H
Perhitungan PPh Pasal 21 Untuk Pegawai/Karyawan
1. Pengertian
Pegawai tetap adalah pegawai yang menerima atau memperoleh
penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur, termasuk anggota dewan
komisaris dan dewan pengawas yang secara teratur ikut mengelola kegiatan
perusahaan secara langsung, serta pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak
untuk jangka waktu tertentu sepanjang pegawai yang bersangkutan bekerja
penuh (full time).
TK: 54.000.000
K: 58.500.000
KG:108.000.000
TA: 4.500.000 (3)
Esemka Bisa menanggung iuran jaminan hari tua setiap bulan sebesar 3,7%
dari gaji pokok.
Sedangkan Andi Kurniawan membayar iuran jaminan hari tua sebesar 2% dari
gaji pokok.
Jawab:
Gaji Sebulan Rp 7.500.000
Tunjangan Struktural Rp 1.000.000
Tunjangan Keluarga (10% x Rp 7.500.000) Rp 750.000
Premi JKK (0,24% x Rp 7.500.000) Rp 18.000
Premi JK (0,36% x Rp 7.500.000) Rp 27.000 +
Penghasilan Bruto Rp 9.295.000
Dikurangi:
Biaya Jabatan: 5% x Rp 9.295.000 Rp 464.750
Iuran Pensiun: 1% x Rp 7.500.000 Rp 75.000
Iuran JHT: 2% x Rp 7.500.000 Rp 150.000 +
Rp 689.750 -
Penghasilan Neto Sebulan Rp 8.605.250
Apabila Andi Kurniawan tidak memiliki NPWP maka PPh pasal 21 yang
dikenakan adalah 20% lebih tinggi dari yang seharusnya/PPh pasal 21 yang
terutang. Dari contoh diatas PPh Pasal 21 terutang (apabila tidak memiliki
NPWP): 120% x Rp 2.238.150 = Rp 2.685.780
Apabila Penghasilan yang diterima oleh Pegawai tetap tidak diterima secara
bulanan, maka dalam perhitungan PPh Pasal 21, Jumlah Penghasilan tersebut
terlebih dahulu dijadikan penghasilan bulanan dengan menggunakan faktor
perkalian sebagai berikut:
Penghasilan pegawai tetap yang bersifat tidak teratur adalah penghasilan bagi
pegawai tetap yang diterima sekali dalam setahun atau periode lainnya, antara
lain berupa bonus, tunjangan hari raya, jasa produksi, tantiem, gratifikasi atau
imbalan sejenis lainnya dengan nama apapun. Untuk menghitung PPh Pasal 21
dari Penghasilan yang bersifat tidak teratur yang diterima pegawai tetap
dilakukan dengan cara:
a. Menghitung PPh Pasal 21 atas penghasilan dari gaji ditambah bonus.
b. Menghitung PPh Pasal 21 atas penghasilan dari gaji
c. Menghitung PPh Pasal 21 atas penghasilan dari bonus.
Perhatikan contoh perhitungan PPh pasal 21 untuk pegawai tetap penerima
penghasilan yang bersifat tidak teratur berikut ini:
Selama tahun 2017, Andi Kurniawan bekerja pada PT Esemka Bisa sebagai
Manajer Pemasaran yang memperoleh gaji pokok per bulan sebesar Rp
7.500.000,
tunjangan struktural Rp 1.000.000,
tunjangan keluarga sebesar 10% dari gaji pokok sebulan (jika sudah
berkeluarga atau mempunyai tanggungan),
premi asuransi jamsostek JKK dan JK sebesar 0,24% dan 0,36% dari gaji
pokok sebulan.
PT Esemka Bisa menanggung iuran jaminan hari tua setiap bulan sebesar
3,7% dari gaji pokok
sedangkan Andi Kurniawan membayar iuran jaminan hari tua sebesar 2% dari
gaji pokok.
PT Esemka Bisa juga mengikuti program jaminan pensiun untuk pegawainya,
perusahaan membayar iuran pensiun tiap bulan sebesar 2% dari gaji pokok
sedangkan Andi Kurniawan membayar iuran pensiun sebesar 1% dari gaji
pokok. Status Andi Kurniawan menikah tanpa tanggungan. Pada tahun 2017
Andi Kurniawan memperoleh Tunjangan Hari Raya (THR) sebesar Rp
7.500.000. Hitunglah PPh Pasal 21 terutang.
Jawab
a. Menghitung PPh Pasal 21 atas Gaji
PPh Pasal 21 atas gaji berdasarkan perhitungan diatas adalah Rp 2.238.150
Dikurangi:
Biaya Jabatan: 5% x Rp 119.040.000 Rp 5.952.000
Iuran Pensiun: 1% x Rp 90.000.000 Rp 900.000
Iuran JHT: 2% x Rp 90.000.000 Rp 1.800.000 -
Penghasilan Neto Sebulan Rp 110.388.000
adalah orang yang terlibat dalam suatu kegiatan tertentu termasuk mengikuti
rapat, sidang, seminar, lokakarya (workshop), pendidikan, pertunjukan,
olahraga atau kegiatan lainnya dan memperoleh imbalan sehubungan dengan
keikutsertaannya dalam kegiatan tersebut.
