PINDAH CABANG
B. Pengertian Pegawai Tidak Tetap & Aspek Perpajakannya
Pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas adalah pegawai yang hanya
menerima penghasilan jika bekerja berdasarkan jumlah hari bekerja,
jumlah unit pekerjaan yang dihasilkan, atau menyelesaikan suatu jenis
pekerjaan yang diminta oleh pemberi kerja.
Istilah yang digunakan bagi penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga
kerja lepas adalah imbalan atau upah harian, mingguan, atau upah
borongan.
Meski ketentuan perpajakannya berbeda dengan pegawai tetap, jenis
pajak yang dikenakan sama yakni PPh Pasal 21.
Apa itu PPh 21? PPh 21 adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan
baik berupa gaji, tunjangan atau pembayaran dalam bentuk apapun yang
berhubungan dengan jabatan atau jasa yang dilakukan seseorang.
Seperti sudah disebutkan di atas, PPh 21 pegawai tidak tetap punya
ketentuannya sendiri. Salah satu contoh ketentuan itu misalnya, PPh 21
hanya dikenakan pada tenaga kerja lepas yang memiliki penghasilan
senilai Rp 450.000 per hari atau lebih.
Berikut ini daftar ketentuan khusus dalam PPh 21 pegawai tidak tetap:
Tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal 21 jika penghasilan sehari belum
melebihi Rp 300.000.
Dilakukan pemotongan PPh Pasal 21, jika penghasilan sehari sebesar atau
melebihi Rp 450.000 merupakan jumlah yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto.
Bila pegawai tidak tetap memperoleh penghasilan kumulatif dalam 1
bulan kalender melebihi Rp 4.500.000 , maka jumlah tersebut dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto.
Rata-rata penghasilan sehari adalah rata-rata upah mingguan, upah
satuan, atau upah borongan untuk setiap hari kerja yang digunakan.
PTKP sebenarnya adalah untuk jumlah hari kerja yang sebenarnya.
PTKP sehari sebagai dasar untuk menetapkan PTKP yang sebenarnya
adalah sebesar PTKP per tahun Rp 54.000.000 dibagi 360 hari.
Bila pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas tersebut mengikuti
program jaminan atau tunjangan hari tua, maka iuran yang dibayar sendiri
dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 102/
PMK.010/2016 tentang Penetapan Bagian Penghasilan Sehubungan
dengan Pekerjaan dari Pegawai Harian dan Mingguan serta Pegawai
Tidak Tetap Lainnya yang Tidak Dikenakan Pemotongan Pajak
Penghasilan ada beberapa ketentuan yang harus Anda ketahui seperti:
PPh 21 pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang
penghasilannya kurang dari Rp 450.000 per hari tidak dikenakan
pemotongan penghasilan.
Ardi adalah pegawai tenaga lepas untuk desain grafis di PT. Cahaya
Kurnia dengan penghasilan Rp 5.000.000.
Besarnya PPh 21 yang terutang adalah:
5% x 50% x Rp 5.000.000,00 = Rp 125.000.
Bila Aditya tidak memiliki NPWP maka besarnya PPh Pasal 21 yang
terutang adalah:
120% x 5% x 50% x Rp 5.000.000,00 = Rp 150.000.
Penjelasan:
Karena Ardi bukan pegawai tetap di PT. Cahaya Kurnia, maka PKP yang
dikenakan sebesar 50% dari jumlah penghasilan bruto.
Hal ini sesuai dengan peraturan PER-32/PJ/2015 Pasal 3 huruf c.
Sedangkan tarif PPh Pasal 21 untuk penghasilan tahunan sampai dengan
Rp 50.000.000 adalah 5%.
Contoh Perhitungan PPh 21 untuk Karyawan Tidak Tetap
(Karyawan Lepas Harian)
Fajar merupakan seorang pekerja belum menikah. Pada bulan Januari
2018, Fajar bekerja sebagai tenaga kerja harian PT Morisa TV serta
mendapat upah Rp 125.000 per jumlah unit TV yang dapat diselesaikan.
Dalam satu minggu (6 hari kerja) Fajar menyelesaikan 24 buah TV
dengan total upah Rp 3.000.000. Berapa PPh 21 yang dikenakan?
Cara hitung:
Upah per hari : Rp 3.000.000 / 6 = Rp 500.000
Upah di atas Rp 450.000: Rp 500.000 – Rp 450.000 = Rp 50.000
PPh 21 terutang: 6 x (5% x Rp 50.000) = Rp 15.000
Pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas merupakan pegawai yang
hanya menerima penghasilan jika bekerja berdasarkan jumlah hari
bekerja atau jumlah unit pekerjaan yang dihasilkan atau diselesaikan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan tentang PTKP 2016, PPh 21
pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang penghasilannya kurang
dari Rp 450.000 per hari tidak dikenakan pemotongan penghasilan
C. BUKAN PEGAWAI
Bukan Pegawai adalah wajib pajak orang pribadi selain pegawai dan
penerima pensiun yang memperoleh penghasilan dengan nama dan dalam
bentuk apa pun sebagai imbalan atas jasa yang dilakukan berdasarkan
perintah/permintaan dari pemberi penghasilan.
