Anda di halaman 1dari 71

m Diktat Administrasi Pajak

H
Perhitungan PPh Pasal 21 Untuk Pegawai/Karyawan
1. Pengertian
Pegawai tetap adalah pegawai yang menerima atau memperoleh
penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur, termasuk anggota dewan
komisaris dan dewan pengawas yang secara teratur ikut mengelola kegiatan
perusahaan secara langsung, serta pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak
untuk jangka waktu tertentu sepanjang pegawai yang bersangkutan bekerja
penuh (full time).

Unsur penambah Penghasilan Bruto:


a. Semua jenis tunjangan.
b. Semua jenis premi asuransi yang dibayar oleh pemberi kerja.
c. Pembayaran teratur lainnya, seperti uang lembur, bonus
Unsur pengurang Penghasilan Bruto:
a. Biaya jabatan. khusus untuk pegawai tetap, tanpa melihat memiliki jabatan
atau tidak, Besarnya 5% dari penghasilan bruto maksimum Rp 6.000.000
setahun atau Rp 500.000 sebulan.
b. Iuran pensiun, Jaminan Hari Tua (JHT), Tunjangan Hari Tua (THT) yang
dibayar sendiri oleh pegawai yang bersangkutan.

2. Cara Menghitung Pajak Untuk Pegawai Tetap


a. Penghasilan bruto:
1) Gaji sebulan Rp XXX
2) Tunjangan dan honorarium lainnya Rp XXX
3) Premi asuransi yang dibayar pemberi kerja Rp XXX
4) Penerimaan dalam bentuk natura Rp XXX
5) Jumlah Penghasilan Bruto Rp XXX
b. Pengurangan
1) Biaya Jabatan (5% x Penghasilan Bruto,
maksimal Rp 500.000 Sebulan) (Rp XXX)
2) Iuran pensiun atau iuran THT/JHT
(yang dibayarkan oleh pegawai) (Rp XXX)
3) Jumlah Pengurang (Rp XXX)

c. Perhitungan PPh Pasal 21 :


1) Penghasilan neto sebulan Rp XXX
2) Penghasilan netto setahun/disetahunkan (dikali 12) Rp XXX
3) Penghasilan Kena Tidak Pajak (PTKP) (Rp XXX) -
4) Penghasilan Kena Pajak (PKP) setahun Rp XXX
5) PPh Pasal 21 yang terutang Rp XXX

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)


PTKP ditentukan berdasarkan:
a. Menurut keadaan Wajib Pajak pada tanggal 1 januari/awal tahun, khusus
Wajib Pajak Dalam Negeri.

Kelas XII Akuntansi 1


m Diktat Administrasi Pajak

b. Menurut keadaan pada saat datang ke Indonesia, khusus Warga Negara


Asing.
Besarnya PTKP setahun yang saat ini berlaku per 1 Januari 2016 sampai
dengan sekarang:
a. Rp 54.000.000, untuk WP orang pribadi sendiri
b. Rp 4.500.000, tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin
c. Rp 54.000.000, tambahan untuk Istri yang penghasilannya digabung dengan
suami
d. Rp 4.500.000, tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan
keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang
menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap
keluarga.
PTKP

TK: 54.000.000
K: 58.500.000
KG:108.000.000
TA: 4.500.000 (3)

Tarif Pajak Penghasilan


Tarif PPh Pasal 21 berdasarkan UU Pajak Penghasilan Pasal 17 ayat 1

Lapisan Penghasilan Kena Pajak

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif


s/d Rp 50.000.000,00 5%
Diatas Rp 50.000.000 s/d Rp 250.000.000 15%
Diatas Rp 250.000.000 s/d Rp 500.000.000 25%
Diatas Rp 500.000.000 30%

3. Perhitungan PPh Pasal 21 untuk Pegawai/Karyawan Tetap


Selama tahun 2017 Andi Kurniawan bekerja pada PT Esemka Bisa sebagai
Manajer Pemasaran yang memperoleh
gaji pokok per bulan sebesar Rp 7.500.000,
tunjangan struktural Rp 1.000.000,
tunjangan keluarga sebesar 10% dari gaji pokok sebulan (jika sudah
berkeluarga atau mempunyai tanggungan),
premi asuransi BPJS Ketenagakerjaan, Jaminan Kecelakaan Kerja dan
Jaminan Kematian sebesar 0,24% dan 0,36% dari gaji pokok sebulan. PT

Esemka Bisa menanggung iuran jaminan hari tua setiap bulan sebesar 3,7%
dari gaji pokok.
Sedangkan Andi Kurniawan membayar iuran jaminan hari tua sebesar 2% dari
gaji pokok.

Kelas XII Akuntansi 2


m Diktat Administrasi Pajak

PT Esemka Bisa juga mengikuti program jaminan pensiun untuk pegawainya,


perusahaan membayar iuran pensiun tiap bulan sebesar 2%
dari gaji pokok sedangkan Andi Kurniawan membayar iuran pensiun sebesar
1% dari gaji pokok.
Status Andi Kurniawan menikah tanpa tanggungan. Hitunglah PPh Pasal 21
terutang.

Jawab:
Gaji Sebulan Rp 7.500.000
Tunjangan Struktural Rp 1.000.000
Tunjangan Keluarga (10% x Rp 7.500.000) Rp 750.000
Premi JKK (0,24% x Rp 7.500.000) Rp 18.000
Premi JK (0,36% x Rp 7.500.000) Rp 27.000 +
Penghasilan Bruto Rp 9.295.000
Dikurangi:
Biaya Jabatan: 5% x Rp 9.295.000 Rp 464.750
Iuran Pensiun: 1% x Rp 7.500.000 Rp 75.000
Iuran JHT: 2% x Rp 7.500.000 Rp 150.000 +
Rp 689.750 -
Penghasilan Neto Sebulan Rp 8.605.250

Penghasilan Neto Setahun: Rp 8.605.250 x 12 = Rp 103.263.000


Dikurangi PTKP (K/0) Rp 58.500.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 44.763.000

PPh Pasal 21 Terutang: 5% x Rp44.763.000 = Rp 2.238.150


PPh Pasal 21 Sebulan: Rp 2.238.150: 12 = Rp 186.512

Catatan: Perhitungan diatas berlaku apabila Andi Kurniawan sudah memiliki


NPWP, Jumlah PPh Pasal 21 sebesar Rp 186.512 adalah jumlah pajak yang
dipotong dari penghasilan Andi Kurniawan oleh perusahaan setiap bulan. Jika
selama satu tahun tidak ada perubahan dalam struktur gaji Andi Kurniawan
maka jumlah pajak yang dipotong selama satu tahun adalah Rp 2.238.150.

Apabila Andi Kurniawan tidak memiliki NPWP maka PPh pasal 21 yang
dikenakan adalah 20% lebih tinggi dari yang seharusnya/PPh pasal 21 yang
terutang. Dari contoh diatas PPh Pasal 21 terutang (apabila tidak memiliki
NPWP): 120% x Rp 2.238.150 = Rp 2.685.780

Apabila Penghasilan yang diterima oleh Pegawai tetap tidak diterima secara
bulanan, maka dalam perhitungan PPh Pasal 21, Jumlah Penghasilan tersebut
terlebih dahulu dijadikan penghasilan bulanan dengan menggunakan faktor
perkalian sebagai berikut:

• Gaji untuk masa seminggu x 4


• Gaji untuk masa sehari x 26

4. PPh Pasal 21 Untuk Penghasilan Tidak Teratur yang diterima Pegawai


Tetap

Kelas XII Akuntansi 3


m Diktat Administrasi Pajak

Penghasilan pegawai tetap yang bersifat tidak teratur adalah penghasilan bagi
pegawai tetap yang diterima sekali dalam setahun atau periode lainnya, antara
lain berupa bonus, tunjangan hari raya, jasa produksi, tantiem, gratifikasi atau
imbalan sejenis lainnya dengan nama apapun. Untuk menghitung PPh Pasal 21
dari Penghasilan yang bersifat tidak teratur yang diterima pegawai tetap
dilakukan dengan cara:
a. Menghitung PPh Pasal 21 atas penghasilan dari gaji ditambah bonus.
b. Menghitung PPh Pasal 21 atas penghasilan dari gaji
c. Menghitung PPh Pasal 21 atas penghasilan dari bonus.
Perhatikan contoh perhitungan PPh pasal 21 untuk pegawai tetap penerima
penghasilan yang bersifat tidak teratur berikut ini:

Selama tahun 2017, Andi Kurniawan bekerja pada PT Esemka Bisa sebagai
Manajer Pemasaran yang memperoleh gaji pokok per bulan sebesar Rp
7.500.000,
tunjangan struktural Rp 1.000.000,
tunjangan keluarga sebesar 10% dari gaji pokok sebulan (jika sudah
berkeluarga atau mempunyai tanggungan),
premi asuransi jamsostek JKK dan JK sebesar 0,24% dan 0,36% dari gaji
pokok sebulan.

PT Esemka Bisa menanggung iuran jaminan hari tua setiap bulan sebesar
3,7% dari gaji pokok

sedangkan Andi Kurniawan membayar iuran jaminan hari tua sebesar 2% dari
gaji pokok.
PT Esemka Bisa juga mengikuti program jaminan pensiun untuk pegawainya,
perusahaan membayar iuran pensiun tiap bulan sebesar 2% dari gaji pokok
sedangkan Andi Kurniawan membayar iuran pensiun sebesar 1% dari gaji
pokok. Status Andi Kurniawan menikah tanpa tanggungan. Pada tahun 2017
Andi Kurniawan memperoleh Tunjangan Hari Raya (THR) sebesar Rp
7.500.000. Hitunglah PPh Pasal 21 terutang.
Jawab
a. Menghitung PPh Pasal 21 atas Gaji
PPh Pasal 21 atas gaji berdasarkan perhitungan diatas adalah Rp 2.238.150

b. Menghitung PPh Pasal 21 atas Gaji dan THR


Gaji Setahun Rp 90.000.000
Tunjangan Struktural Rp 12.000.000
Tunjangan Keluarga (10% x Rp 90.000.000) Rp 9.000.000
Premi JKK (0,24% x Rp 90.000.000) Rp 216.000
Premi JK (0,36% x Rp 90.000.000) Rp 324.000
THR Rp 7.500.000 +
Penghasilan Bruto Rp 119.040.000

Dikurangi:
Biaya Jabatan: 5% x Rp 119.040.000 Rp 5.952.000
Iuran Pensiun: 1% x Rp 90.000.000 Rp 900.000
Iuran JHT: 2% x Rp 90.000.000 Rp 1.800.000 -
Penghasilan Neto Sebulan Rp 110.388.000

Kelas XII Akuntansi 4


m Diktat Administrasi Pajak

Dikurangi PTKP (K/0) Rp 58.500.000 -


Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 51.888.000

PPh Pasal 21 Terutang:


5% x Rp 50.000.000, = Rp 2.500.000
15% x Rp 1.888.000, = Rp 283.200 +
Rp 2.783.200

c. Menghitung PPh Pasal 21 atas THR


PPh Pasal 21 atas Gaji & Bonus Rp 2.783.200
PPh Pasal 21 atas Gaji Rp 2.238.150 -
Rp 545.050

5. PPh Pasal 21 Untuk Penghasilan yang diterima Peserta Kegiatan


Peserta Kegiatan

adalah orang yang terlibat dalam suatu kegiatan tertentu termasuk mengikuti
rapat, sidang, seminar, lokakarya (workshop), pendidikan, pertunjukan,
olahraga atau kegiatan lainnya dan memperoleh imbalan sehubungan dengan
keikutsertaannya dalam kegiatan tersebut.

PPh Pasal 21 = Penghasilan Bruto x Tarif Pasal 17 (1) huruf a UU PPh


Contoh perhitungan PPh Pasal 21 untuk peserta kegiatan berikut ini:
Taufik Hidayat adalah seorang pemain badminton professional menjuarai
turnamen Indonesia Master dan memperoleh hadiah sebesar Rp 200.000.000.
Hitunglah PPh Pasal 21 atas Hadiah tersebut.

Jawab
PPh Pasal 21 = 5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000
= 15% x Rp 150.000.000 = Rp 22.500.000 –
Rp 25.000.000

6. PPh Pasal 21 Untuk Penghasilan yang diterima oleh Bukan Pegawai.


Bukan Pegawai

adalah orang pribadi selain pegawai tetap dan pegawai tidak tetap (tenaga
kerja lepas) yang memperoleh penghasilan dengan nama dan dalam bentuk
apapun sebagai imbalan atas pekerjaan, jasa atau kegiatan tertentu yang
dilakukan berdasarkan perintah atau permintaan dari pemberi
penghasilan.

Termasuk bukan pegawai adalah tenaga ahli, pemain musik, sinetron,


pelawak, pembawa acara, seniman, olahragawan, pengajar, pelatih,
penceramah, penyuluh, moderator, pengarang, peneliti, penerjemah, agen
iklan, pengawas/pengelola proyek, petugas penjaja barang dagangan,
petugas dinas luar asuransi dan distributor MLM.

Kelas XII Akuntansi 5


m Diktat Administrasi Pajak

Penghitungan PPh Pasal 21 bagi penerima kategori bukan pegawai


dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu:

a. Bukan pegawai yang memperoleh imbalan berkesinambungan dan


memperoleh penghasilan lainnya.
Dasar Pengenaan Pajak = (50% x Jumlah Penghasilan Bruto) komulatif
PPh Pasal 21 = Dasar Pengenaan Pajak x Tarif pasal 17 (1) UU PPh

b. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan semata-


mata dari satu pemberi penghasilan yang bersifat berkesinambungan.
DPP = 50% x (Penghasilan Bruto sebulan – PTKP sebulan) komulatif
PPh Pasal 21 = DPP x Tarif pasal 17 (1) UU PPh

c. Bukan Pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan yang tidak


bersifat berkesinambungan.
PPh Pasal 21 = (50% x Penghasilan Bruto) x Tarif pasal 17 (1) UU PPh

7. PPh Pasal 21 Bagi Penerima Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun,


Tunjangan Hari Tua, dan Jaminan Hari Tua yang Dibayarkan Sekaligus

Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai berupa Uang


Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, atau Jaminan Hari
Tua yang dibayarkan sekaligus dikenai pemotongan PPh Pasal 21 yang
bersifat final. Penghasilan berupa Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun,
Tunjangan Hari Tua, atau Jaminan Hari Tua dianggap dibayarkan sekaligus
jika sebagian atau seluruh pembayarannya dilakukan dalam jangka waktu
paling lama 2 (dua) tahun kalender.

a. Uang Pesangon
Berikut Tarif PPh Pasal 21 atas uang pesangon yang diterima secara
sekaligus:
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif
s/d Rp 50.000.000,00 0%
Diatas Rp 50.000.000 s/d Rp 1000.000.000 5%
Diatas Rp 100.000.000 s/d Rp 500.000.000 15%
Diatas Rp 500.000.000 25%

b. Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, atau Jaminan Hari Tua yang
Dibayarkan Sekaligus.
Berikut Tarif PPh Pasal 21 atas uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua,
atau jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus:
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif
s/d Rp 50.000.000,00 0%
Diatas Rp 50.000.000 5%

8. Pejabat Negara, PNS, anggota TNI/POLRI dan pensiunannya yang


menerima penghasilan dan imbalan lain yang bersumber dari APBN/D.
PPh Pasal 21 dihitung dengan menerapkan tarif berikut dikalikan dengan
jumlah bruto penghasilan dan bersifat final.