Jawab
PPh Pasal 21 = 5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000
= 15% x Rp 150.000.000 = Rp 22.500.000 –
Rp 25.000.000
adalah orang pribadi selain pegawai tetap dan pegawai tidak tetap (tenaga
kerja lepas) yang memperoleh penghasilan dengan nama dan dalam bentuk
apapun sebagai imbalan atas pekerjaan, jasa atau kegiatan tertentu yang
dilakukan berdasarkan perintah atau permintaan dari pemberi
penghasilan.
a. Uang Pesangon
Berikut Tarif PPh Pasal 21 atas uang pesangon yang diterima secara
sekaligus:
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif
s/d Rp 50.000.000,00 0%
Diatas Rp 50.000.000 s/d Rp 1000.000.000 5%
Diatas Rp 100.000.000 s/d Rp 500.000.000 15%
Diatas Rp 500.000.000 25%
b. Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, atau Jaminan Hari Tua yang
Dibayarkan Sekaligus.
Berikut Tarif PPh Pasal 21 atas uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua,
atau jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus:
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif
s/d Rp 50.000.000,00 0%
Diatas Rp 50.000.000 5%
a. tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris.
b. pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang
sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,
peragawan/peragawati, pemain drama, dan penari.
c. Olahragawan.
d. penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator.
e. pengarang, peneliti, dan penerjemah.
f. agen iklan.
g. pengawas atau pengelola proyek.
h. Perantara.
i. petugas penjaja barang dagangan.
j. agen asuransi.
k. distributor perusahaan pemasaran berjenjang (multilevel marketing) atau
penjualan langsung (direct selling) dan kegiatan sejenis lainnya.
c. Pajak yang terutang dan harus dibayar adalah 1% dari jumlah peredaran
bruto (omzet). Mulai per Juli 2018 tarifnya turun menjadi 0,5% dari jumlah
peredaran bruto (omset) (PP Nomor 46 tahun 2018).
Catata: Usaha meliputi usaha dagang dan jasa, seperti misalnya toko/kios/los
kelontong, pakaian, elektronik, bengkel, penjahit, warung/rumah makan, salon,
dan usaha lainnya.
Subjek Pajak PP 46 Tahun 2013 adalah Wajib Pajak yang memenuhi
kriteria sebagai berikut:
a. Wajib Pajak orang pribadi atau Wajib Pajak badan tidak termasuk bentuk
usaha tetap; dan
b. menerima penghasilan dari usaha, tidak termasuk penghasilan dari jasa
sehubungan dengan pekerjaan bebas, dengan peredaran bruto tidak
melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) dalam
1 (satu) Tahun Pajak.
Tidak termasuk Wajib Pajak orang pribadi sebagaimana dimaksud
diatas adalah Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha
perdagangan dan/atau jasa yang dalam usahanya :
a. menggunakan sarana atau prasarana yang dapat dibongkar pasang, baik
yang menetap maupun tidak menetap; dan
b. menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum
yang tidak diperuntukkan bagi tempat usaha atau berjualan. misalnya
pedagang keliling, pedagang asongan, warung tenda di area kaki- lima,
dan sejenisnya.
Tidak termasuk Wajib Pajak badan sebagaimana dimaksud dimaksud
diatas adalah :
Evaluasi Kompetensi
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………..
sebesar 10% dari gaji pokok sebulan (jika status karyawan menikah atau
mempunyai tanggungan), premi asuransi jamsostek JKK dan JK sebesar
0,24% dan 0,36% dari gaji pokok sebulan. Ana Karenina membayar iuran
pensiun dan iuran JHT sebesar 2% dan 1% dari gaji pokok sebulan. Ana
Karenina juga menerima bonus akhir tahun sebesar Rp 15.000.000.
Hitunglah Penghasilan bruto, Penghasilan Neto setahun, PPh Pasal 21
sebulan atas Gaji dan Bonus.
3. Noto Rokhiman mempunyai usaha Toko hasil pertanian dan peternakan di
Banjarnegara. Dalam menjalankan usahanya, Antonius tidak
menyelenggarakan pembukuan. Dia memilih untuk menghitung penghasilan
nettonya dengan menggunakan Norma Perhitungan Penghasilan Netto. Dari
buku catatan dalam tahun 2017 jumlah peredaran bruto usahanya adalah Rp
962.000.000 sedangkan total biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp
392.000.000. Status Noto Rokhiman adalah menikah dengan tanggungan 2.
Hitunglah Laba Usaha, Penghasilan Netto Usaha, PKP dan PPh terutang
2017. Tarif Norma Perhitungan Penghasilan Netto untuk Usaha Toko hasil
pertanian dan peternakan di Wilayah Banjarnegara adalah 15%.
