untuk Perhitungan PBB


Di dalam penentuan NJOP PBB 3 metode penilaian atau pendekatan penilaian yang digunakan
untuk perhitungan PBB, antara lain :

1. Pendekatan Data Pasar (Market Data Approach)


2. Pendekatan Biaya (Cos Approach)
3. Pendekatan Pendapatan (Income Approach)

Untuk Cara Penilaian menggunakan 2 cara,yakni :


1. Penilaian Massal (Mass Appraisal)
2. Penilaian Individual (Individual Appraisal)

Penentuan NJKP untuk Perhitungan PBB


Dasar Perhitungan yang digunakan untuk menghitung pajak terhutang adalah Nilai Jual Kena Pajak
(NJKP) ditetapkan serendah-rendahnya 20% dan setinggi-tingginya 100% dari Nilai Jual Kena
Pajak . Besarnya persentase NJKP yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah dengan
memperhatikan kondisi ekonomi nasional.
Berdasar PP No. 74 tahun 1998 ketentuan mengenai NJKP untuk perhitungan PBB atau Pajak
Bumi dan Bangunan ditetapkan sebesar 20% atau 40% dari Nilai Jual Objek Pajak.
NILAI JUAL KENA PAJAK = 20% atau 40% x Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)
Ketentuan Perhitungan PBB ini berdasarkan PP 74 tahun 1998 :
NJKP pada umumnya ditetapkan 20% dari Nilai jual obyek pajak, kecuali untuk obyek-obyek di
bawah ini ditetapkan sebesar 40% dari Nilai Jual Objek Pajak antar lain contohnya

Perumahan dengan NJOP sama atau lebih besar dari Rp. 1 Milyar, kecuali yang
dimiliki atau dikuasai oleh PNS, ABRI, dan para pensiunan termasuk janda dan
duda.
Perkebunan dengan luas sama atau lebih besar dari 25 hektar yang dimiliki,
dikuasai, atau dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Swasta
Perhutanan termasuk areal blok tebangan dalam rangka penyelenggaraan
kegiatan pemegang Hak Penguasaan hutan, pemegang Hak pemungutan Hasil
Hutan dan pemegang izin pemanfaatan kayu.

PP No. 46 tahun 2000 memperbarui PP 74 tahun 1998


Besarya NJKP sebagai dasar perhitungan kena pajak yang terhutang sebagaimana dimaksud dalam
pasal 6 ayat (3) Undang-undang Nomor 12 tahun 1994 ditetapkan untuk :
1. Obyek Pajak Perkebunan sebesar 40% dari Nilai Jual Ojek pajak.
2. Objek Pajak kehutanan sebesar 40% dari Nilai Jual Objek pajak
3. Objek Pajak pertambangan sebesar 20% (dua puluh persen) dari Nilai Jual Objek
pajak.
4. Objek pajak lainnya :
- Sebesar 40% dari Nilai Jual Objek Pajak apabila nilai jual Objek pajaknya Rp.
1.000.000.000,- (satu Milyar) atau lebih.
- Sebesar 20% dari Nilai Jual Objek Pajak apabila nilai jual Objek pajaknya
kurang dari Rp. 1.000.000.000,-

PP 25 Tahun 2002 Memperbarui PP 46 tahun 2000 . berisi ketentuan sebagai berikut :

Obyek Pajak Perkebunan, kehutanan dan pertambangan sebesar 40% dari Nilai
Jual Ojek pajak.
Obyek Pajak lainnya :
- Sebesar 40% dari Nilai Jual Objek Pajak apabila NJOP nya Rp. 1.000.000.000,(satu Milyar) atau lebih.
- Sebesar 20% dari Nilai Jual Objek Pajak apabila NJOP nya kurang dari Rp.
1.000.000.000,-

Cara Perhitungan PBB


Pokok-pokok yang harus diketahui untuk perhitungan PBB sebagai berikut
1. Nilai jual Kena Pajak (NJKP) yakni 20% atau 40% dari NJOP
2. Tarif Tunggal : 0,5%
3. NJOPTKP (Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak) yakni ditetapkan secara
regional paling tinggi sebesar Rp. 12.000.000,-

Sehingga sesuai Pasal 7 Undang-Undang No. 12 tahun 1985 rumus perhitungan PBB
Pajak Bumi Bangunan Terhutang = Tarif Pajak x Nilai Jual Kena Pajak (NJKP)
Sebelum dikalikan dengan Tarif NJOP harus dikurangkan dengan NJOPTKP. Ketentuan
menyangkut NJOPTKP (Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Paja adalah sebagai berikut :
NJOPTKP (Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak) ditetapkan secara regional sebesar Rp.
12.000.000,- yang diberikan dengan ketentuan :

Untuk setiap wajib pajak hanya diberikan satu NJOPTKP terhadap satu objek
yang dimiliki atau disewa/atau dipakai.
Diberikan untuk bumi dan/atau bangunan
Jika wajib pajak memiliki beberapa objek pajak yang diberikan NJOPTKP hanya
salaah satu objek yang memiliki nialai jual objek pajak terttinggi.