Peraturan Dirjen Pajak No 16 Tahun 2016, mengelompokkan Bukan
Pegawai seperti berikut:
1. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari
pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan
aktuaris.
2. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film,
bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,
peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis,
dan seniman lainnya.
3. Olahragawan
4. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator
5. Pengarang, peneliti, dan penerjemah
6. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan
sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi
dan sosial, serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan
7. Agen iklan
8. Pengawas atau pengelola proyek
9. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang
menjadi perantara
10. Petugas penjaja barang dagangan
11. Petugas dinas luar asuransi
12. Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan
kegiatan sejenis lainnya
Sementara itu, untuk menghitung besaran PPh pada masa pajak terakhir
dengan menggunakan tarif pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh adalah
sebagai berikut. Penghasilan Rp 0 sampai dengan Rp 60 juta per tahun
dikenakan tarif pajak 5 persen Penghasilan di atas Rp 60 juta sampai Rp
250 juta per tahun dikenakan tarif pajak 15 persen Penghasilan di atas Rp
250 juta sampai Rp 500 juta per tahun dikenakan tarif pajak 25 persen
Penghasilan di atas Rp 500 juta sampai Rp 5 miliar per tahun dikenakan
tarif pajak 30 persen Penghasilan di atas 5 miliar per tahun dikenakan
tarif pajak 35 persen. Contoh penghitungan. Tuan R merupakan pegawai
tetap perusahaan PT ABD dan memperoleh gaji sebulan Rp 10 juta serta
membayar iuran pensiun sebesar Rp 100,000 per bulan. Tuan R menikah
dan tidak memiliki tanggungan. Dengan demikian, Tuan R tergolong ke
dalam TER A lapisan 9 (penghasilan di atas Rp 9,65 juta sampai Rp
10,05 juta) sehingga TER bulanan yang dikenakan sebesar 2 persen.
Gaji = Rp 10 juta
Biaya jabatan = 5 persen x Rp 10 juta = Rp 500.000
Iuran pensiun = Rp 100.000
Penghasilan neto = gaji - biaya jabatan - iuran pensiun = Rp 9,4 juta.
Penghasilan neto setahun = Rp 9,4 juta x 12 = Rp 112,8 juta
PTKP setahun = Rp 58,5 juta
Penghasilan kena pajak (PKP) = penghasilan neto setahun - PTKP
setahun = Rp 54,3 juta.
PPh 21 terutang = Rp 54,3 juta x 5 persen = Rp 2,715 juta
PPh 21 per bulan (Januari sampai Desember) = Rp 226.250 Dengan
penghitungan lama,
Tuan R dikenakan PPh 21 sebesar Rp 2,715 juta per tahun atau sebesar
Rp 226.250 per bulan.
TAHAPAN PEMBELAJARAN
FASE I
KEGIATAN INTI
1. Peserta Didik Mengamati Video Pembelajaran / Materi Modul
Tentang Perbedaan antara Perhitungan PPH 21 Pegawai Tetap , Pegawai
Tidak Tetap dan Bukan Pegawai
FASE II
7. Guru membagi peserta didik ke dalam kelompok belajar sesuai dengan
kesiapan belajar ? ( Satu Kelompk sebanyak 5 Orang)
8. Masing masing kelompok belajar mendiskusikan pemecahan masalah
dari masalah yang diberikan
9. Peserta didik mengamati dan melengkapi LKPD yang diberikan guru
FASE III
10. Bimbingan penyelidikan individual maupun kelompok
FASE IV
14. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Peserta didik dapat menyajikan hasil diskusi dalam bentuk
poster/video/laporan kegiatan hal hal yang didiskusikan meliputi :
Soal Kasus Pegawai Tetap, Pegawai Tidak Tetap dan Bukan Pegawai
Penutup
Guru Melakukan Penilaian
Siswa dapat mengerjakan tugas tambahan jika penguasaan materi masih
belum dikuasai dengan baik
Membuat Mind Mapping, Perhitungan PPh 21 Pegawai Tetap , Tidak
Tetap dan Bukan Pegawai
Refleksi Pembelajaran
Informasi Materi Berikutnya
LKPD
NAMA :
KELAS :
KELOMPOK :
Hitunglah PPh 21 Per Tahun dan Per Bulan yang dibayarkan oleh Dimas,
dan berapa PPh terutang jika tidak memiliki NPWP