4. Hamdani Yusuf mempunyai penghasilan netto setahun Rp 150.000.000
sedangkan istrinya Karenina Ana mempunyai penghasilan netto setahun
sebesar Rp 100.000.000. Status Hamdani Yusuf adalah menikah tanpa
tanggungan. Hitunglah PPh Pasal 21 jika Penghasilan istri digabung
dengan penghasilan suami. Hitunglah PPh Pasal 21 jika kedua pasangan
tersebut memilih untuk melaporkan sendiri-sendiri.
Dikerjakan tanggal :
BAB 2
PENYETORAN DAN PELAPORAN
PAJAK PENGHASILAN PASAL 21
Kompetensi Dasar :
Pengetahuan
3.13. Menerapkan prosedur pengisian surat setoran pajak (SSP) PPh Orang
Pribadi
Keterampilan
4.13. Melakukan pengisian Pajak PPh Orang Pribadi
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari diktat ini diharapkan siswa mampu :
1. Menjelaskan Prosedur pengisian surat setoran pajak (SSP) PPh orang
pribadi
2. Menjelaskan bentuk dan isi SPT tahunan PPh pasal 21
3. Mengidentifikasi mekanisme pemungutan PPh pasal 21/26
4. Melakukan pengisian pajak PPh orang Pribadi
5. Melaporkan surat setoran pajak PPh orang pribadi
Bukti Pemotongan
G. Jenis-Jenis SSP
1. SSP Standar
Adalah bukti/formulir pembayaran atau penyetoran pajak ke kas negara melalui
tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan. Formulir Surat
Setoran Pajak (SSP) berjumlah 5 rangkap dengan perincian sebagai berikut :
- Lembar 1 untuk arsip wajib pajak
- Lembar 2 untuk KPPN (Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara)
- Lembar 3 untuk dilaporkan wajib pajak ke KPP (Kantor Pelayanan Pajak)
- Lembar 4 untuk arsip kantor penerima pembayaran (bank persepsi/kantor
pos dan giro)
- Lembar 5 untuk arsip wajib pungut/pihak lain
2. SSP Khusus
SSP khusus merupakan bukti pembayaran/penyetoran pajak terutang
ke kantor penerima pembayaran yang dicetak oleh kantor penerima
pembayaran dengan menggunakan mesin transaksi atau alat lain. SSP khusus
mempunyai fungsi yang sama dengan SSP Standar dalam administrasi
perpajakan. SSP Khusus dicetak oleh kantor penerima pembayaran yang telah
mengadakan kerja sama Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3)
dengan Direktorat Jenderal Pajak (DJP). SSP Khusus dicetak :
- Pada saat pembayaran/penyetoran pajak sebanyak 2 lembar yaitu lembar 1
untuk Arsip Wajib Pajak dan lembar 2 dilaporkan Wajib Pajak ke KPP.
- Terpisah sebanyak 1 lembar untuk dilaporkan ke KPPN sebagai lampiran
Daftar Nominatif Penerimaan (DNP)
SSP Khusus dapat diperbanyak dan berfungsi sama dengan lembar ke-
5 SSP Standar sebagai pengganti bukti potong/bukti pungut, dengan diberi cap
dan tanda tangan oleh pejabat yang berwenang oleh Kantor Penerima
Pembayaran. SSP Khusus paling sedikit memuat keterangan-keterangan
sebagai berikut :
a. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
b. Nama Wajib Pajak
c. Identitas Kantor Penerima Pembayaran
d. Mata Anggaran Penerimaan (MAP)/Kode Jenis Pajak dan Kode Jenis
Setoran
6. Untuk mulai mengisi SSE Pajak melalui DJP Online cukup dengan menekan
menu e-Billing System seperti pada gambar 4 di atas, dan otomatis Anda akan
diarahkan ke halaman baru ke https://sse2.pajak.go.id/default.
7. Berhasil masuk ke https://sse2.pajak.go.id/default, silahkan pilih "isi SSE".
8. Selanjutnya isi data yang diperlukan, sesuai dengan jenis pajak yang akan
dibayar
Pada menu formulir SSE Pajak ini hanya bisa membuat kode billing pajak untuk
satu nomor NPWP, sehingga jika kita ingin membuat kode billing pajak untuk
nomor NPWP yang berbeda maka kita perlu mendaftarkan nomor NPWP
tersebut ke SSE Pajak.