Kelas XII Akuntansi 6


m Diktat Administrasi Pajak

a. Bagi Pejabat Negara, PNS Golongan II dan TNI/Polri Pangkat


Tamtama/Bintara dikenakan tarif 0%.
b. Bagi Pejabat Negara, PNS Golongan III dan TNI/Polri Pangkat Perwira
Pertama dikenakan tarif 5%.
c. Bagi Pejabat Negara, PNS Golongan II dan TNI/Polri Pangkat Perwira
Tinggi dikenakan tarif 15%.

9. Penerima penghasilan untuk Orang pribadi yang berstatus sebagai


subjek pajak luar negeri.
PPh Pasal 26: 20% x Penghasilan Bruto

A. PERHITUNGAN PPH PASAL 21 UNTUK ORANG PRIBADI MEMPUNYAI


USAHA/PEKERJAAN BEBAS

Penghasilan yang diperoleh orang pribadi dari usaha merupakan


penghasilan dari kegiatan usaha perseorangan yang dilakukan baik di bidang
industri, perdagangan dan/atau jasa, misalnya usaha apotek, rumah makan atau
toko. Menurut Undang Undang Ketentuan Umum Perpajakan
Pasal 1 Angka 24 pekerjaan bebas adalah pekerjaan yang dilakukan oleh orang
pribadi yang mempunyai keahlian khusus sebagai usaha untuk memperoleh
penghasilan yang tidak terikat oleh suatu hubungan kerja.

1. Norma Penghitungan Penghasilan Neto


Norma Penghitungan Neto adalah norma yang dapat digunakan oleh Wajib
Pajak dalam penghitungan penghasilan neto dalam satu tahun pajak sebagai
dasar penghitungan PPh Pasal 25/29 terutang. Wajib Pajak yang diperbolehkan
menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dalam menghitung
penghasilan neto dalam satu tahun untuk penghitungan PPh Pasal 25/29
adalah hanya Wajib Pajak Orang Pribadi yang telah memenuhi syarat sebagai
berikut:

a. Wajib Pajak Orang Pribadi yang mempunyai peredaran bruto/omzet bruto


tidak lebih dari Rp.4.800.000.000,- dalam satu tahun pajak berdasarkan
Pasal 14 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang PPh dan PP
Nomor 46 Tahun 2013.
b. Ketentuan tersebut berlaku sejak tahun pajak 2007.
c. Khusus mulai bulan Juli 2013 penggunaan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto sesuai dengan PP Nomor 46 Tahun 2013.
d. Wajib Pajak Orang Pribadi yang bermaksud menggunakan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto dalam menghitung penghasilan neto wajib
memberitahuan kepada Direktur Jenderal Pajak (Kantor Pelayanan Pajak)
dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan pertama dari tahun pajak bersangkutan

Jenis Pekerjaan Bebas yang dalam menghitung Pajak Penghasilan dapat


menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto (apabila peredaran
usaha tidak melebihi Rp.4.800.000.000,- dalam satu tahun pajak) adalah
sebagai berikut :

Kelas XII Akuntansi 7


m Diktat Administrasi Pajak

a. tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris.
b. pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang
sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,
peragawan/peragawati, pemain drama, dan penari.
c. Olahragawan.
d. penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator.
e. pengarang, peneliti, dan penerjemah.
f. agen iklan.
g. pengawas atau pengelola proyek.
h. Perantara.
i. petugas penjaja barang dagangan.
j. agen asuransi.
k. distributor perusahaan pemasaran berjenjang (multilevel marketing) atau
penjualan langsung (direct selling) dan kegiatan sejenis lainnya.

Norma penghitungan Penghasilan Neto dikelompokkan menurut wilayah


sebagai berikut :
a. 10 (sepuluh) ibukota propinsi yaitu Medan, Palembang, Jakarta, Bandung,
Semarang, Surabaya, Denpasar, Manado, Makassar, dan Pontianak;
b. ibukota propinsi lainnya;
c. daerah lainnya.
Penghitungan penghasilan neto Wajib Pajak yang mempunyai lebih dari satu
jenis usaha atau pekerjaan bebas, dilakukan terhadap masing-masing jenis
usaha dengan memperhatikan pengelompokan wilayah. Penghasilan neto
dihitung dengan cara penghasilan bruto/omzet bruto dikalikan dengan norma
penghitungan penghasilan neto.

Contoh perhitungan PPh pasal 21 untuk orang pribadi mempunyai


usaha/pekerjaan bebas

Novita dengan status menikah tanpa tanggungan adalah seorang dokter di


Bandung yang memiliki usaha praktik dokter (klinik kecantikan). Dalam
menjalankan usahanya, Novita tidak menyelenggarakan pembukuan. Dia
memilih untuk menghitung penghasilan nettonya dengan menggunakan norma
perhitungan penghasilan netto. Dari buku catatan dalam tahun 2017 jumlah
peredaran bruto usahanya adalah Rp 900.000.000.

Hitunglah Penghasilan Netto Usaha, PKP dan PPh terutang.


Jawab:
Peredaran bruto Rp 900.000.000
Penghasilan Netto (50% x Rp 900.000.000) Rp 450.000.000
Dikurangi:
PTKP (TK/0) Rp 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 396.000.000

Kelas XII Akuntansi 8


m Diktat Administrasi Pajak

PPh Pasal 21 Terutang:


5% x Rp50.000.000 = Rp 2.500.000
15% x Rp 200.000.000 = Rp 30.000.000
25% x Rp 146.000.000 = Rp 36.500.000 +
Rp 69.000.000

2. PP Nomor 46 Tahun 2013

PP Nomor 46 Tahun 2013 adalah peraturan pemerintah yang mengatur


tentang pajak penghasilan atas penghasilan dari usaha yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu. PP Nomor 46
tahun 2013 dikenakan kepada wajib pajak orang pribadi atau badan usaha
yang telah memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak dengan
peredaran bruto (omzet) yang tidak melebihi Rp4,8 miliar dalam 1 tahun
pajak.
b. peredaran bruto (omzet) merupakan jumlah peredaran bruto (omzet) semua
gerai/counter/outlet atau sejenisnya baik pusat maupun cabangnya.

c. Pajak yang terutang dan harus dibayar adalah 1% dari jumlah peredaran
bruto (omzet). Mulai per Juli 2018 tarifnya turun menjadi 0,5% dari jumlah
peredaran bruto (omset) (PP Nomor 46 tahun 2018).

Catata: Usaha meliputi usaha dagang dan jasa, seperti misalnya toko/kios/los
kelontong, pakaian, elektronik, bengkel, penjahit, warung/rumah makan, salon,
dan usaha lainnya.
Subjek Pajak PP 46 Tahun 2013 adalah Wajib Pajak yang memenuhi
kriteria sebagai berikut:
a. Wajib Pajak orang pribadi atau Wajib Pajak badan tidak termasuk bentuk
usaha tetap; dan
b. menerima penghasilan dari usaha, tidak termasuk penghasilan dari jasa
sehubungan dengan pekerjaan bebas, dengan peredaran bruto tidak
melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) dalam
1 (satu) Tahun Pajak.
Tidak termasuk Wajib Pajak orang pribadi sebagaimana dimaksud
diatas adalah Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha
perdagangan dan/atau jasa yang dalam usahanya :
a. menggunakan sarana atau prasarana yang dapat dibongkar pasang, baik
yang menetap maupun tidak menetap; dan
b. menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum
yang tidak diperuntukkan bagi tempat usaha atau berjualan. misalnya
pedagang keliling, pedagang asongan, warung tenda di area kaki- lima,
dan sejenisnya.
Tidak termasuk Wajib Pajak badan sebagaimana dimaksud dimaksud
diatas adalah :

Kelas XII Akuntansi 9


m Diktat Administrasi Pajak

a. Wajib Pajak badan yang belum beroperasi secara komersial.


b. Wajib Pajak badan yang dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah
beroperasi secara komersial memperoleh peredaran bruto melebihi
Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah).
Tidak termasuk Objek Pajak PP Nomor 46 tahun 2013 adalah :
a. Penghasilan dari jasa sehubungan dengan Pekerjaan Bebas, seperti
misalnya: dokter, advokat/pengacara, akuntan, notaris, PPAT, arsitek,
pemain musik, pembawa acara, dan sebagaimana dalam penjelasan Pasal
2 ayat (2) PP 46 Tahun 2013. 
b. Penghasilan dari usaha dagang dan jasa yang dikenai PPh Final (Pasal 4
ayat (2)),   seperti misalnya sewa kamar kos, sewa rumah, jasa konstruksi
(perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan), PPh usaha migas, dan lain
sebagainya yang diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah.
Contoh perhitungan PPh pasal 21 untuk orang pribadi mempunyai
usaha/pekerjaan bebas
Antonius Wijaya mempunyai usaha Toko Bangunan. Dalam menjalankan
usahanya, Antonius tidak menyelenggarakan pembukuan. Dia memilih untuk
menghitung penghasilan nettonya dengan menggunakan Norma Perhitungan
Penghasilan Netto. Dari buku catatan dalam tahun 2017 jumlah peredaran
bruto usahanya adalah Rp 1.462.000.000. Status Antonius adalah menikah
dengan tanggungan 2. Hitunglah Penghasilan Netto Usaha, PKP dan PPh
terutang.
Jawab :
Peredaran bruto Rp 1.462.000.000
PPh terutang (per Juli 2013) 1% x Rp 1.462.000.000 Rp 14.620.000
PPh terutang (per Juli 2018) 0,5% x Rp 1.462.000.000 Rp 7.310.000

Evaluasi Kompetensi

B. Jawablah Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar !


1. Sebutkan pemotong PPh Pasal 21?
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………..
2. Sebutkan 5 penerima penghasilan/Wajib Pajak PPh pasal 21 ?
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………..

Kelas XII Akuntansi 10


m Diktat Administrasi Pajak

……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………..

3. Sebutkan Objek Pajak PPh pasal 21 ?


……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………
4. Sebutkan syarat penggunaan tarif Norma Penghitungan Penghasilan Neto
untuk pekerjaan bebas dan sebutkan jenis pekerjaan bebasnya ?
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………
5. Sebutkan syarat wajib pajak menggunakan tarif PP No. 46 tahun 2013 ?
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………

C. Soal Kasus PPh Pasal 21


1. Yusuf Hamdani dengan status belum menikah tanpa tanggungan bekerja di
PT Kreasi Esemka sebagai seorang manajer keuangan dengan gaji sebulan
sebesar Rp 12.000.000. tunjangan struktural Rp 1.200.000, tunjangan
keluarga sebesar 10% dari gaji pokok sebulan (jika status karyawan menikah
atau mempunyai tanggungan), premi asuransi jamsostek JKK dan JK sebesar
0,24% dan 0,36% dari gaji pokok sebulan. Yusuf Hamdani membayar iuran
pensiun dan iuran JHT sebesar 2% dan 1% dari gaji pokok sebulan.
Hitunglah Penghasilan bruto, Penghasilan Neto setahun, PPh Pasal 21
sebulan.
2. Ana Karenina dengan status menikah tanpa tanggungan bekerja di PT Kreasi
Esemka sebagai seorang manajer pemasaran dengan gaji sebulan sebesar
Rp 15.000.000. tunjangan struktural Rp 1.500.000, tunjangan keluarga

Kelas XII Akuntansi 11


m Diktat Administrasi Pajak

sebesar 10% dari gaji pokok sebulan (jika status karyawan menikah atau
mempunyai tanggungan), premi asuransi jamsostek JKK dan JK sebesar
0,24% dan 0,36% dari gaji pokok sebulan. Ana Karenina membayar iuran
pensiun dan iuran JHT sebesar 2% dan 1% dari gaji pokok sebulan. Ana
Karenina juga menerima bonus akhir tahun sebesar Rp 15.000.000.
Hitunglah Penghasilan bruto, Penghasilan Neto setahun, PPh Pasal 21
sebulan atas Gaji dan Bonus.
3. Noto Rokhiman mempunyai usaha Toko hasil pertanian dan peternakan di
Banjarnegara. Dalam menjalankan usahanya, Antonius tidak
menyelenggarakan pembukuan. Dia memilih untuk menghitung penghasilan
nettonya dengan menggunakan Norma Perhitungan Penghasilan Netto. Dari
buku catatan dalam tahun 2017 jumlah peredaran bruto usahanya adalah Rp
962.000.000 sedangkan total biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp
392.000.000. Status Noto Rokhiman adalah menikah dengan tanggungan 2.
Hitunglah Laba Usaha, Penghasilan Netto Usaha, PKP dan PPh terutang
2017. Tarif Norma Perhitungan Penghasilan Netto untuk Usaha Toko hasil
pertanian dan peternakan di Wilayah Banjarnegara adalah 15%.
4. Hamdani Yusuf mempunyai penghasilan netto setahun Rp 150.000.000
sedangkan istrinya Karenina Ana mempunyai penghasilan netto setahun
sebesar Rp 100.000.000. Status Hamdani Yusuf adalah menikah tanpa
tanggungan. Hitunglah PPh Pasal 21 jika Penghasilan istri digabung
dengan penghasilan suami. Hitunglah PPh Pasal 21 jika kedua pasangan
tersebut memilih untuk melaporkan sendiri-sendiri.