Jadi kesimpulannya Rumus Perhitungan PBB


PBB Terhutang = Tarif x NJKP
= 0,5% x 20% atau 40% x NJOP, sehingga dari rumus asal ini dapat dijabarkan
menjadi :
= 0,5% x 20% x (NJOP NJOPTKP)
= 0,5% x 20% x NJOP
= 0,5% x 40% x (NJOP-NJOPTKP)
= 0,5% x 40% x NJOP
Catatan :
NJOP= NJOP Bumi + NJOP Bangunan
NJOPTKP = ditetapkan secara regional paling tinggi Rp. 12.000.000,Contoh Soal Perhitungan PBB

PBB atas Rumah Mewah


Pak bondan punya Rumah mewah berikut fasilitasnya sebagai berikutt:
1. Luas tanah
2. Bangunan rumah

= 850 m2, kelas 045


= 250 m2, kelas 010

3. Taman

= 150 m2, kelas 030

4. Kolam renang

= 250 m2, kelas 020

5. Pagar mewah

= 180 m2, kelas 020

Bagaimana Perhitungan PBBnya? Perda Jakarta NJOPTKP Rp 12.000.000,00.


Jawab
Perhitungan PBB
1)

Luas tanah

= 850 x Rp 5.625.000,00

= Rp 4.781.250.000,00

2)

Bangunan rumah

= 250 x Rp 6.950.000,00

= Rp 1.737.500.000,00

3)

Taman

= 150 x Rp 264.000,00

= Rp

39.600.000,00

4)

Kolam renang

= 250 x Rp 1.516.000,00

= Rp

379.000.000,00

5)

Pagar mewah

= 180 x Rp 1.516.000,00

=Rp

72.880.000 ,00 +

NJOP
7.210.230.000,00

NJOPTKP
12.000.000,00

NJOPKP
7.198.230.000,00
PBB terutang pusat
14.396.460,00

Rp
Rp
=

= 0,5% x 40% x Rp 7.198.230.000,00

PBB terutang daerah = 0,3% x Rp 7.198.230.000,00


21.594.690,00

Rp

= Rp
= Rp

itulah tadi rumus perhitungan PBB, semoga bermanfaat. Jangan Lupa Bayar Pajak,
Pajak membangun Negara (katanya).
Penelusuran yang terkait dengan perhitungan pbb
cara perhitungan pbb, contoh soal perhitungan pbb, perhitungan pbb 2010,
perhitungan pbb 2012, perhitungan bphtb

Cara menghitung pajak pertambahan nilai


Friday, December 14th 2012. | umum

Cara menghitung pajak pertambahan nilai


Cara menghitung pajak pertambahan nilai
Cara menghitung pajak pertambahan nilai Macam dan jenis pajak sangatlah banyak. Kali ini kita
akan membahas Rumus Cara menghitung pajak pertambahan nilai pajak pertambahan nilai.
Pengertian Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan
nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen.
Dalam bahasa Inggris, PPN disebut Value Added Tax (VAT) atau Goods and Services Tax (GST).
PPN termasuk jenis pajak tidak langsung, maksudnya pajak tersebut disetor oleh pihak lain atau
pedagang yang bukan penanggung pajak atau dengan kata lain, penanggung pajak tidak
menyetorkan langsung pajak yang ia tanggung.
Mekanisme Cara menghitung pajak pertambahan nilai adalah pemungutan, penyetoran, dan
pelaporan PPN ada pada pihak pedagang atau produsen sehingga muncul istilah Pengusaha Kena
Pajak yang disingkat PKP. Dalam perhitungan PPN yang harus disetor oleh PKP, dikenal istilah
pajak keluaran dan pajak masukan. Pajak keluaran adalah PPN yang dipungut ketika PKP menjual
produknya, sedangkan pajak masukan adalah PPN yang dibayar ketika PKP membeli, memperoleh,
atau membuat produknya.
Cara menghitung pajak pertambahan nilai (PPn) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
(PPnBM)
PPN dan PPnBM yang terutang dihitung dengan cara mengalikan Tarif Pajak dengan Dasar
Pengenaan Pajak (DPP).
TARIF PPN & PPnBM
1. Tarif PPN adalah 10% (sepuluh persen).
2. Tarif PPN sebesar 0% (sepuluh persen) diterapkan atas:

ekspor Barang Kena Pajak (BKP) Berwujud;


ekspor BKP Tidak Berwujud; dan

ekspor Jasa Kena Pajak.

3. Tarif PPnBM adalah paling rendah 10% (sepuluh persen) dan paling tinggi 200%
(dua ratus persen).
4. Tarif PPnBM atas ekspor BKP yang tergolong mewah adalah 0% (nol persen)
Cara menghitung pajak pertambahan nilai
1. PKP A menjual tunai Barang Kena Pajak dengan Harga Jual Rp 25.000.000,00
Pajak Pertambahan Nilai yang terutang
= 10% x Rp25.000.000,00
= Rp2.500.000,00
PPN sebesar Rp2.500.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran yang
dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak A.
2. PKP B melakukan penyerahan Jasa Kena Pajak dengan memperoleh
Penggantian sebesar Rp20.000.000,00
PPN yang terutang yang dipungut oleh PKP B
= 10% x Rp20.000.000,00
= Rp 2.000.000,00
PPN sebesar Rp2.000.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran yang
dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak B.
3. Seseorang mengimpor Barang Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dengan
Nilai Impor sebesar Rp15.000.000,00. PPN yang dipungut melalui Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai
= 10% x Rp15.000.000,00
= Rp 1.500.000,00
Artikel yang terkait dengan Cara menghitung pajak pertambahan nilai, pengertian ppn,
perhitungan ppn, contoh perhitungan ppn, perhitungan ppn masukan dan keluaran, cara menghitung
pajak

Anda mungkin juga menyukai