Evaluasi Kompetensi
BAB 3
PAJAK PENGHASILAN PASAL 23
Kompetensi Dasar :
Pengetahuan
3.14. Menjelaskan pemotongan penghasilan menurut PPh Pasal 23
3.15. Menjelaskan angsuran PPh pasal 25
Keterampilan
4.14. Menghitung pemotongan penghasilan menurut PPh Pasal 23
4.15. Menghitung angsuran PPh pasal 25
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari diktat ini diharapkan siswa mampu :
1. Menjelaskan pemotongan penghasilan menurut PPh Pasal 23.
2. Menjelaskan angsuran PPh pasal 25.
3. Mengidentifikasi pemotongan penghasilan menurut PPh Pasal 23.
4. Menghitung pemotongan penghasilan menurut PPh Pasal 23
5. Mengisi Surat Pemberitahuan (SPT) masa PPh pasal 23.
6. Menghitung angsuran PPh pasal 25
PPh Pasal 23
Pemotongan PPh Pasal 23 dikenakan dari jumlah bruto, dengan tarif sebagai
berikut:
1. Tarif Sebesar 15 % dari Jumlah bruto atas :
a. Deviden
b. Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang
c. Royalty
d. Hadiah, Penghargaan, bonus dan sejenisnya selain yang telah dipotong
Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) huruf e.
2. Tarif Sebesar 2 % dari Jumlah bruto atas :
a. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta kecuali
sewa tanah dan bangunan.
b. Imbalan sehubungan dengan Jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi,
jasa konsultan dan jasa lainnya selain jasa yang telah dipotong Pajak
Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21. Termasuk jasa lainya
adalah jasa penilai (appraisal), jasa aktuaris, jasa akuntansi, pembukuan,
dan atestasi laporan Keuangan, jasa perancang (design), jasa pengeboran
(drilling) di bidang penambangan minyak dan gas bumi (migas), kecuali yang
dilakukan oleh bentuk usaha tetap (BUT), jasa penunjang di bidang
penambangan migas, jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang
penambangan selain migas, jasa penunjang di bidang penerbangan dan
Bandar udara, jasa penebangan hutan, jasa pengolahan limbah, jasa
penyedia tenaga kerja (outsourcing services), jasa perantara dan/atau
keagenan, jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang
dilakukan oleh Bursa Efek, KSEI dan KPEI, jasa
kustodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang dilakukan oleh KSEI, jasa
pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara, jasa mixing film, jasa
sehubungan dengan software komputer, termasuk perawatan, pemeliharaan
dan perbaikan, jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik,telepon,
air, gas, AC, dan/atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak
yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau
sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi.
Catatan : Besarnya PPh Pasal 23 yang dipungut terhadap Wajib Pajak yang
tidak memiliki NPWP adalah 100% lebih tinggi dari tarif yang telah ditetapkan.
Rp 16.000.000
Dasar perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 2 tahun 2017 Rp 24.000.000
Besarnya PPh pasal 25 per bulan = Rp 24.000.000,00/12 = Rp 2.000.000.
Sehingga Tuan Aryono harus membayar sendiri angsuran Pajak Penghasilan
(PPh) Pasal 25 setiap bulan pada tahun 2010 mulai masa Maret sebesar Rp
2.000.000. Dalam peraturan dirjen pajak mengenai pajak penghasilan pasal
25, apabila dalam tahun pajak berjalan diterbitkan surat ketetapan pajak untuk
tahun pajak yang lalu, besarnya angsuran pajak dihitung kembali berdasarkan
surat ketetapan pajak tersebut dan berlaku mulai bulan berikutnya setelah
bulan penerbitan surat ketetapan pajak.
2. Pada Tahun Pajak 2016 PT. Esemka Baru dikenai PPh yang bersifat final.
Berdasarkan pembukuan yang dilakukan di akhir tahun 2016 diketahui bahwa
peredaran bruto PT. Esemka Baru berjumlah Rp 5.000.000.000 (lima milyar
rupiah). Dengan demikian pada Tahun Pajak 2017 dikenai PPh berdasarkan
tarif umum Undang-undang Pajak Penghasilan. Jika Pada bulan Januari 2017
PT. Esemka Baru memperoleh penghasilan sebesar Rp 200.000.000, biaya
yang dikeluarkan sebesar Rp 150.000.000 dan PPh yang dipotong/dipungut
pihak lain sebesar Rp 51.000.000. Hitunglah besarnya angsuran Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 25 tahun 2017.
Jawab.