Kelas XII Akuntansi 12


m Diktat Administrasi Pajak

Kelas XII Akuntansi 13


m Diktat Administrasi Pajak

Dikerjakan tanggal :

NILAI Tanda tangan Guru Tanda tangan Orangtua

BAB 2
PENYETORAN DAN PELAPORAN
PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

Kompetensi Dasar :
Pengetahuan
3.13. Menerapkan prosedur pengisian surat setoran pajak (SSP) PPh Orang
Pribadi
Keterampilan
4.13. Melakukan pengisian Pajak PPh Orang Pribadi
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari diktat ini diharapkan siswa mampu :
1. Menjelaskan Prosedur pengisian surat setoran pajak (SSP) PPh orang
pribadi
2. Menjelaskan bentuk dan isi SPT tahunan PPh pasal 21
3. Mengidentifikasi mekanisme pemungutan PPh pasal 21/26
4. Melakukan pengisian pajak PPh orang Pribadi
5. Melaporkan surat setoran pajak PPh orang pribadi

Pemotongan dan Pemungutan

A. Pengertian Pemotongan dan Pemungutan


Pemotongan pajak umumnya digunakan untuk PPh pasal 21 seperti
pemotongan atas penghasilan berupa gaji, honorarium, PPh pasal 23 untuk
pemotongan atas penghasilan berupa hasil imbalan jasa, royalti, dividen dan juga
PPh pasal 26 untuk pemotongan atas penghasilan bagi WP Luar Negeri. Selain itu
istilah pemotongan pajak pada umumnya dikenakan atas penghasilan yang
memang akan menjadi penghasilan bagi penerima, contohnya penghasilan atas
gaji, imbalan jasa, dan dividen. Selain itu pemotong pajak (untuk pihak yang
melakukan pemotongan pajak) pada umumnya tidak menjelaskan secara spesifik
seperti pemberi kerja, bendaharawan pemerintah atas gaji, dan penyelenggara
kegiatan. Pemotongan biasanya dilakukan oleh pihak yg membayarkan.
Sedangkan Pemungutan pajak digunakan biasanya untuk PPh pasal 22 yaitu
pemungutan atas penjualan ke bendaharawan yang bersumber dari APBN/D, impor
serta untuk PPN. Istilah Pemungutan pada umumnya dikenakan atas sesuatu yang
belum tentu menjadi penghasilan bagi penerima uang, karena objek pemungutan
bisa jadi berupa penjualan, bisa juga berupa pembelian contoh untuk PPh pasal 22
atas impor barang. Selain itu pemungut pajak (untuk pihak yang melakukan
pemungutan pajak) sifatnya lebih spesifik, karena ditunjuk oleh Menkeu, yaitu

Kelas XII Akuntansi 14


m Diktat Administrasi Pajak

Bendaharawan pemerintah, Badan tertentu, Direktoran Jenderal Bea dan Cukai


(DJBC). Pemungutan biasanya dilakukan oleh pihak yg menerima pembayaran.

Penyetoran dan Pelaporan

B. Batas Waktu Penyetoran dan Pelaporan PPh


Untuk kewajiban penyetoran dan pelaporan PPh, Menteri Keuangan telah
menetapkan batas waktu penyetoran PPh ke Bank Persepsi/Kantor Pos penerima
pembayaran serta batas waktu pelaporan SPT Masa PPh ke KPP tempat Wajib
Pajak terdaftar sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
184/PMK.03/2007 tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan
Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara
Pembayaran, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak, serta Tata Cara Pengangsuran
dan Penundaaan Pembayaran Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 80/PMK.03/2010. Batas waktu pembayaran/penyetoran
pajak yang sudah dipotong dan/atau dipungut oleh Wajib Pajak serta tanggal
pelaporan SPT Masa adalah sebagai berikut :
Jenis Pajak Batas Waktu Penyetoran Batas Waktu Pelaporan
Paling lama tanggal 10Paling lama 20 hari
PPh Pasal 21 bulan berikutnya setelah setelah Masa Pajak
Masa Pajak berakhir berakhir
Disetor pada hari yang Paling lama 14 hari
PPh Pasal 22
sama dengan pelaksanaan setelah Masa Pajak
Bendahara
pembayaran berakhir
PPh Pasal 22 Impor Disetor dalam 1 hari Paling lama hari
yang dipungut Bea kerja setelah dilakukan kerja terakhir
Cukai pemungutan pajak minggu berikutnya
PPh Pasal 22 Migas, Paling lama tanggal 10 Paling lama 20 hari
Industri, Barang bulan berikutnya setelah setelah Masa Pajak
Mewah, Pedagang Masa Pajak berakhir berakhir
Pengumpul
Paling lama tanggal 10 Paling lama 20 hari
PPh Pasal 23 bulan berikutnya setelah setelah Masa Pajak
Masa Pajak berakhir berakhir
Paling lama tanggal 10 Paling lama 20 hari
PPh Pasal 4 ayat (2)
bulan berikutnya setelah setelah Masa Pajak
Pemotongan
Masa Pajak berakhir berakhir
Paling lama tanggal 15 Paling lama 20 hari
PPh Pasal 4 ayat (2)
bulan berikutnya setelah setelah Masa Pajak
Setor Sendiri
Masa Pajak berakhir berakhir
PPh Pasal 15 Paling lama tanggal 10 Paling lama 20 hari
Pemotongan bulan berikutnya setelah setelah Masa Pajak
Masa Pajak berakhir berakhir

Kelas XII Akuntansi 15


m Diktat Administrasi Pajak

Paling lama tanggal 15 Paling lama 20 hari


PPh Pasal 15-Setor
bulan berikutnya setelah setelah Masa Pajak
Sendiri
Masa Pajak berakhir berakhir
Paling lama tanggal 10 Paling lama 20 hari
PPh Pasal 26 bulan berikutnya setelah setelah Masa Pajak
Masa Pajak berakhir berakhir

Beberapa hal yang harus diperhatikan terkait dengan kewajiban


pemotongan/pemungutan, penyetoran dan pelaporan pajak-pajak yang telah
dipotong/dipungut antara lain :
1. Apabila tanggal jatuh tempo pelaporan, pembayaran atau penyetoran pajak
bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional,
pelaporan, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
2. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang
ditunjuk oleh Menteri Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak
atau sarana administrasi lain yang disamakan dengan Surat Setoran Pajak.
3. Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah
divalidasi dengan Nomor Transaksi Penerimaan Pajak (NTPN).
4. Wajib Pajak Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti
pemotongan atau tanda bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan
yang dipotong atau dipungut PPh setiap melakukan pemotongan atau
pemungutan.

Bukti Pemotongan

C. Bukti Pemotongan PPh Pasal 21


Sistem pemungutan pajak yang diterapkan di Indonesia adalah with holding
tax, dimana pihak ketiga diberikan kepercayaan untuk melaksanakan kewajiban
memotong atau memungut pajak atas penghasilan yang dibayarkan kepada
penerima penghasilan. Peran with holding tax ini sangat penting dalam
mengamankan penerimaan negara dari sektor perpajakan karena mereka
merupakan pihak yang bertugas menyetorkannya ke kas Negara. Pihak yang
dipotong/dipungut pajaknya harus meminta bukti dari pemotongan PPh Pasal 21
tersebut berdasarkan dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-
14/PJ/2013 yakni berupa formulir 1721 A1 untuk pegawai swasta dan juga formulir
1721 A2 untuk Pegawai Negeri Sipil atau Anggota TNI/POLRI.
With holding tax diterapkan untuk mekanisme pemotongan atau
pemungutan Pajak Penghasilan (PPh) serta Pajak Pertambahan Nilai (PPN),
dimana ada sejumlah pajak yang dipotong atau dikurangi oleh pemberi penghasilan
ke penerima penghasilan berdasarkan jumlah penghasilan yang diterimanya.
Dengan adanya pemotongan ini akan menyebabkan berkurangnya jumlah
penghasilan yang telah diterimanya. Kewajiban untuk pemungutan dan juga
pemotongan pajak ini juga wajib diikuti dengan pembuatan bukti atas pemotongan
pajak tersebut. Masing-masing dari ketiga yang telah diberikan kewenangan dalam
memungut atau memotong pajak atas transaksi tersebut diharuskan untuk
memberikan bukti potong pajak. Setiap pembayar pajak sangat dianjurkan untuk
menyimpan bukti pajak tersebut dengan baik. Pada akhir tahun pajak, pajak yang
sudah dipotong atau dipungut dan juga disetorkan ke kas negara akan menjadi
pengurang dari pajak atau kredit pajak untuk pihak yang dipotong.

Kelas XII Akuntansi 16


m Diktat Administrasi Pajak

D. Pengertian Bukti Pemotongan


Bukti potong atau pungut adalah dokumen berharga untuk setiap wajib
pajak yang berfungsi sebagai kredit pajak. Bukti potong adalah dokumen wajib
pajak yang dapat digunakan untuk mengawasi pajak yang sudah dipotong oleh
pemberi kerja. Bukti potong harus dilampirkan di penyampaian SPT Tahunan PPh.
Bukti potong tersebut juga akan dipakai dalam proses cek kebenaran dari pajak
yang telah di bayar.
Pemotongan pajak untuk penghasilan pegawai tetap juga akan
memperoleh bukti potong pajak. Walaupun demikian, sekalipun pemotongan pajak
untuk penghasilan pegawai tetap tersebut dilaksanakan setiap bulan berdasarkan
ketentuan, Namun pemberi pajak diharuskan untuk membuat bukti potong ini
setahun sekali. Pembuatan dari bukti potong ini harus dilakukan oleh pemberi kerja
serta karyawan diwajibkan untuk menerima bukti potong pajak tersebut. Apabila
pekerja tidak menerima bukti potong tersebut, maka karyawan tersebut dapat
memintanya secara langsung kepada perusahaan. Jenis bukti pemotongan PPh
Pasal 21 terdiri dari formulir 1721 A1 (bagi karyawan tetap perusahaan
swasta/BUMN beserta pensiunannya) dan 1721 A2 (bagi PNS/TNI/Polri besera
pejabat negara dan pensiunannya). Selain itu untuk penghasilan lain yang diterima
maka dikenakan pajak dan dibuatkan bukti potong yaitu bukti potong bersifat final
atau non final.
E. Ketentuan dalam Proses Pembuatan Bukti Potong PPh 21
Dalam pembuatan bukti pemotongan PPh Pasal 21 (Bukti Potong 1721
A1/A2), ada beberapa peraturan yang harus diketahui oleh pemberi kerja,
diantaranya adalah sebagai berikut ini :
1. Bukti Potong 1721 A1/A2 hanya diberikan untuk pegawai tetap saja, sedangkan
untuk pegawai tidak tetap dan bukan pegawai tidak dibuatkan.
2. Bukti Potong 1721 A1/A2 adalah bukti pemotongan PPh Pasal 21 untuk 1 tahun
pajak atau selama pegawai tetap tersebut bekerja pada si pemberi kerja selama
tahun pajak yang bersangkutan.
3. Bukti Potong 1721 A1/A2 akan dipakai oleh pegawai tetap dalam melaporkan
SPT Tahunan PPh Orang Pribadi.
4. Berdasarkan amanat PER-32/PJ/2015, pemberi kerja diharuskan untuk
membuat bukti potong 1721 A1/A2 selambat - lambatnya bulan Januari tahun
berikutnya.
5. Format nomor untuk bukti potong 1721 A1 adalah 1.1-mm-yy-xxxxxxx dengan
mm adalah masa pajak dibuatnya bukti potong, sedangkan yy adalah 2 digit
tahun pajak, dan yang terakhir xxxxxxx diisi nomor urut bukti potong.
Sedangkan format nomor untuk bukti potong 1721 A2 diawali dengan 1.2-mm-
yy-xxxxxxx.
6. Masa pendapatan penghasilan diisi dengan menggunakan format mm-mm
yang menunjukkan dari bulan apa hingga bulan apa karyawan tersebut bekerja.
7. Identitas dari pemotong diisi dengan menggunakan identitas yang
menandatangani bukti potong tersebut.
8. Bukti potong di atas dibuat pemberi kerja dengan cara manual atau dengan
menggunakan e-SPT.

Surat Setoran Pajak (SSP)

Kelas XII Akuntansi 17


m Diktat Administrasi Pajak

F. Pengertian Surat Setoran Pajak (SSP)


Surat Setoran Pajak (SSP) adalah surat/formulir yang digunakan oleh
Wajib Pajak untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke
kas negara melalui kantor penerima pembayaran (kantor pos atau bank milik
pemerintah). SSP dianggap sah sebagai bukti pembayaran pajak apabila telah
disahkan oleh pejabat kantor penerima pembayaran yang berwenang atau apabila
telah mendapatkan validasi. Tempat pembayaran dan penyetoran pajak dapat
dilakukan di bank yang ditunjuk Menteri Keuangan dan Kantor Pos.

G. Jenis-Jenis SSP
1. SSP Standar
Adalah bukti/formulir pembayaran atau penyetoran pajak ke kas negara melalui
tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan. Formulir Surat
Setoran Pajak (SSP) berjumlah 5 rangkap dengan perincian sebagai berikut :
- Lembar 1 untuk arsip wajib pajak
- Lembar 2 untuk KPPN (Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara)
- Lembar 3 untuk dilaporkan wajib pajak ke KPP (Kantor Pelayanan Pajak)
- Lembar 4 untuk arsip kantor penerima pembayaran (bank persepsi/kantor
pos dan giro)
- Lembar 5 untuk arsip wajib pungut/pihak lain
2. SSP Khusus
SSP khusus merupakan bukti pembayaran/penyetoran pajak terutang
ke kantor penerima pembayaran yang dicetak oleh kantor penerima
pembayaran dengan menggunakan mesin transaksi atau alat lain. SSP khusus
mempunyai fungsi yang sama dengan SSP Standar dalam administrasi
perpajakan. SSP Khusus dicetak oleh kantor penerima pembayaran yang telah
mengadakan kerja sama Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3)
dengan Direktorat Jenderal Pajak (DJP). SSP Khusus dicetak :
- Pada saat pembayaran/penyetoran pajak sebanyak 2 lembar yaitu lembar 1
untuk Arsip Wajib Pajak dan lembar 2 dilaporkan Wajib Pajak ke KPP.
- Terpisah sebanyak 1 lembar untuk dilaporkan ke KPPN sebagai lampiran
Daftar Nominatif Penerimaan (DNP)
SSP Khusus dapat diperbanyak dan berfungsi sama dengan lembar ke-
5 SSP Standar sebagai pengganti bukti potong/bukti pungut, dengan diberi cap
dan tanda tangan oleh pejabat yang berwenang oleh Kantor Penerima
Pembayaran. SSP Khusus paling sedikit memuat keterangan-keterangan
sebagai berikut :
a. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
b. Nama Wajib Pajak
c. Identitas Kantor Penerima Pembayaran
d. Mata Anggaran Penerimaan (MAP)/Kode Jenis Pajak dan Kode Jenis
Setoran

Kelas XII Akuntansi 18


m Diktat Administrasi Pajak

e. Masa Pajak atau Tahun Pajak


f. Nomor Ketetapan (untuk pembayaran STP, SKPKB atau SKPKBT)
g. Jumlah dan tanggal pembayaran
h. Nomor Transaksi Pembayaran Pajak (NTPP) dan Nomor Transaksi Bank
(NTB) atau Nomor Transaksi Pos (NTP).
3. SSPCP (Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak dalam rangka Impor).
Adalah SSP yang digunakan oleh importir atau Wajib Pajak dalam
rangka impor. SSPCP dibuat dalam rangkap 8 (delapan) yang perincian
sebagai berikut :
- Lembar ke-1a untuk Kantor Pajak, Bea dan Cukai (KPBC) melalui
Penyetor/Wajib Pajak.
- Lembar ke-1b untuk Penyetor/Wajib Pajak
- Lembar ke-2a untuk Kantor Pajak, Bea dan Cukai (KPBC) melalui KPPN
(Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara).
- Lembar ke-2b untuk Kantor Pelayanan Pajak (KPP) melalui KPPN (Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara).
- Lembar ke-3a dan ke-3b untuk KPP melalui Penyetor/Wajib Pajak.
- Lembar ke-4 untuk Arsip Kantor Penerima Pembayaran (Bank BUMN atau
Kantor Pos).
4. SSCP (Surat Setoran Cukai atas Barang Kena Cukai dan PPN Hasil
Tembakau Buatan Dalam Negeri).
Adalah SSP yang digunakan oleh pengusaha untuk cukai atas barang
kena cukai dan PPN hasil tembakau buatan dalam negeri. SSCP dibuat dalam
rangkap 6 (enam) dengan perincian sebagai berikut :
- Lembar ke-1a untuk Kantor Pajak, Bea dan Cukai (KPBC) melalui
Penyetor/Wajib Pajak.
- Lembar ke-1b untuk Penyetor/Wajib Pajak
- Lembar ke-2a untuk Kantor Pajak, Bea dan Cukai (KPBC) melalui KPPN
(Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara).
- Lembar ke-2b untuk Kantor Pelayanan Pajak (KPP) melalui KPPN (Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara).
- Lembar ke-3 untuk KPP melalui Penyetor/Wajib Pajak.
- Lembar ke-4 untuk Arsip Kantor Penerima Pembayaran (Bank BUMN atau
Kantor Pos).
H. Pembayaran Pajak dengan Aplikasi Ebilling Pajak.
E-billing merupakan sebuah sistem untuk membayar pajak secara online.
Sistem ini dihadirkan untuk lebih memudahkan masyrakat dalam membayar
pajak mereka karena dinilai lebih simpel dan modern sesuai dengan perkembangan
zaman. Sistem e-billing berbeda dengan sistem terdahulu, di mana wajib pajak
membayar pajak mereka secara manual dengan media Surat Setoran Pajak (SPP).
Lewat e-billing, pajak dibayarkan secara online dengan terlebih dahulu membuat
kode billing atau ID Billing sebagai portal pembayaran pajak.