Perhitungan angsuran PPh Pasal 25 tahun 2017 adalah sebagai berikut :
Penghasilan bruto sebulan Rp 200.000.000
Biaya-biaya Rp 150.000.000
Penghasilan neto sebulan Rp 50.000.000
Penghasilan neto disetahunkan Rp 600.000.000
PPh terutang ( 12,5% x Rp 600.000.000) Rp 75.000.000
PPh yang dipotong/dipungut pihak lain Rp 51.000.000
PPh dibayar sendiri Rp 24.000.000
Angsuran PPh Pasal 25 (Rp 24.000.000 / 12 bulan) Rp 2.000.000
3. PT Indah Cinta memenuhi kriteria WP yang dikenai PPh yang bersifat final
sesuai PP No. 46 tahun 2013. Pada bulan Agustus 2017 memperoleh
penghasilan dari usaha penjualan sebesar Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah). Hitunglah Pajak Penghasilan (PPh) yang bersifat final yang terutang
yang harus dibayar pada bulan Agustus 2017 dan kewajiban perpajakan yang
harus dilakukan.
Jawab
PPh final = 1% x Rp 50.000.000,00 = Rp 500.000,00. Kewajiban PT Indah
Cinta atas kegiatan bulan Agustus 2017 yaitu menyetor PPh yang bersifat
final sebesar Rp 500.000,00 ke kantor pos atau bank yang ditunjuk oleh
Menteri Keuangan dengan menggunakan SSP atau sarana administrasi lain
yang dipersamakan paling lambat tanggal 16 September 2017. Apabila SSP
tersebut telah mendapat validasi dengan NTPN, PT Indah Cinta dianggap
telah melaporkan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Agustus 2017.
Evaluasi Kompetensi
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
Dikerjakan tanggal :
Dikerjakan tanggal :
BAB 4
SPT TAHUNAN PPH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
Kompetensi Dasar :
Pengetahuan
3.16. Menjelaskan pengisian SPT tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi
Keterampilan
4.16. Mengisi pengisian SPT tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari diktat ini diharapkan siswa mampu :
1. Menjelaskan jenis SPT tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi.
2. Mengidentifikasi jenis SPT tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi.
3. Menjelaskan pengisian SPT tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi.
4. Melakukan pengisian SPT tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi
A. Pengertian SPT
SPT adalah Surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan
perhitungan dan pembayaran pajak, objek pajak dan bukan objek pajak, harta dan
kewajiban menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
B. Fungsi SPT
Fungsi SPT bagi wajib pajak penghasilan
a. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang
sebenarnya terutang.
b. Melaporkan pembayaran/pelunasan pajak yang telah dilaksanakan
sendiri/melalui pemotongan/pemungutan pihak lain dalam 1 tahun pajak atau
bagian tahun pajak.
c. Melaporkan penghasilan yang merupakan objek pajak dan bukan objek pajak.
d. Melaporkan harta dan kewajiban.
e. Melaporkan pembayaran dari pemotong/pemungut tentang
pemotongan/pemungutan pajak orang pribadi/badan dalam masa pajak.
LAM PIRAN - II
1770 S - II SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
2 0
KEMENTERI AN KEUANGAN RI • PENGHA SILA N Y A NG DIKENA KA N PPh FINA L DA N/A TA U BERSIFA T FINA L
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK • HARTA PA DA A KHIR TAHUN
N P W P :
BAGIAN A : PEN GHASILAN YANG DIKEN AK AN P Ph FINAL D AN /AT AU BER SIFAT FINAL
F O R M U L IR
1770 S - I
BUNGA DEPOSITO, TABUNGAN, DISKONTO SBI, S URAT
1 SPT TAHU NAN PPh WAJIB PAJAK OR ANG PR IB AD I
2 0
BERHARGA NEGARA
BUNGA/ DISKONTO OBLIGASIPYANG
2
ENGHASILAN
•
NETO DA LA M NEGERI LAINNY A
DILAPORKAN
PERDAGA
KEMENTERIAN NGANNYA
KEUANGAN RI DI BURSA
PENEFEK
•
GHASILAN YA NG TIDA K TERMA SUK OBJEK PA JA K
3 PENJUALAN
DIREKTORAT JENDERAL SAHA
PAJAKM
• DA FETA
DI B URSA FEK
R PEMOTONGA N/PEMUNGUTA N PPh OLEH PIHA K LA IN DAN PPh
Y ANG DITA NGGUNG PEMERINTA H
4 HADIAH UNDIAN
N P W P 5
PESANGON, T:UNJANGAN HARI TUA DAN TEBUSAN PENSIUN
YANG DIBAYARKA N SEK ALIGUS
6 HONORARIUM: ATAS
NAMA WAJIB PAJAK BEBAN APBN/APBD
1
6. PENGHA SILAN LAINNYA
2
JUMLAH BAGIAN A JBA
3
Pindahkan Juml ah Bagia n A ke Formuli r I nduk 1770 S B agi an A
4 angka (2)
BAGIAN B : 5
PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK
ds t
3. BAGIAN LABA
2 ANGGOTA PERSEROAN KOMANDITER TIDAK ATAS SA HAM,
PERSEK UTUAN, PERKUMPULAN, FIRMAN, KONGSI
3
5
5. BEASISW A ds
DALAM
t NEGERI
BAGIAN C : 1
DAFTAR PEMOTONGAN/P EMUNGUTAN PPh OLEH PIHAK LAIN DAN PPh YANG DITANGGUNG PEMERINTAH
2
NA MA PE MOTONG/ NPW P PEMOTONG/ BUKTI PEMOTONGAN/ JENIS PA JAK : JUMLAH PPh YANG
NO 3
PE MUNGUTAN PPh PAS AL 21/
PEMUNGUT PAJAK PEMUNGUT PAJAK DIPOTONG / DIPUNGUT
4 NOMOR TANGGAL 22/23/24/26/DTP*
(1) 5 (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. JIKA FORM ULIR INI TI DA K M ENCUKUPI, DA PAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGA N BENTUK INI Ha l am an ke - d ari h a la m a n L am p i ra n -II
2.
3.
4.
5.
dst
JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI H al am an ke- da ri hal am an La m pira n-I
3. Formulir 1770 SS
Formulir 1770 SS (beserta formulir 1721 A1/A2) digunakan untuk Wajib Pajak
Orang Pribadi yang mempunyai penghasilan hanya dari satu pemberi kerja
dengan jumlah penghasilan bruto dari pekerjaan tidak lebih dari Rp
60.000.000,00 setahun dan tidak mempunyai penghasilan lainnya kecuali
penghasilan bunga bank dan/atau bunga koperasi. Apabila wajib pajak
menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan dengan menggunakan
formulir 1770 SS maka lampiran Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal
21 berupa Bukti Pemotongan 1721 A1 dan/atau 1721 A2 merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari formulir 1770 SS. Berikut ini contoh formulir 1770
SS
4. Isikan Identitas Wajib Pajak (Nama, Email Aktif, Nomor Handphone) dan Ketik
Password Efilling. Kemudian Klik Simpan.
7. Buka email masuk dari DJP Online dan klik link yang dikirim
2. Berikutnya Anda akan masuk ke laman One-stop Tax Services, yang tertera
profil Anda dan pilihan Layanan DJP Online yang diinginkan, yakni e-
Filing atau e-Form. Bila memilih e-Filing, maka Anda harus terkoneksi
internet selama pengisian data hingga terakhir kalinya untuk siap disubmit di
portal DJP. Sedangkan dengan e-Form maka pengisian formulir SPT
secara offline pada komputer Anda dan tidak harus terkoneksi dengan internet
atau secara online.
4. Ikuti langkah selanjutnya dan jawab pertanyaan dengan tepat atau sesuai
dengan keadaan diri Wajib Pajak, hingga semua pertanyaan selesai terjawab.
Selanjutnya Pilih Formulir yang Akan Digunakan (Misalkan SPT 1770 SS).
5. Isi Data Formulir SPT, Pilih tahun SPT Pajak (2018), lalu pilih status SPT
di Normal, dan klik Langkah Berikutnya.
6. Kemudian Isi dengan benar dan lengkap formulir SPT, seperti Penghasilan
Bruto sehubungan dengan pekerjaan, jumlah pengurang dan Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP). Gunakan Bukti Potong 1721-A1/A2 pada saat
melakukan pengisian.
8. Kemudian Isi dengan benar dan lengkap, Penghasilan yang dikenakan PPh
Final (Jika Ada). Kemudian Klik Langkah Berikutnya.
9. Kemudian Isi Jumlah Harta dan Jumlah Kewajiban/Utang pada akhir tahun.
Kemudian Klik Langkah Berikutnya.
11. Jika langkah-langkah pengisian SPT sudah benar, maka tahap terakhir akan
ada informasi bahwa SPT Anda "Nihil". Untuk memperoleh token untuk
verifikasi pelaporan SPT Anda, Klik “di sini”
12. Periksa e-mail Anda yang terdaftar, pihak DJP akan mengirimkan token untuk
verifikasi pelaporan SPT Anda.