Kelas XII Akuntansi 19


m Diktat Administrasi Pajak

Untuk membayar pajak lewat e-billing dibutuhkan kode billing terlebih


dahulu. Sebenarnya banyak cara untuk mendapatkan kode e-billing ini, seperti
datang langsung ke kantor pajak, melalui teller bank, lewat kantor pos, lewat
telepon, serta lewat website resmi DJP online. Untuk mendapatkan kode billing
lewat website DJP online, Anda tinggal membuka websitenya dan mengisikan data
diri. Cara ini tentunya lebih simpel karena bisa dilakukan kapan saja dan di mana
saja. Lebih lanjut, untuk mendapatkan kode e-billing lewat website ini ada dua
metode yaitu dengan menggunakan akun DJP dan tanpa menggunakan akun DJP.
Jika menggunakan layanan DJP Online maka pastikan Anda
sudah memiliki akun DJP Online terlebih dahulu. Jika sudah maka Anda cukup log
in ke DJP Online kemudian masuk ke menu setting untuk mengaktifkan menu e-
Billing Pajak. Jika belum maka langkah yang harus dilakukan adalah :
1. Melakukan Aktivasi EFIN Untuk Lapor Pajak Online
Electronic Filing Identification Number (EFIN) merupakan identitas digital yang
harus dibuat agar dapat melakukan transaksi digital, termasuk lapor pajak
online. Permohonan pembuatan EFIN wajib pajak badan disampaikan oleh
pengurus perusahaan dan tidak dapat diwakilkan. Saat datang ke Kantor Pajak,
pengurus wajib membawa persyaratan berupa :
 Formulir permohonan EFIN
 Alamat email aktif.
 Asli dan fotokopi kartu NPWP atau SKT (Surat Keterangan Terdaftar) Wajib
Pajak Badan.
 Asli dan fotokopi kartu NPWP atau SKT atas nama pengurus yang
bersangkutan.
 Asli dan fotokopi KTP bagi WNI atau KITAS/KITAP bagi WNA.
 Surat kuasa atau penunjukan pengurus yang mewakili dari wajib pajak
badan.
Setelah memperoleh EFIN, sebaiknya segera digunakan untuk melakukan
efiling. Sebab, EFIN memiliki masa kedaluwarsa selama 30 hari. Anda dapat
mendaftarkan EFIN melalui fitur e-Filing pajak. Jika tidak digunakan sebelum
masa kedaluwarsa, EFIN tidak lagi dapat digunakan dan Anda harus mengikuti
proses pembuatannya dari awal.
2. Log In DJP Online

3. Masuk Menu Setting DJP Online

Kelas XII Akuntansi 20


m Diktat Administrasi Pajak

4. Scroll ke paling bawah dan aktifkan e-Billing Pajak

5. Log In Ulang dan Menu e-Billing SSE Pajak sudah Aktif.

6. Untuk mulai mengisi SSE Pajak melalui DJP Online cukup dengan menekan
menu e-Billing System seperti pada gambar 4 di atas, dan otomatis Anda akan
diarahkan ke halaman baru ke https://sse2.pajak.go.id/default.
7. Berhasil masuk ke https://sse2.pajak.go.id/default, silahkan pilih "isi SSE".

Kelas XII Akuntansi 21


m Diktat Administrasi Pajak

8. Selanjutnya isi data yang diperlukan, sesuai dengan jenis pajak yang akan
dibayar

Pada menu formulir SSE Pajak ini hanya bisa membuat kode billing pajak untuk
satu nomor NPWP, sehingga jika kita ingin membuat kode billing pajak untuk
nomor NPWP yang berbeda maka kita perlu mendaftarkan nomor NPWP
tersebut ke SSE Pajak.

Kelas XII Akuntansi 22


m Diktat Administrasi Pajak

Evaluasi Kompetensi

I. Jawablah Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar !


1. Jelaskan perbedaan pemotongan dan pemungutan ?
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
2. Sebutkan jenis bukti pemotongan PPh PPh pasal 21 ?
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
3. Sebutkan rincian rangkap SSP Standar (manual) ?
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………

Kelas XII Akuntansi 23


m Diktat Administrasi Pajak

4. Sebutkan syarat untuk permohonan Electronic Filing Identification


Number (EFIN) ?
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………

5. Sebutkan cara membuat SSP elektronik dengan menggunakan fasilitas e-billing


djp online ?
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………

J. Soal Kasus PPh Pasal 21


Perhatikan soal berikut ini, Bacalah dengan cermat dan seksama !
Nama Perusahaan : PT. ESEMKA BISA
NPWP : 04.212.226.8.529.000
Alamat : Jalan Merpati No.25 Banjarnegara
Telp/Fax : (0286) 54544
Email : esemkabisa.pt@gmail.com
Jenis Usaha : Jasa transportasi
Nama Pimpinan : Ananda Saputri
Daftar pegawai tetap di PT. ESEMKA BISA :
No Nama Alamat, NPWP, Jabatan, Status, Gaji Pokok
Daniel Santoso Jalan Kalimendong No.15 Banjarnegara,
04.221.122.2.529.000, Manager, Belum Menikah, Gaji
sebulan Rp 10.000.000, tunjangan struktural Rp
2.000.000
Ananda Saputri Jalan Purwonegoro No.05 Banjarnegara,
04.223.123.2.529.000, Keuangan, Belum Menikah,
tanggungan 2, Gaji sebulan Rp 8.000.000, tunjangan
struktural Rp 1.500.000
Samuel Sitorus Jalan Kuta Banjar No. 13 Banjarnegara,
04.121.134.2.529.000, Koord. Pemasaran, Menikah,
anak 1, Gaji sebulan Rp 7.500.000,tunjangan struktural
Rp 500.000

Kelas XII Akuntansi 24


m Diktat Administrasi Pajak

Umar Usman Jalan Wanadadi No.11 Banjarnegara,


04.141.124.2.529.000, Pelaksana, Belum Menikah,
tanggungan 1, Gaji sebulan Rp 5.000.000
Sasongko Jalan Madukara No.19 Banjarnegara,
04.161.167.2.529.000, Pelaksana, Belum Menikah, Gaji
sebulan Rp 5.000.000
Catatan Untuk Pegawai tetap :
 Setiap pegawai yang telah berkeluarga atau memiliki tanggungan berhak atas
tunjangan keluarga sebesar 10% dari gaji pokok sebulan.
 Setiap pegawai berhak atas premi asuransi kecelakaan sebesar 2% dari gaji
pokok sebulan.
 Setiap pegawai tetap membayar iuran pensiun sebesar 5% dari gaji pokok
sebulan.
Berikut adalah transaksi yang terjadi selama bulan Januari 2018 :
1. Tanggal 5 Januari membayar jasa akuntan bernama Melya Wati sebesar Rp.
40.000.000,00. Melya Wati beralamat di Jalan Megatruh No. 35 Banjarnegara,
NPWP 04.222.555.8.529.000
2. Tanggal 10 Januari membayar jasa arsitek untuk desain Gedung kantor baru
kepada Andi Melawai sebesar Rp. 15.000.000,00, Alamat di JL. Mahesa No. 45
Banjarnegara NPWP : 04.333.555.8.529.000
3. Tanggal 15 Januari memberikan penghargaan kepada peserta kegiatan
perancang logo baru perusahaan, bernama Faisal Arif sebesar Rp. 3.000.000,00,
Alamat di JL. Gatot Subroto No. 48 Banjarnegara, NPWP : 04.888.666.8.529.000
4. Tanggal 28 Januari membayar upah kepada pegawai harian lepas dengan upah
borongan yang di bayarkan pada saat pekerjaan selesai, bernama Agus
Setiawan (belum menikah, tanpa tanggungan). Alamat di Jl. Melayu No. 36
Banjarnegara, NPWP: 44.555.023.8.529.000, sebesar Rp. 5.000.000,00 untuk
pembuatan instalasi listrik dikerjakan dalam waktu 10 hari.
Sebagai siswa yang sedang Magang di PT. Esemka Bisa, Anda diminta oleh
Pimpinan PT Esemka Bisa untuk melaksanakan tugas sebagai berikut :
a. Menghitung PPh Pasal 21 yang harus dipotong dan disetor pada bulan
Januari 2018.
b. Buatlah bukti pemotongan PPh Pasal 21 untuk setiap pemotongan pajak pada
bulan Januari 2018 (Pemotong Pajak a/n Ananda Saputri).
c. Setorkan PPh Pasal 21 yang telah dipotong (Tanggal SSP 10 Februari 2017
a/n Ananda Saputri).
d. Untuk bukti pemotongan (form 1721 A1) bagi pegawai tetap dibuat pada akhir
bulan Desember 2018 dengan asumsi gaji, tunjangan dan lain-lain yang
dibayarkan kepada pegawai tetap bulan Januari s/d Desember 2018 dianggap
sama dan tidak ada pembayaran lain.

Kelas XII Akuntansi 25


m Diktat Administrasi Pajak

BAB 3
PAJAK PENGHASILAN PASAL 23

Kompetensi Dasar :
Pengetahuan
3.14. Menjelaskan pemotongan penghasilan menurut PPh Pasal 23
3.15. Menjelaskan angsuran PPh pasal 25
Keterampilan
4.14. Menghitung pemotongan penghasilan menurut PPh Pasal 23
4.15. Menghitung angsuran PPh pasal 25
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari diktat ini diharapkan siswa mampu :
1. Menjelaskan pemotongan penghasilan menurut PPh Pasal 23.
2. Menjelaskan angsuran PPh pasal 25.
3. Mengidentifikasi pemotongan penghasilan menurut PPh Pasal 23.
4. Menghitung pemotongan penghasilan menurut PPh Pasal 23
5. Mengisi Surat Pemberitahuan (SPT) masa PPh pasal 23.
6. Menghitung angsuran PPh pasal 25

PPh Pasal 23

A. Pengertian PPh Pasal 23


Pajak Penghasilan Pasal 23 adalah Pemotongan pajak atas penghasilan
yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri (orang pribadi maupun
badan) dan Bentuk Usaha Tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa atau
penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21.
PPh Pasal 23 merupakan cara pelunasan pajak dalam tahun berjalan melalui
pemotongan pajak antara lain atas penghasilan berupa dividen, royalti, jasa
manajemen, jasa teknik, dan jasa-jasa lainnya.

B. Pemotong Pajak PPh Pasal 23


1. Badan Pemerintah
2. Subjek Pajak badan dalam negeri
3. Penyelenggara Kegiatan
4. Bentuk Usaha Tetap
5. Perwakilan Perusahaan luar negeri Lainnya
6. Orang Pribadi sebagai Wajib Pajak dalam negeri yang telah mendapat
penunjukan dari Direktur Jenderal Pajak untuk memotong pajak PPh Pasal
23, meliputi :

Kelas XII Akuntansi 26


m Diktat Administrasi Pajak

a. Akuntan, arsitek, dokter, notaris, Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)


kecuali PPAT tersebut adalah Camat, pengacara dan konsultan yang
melakukan pekerjaan bebas.
b. Orang Pribadi yang menjalankan usaha, yang menyelenggarakan
pembukuan

C. Wajib Pajak PPh Pasal 23


Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 23 terdiri atas :
1. Wajib Pajak dalam negeri (Orang Pribadi maupun Badan).
2. Bentuk Usaha Tetap.

D. Objek Pajak PPh Pasal 23


Penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 23 yaitu :
1. Deviden dengan nama dan dalam bentuk apapun
2. Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang
3. Royalti
4. Hadiah, Penghargaan, bonus dan sejenisnya selain yang telah dipotong PPh
Pasal 21
5. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta kecuali
sewa tanah dan bangunan
6. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa konsultan, jasa manajemen, jasa
konstruksi dan jasa lainnya selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 UU PPh.

E. Penghasilan Yang Tidak Dikenakan PPh Pasal 23


Beberapa jenis penghasilan yang tidak dikenakan pemotongan PPh Pasal 23
yaitu:
1. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank.
2. Sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha
dengan hak opsi.
3. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa
keuangan yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan
(PMK. 251/PMK.03/2008)
4. Deviden atau bagian laba yang diterima/diperoleh PT sebagai wajib pajak
dalam negeri, Koperasi, BUMN/BUMD, dari penyertaan modal pada badan
usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat :
a. Deviden berasal dari cadangan laba yang ditahan
b. Bagi PT, BUMN/BUMD yang menerima deviden, kepemilikan saham pada
badan yang memberikan deviden paling rendah 25% dari jumlah modal
yang disetor
5. Deviden yang diterima oleh orang pribadi.
6. Bagian Laba yang diterima atau diperoleh anggota dari CV yang modalnya
tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, firma dan kongsi.
7. SHU koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya.