13. Lalu masukkan kode verifikasi di bagian kolom yang tersedia di bagian bawah.
Dan SPT siap dikirim dengan mengklik kolom "Kirim SPT". klik
kolom "Selesai"
Evaluasi Kompetensi
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
5. Daftar Harta :
Jenis Harta Harga Beli Tahun Alamat Cara Harga Perolehan
Perolehan Perolehan
Rumah Rp 560.000.000 1998 Jl. Widya Kredit 20Rp 560.000.000
Chandra No. 18 tahun
Rumah Rp 7.000.000 1980 Jl. Bangka No.9 Warisan Rp 7.000.000
Toyota Fortuner Rp 285.000.000 2008 Tunai Rp 285.000.000
Perhiasan Rp 10.500.000 2005 Tunai Rp 10.500.000
6. Daftar Kewajiban :
Jenis Harta Harga Tahun Pemberi Alamat Ket
Beli/Nominal Perolehan Pinjaman
Rumah Rp 116.000.000 1998 KPR BTN Jl. MH. Thamrin No. 20
5 Tahun
Daftar Tanggungan :
Panther 34598764
Tabungan 2011 Rp 50.000.000
Tanah 2005 Bekasi Tunai NOP. Rp 500.000.000
13.123445678
12
Deposito 2011 Bunga/tahunRp 500.000.000
: Rp
50.000.000
Kartu 2013 Rp 10.000.000
Kredit BNI
Daftar Kewajiban :
Jenis Utang Harga Tahun Pemberi Ket
Beli/Nominal Perolehan Pinjaman
BNI (tagihanRp 2.500.000 2017 BNI
kartu kredit
1. Mengisi bukti pemotongan (form 1721 A1) untuk Agus Hermawan tanggal 31
Desember 2017 (Pemotong Pajak Bagian Gaji RS Harapan Ibu NPWP
01.011.888.9.011.000 a/n Larasati, NPWP 44.011.888.9.011.000) untuk masa
perolehan Januari s/d Desember 2017.
2. Mengisi bukti potong PPh Pasal 21 Non Final untuk honorarium sebagai Dosen
Tamu di Universitas Trisakti (Pemotong Pajak bagian Gaji Univ. Trisakti a/n
Warsito, NPWP 01.011.888.9.011.000) Bukti Pemotongan PPh 21 Non Final
Nomor : BP21-15/IX/2017 tanggal 21 September 2017.
3. Mengisi bukti potong PPh Final Pasal 4 ayat 2 untuk hadiah undian dari Bank BNI
(Pemotong Pajak Panitia Kegiatan a/n Rahardian, NPWP 18.047.280.7.021.000)
Bukti Pemotongan PPh Final Nomor: BP42-10/IX/2017.
4. Mengisi SPT Tahunan (Form 1770S) a/n Agus Hermawan
BAB 5
REKONSILIASI FISKAL DAN SPT TAHUNAN
WAJIB PAJAK BADAN
Kompetensi Dasar :
Pengetahuan
3.17. Menjelaskan pembuatan rekonsiliasi (koreksi) fiskal
3.18. Menjelaskan pengisian SPT tahunan PPh Badan
Keterampilan
4.10. Membuat rekonsiliasi (koreksi) fiskal
4.17. Mengisi SPT tahunan PPh Badan
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari diktat ini diharapkan siswa mampu :
1. Menjelaskan jenis SPT tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi.
2. Mengidentifikasi jenis SPT tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi.
3. Menjelaskan pengisian SPT tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi.
4. Melakukan pengisian SPT tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi
2. Koreksi Fiskal
Koreksi fiskal bertujuan untuk menyesuaikan laba komersial (laba yang
dihitung menurut Prinsip Akuntansi Berlaku Umum) dengan ketentuan-ketentuan
perpajakan sehingga diperoleh laba fiskal. Laporan Perhitungan Laba-Rugi yang
dibuat perusahaan merupakan laporan keuangan yang disusun berdasarkan
Prinsip Akuntansi Berlaku Umum. Oleh karena itu agar dapat menghitung
besarnya pajak penghasilan yang terutang perusahaan harus melakukan
penyesuaian laporan perhitungan laba ruginya tersebut agar sesuai dengan
ketentuan dan peraturan undang-undang perpajakan. Langkah penyesuaian ini
dilakukan dengan cara mencari pos-pos rekening yang berbeda perlakuan antara
prinsip akuntansi berlaku umum dengan ketentuan peraturan undang-undang
perpajakan. Pos-pos rekening inilah yang perlu dilakukan koreksi fiskal.
g. Cadangan umum adalah penyisihan laba untuk tujuan umum (merupakan pem-
bentukan cadangan).
Analisis :
Segala macam dan jenis pembentukan cadangan tidak diperkenankan dalam
perpajakan maka cadangan umum ini harus dikoreksi atau dikeluarkan dari
unsur pengurang penghasilan. Karena cadangan sifatnya mengurangi laba
kena pajak maka adanya koreksi terhadap cadangan umum ini maka laba kena
pajak menjadi bertambah maka koreksinya disebut koreksi fiskal positif.
h. Sumbangan korban merapi
Analisis :
Segala macam dan jenis sumbangan tidak diperkenankan dalam perpajakan
kecuali sumbangan yang diatur secara resmi oleh Pemerintah melalui peraturan
pemerintah misal sumbangan GNOTA, PMI dan sejenisnya. Sumbangan
korban merapi ini tidak dapat dikategorikan dalam jenis ini, maka harus
dikoreksi atau dikeluarkan dari unsur pengurang penghasilan (mengurangi laba
kena pajak), sehingga adanya koreksi terhadap sumbangan korban merapi ini
laba kena pajak menjadi bertambah maka koreksinya disebut koreksi fiskal
positif.