F. Tarif PPh Pasal 23

Kelas XII Akuntansi 27


m Diktat Administrasi Pajak

Pemotongan PPh Pasal 23 dikenakan dari jumlah bruto, dengan tarif sebagai
berikut:
1. Tarif Sebesar 15 % dari Jumlah bruto atas :
a. Deviden
b. Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang
c. Royalty
d. Hadiah, Penghargaan, bonus dan sejenisnya selain yang telah dipotong
Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) huruf e.
2. Tarif Sebesar 2 % dari Jumlah bruto atas :
a. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta kecuali
sewa tanah dan bangunan.
b. Imbalan sehubungan dengan Jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi,
jasa konsultan dan jasa lainnya selain jasa yang telah dipotong Pajak
Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21. Termasuk jasa lainya
adalah jasa penilai (appraisal), jasa aktuaris, jasa akuntansi, pembukuan,
dan atestasi laporan Keuangan, jasa perancang (design), jasa pengeboran
(drilling) di bidang penambangan minyak dan gas bumi (migas), kecuali yang
dilakukan oleh bentuk usaha tetap (BUT), jasa penunjang di bidang
penambangan migas, jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang
penambangan selain migas, jasa penunjang di bidang penerbangan dan
Bandar udara, jasa penebangan hutan, jasa pengolahan limbah, jasa
penyedia tenaga kerja (outsourcing services), jasa perantara dan/atau
keagenan, jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang
dilakukan oleh Bursa Efek, KSEI dan KPEI, jasa
kustodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang dilakukan oleh KSEI, jasa
pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara, jasa mixing film, jasa
sehubungan dengan software komputer, termasuk perawatan, pemeliharaan
dan perbaikan, jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik,telepon,
air, gas, AC, dan/atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak
yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau
sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi.
Catatan : Besarnya PPh Pasal 23 yang dipungut terhadap Wajib Pajak yang
tidak memiliki NPWP adalah 100% lebih tinggi dari tarif yang telah ditetapkan.

G. Perhitungan PPh Pasal 23


1. PT. Boga Asri mempunyai 100.000 lembar saham yang beredar dengan nilai
nominal Rp5.000,00 per lembar saham. Pada tanggal 15 Nopember 2017,
berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi perusahaan
mengumumkan pembagian dividen dengan salah satu mekanismenya adalah
untuk pemegang saham dengan kepemilikan sampai dengan 20% deviden
yang diterima sebesar @Rp500 per lembar saham. PT Interfood sebagai salah
satu pemegang saham mempunyai 15% kepemilikan saham di PT. Boga Asri.
Jumlah saham PT. Boga Asri yang beredar adalah 100.000 lembar (nominal
@Rp 5.000 per lembar). Pembagian dividen dialokasikan dari cadangan laba
yang ditahan. jumlah Laba Ditahan sebesar Rp650.000.000,00. Hitunglah PPh
dan Bagaimana kewajiban PPh atas transaksi tersebut ?
Jawab
Total kepemilikan saham PT Interfood adalah 15% x 100.000 lbr = 15.000 lbr
Nilai dividen yang diterima = 15.000 lbr x Rp 500,00 = Rp 7.500.000,00.

Kelas XII Akuntansi 28


m Diktat Administrasi Pajak

PPh Pasal 23 = 15% x Jumlah Pendapatan Bruto


= 15% x Rp 7.500.000,00= Rp 1.125.000,00
Kewajiban PT Boga Asri. sebagai Pemotong PPh Pasal 23 adalah :
a. Melakukan pemotongan PPh Pasal 23 sebesar Rp1.125.000,00 dan
memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 kepada PT Interfood.
b. Melakukan penyetoran atas pemotongan PPh Pasal 23 tersebut paling
lambat tanggal 10 Desember 2017.
c. Melaporkan pemotongan PPh Pasal 23 atas transaksi tersebut dalam SPT
Masa PPh Pasal 23 masa pajak November 2017 paling lambat tanggal 21
Desember 2017.
2. PT Deltamas dalam rangka acara family gathering karyawannya, menyewa 1
(satu) unit bus dari PT Autonet Rentcar untuk jangka waktu 3 hari mulai tanggal
16 Juli s.d. 18 Juli 2017. dengan nilai sewa Rp 10.000.000,00 dan dibayarkan
pada tanggal 18 Juli 2017. Hitunglah PPh dan Bagaimana kewajiban PPh atas
transaksi tersebut.
Jawab
PPh Pasal 23 = 2% x Jumlah Pendapatan Bruto = 2% x Rp 10.000.000,00
= Rp 200.000,00
Kewajiban PT Deltamas sebagai Pemotong PPh Pasal 23 adalah :
a. Melakukan pemotongan PPh Pasal 23 sebesar Rp200.000,00 dan
memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 kepada PT Autonet Rentcar.
b. Melakukan penyetoran atas pemotongan PPh Pasal 23 tersebut paling
lambat tanggal 12 Agustus 2017.
c. Melaporkan pemotongan PPh Pasal 23 atas transaksi tersebut dalam SPT
Masa PPh Pasal 23 masa pajak Juli 2017 paling lambat tanggal 20 Agustus
2017.
PPh Pasal 25

H. Pengertian PPh Pasal 25


Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh Pasal 25) adalah pembayaran Pajak
Penghasilan secara angsuran. Tujuannya adalah untuk meringankan beban Wajib
Pajak, mengingat pajak yang terutang harus dilunasi dalam waktu satu tahun.
Pembayaran ini harus dilakukan sendiri dan tidak bisa diwakilkan.

I. Perhitungan PPh Pasal 25


Besarnya angsuran PPh Pasal 25 dalam tahun berjalan (tahun pajak berikutnya
setelah tahun yang dilaporkan di SPT tahunan PPh) dihitung sebesar PPh yang
terutang pajak tahun lalu, yang dikurangi dengan :
1. Pajak penghasilan yang dipotong sesuai pasal 21 (yaitu sesuai tarif pasal 17
ayat (1) bagi pemilik NPWP dan tambahan 20% bagi yang tidak memiliki
NPWP) dan Pasal 23 (15% berdasarkan dividen, bunga, royalti, dan hadiah -
serta 2% berdasarkan sewa dan penghasilan lain serta imbalan jasa) - serta
pajak penghasilan yang dipungut sesuai pasal 22 (pungutan 100% bagi yang
tidak memiliki NPWP).
2. Pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh
dikreditkan sesuai pasal 24, lalu dibagi 12 atau total bulan dalam pajak masa
setahun. 

J. Tarif PPh Pasal 25

Kelas XII Akuntansi 29


m Diktat Administrasi Pajak

Terdapat dua (2) jenis pembayaran angsuran Pajak Penghasilan Pasal


25 (PPh Pasal 25) untuk Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) yaitu :
1. Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu (WP–OPPT), yaitu yang
melakukan usaha penjualan barang, baik grosir maupun eceran, serta jasa -
dengan satu atau lebih tempat usaha. PPh 25 bagi OPPT = 0.75% x omzet
bulanan tiap masing-masing tempat usaha.
2. Wajib Pajak Orang Pribadi Selain Pengusaha Tertentu (WP – OPSPT), yaitu
pekerja bebas atau karyawan, yang tidak memiliki usaha sendiri. PPh 25 bagi
OPSPT = Penghasilan Kena Pajak (PKP) x Tarif PPh 17 ayat (1) huruf a UU
PPh (12 bulan).
3. Pembayaran angsuran PPh 25 untuk Wajib Pajak Badan yaitu = Penghasilan
Kena Pajak (PKP) x 25% (Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf b UU PPh).

K. Batas Waktu Pembayaran PPh Pasal 25


Sesuai Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-22/PJ/2008 pada 21
Mei 2008, pembayaran harus dilakukan dengan membawa Surat Setoran Pajak
(SSP) atau dokumen sejenisnya. Misalnya untuk bulan Februari 2017, angsuran
PPh 25 harus dibayar paling lambat 15 Maret 2017. Jika batas waktu penyetoran
jatuh pada hari libur (termasuk Sabtu, Minggu, hari libur nasional, dan Pemilihan
Umum), maka pembayaran masih dapat dilakukan pada hari berikutnya sesuai
Pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan No.184/PMK.03/2007, yang kemudian
diubah lagi sesuai Peraturan Menteri Keuangan No.80/PMK.03/2010. Penyetoran
dapat dilakukan melalui fasilitas e-billing pajak yang terdapat di aplikasi pajak
online e-filling pajak. Untuk melakukan setoran pajak, Anda harus membuat ID
Billing terlebih dahulu. 

L. Sanksi-Sanksi Keterlambatan Pembayaran PPh Pasal 25


Apabila Wajib Pajak (WP) terlambat membayar, maka WP akan
dikenai bunga sebesar 2% per bulan, dihitung dari tanggal jatuh tempo hingga
tanggal pembayaran. Misalnya: untuk bulan Februari 2017, Wajib Pajak terlambat
dan baru membayarnya pada 16 Maret. Sesuai Pasal 9 ayat (2a) UU KUP, WP
dikenai bunga 2%.

M. Contoh Perhitungan PPh Pasal 25


1. Jumlah Pajak Penghasilan Tuan Aryono yang terutang sesuai dengan SPT
Tahunan PPh 2017 yaitu sebesar Rp 40.000.000. Pada tahun 2017, telah
dibayar dan dipotong atau dipungut PPh Pasal 21 Rp   9.000.000, PPh Pasal
22 Rp 3.000.000, PPh Pasal 23 Rp 4.000.000, dan PPh Pasal 25 Rp
14.000.000. Hitunglah besarnya angsuran Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25
tahun 2017.                                               
Jawab
Maka pajak kurang bayar (Pasal 29) tahun 2017 adalah Rp 40.000.000 –
Rp 30.000.000 = Rp 10.000.000
Besarnya angsuran Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 tahun 2017 adalah :
Pajak Penghasilan yang terutang tahun 2017 Rp 40.000.000
Pengurangan:
a. PPh Pasal 21                     Rp 9.000.000
b. PPh Pasal 22                     Rp 3.000.000
c. PPh Pasal 23                     Rp 4.000.000

Kelas XII Akuntansi 30


m Diktat Administrasi Pajak

                                                                                             Rp 16.000.000
Dasar perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 2 tahun 2017 Rp 24.000.000
Besarnya PPh pasal 25 per bulan = Rp 24.000.000,00/12 = Rp 2.000.000.
Sehingga Tuan Aryono harus membayar sendiri angsuran Pajak Penghasilan
(PPh) Pasal 25 setiap bulan pada tahun 2010 mulai masa Maret sebesar Rp
2.000.000. Dalam peraturan dirjen pajak mengenai pajak penghasilan pasal
25, apabila dalam tahun pajak berjalan diterbitkan surat ketetapan pajak untuk
tahun pajak yang lalu, besarnya angsuran pajak dihitung kembali berdasarkan
surat ketetapan pajak tersebut dan berlaku mulai bulan berikutnya setelah
bulan penerbitan surat ketetapan pajak.
2. Pada Tahun Pajak 2016 PT. Esemka Baru dikenai PPh yang bersifat final.
Berdasarkan pembukuan yang dilakukan di akhir tahun 2016 diketahui bahwa
peredaran bruto PT. Esemka Baru berjumlah Rp 5.000.000.000 (lima milyar
rupiah). Dengan demikian pada Tahun Pajak 2017 dikenai PPh berdasarkan
tarif umum Undang-undang Pajak Penghasilan. Jika Pada bulan Januari 2017
PT. Esemka Baru memperoleh penghasilan sebesar Rp 200.000.000, biaya
yang dikeluarkan sebesar Rp 150.000.000 dan PPh yang dipotong/dipungut
pihak lain sebesar Rp 51.000.000. Hitunglah besarnya angsuran Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 25 tahun 2017.
Jawab.
Perhitungan angsuran PPh Pasal 25 tahun 2017 adalah sebagai berikut :
 Penghasilan bruto sebulan Rp  200.000.000
Biaya-biaya Rp  150.000.000
Penghasilan neto sebulan Rp  50.000.000
Penghasilan neto disetahunkan Rp  600.000.000
PPh terutang ( 12,5% x Rp 600.000.000) Rp  75.000.000
PPh yang dipotong/dipungut pihak lain Rp  51.000.000
 PPh dibayar sendiri Rp  24.000.000
Angsuran PPh Pasal 25 (Rp 24.000.000 / 12 bulan) Rp  2.000.000

3. PT Indah Cinta memenuhi kriteria WP yang dikenai PPh yang bersifat final
sesuai PP No. 46 tahun 2013. Pada bulan Agustus 2017 memperoleh
penghasilan dari usaha penjualan sebesar Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah). Hitunglah Pajak Penghasilan (PPh) yang bersifat final yang terutang
yang harus dibayar pada bulan Agustus 2017 dan kewajiban perpajakan yang
harus dilakukan.
Jawab
PPh final = 1% x Rp 50.000.000,00 = Rp 500.000,00. Kewajiban PT Indah
Cinta atas kegiatan bulan Agustus 2017 yaitu menyetor PPh yang bersifat
final sebesar Rp 500.000,00 ke kantor pos atau bank yang ditunjuk oleh
Menteri Keuangan dengan menggunakan SSP atau sarana administrasi lain
yang dipersamakan paling lambat tanggal 16 September 2017. Apabila SSP
tersebut telah mendapat validasi dengan NTPN, PT Indah Cinta dianggap
telah melaporkan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Agustus 2017.

Kelas XII Akuntansi 31


m Diktat Administrasi Pajak

Evaluasi Kompetensi

N. Jawablah Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar !


1. Sebutkan pihak-pihak yang termasuk pemotong PPh Pasal 23 ?
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
2. Sebutkan penghasilan yang termasuk objek pajak PPh pasal 23 ?
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………..
3. Sebutkan penghasilan yang bukan termasuk objek pajak PPh pasal 23 ?
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
4. Jelaskan perbedaan PPh Pasal 25 dan PPh Pasal 29 ?
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………

Kelas XII Akuntansi 32


m Diktat Administrasi Pajak

……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………

5. Penghasilan PT Esemka Hebat tahun 2017 Rp. 500.000.000,00. Sisa kerugian


yang belum dikompensasikan tahun 2017 Rp. 150.000.000,00. Maka angsuran
pajak (PPh Pasal 25) yang harus dibayar PT Esemka Hebat setiap bulan untuk
tahun 2018 ?
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………

O. Soal Kasus PPh Pasal 25


1. Jumlah Pajak Penghasilan Tuan Haryanto yang terutang sesuai dengan SPT
Tahunan PPh 2017 sebesar Rp 50.000.000. Jumlah kredit pajak Tuan
Haryanto pada tahun 2017 adalah Rp 21.500.000, dengan rincian sebagai
berikut:
 PPh Pasal 21 Rp10.000.000
 PPh Pasal 22 Rp 5.000.000
 PPh Pasal 23 Rp 3.000.000
 PPh Pasal 24 Rp 3.000.000
Hitunglah besarnya angsuran PPh Pasal 25 Tuan Haryanto untuk tahun 2017.
2. Penghasilan PT Sinar Jaya tahun 2017 adalah Rp 250.000.000. Perusahaan
memiliki sisa kerugian tahun 2016 yang masih dapat dikompensasikan yaitu
sebesar Rp 350.0000.000, sedangkan sisa kerugian yang belum
dikompensasikan pada tahun 2016 sebesar Rp100.000.000. Pada tahun 2017
PPh yang dipotong atau dipungut pihak lain yaitu sebesar Rp9.000.000, dan
tidak ada pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri. Hitunglah besarnya
angsuran PPh Pasal 25 PT Sinar Jaya untuk tahun 2017.
3. PT Duta Indah terdaftar sebagai wajib pajak sejak 1 Februari 2017. Peredaran
bruto menurut pembukuan dalam Februari 2017 adalah sebesar Rp
200.00.000 dan dikurangi dengan biaya yang diperkenankan, sehingga
menghasilkan penghasilan neto sebesar Rp 60.000.000. Besarnya PPh Pasal
25 untuk masa Februari 2017
4. Doni Kusuma berstatus menikah dan memiliki 2 orang anak. Doni Kusuma
baru saja terdaftar sebagai wajib pajak orang pribadi sejak 1 Agustus 2017.
Dalam penyelenggaraan usahanya Doni Kusuma menggunakan metode
pembukuan dengan penghasilan bruto pada bulan Agustus 2017 sebesar Rp
250.000.000 dan biaya yang diperkenankan untuk mengurangi penghasilan
bruto sebesar Rp 50.000.000. Hitung besarnya PPh Pasal 25 Agustus 2017.
5. Andi Taslim yang berstatus menikah dan memiliki 3 orang anak. Andi Taslim
baru saja terdaftar sebagai wajib pajak sejak 1 Agustus 2017. Peredaran bruto
menurut catatan harian selama Agustus 2017 yaitu sebesar Rp 60.000.000.

Kelas XII Akuntansi 33


m Diktat Administrasi Pajak

Persentase Norma Perhitungan perusahaan berdasarkan jenis usahanya


adalah 30%. Hitung besarnya angsuran pajak yang harus dibayar pada
Agustus 2017.
6. Menurut Rencana Kerja dan Anggaran Pendapatan (RKAP) Tahun 2017 yang
sudah disahkan, PT Serulingmas (sebuah BUMD yang dimiliki oleh
pemerintah Kabupaten Banjarnegara) diperkirakan mempunyai penghasilan
neto sebesar Rp 1.000.000.000. Kredit Pajak yang berasal dari PPh Pasal 22,
23, dan 24 adalah sebesar Rp 70.000.000. Hitunglah angsuran PPh Pasal 25
untuk tahun 2017.

P. Soal Kasus PPh Pasal 23


CV Esemka Publisher merupakan perusahaan penerbitan dan percetakan.
Perusahaan ini didirikan pada tahun 2010, beralamat di Jl. Tentara Pelajar No. 7
Banjarnegara, NPWP: 01.555.444.1.529.000. Berikut ini pembayaran honorarium
dan imbalan lain yang sehubungan dengan PPh Pasal 23 selama bulan Oktober
2017 sebagai berikut :
1. Pada tanggal 10 Oktober 2017, membayar bunga pinjaman kepada bank
Bank Mandiri Banjarnegara sebesar Rp 1.000.000. Bank Mandiri beralamat di
Jl. Taman Siswa No. 33 Banjarnegara, NPWP : 01.222.333.2.529.000
2. Pada tanggal 15 Oktober 2017, membayar royalti kepada beberapa penulis,
yaitu :
Nama Alamat NPWP Jumlah Royalti
Monalisa Jl. Teladan No. 6 44.111.333.1.529.000 Rp 20.000.000
Banjarnegara
Yogananta Jl. Merdeka No. 10 Rp 5.000.000
Banjarnegara
Riskayanti Jl. Pembina No.10 54.222.555.1.529.000 Rp 10.000.000
Banjarnegara
3. Pada tanggal 20 Oktober 2017, membayar jasa perbaikan mesin produksi yang
telah rusak sebesar Rp 15.000.000 kepada PT Maju Jaya, yang beralamat di
Jalan Sarjana No. 26 Banjarnegara, NPWP : 02.446.577.2.529.000
4. Pada tanggal 22 Oktober 2017, membayar fee sebesar Rp 22.000.000 kepada
Kantor Akuntan Publik (KAP) Dwiananda, yang beralamat di Jl. Mrican No. 20
Banjarnegara, NPWP : 04.322.233.2.529.000
5. Pada tanggal 29 Oktober 2017, membayar sewa kendaraan untuk
mendistribusikan hasil produksi ke beberapa kota. Sewa dibayar kepada Andika
Rental yang beralamat di Jalan Magister No. 38 Banjarnegara, NPWP:
41.111.222.1.529.000 sebesar Rp 6.000.000
Sebagai siswa yang sedang Magang di CV. Esemka Publisher, Anda diminta oleh
Pimpinan Anda untuk melaksanakan tugas sebagai berikut :
a. Hitunglah PPh Pasal 23 yang dipotong oleh CV. Esemka Publisher
b. Buatlah Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 untuk setiap wajib pajak
c. Setorkan PPh Pasal 23 yang telah dipotong dengan menggunakan SSP

Kelas XII Akuntansi 34


m Diktat Administrasi Pajak

Dikerjakan tanggal :

NILAI Tanda tangan Guru Tanda tangan Orangtua

Kelas XII Akuntansi 35


m Diktat Administrasi Pajak

Dikerjakan tanggal :

Kelas XII Akuntansi 36


m Diktat Administrasi Pajak

NILAI Tanda tangan Guru Tanda tangan Orangtua

BAB 4
SPT TAHUNAN PPH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

Kompetensi Dasar :
Pengetahuan
3.16. Menjelaskan pengisian SPT tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi
Keterampilan
4.16. Mengisi pengisian SPT tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari diktat ini diharapkan siswa mampu :
1. Menjelaskan jenis SPT tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi.
2. Mengidentifikasi jenis SPT tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi.
3. Menjelaskan pengisian SPT tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi.
4. Melakukan pengisian SPT tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi

SPT Tahunan Orang Pribadi

A. Pengertian SPT
SPT adalah Surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan
perhitungan dan pembayaran pajak, objek pajak dan bukan objek pajak, harta dan
kewajiban menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

B. Fungsi SPT
Fungsi SPT bagi wajib pajak penghasilan
a. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang
sebenarnya terutang.
b. Melaporkan pembayaran/pelunasan pajak yang telah dilaksanakan
sendiri/melalui pemotongan/pemungutan pihak lain dalam 1 tahun pajak atau
bagian tahun pajak.
c. Melaporkan penghasilan yang merupakan objek pajak dan bukan objek pajak.
d. Melaporkan harta dan kewajiban.
e. Melaporkan pembayaran dari pemotong/pemungut tentang
pemotongan/pemungutan pajak orang pribadi/badan dalam masa pajak.

C. Jenis-Jenis SPT Tahunan


Ada tiga jenis formulir SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi yaitu :
1. Formulir 1770 dan lampirannya
Formulir ini digunakan untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang mempunyai
penghasilan dengan kriteria sebagai berikut :
a. Dari usaha/pekerjaan bebas yang menyelenggarakan pembukuan atau
norma perhitungan penghasilan netto seperti dokter praktek, pengacara,
pedagang, pengusaha, biro jasa, konsultan dan lain-lain yang
pekerjaannya tidak terikat.

Kelas XII Akuntansi 37


m Diktat Administrasi Pajak

b. Dari satu atau lebih pemberi kerja.


c. Yang dikenakan PPh Final dan/atau bersifat final.

Berikut ini contoh formulir 1770

2. Formulir 1770 S dan lampirannya


Formulir ini digunakan untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang mempunyai
penghasilan dengan kriteria sebagai berikut :
a. Dari satu atau lebih pemberi kerja
b. Dari dalam negeri lainnya
c. Yang dikenakan PPh final dan/atau bersidat final
Contohnya Karyawan, PNS, TNI, Polri, Pejabat Negara, yang memiliki
penghasilan lainnya antara lain sewa rumah, honor
pembicara/pengajar/pelatih dan sebagainya
Berikut ini contoh formulir 1770S beserta lampirannnya
TA H UN P A JA K
F O R M U L IR

LAM PIRAN - II
1770 S - II SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
2 0
KEMENTERI AN KEUANGAN RI • PENGHA SILA N Y A NG DIKENA KA N PPh FINA L DA N/A TA U BERSIFA T FINA L
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK • HARTA PA DA A KHIR TAHUN

• K EWA JIBA N/UTA NG PA DA A KHIR TA HUN

• DAFTA R SUSUNA N A NGGOTA KELUA RGA

N P W P :

NAMA WAJIB PAJAK


TA H U N P A JA K

BAGIAN A : PEN GHASILAN YANG DIKEN AK AN P Ph FINAL D AN /AT AU BER SIFAT FINAL
F O R M U L IR

DASAR PENGENAAN PAJAK/


NO. SUM BER/JENIS PENGHASILAN PPh TERUTANG
PENGHASILAN BRUTO
(Rupiah) (Rupiah)
(1) (2) LAMPIR AN - I (3)

1770 S - I
BUNGA DEPOSITO, TABUNGAN, DISKONTO SBI, S URAT
1 SPT TAHU NAN PPh WAJIB PAJAK OR ANG PR IB AD I
2 0
BERHARGA NEGARA
BUNGA/ DISKONTO OBLIGASIPYANG
2
ENGHASILAN

NETO DA LA M NEGERI LAINNY A
DILAPORKAN
PERDAGA
KEMENTERIAN NGANNYA
KEUANGAN RI DI BURSA
PENEFEK

GHASILAN YA NG TIDA K TERMA SUK OBJEK PA JA K
3 PENJUALAN
DIREKTORAT JENDERAL SAHA
PAJAKM
• DA FETA
DI B URSA FEK
R PEMOTONGA N/PEMUNGUTA N PPh OLEH PIHA K LA IN DAN PPh
Y ANG DITA NGGUNG PEMERINTA H
4 HADIAH UNDIAN

N P W P 5
PESANGON, T:UNJANGAN HARI TUA DAN TEBUSAN PENSIUN
YANG DIBAYARKA N SEK ALIGUS

6 HONORARIUM: ATAS
NAMA WAJIB PAJAK BEBAN APBN/APBD

7 PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN


BAGIAN A : PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI LAINNYA
8 SEW A ATAS TANA H DAN/ATAU BANGGUNAN
(TIDAK TERM ASUK PENGHASILAN DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL)
BANGUNA N YANG DITERIMA DALAM RANGKA BANGUN GUNA
9
SERAH JUMLAH PENGHAS ILAN
NO. BUNGA SIM PANAN YANGJENIS PE NGHASILAN
DIBAYARKAN OLEH KOPERASI
10
KEPADA ANGGOTA KOPERASI
(Rupiah)
(1) (2) (3)
11 PENGHAS ILAN DARI TRANSA KSI DERIVATIF
1. BUNGA
12 DIVIDEN

13 PENGHAS ILAN ISTRI DARI SATU PEM BERI KERJA


2. ROYALTI
PENGHAS ILAN LAIN YANG DIKENAKAN P AJAK FINA L
14
DAN/ATAU BERSIFAT FINAL
3. SEW A JUM LAH BAGIAN A JBA

BAGIAN B : HARTA P ADA AKHIR TAHUN


4. PENGHA RGAAN DAN HADIAH
TAHUN HARGA PEROLEHAN
NO. JENIS HARTA KETERANGAN
PEROLE HAN (Rupiah)
5. KEUNTUNGAN DARI PE NJUA LAN/PENGALIHAN HARTA
(1) (2) (3) (4) ( 5)

1
6. PENGHA SILAN LAINNYA
2
JUMLAH BAGIAN A JBA
3
Pindahkan Juml ah Bagia n A ke Formuli r I nduk 1770 S B agi an A
4 angka (2)
BAGIAN B : 5
PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK
ds t

JUMLAH BAGIAN B NGHASILAN JBB JUMLAH PENGHAS ILAN


NO. JENIS PE
(Rupiah)
(1) BAGIAN C : (2)
KEWAJIBAN/UTANG PADA AKHI R TAHUN (3)
NAM A ALAM AT TAHUN
1. BANTUAN NO.
/ SuUMBANGAN / HIBAH JUM LAH
PEMBERI PINJAMAN PEM BERI PINJAMAN PEMINJAM AN
(1) (2) ( 3) (4) ( 5)
2. W ARISAN 1

3. BAGIAN LABA
2 ANGGOTA PERSEROAN KOMANDITER TIDAK ATAS SA HAM,
PERSEK UTUAN, PERKUMPULAN, FIRMAN, KONGSI
3

4. KLAIM AS URANSI KES EHATAN, KECELAKA AN, JIWA, DW IGUNA, BEASISWA


4

5
5. BEASISW A ds
DALAM
t NEGERI

JUM LAH BAGIAN C JBC


6. PENGHA SILAN LAINNYA YANG TIDA K TERMASUK OBJE K PAJA K
BAGIAN D : DAFTAR SUS UNAN ANGGOTA KELUARGA
JUMLAH BAGIAN B JBB
NO. NA MA TANGGAL LAHIR HUBUNGAN KE LUARGA PEKERJAAN

( 1) (2) (3) (4) (5)

BAGIAN C : 1
DAFTAR PEMOTONGAN/P EMUNGUTAN PPh OLEH PIHAK LAIN DAN PPh YANG DITANGGUNG PEMERINTAH
2
NA MA PE MOTONG/ NPW P PEMOTONG/ BUKTI PEMOTONGAN/ JENIS PA JAK : JUMLAH PPh YANG
NO 3
PE MUNGUTAN PPh PAS AL 21/
PEMUNGUT PAJAK PEMUNGUT PAJAK DIPOTONG / DIPUNGUT
4 NOMOR TANGGAL 22/23/24/26/DTP*
(1) 5 (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. JIKA FORM ULIR INI TI DA K M ENCUKUPI, DA PAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGA N BENTUK INI Ha l am an ke - d ari h a la m a n L am p i ra n -II

2.

3.

4.