i. Deviden yang dibayar
Analisis :
Segala macam pembayaran deviden dalam perpajakan tidak diperkenankan
mengurangi penghasilan bruto dalam menghitung laba kena pajak sehingga
perlu dilakukan koreksi. Akibatnya laba kena pajak akan bertambah, maka
koreksinya disebut koreksi fiskal positif.
j. PPh Pasal 25
Analisis :
Segala macam dan jenis pajak penghasilan serta sanksi perpajakannya tidak
diperkenankan mengurangi penghasilan bruto dalam menghitung laba kena
pajak maka adanya koreksi terhadap pajak penghasilan pasal 25 (PPh Pasal
25) ini laba kena pajak menjadi bertambah sehingga koreksinya disebut koreksi
fiskal positif.
E-SPT Tahunan PPh Badan adalah data SPT Tahunan PPh Badan dalam
bentuk dokumen elektronik beserta lampiran-lampirannya yang dilaporkan
dengan menggunakan Media Penyimpanan Elektronik. Cara mengisi SPT
Tahunan Badan 1771 pada software e-SPT dari Direktorat Jenderal Pajak
Setelah semuanya terisi (yang perlu diisi saja, karena tidak semua
harus diisi, misal lampiran khusus yang diisi seperlunya saja), langkah
selanjutnya adalah membuat file csv untuk keperluan pelaporan ke
Kantor Pajak.
Untuk membuat file CSV, klik SPT Tools > Lapor Data SPT ke KPP.
Setelah file CSV berhasil dibuat, selanjutnya mencetak file induk SPT
1771, ditandatangani, dicap dan di-scan untuk kemudian di-submit
sebagai lampiran file CSV. Lampiran ini harus dalam bentuk file pdf
dengan nama yang sama dengan file CSV nya.
2. Akses Formulir Spt Tahunan Badan 1771 Pada E-Form DJP Online
Kini formulir SPT Tahunan Badan 1771 juga bisa diakses dan diisi
secara online melalui menu "e-Form" pada situs DJP Online. Cukup akses situs
DJP Online dan klik menu "e-Form" untuk menemukan SPT 1771. Berhubung
e-Form tidak memiliki fitur impor data dan harus memasukkan data secara
manual, maka disarankan perusahaan rintisan atau pemula yang menggunakan
fitur ini, karena datanya masih belum banyak. Bagi perusahaan dengan skala
besar dan memiliki banyak transaksi disarankan tetap menggunakan e-SPT.
2. SPT Masa PPN, termasuk semua faktur pajak masukan dan faktur pajak
keluaran pada masa Januari sampai dengan Desember.
3. SPT Masa PPh Pasal 21 mulai dari masa pajak Januari sampai dengan
Desember.
4. Bukti pemotongan PPh Pasal 23 mulai dari masa pajak Januari sampai dengan
Desember.
5. Bukti pemungutan PPh Pasal 22 dan SSP Pasal 22 impor masa pajak Januari
sampai dengan Desember.
6. Bukti pemotongan PPh Pasal 4 Ayat 2 masa pajak Januari sampai dengan
Desember. Apabila termasuk wajib pajak dengan kewajiban berdasarkan PP
nomor 46 Tahun 2013 (PPh Final 1%), maka siapkan Bukti Pembayaran PPh
Pasal 4 Ayat 2 masa Januari sampai dengan Desember.
7. Bukti pembayaran PPh Pasal 25 masa pajak Januari sampai dengan
Desember.
8. Bukti Pembayaran atas STP (Surat Tagihan Pajak) PPh Pasal 25 masa pajak
Januari sampai dengan Desember.
9. Laporan Keuangan (rugi laba dan neraca), termasuk laporan keuangan hasil
audit akuntan publik, serta data pendukungnya, seperti:
Buku besar pendukung Laporan Keuangan.
Buku besar pembantu pendukung laporan keuangan.
Rekening koran/tabungan perusahaan.
Bukti penerimaan dan pengeluaran (kwitansi, bon, nota, dan lain-lain).
Arsip akte pendirian dan/atau akte perubahannya.
10. Lampiran SPT Tahunan PPh Badan, seperti Daftar Penyusutan, Perhitungan
Kompensasi Kerugian, daftar nominatif biaya entertainment, biaya promosi, dan
lain-lain.
Evaluasi Kompetensi
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
2. Sebutkan metode penyusutan yang diakui oleh perpajakan ?
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………….
…………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
3. Sebutkan jenis pengeluaran yang dapat diakui/dibebankan sebagai biaya
menurut pajak ?
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………….
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
4. Sebutkan dokumen yang harus dipersiapkan sebelum mengisi SPT Tahunan
Badan ?
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………….
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
5. Jelaskan langkah-langkah pelaporan SPT Tahunan Badan menggunakan
Aplikasi e-SPT ?
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………….….
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
Keterangan Tambahan :