5.
dst

JUMLAH BAGIAN C JBC

Pindahkan Jumlah Bagian C ke Formulir Induk


Catatan : 1770 S Bagian D angka (12)
*) - DTP : Ditanggung Pemerintah
- Kolom (6) diis i dengan pilihan PPh Pasal 21/22/23/24/26/DTP (Contoh : ditulis 21, 22, 23, 24, 26, DTP)
- Jika terdapat kredit pajak PPh Pas al 24, maka jumlah y ang diis i adalah maks imum y ang dapat dikre ditkan s esuai lampiran ters endiri
( lihat buku petunju k tentang Lampiran I Bagian C dan Induk SPT angka 3)

JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI H al am an ke- da ri hal am an La m pira n-I

Kelas XII Akuntansi 38


m Diktat Administrasi Pajak

3. Formulir 1770 SS
Formulir 1770 SS (beserta formulir 1721 A1/A2) digunakan untuk Wajib Pajak
Orang Pribadi yang mempunyai penghasilan hanya dari satu pemberi kerja
dengan jumlah penghasilan bruto dari pekerjaan tidak lebih dari Rp
60.000.000,00 setahun dan tidak mempunyai penghasilan lainnya kecuali
penghasilan bunga bank dan/atau bunga koperasi. Apabila wajib pajak
menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan dengan menggunakan
formulir 1770 SS maka lampiran Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal
21 berupa Bukti Pemotongan 1721 A1 dan/atau 1721 A2 merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari formulir 1770 SS. Berikut ini contoh formulir 1770
SS

D. Tempat Pengambilan SPT Tahunan


Setiap WP harus mengambil sendiri formulir SPT Tahunan di Kantor
Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan
(KP4), Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP), Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak atau
melalui website: http//www.pajak.go.id atau mencetak/menggandakan/fotocopy
dengan bentuk dan isi yang sama dengan aslinya.
E. Tempat Penyampaian dan Batas Waktu Penyampaian SPT Tahunan
SPT Tahunan yang telah diisi dengan benar, lengkap, dan jelas, serta
ditandatangani dapat disampaikan ke kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat
Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh

Kelas XII Akuntansi 39


m Diktat Administrasi Pajak

Direktur Jenderal Pajak seperti di Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor


Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan (KP4), Kantor Pelayanan
Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP), Drop box pajak atau tempat-
tempat lain yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak atau dikirim melalui
kantor pos atau jasa pengiriman lainnya.
Batas waktu penyampaian SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi adalah
paling lambat 3 bulan setelah tahun pajak berakhir atau tanggal 31 Maret tahun
berikutnya.
F. Sanksi Tidak Menyampaikan SPT
1. Sanksi Administrasi
Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) atau batas waktu
perpanjangan penyampaian Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (4), dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar
Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai, Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk Surat
Pemberitahuan Masa lainnya, dan sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah)
untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan
serta sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi (Pasal 7 UU KUP).
2. Sanksi Pidana
a. Setiap orang yang karena kealpaannya tidak menyampaikan Surat
Pemberitahuan; atau menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya
tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya
tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan
negara dan perbuatan tersebut merupakan perbuatan setelah perbuatan
yang pertama kali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A, didenda
paling sedikit 1 (satu) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang
dibayar dan paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak
atau kurang dibayar, atau dipidana kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan
atau paling lama 1 (satu) tahun (Pasal 38 UU KUP).
b. Setiap orang yang dengan sengaja tidak menyampaikan Surat
Pemberitahuan dan atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak
lengkap atau tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut,
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda
paling tinggi 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang
dibayar (Pasal 39 UU KUP).
G. Hal-Hal Yang Perlu Di Perhatikan Dalam Pengisian SPT Tahunan
Dalam Pengisian SPT Tahunan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Yang diisi terlebih dahulu adalah formulir lampiran, bukan induknya
2. Di setiap lembar jangan lupa mengisi identitas seperti nama, NPWP dan tahun
pajaknya
3. Jangan lupa membubuhkan tanda tangan, karena jika tidak SPT yang anda
laporkan dianggap tidak sah
4. Sebelum SPT dikirim/disampaikan ke KPP, jika SPT menunjukkan kurang
bayar, kekurangan tersebut harus dibayar paling lambat sebelum SPT
dilaporkan
5. Pembayaran dapat dilakukan di Kantor Pos atau Bank

Kelas XII Akuntansi 40


m Diktat Administrasi Pajak

H. Dokumen Yang Harus Dipersiapkan Saat Pelaporan SPT Tahunan Wajib


Pajak Orang Pribadi
Setiap warga negara yang bekerja atau melakukan usaha dan memiliki
penghasilan di atas Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP) wajib membayar pajak
sesuai ketentuan yang berlaku. Setiap 1 tahun sekali, wajib melaporkan Surat
Pemberitahuan Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi. Sekarang
ini pelaporan SPT Pajak Penghasilan Orang Pribadi sangat mudah serta cepat
dan praktis untuk dilakukan. Pelaporan SPT PPh Orang Pribadi cukup dilakukan
secara online melalui e-Filing (electronic filing).
Pelaporan SPT Pajak Orang Pribadi ini harus disampaikan setiap
tahunnya dengan batas waktu paling lambat tanggal 31 Maret. Oleh karena itu
sebelum batas waktu pelaporan habis, maka segera laporkan SPT Tahunan Pajak
Orang Pribadi tepat waktu untuk menghindari terkena denda di kemudian hari.
Sebelum melaporkan SPT Tahunan Orang Pribadi ada beberapa dokumen yang
harus dipersiapkan saat pelaporan yaitu :
1. SPT Tahunan PPH (Sangat Sederhana/SS) atau 11770SS, jika wajib pajak
menggunakan formulir ini dalam pelaporan SPT Tahunannya maka dokumen
yang diperlukan adalah :
a. Bukti potong 1721 A1 (untuk Pegawai Swasta)
b. Bukti potong 1721 A2 (untuk Pegawai Negeri)
2. SPT Tahunan PPh (Sederhana/S) atau 1770S, jika wajib pajak menggunakan
formulir ini dalam pelaporan SPT Tahunannya maka dokumen yang diperlukan
adalah :
a. 1721 A1 (untuk Pegawai Swasta)
b. 1721 A2 (untuk Pegawai Negeri)
3. SPT Tahunan PPh jenis 1770, jika wajib pajak menggunakan formulir ini
dalam pelaporan SPT Tahunannya maka dokumen yang diperlukan adalah :
a. Penghasilan lain di luar pekerjaan
b. Bukti potong A1/A2
c. Neraca & lapran laba-rugi (pembukuan)
d. Rekapitulasi bulanan peredaran bruto dan biaya (norma)
Cara Mengisi dan Melaporkan SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi
Seperti sudah dijelaskan pada materi sebelumnya bahwa pelaporan SPT
Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi saat ini dilakukan secara online melalui e-
Filing (electronic filing). Langkah pertama yang harus dilakukan untuk melaporkan
SPT Pajak adalah dengan mendaftarkan diri terlebih dahulu. Pendaftaran bisa
dilakukan melalui https://djponline.pajak.go.id/account/login. Sebelum melakukan
pendaftaran online, Kita membutuhkan EFIN (Electronic Filing Identification
Number), yaitu nomor identifikasi wajib pajak dari Ditjen Pajak untuk melakukan
pelaporan pajak secara online atau e-filing.
EFIN bisa diperoleh dengan cara mendatangi Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) terdekat dengan membawa NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) dan mengisi
formulir aktivasi EFIN. Selanjutnya Anda mendapatkan EFIN (Electronic Filing
Identification Number) yang akan digunakan untuk melakukan pelaporan pajak
secara online atau e-filing. EFIN bias juga dikirimkan ke e-mail Anda yang aktif
dan sudah didaftarkan. Bila sebelumnya Anda sudah mendaftar e-filing namun
lupa, Anda bisa cek kembali e-mail dari Ditjen Pajak yang sebelumnya sudah
masuk. Jika Anda sudah memiliki EFIN langkah selanjutnya adalah :

Kelas XII Akuntansi 41


m Diktat Administrasi Pajak

1. Mengakses website Direktorat Jenderal Pajak (DJP) di


https://djponline.pajak.go.id/account/login.
2. Melakukan Aktivasi EFIN (Electronic Filing Identification Number). Klik Anda
belum terdaftar ?.

3. Isikan EFIN (Electronic Filing Identification Number) dan Kode Keamanan.


Kemudian Klik Verifikasi.

4. Isikan Identitas Wajib Pajak (Nama, Email Aktif, Nomor Handphone) dan Ketik
Password Efilling. Kemudian Klik Simpan.

5. Muncul Konfirmasi dan Kemudian Klik OK.

Kelas XII Akuntansi 42


m Diktat Administrasi Pajak

6. Cek email masuk dari DJP Online.

7. Buka email masuk dari DJP Online dan klik link yang dikirim

8. Muncul pemberitahuan dari DJP Online bahwa Aktivasi Akun berhasil.

Kelas XII Akuntansi 43


m Diktat Administrasi Pajak

Jika Anda terdaftar maka langkah selanjutnya untuk melakukan pelaporan


dengan menggunakan aplikasi efilling adalah :
1. Mengakses website https://djponline.pajak.go.id/account/login. Ketik
Nomor NPWP dan Password serta kode captcha untuk “Login”.

2. Berikutnya Anda akan masuk ke laman One-stop Tax Services, yang tertera
profil Anda dan pilihan Layanan DJP Online yang diinginkan, yakni e-
Filing atau e-Form. Bila memilih e-Filing, maka Anda harus terkoneksi
internet selama pengisian data hingga terakhir kalinya untuk siap disubmit di
portal DJP. Sedangkan dengan e-Form maka pengisian formulir SPT
secara offline pada komputer Anda dan tidak harus terkoneksi dengan internet
atau secara online.

Kelas XII Akuntansi 44


m Diktat Administrasi Pajak

3. Bila memilih e-Filing, maka selanjutnya klik “Buat SPT” di bagian pojok


kanan atas.

4. Ikuti langkah selanjutnya dan jawab pertanyaan dengan tepat atau sesuai
dengan keadaan diri Wajib Pajak, hingga semua pertanyaan selesai terjawab.
Selanjutnya Pilih Formulir yang Akan Digunakan (Misalkan SPT 1770 SS).

5. Isi Data Formulir SPT, Pilih tahun SPT Pajak (2018), lalu pilih status SPT
di Normal, dan klik Langkah Berikutnya.

Kelas XII Akuntansi 45


m Diktat Administrasi Pajak

6. Kemudian Isi dengan benar dan lengkap formulir SPT, seperti Penghasilan
Bruto sehubungan dengan pekerjaan, jumlah pengurang dan Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP). Gunakan Bukti Potong 1721-A1/A2 pada saat
melakukan pengisian.

7. Kemudian Klik Langkah Berikutnya.

8. Kemudian Isi dengan benar dan lengkap, Penghasilan yang dikenakan PPh
Final (Jika Ada). Kemudian Klik Langkah Berikutnya.

Kelas XII Akuntansi 46


m Diktat Administrasi Pajak

9. Kemudian Isi Jumlah Harta dan Jumlah Kewajiban/Utang pada akhir tahun.
Kemudian Klik Langkah Berikutnya.

10. Lalu centang pada kolom "Setuju/Agree" pada bagian "Pernyataan".


Kemudian Klik Langkah Berikutnya.

11. Jika langkah-langkah pengisian SPT sudah benar, maka tahap terakhir akan
ada informasi bahwa SPT Anda "Nihil". Untuk memperoleh token untuk
verifikasi pelaporan SPT Anda, Klik “di sini”

Kelas XII Akuntansi 47


m Diktat Administrasi Pajak

12. Periksa e-mail Anda yang terdaftar, pihak DJP akan mengirimkan token untuk
verifikasi pelaporan SPT Anda.

13. Lalu masukkan kode verifikasi di bagian kolom yang tersedia di bagian bawah.
Dan SPT siap dikirim dengan mengklik kolom "Kirim SPT". klik
kolom "Selesai"

14. Periksa e-mail Anda yang terdaftar, pihak DJP akan mengirimkan Bukti


Penyampaian SPT secara Elektronik.

Kelas XII Akuntansi 48


m Diktat Administrasi Pajak

Evaluasi Kompetensi

I. Jawablah Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar !


1. Apa yang dimaksud dengan Surat Pemberitahuan Pajak ?
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
2. Sebutkan Jenis-Jenis SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi ?
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………….……………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
3. Jelaskan kriteria wajib pajak orang pribadi yang menggunakan formulir 1770 ?
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………….
…………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
4. Jelaskan langkah-langkah aktivasi EFIN untuk pendaftaran efiling ?
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………….
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

Kelas XII Akuntansi 49


m Diktat Administrasi Pajak

…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

5. Jelaskan langkah-langkah pelaporan SPT Tahunan (form 1770 SS) dengan


menggunakan aplikasi efiling ?
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………….….
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

J. SOAL KASUS SPT Tahunan 1770SS


Ahmad Naja bekerja di SMK Negeri 1 Banjarnegara sebagai Teknisi dan setiap
bulannya menerima penghasilan yaitu Gaji pokok sebesar Rp. 2.450.000,00,
Tunjangan suami/istri Rp 245.000, Tunjangan Kesehatan Rp 112.000, Tunjangan
beras sebesar Rp. 205.000,00. Informasi yang berkaitan dengan perhitungan
pajak beserta pengisian SPT Tahunan PPh Orang Pribadi sebagai berikut :
Nama Wajib Pajak : Ahmad Naja
NPWP : 27.199.666.3-521.000
Pekerjaan : Karyawan
Alamat : Jalan Jend. Sudirman No. 30 Banjarnegara
Status/Tanggungan : Kawin/Belum Ada Tanggungan (K/0)
Daftar Tanggungan :
Nama Tanggal Lahir Status Pekerjaan
Rini Budiarti 18-07-1985 Istri -
Jumlah Harta dan Kewajiban pada akhir tahun masing-masing adalah sebesar
Rp 31.000.000 dan Rp 10.000.000
Tugas Anda adalah :
1. Mengisi bukti pemotongan (form 1721 A1) untuk Ahmad Naja tanggal 31
Desember 2017 (Pemotong Pajak Bagian Gaji SMK Negeri 1 Banjarnegara a/n
Septi Dwi, NPWP Pemotong 30.107.331.8.529.000 dengan alamat Jalan Raya
Pucang No. 132 Bawang Banjarnegara) untuk masa perolehan Januari s/d
Desember 2017.
2. Mengisi SPT Tahunan (Form 1770SS) a/n Ahmad Naja.

Kelas XII Akuntansi 50


m Diktat Administrasi Pajak

K. SOAL KASUS SPT Tahunan 1770S


Adi Saputro bekerja di Kementrian BUMN (NPWP 01.234.567.8.036.000) sebagai
Kabag Keuangan dan setiap bulannya menerima penghasilan sebagai berikut :
Gaji pokok sebesar Rp. 5.400.000,00 Tunjangan suami/istri Rp 540.000,00
Tunjangan anak Rp 160.000,00 Tunjangan struktural Rp 500.000,00 Tunjangan
beras sebesar Rp. 250.000,00. Informasi yang berkaitan dengan perhitungan
pajak beserta pengisian SPT Tahunan PPh Orang Pribadi sebagai berikut :
Nama Wajib Pajak : Adi Saputro
NPWP : 48.999.666.3.011.000
Alamat : Jalan Widya Chandra No.18 Jakarta
Status/Tanggungan : Kawin/3 Anak
Pangkat/Golongan/Jabatan : Pembina (IV/a)/Kepala Bagian Keuangan
Daftar penghasilan lain Adi Saputro (diluar gaji) :
1. Tanggal 15 Juni 2017 Pak Adi Saputro mendapatkan honorarium sebagai Tim
Penyusun Materi Pembahasan Rancangan Peraturan Pemerintah di
Kementrian Perhubungan sebesar Rp 2.000.000,00 dan Bendahara
Kementrian Perhubungan telah memotong PPh Final sesuai ketentuan
dengan tarif 15%.
2. Tanggal 4 September 2017 Pak Adi Saputro mendapatkan honorarium
sebagai Pembicara Ahli Acara Bimbingan Teknis Keuangan di Kementrian
Koperasi dan UKM sebesar Rp 4.000.000,00 dan Bendahara Kementrian
Koperasi dan UKM telah memotong PPh Final sesuai ketentuan dengan tarif
15%.
3. Tanggal 20 Oktober 2017 Pak Adi Saputro mendapatkan honorarium sebagai
Pembicara Seminar yang diselenggarakan oleh Gramedia sebesar Rp
5.000.000,00 dan Panitia kegiatan telah memotong PPh sesuai ketentuan tarif
PPh pasal 17 untuk bukan pegawai.
4. Daftar Tanggungan :
Nama Tanggal Lahir Status Pekerjaan
Siska 12 Juni 1965 Istri Karyawati
Nadine Eka Saputri 1 September 1987 Anak Kandung Mahasiswa
Ahmad Royan S 10 Oktober 1990 Anak Kandung Mahasiswa
Putra Ragil Saputra 12 Juni 1995 Anak Kandung Pelajar
Keterangan :Istri Adi Saputo dengan (NPWP 48.999.666.3.011.000, Status
TK/0) bekerja di BCA Cabang Fatmawati sebagai kepala cabang dengan
penghasilan bruto setahun Rp 150.000.000.

5. Daftar Harta :
Jenis Harta Harga Beli Tahun Alamat Cara Harga Perolehan
Perolehan Perolehan
Rumah Rp 560.000.000 1998 Jl. Widya Kredit 20Rp 560.000.000
Chandra No. 18 tahun
Rumah Rp 7.000.000 1980 Jl. Bangka No.9 Warisan Rp 7.000.000
Toyota Fortuner Rp 285.000.000 2008 Tunai Rp 285.000.000
Perhiasan Rp 10.500.000 2005 Tunai Rp 10.500.000

Deposito Rp 1.000.000.000 2007 Rp 1.000.000.000

Kelas XII Akuntansi 51


m Diktat Administrasi Pajak

6. Daftar Kewajiban :
Jenis Harta Harga Tahun Pemberi Alamat Ket
Beli/Nominal Perolehan Pinjaman
Rumah Rp 116.000.000 1998 KPR BTN Jl. MH. Thamrin No. 20
5 Tahun

Tugas Anda adalah :


1. Mengisi bukti pemotongan (form 1721 A2) untuk Adi Saputro tanggal 31
Desember 2017 (Pemotong Pajak Bendahara Kementrian BUMN a/n Warsito,
NPWP 44.011.888.9.011.000 dengan alamat Jalan Medan Merdeka No. 123
Jakarta) untuk masa perolehan Januari s/d Desember 2017.
2. Mengisi bukti pemotongan (form 1721 A1) untuk Istri Adi Saputro a/n Siska
tanggal 31 Desember 2017 (Pemotong Pajak Bagian Gaji Bank BCA a/n Rini,
NPWP 01.001.178.7.011.000 dengan alamat Jalan Fatmawati No. 125 Jakarta)
untuk masa perolehan Januari s/d Desember 2017.
3. Mengisi bukti potong PPh Pasal 21 Final untuk honorarium sebagai Tim
Penyusun Materi Pembahasan Rancangan Peraturan Pemerintah di
Kementrian Perhubungan (Pemotong Pajak Bendahara Kemenhub a/n
Soedibyo, NPWP 17.094.420.1.061.000) Bukti Pemotongan PPh 21 Final
Nomor: BP21-02/VI/2017.
4. Mengisi bukti potong PPh Pasal 21 Final untuk honorarium sebagai Pembicara
Ahli Acara Bimbingan Teknis Keuangan di Kementrian Koperasi dan UKM
(Pemotong Pajak Bendahara Kemenkop dan UKM a/n Kurniadi, NPWP
18.047.280.7.021.000) Bukti Pemotongan PPh 21 Final Nomor: BP21-
10/IX/2017.
5. Mengisi bukti potong PPh Pasal 21 Non Final untuk honorarium sebagai
Pembicara Seminar (Pemotong Pajak Gramedia a/n Kurniadi, NPWP
19.090.209.1.014.000) Bukti Pemotongan PPh 21 Non Final Nomor: BP21-
05/RT/X/2017.
6. Mengisi SPT Tahunan (Form 1770S) a/n Adi Saputro

Kelas XII Akuntansi 52


m Diktat Administrasi Pajak

L. SOAL KASUS SPT Tahunan 1770


dr Agus Hermawan,M.Kes adalah seorang dokter spesialis anak, praktek di
Rumah Sakit “Harapan Ibu”. Selain itu Agus Hermawan juga membuka praktek di
rumahnya. Informasi yang berkaitan dengan perhitungan pajak beserta pengisian
SPT Tahunan PPh Orang Pribadi sebagai berikut :
Nama Wajib Pajak : dr Agus Hermawan
NPWP : 06.986.471.8-414.000
Alamat : Jl. Pasirsari I No. 59 Cikarang - Bekasi
Status/Tanggungan : Kawin/2 Anak
Jabatan : Staf Ahli
Informasi yang berkaitan dengan penghasilan dr Agus Hermawan :
1. Penghasilan Agus Hermawan selama tahun 2017 sebagai dokter tetap Di RS
“Harapan Ibu” adalah Gaji pokok setahun sebesar Rp. 120.000.000,00, total
tunjangan setahun Rp 24.000.000, Bonus dan THR yang diterima selama tahun
2017 sebesar Rp. 16.000.000,00.
2. Agus Hermawan, juga buka praktek di tempat lain (Bekasi) dengan peredaran
bruto (omzet) setahun Rp. 200.000.000 dengan Norma Perhitungan Penghasilan
sebesar 40%.
3. Agus Hermawan, juga mendapatkan honorarium sebagai Dosen Tamu di
Universitas Trisakti sebesar Rp 15.000.000,- dan telah dipotong PPh Pasal 21
dengan tarif 5% dari penghasilan bruto.
4. Istri Agus Hermawan, menerima royalty dari Penerbit Salemba Empat senilai Rp
20.000.000,- (tidak dipotong PPh Pasal 21 oleh Penerbit Salemba)
5. Agus Hermawan, menerima penghargaan dari Yayasan Anak Indonesia sebagai
dokter teladan senilai Rp 20.000.000,- (tidak dipotong PPh Pasal 21 oleh pemberi
penghargaan)
6. Agus Hermawan, menerima hadiah undian dari Bank BNI paket liburan ke
Singapura senilai Rp 30.000.000,- (dipotong PPh final Pasal 4 ayat 2 oleh pemberi
hadiah)
7. Agus Hermawan, tahun 2017 menerima beasiswa dari Japan Foundation untuk
study S3 senilai Rp 60.000.000
8. Agus Hermawan, tiap bulan mengangsur PPh (PPh Pasal 25) sebesar Rp
24.000.000/tahun atau Rp2.000.000 sebulan

Daftar Tanggungan :

Nama Tanggal Lahir Status Pekerjaan


Rina Mariana 15 Januari 1975 Istri Ibu Rumah Tangga
Donny Hermawan 27 Agustus 1999 Anak Kandung Pelajar
Dina Hermawan 12 April 2002 Anak Kandung Pelajar
Mira 23 April 1944 Ibu Kandung Janda Pesiunan
Daftar Harta :

Jenis Harta Tahun Alamat Cara Ket Harga


Perolehan Perolehan Perolehan
Rumah 2008 Bekasi Tunai NOP. Rp 500.000.000
13.123445678
12
Isuzu 2005 Tunai No. BPKB R: p 150.000.000

Kelas XII Akuntansi 53


m Diktat Administrasi Pajak

Panther 34598764
Tabungan 2011 Rp 50.000.000
Tanah 2005 Bekasi Tunai NOP. Rp 500.000.000
13.123445678
12
Deposito 2011 Bunga/tahunRp 500.000.000
: Rp
50.000.000
Kartu 2013 Rp 10.000.000
Kredit BNI

Daftar Kewajiban :
Jenis Utang Harga Tahun Pemberi Ket
Beli/Nominal Perolehan Pinjaman
BNI (tagihanRp 2.500.000 2017 BNI
kartu kredit

Tugas Anda adalah :

1. Mengisi bukti pemotongan (form 1721 A1) untuk Agus Hermawan tanggal 31
Desember 2017 (Pemotong Pajak Bagian Gaji RS Harapan Ibu NPWP
01.011.888.9.011.000 a/n Larasati, NPWP 44.011.888.9.011.000) untuk masa
perolehan Januari s/d Desember 2017.
2. Mengisi bukti potong PPh Pasal 21 Non Final untuk honorarium sebagai Dosen
Tamu di Universitas Trisakti (Pemotong Pajak bagian Gaji Univ. Trisakti a/n
Warsito, NPWP 01.011.888.9.011.000) Bukti Pemotongan PPh 21 Non Final
Nomor : BP21-15/IX/2017 tanggal 21 September 2017.
3. Mengisi bukti potong PPh Final Pasal 4 ayat 2 untuk hadiah undian dari Bank BNI
(Pemotong Pajak Panitia Kegiatan a/n Rahardian, NPWP 18.047.280.7.021.000)
Bukti Pemotongan PPh Final Nomor: BP42-10/IX/2017.
4. Mengisi SPT Tahunan (Form 1770S) a/n Agus Hermawan

Kelas XII Akuntansi 54


m Diktat Administrasi Pajak

BAB 5
REKONSILIASI FISKAL DAN SPT TAHUNAN
WAJIB PAJAK BADAN
Kompetensi Dasar :
Pengetahuan
3.17. Menjelaskan pembuatan rekonsiliasi (koreksi) fiskal
3.18. Menjelaskan pengisian SPT tahunan PPh Badan
Keterampilan
4.10. Membuat rekonsiliasi (koreksi) fiskal
4.17. Mengisi SPT tahunan PPh Badan
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari diktat ini diharapkan siswa mampu :
1. Menjelaskan jenis SPT tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi.
2. Mengidentifikasi jenis SPT tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi.
3. Menjelaskan pengisian SPT tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi.
4. Melakukan pengisian SPT tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi

SPT Tahunan Badan

A. PENGERTIAN PPH BADAN


PPh Badan yaitu pajak atas penghasilan yang diperoleh atau diterima badan
usaha yang bertempat kedudukan Indonesia. Besarnya PPh yang terutang
bergantung pada jumlah besarnya laba sebelum pajak. Laba sebelum pajak dapat
diketahui secara akurat jika pembukuan yang dilakukan oleh wajib pajak telah
sesuai dengan ketentuan prinsip akuntansi berlaku umum dan UU Perpajakan.

B. PEMBUKUAN SEBAGAI DASAR PERHITUNGAN PAJAK


Pembukuan sebagai dasar penghitungan pajak menurut UU No.7 Tahun
1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No.
36 Tahun 2008, dalam pasal 16 menyebutkan bahwa salah satu cara untuk
menghitung besarnya penghasilan kena pajak adalah :
Penghasilan bruto dikurangi dengan biaya dan beban seperti yang dimaksud pada
Pasal 4 ayat (1), pasal 6 dan pasal 9, dan untuk bentuk usaha tetap (BUT)
disebutkan pada pasal 5 ayat (2) dan ayat (3).
Pasal ini secara tegas menyatakan bahwa dasar yang dapat digunakan
untuk memperoleh besaran laba kena pajak (penghasilan kena pajak) adalah
dengan cara penghasilan bruto dikurangi dengan biaya dan beban, cara demikian
ini tidak lain adalah pembukuan. Dalam pembukuan ini informasi yang terpenting
untuk menghitung PPh yang terutang yaitu penghasilan dan biaya. Proses matching
antara penghasilan dengan biaya terrefleksikan dalam Laporan Perhitungan Laba-
Rugi Badan Usaha.

C. KLASIFIKASI PENGHASILAN DAN BIAYA


1. Penghasilan di dalam perpajakan dapat dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu :
a. Penghasilan, Obyek Pajak Penghasilan
b. Penghasilan, bukan Obyek Pajak Penghasilan
c. Penghasilan Kena Pajak secara Final

Kelas XII Akuntansi 55


m Diktat Administrasi Pajak

2. Sedangkan biaya diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yaitu:


a. Pengeluaran yang dapat dibebankan sebagai biaya
b. Pengeluaran yang tidak dapat dibebankan sebagai biaya

D. PENGHASILAN BADAN USAHA (PASAL 4 UU PPH)


Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima
atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia,
yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak yang
bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun. Dalam konteks wajib pajak
badan, maka berikut ini termasuk pengertian penghasilan meliputi :
1. Laba Usaha.
2. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan harta.
3. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya.
4. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian
utang.
5. Deviden, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk deviden dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi.
6. Royalty
7. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta,
8. Keuntungan karena pembebasan utang,
9. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing,
10. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva,
11. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak.

E. PENGHASILAN KENA PAJAK SECARA FINAL


1. Bunga Deposito/ Tabungan, Diskonto SBI
2. Hadiah, Undian
3. Bunga Simpanan Anggota Koperasi
4. Penjualan Saham Pendiri (di luar Bursa Efek)
5. Penjualan Saham milik Perusahaan Modal Ventura
6. Penyalur, Dealer, Agen dari Produk Pertamina dan Premix
7. Penyalur, Grosir dari Terigu, Gula Pasir, Rokok
8. Penghasilan lain dari Usaha di bidang Pelayaran dan Penerbangan Luar Negeri

F. PENGHASILAN BUKAN OBYEK PAJAK


1. Bantuan atau sumbangan, dan harta hibahan yang diterima
2. Warisan
3. Harta setoran tunai sebagai pengganti saham atau penyertaan modal
4. Deviden atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas dari
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan
di Indonesia
5. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham
6. Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksadana
7. Bagian laba yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura dari
perusahaan pasangannya

Kelas XII Akuntansi 56


m Diktat Administrasi Pajak

G. PENGELUARAN YANG DAPAT DIBEBANKAN SEBAGAI BIAYA


Biaya adalah pengeluaran yang mempunyai hubungan langsung dengan
usaha atau kegiatan usaha dalam rangka untuk memperoleh, mendapatkan,
menagih dan memelihara penghasilan. Karena penghasilan ada yang
dikelompokkan sebagai penghasilan bukan obyek pajak, maka penghasilan yang
dimaksud dikurangi biaya ini adalah penghasilan yang merupakan obyek pajak, dan
pembebanannya dapat dilakukan dalam tahun pengeluaran atau selama manfaat
dari pengeluaran tersebut. Berikut pengeluaran - pengeluaran yang diperkenankan
mengurangi penghasilan bruto, meliputi :
1. Biaya untuk mendapatkan/memperoleh, menagih dan memelihara penghasilan
2. Penyusutan.
3. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan
dalam perusahaan.
4. Kerugian karena selisih kurs mata uang asing.
5. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia
6. Biaya Beasiswa, magang dan pelatihan.

H. PENGELUARAN YANG TIDAK DAPAT DIAKUI SEBAGAI BIAYA


Pengeluaran yang tidak dapat diakui sebagai biaya/dikurangkan dari
penghasilan bruto atau tidak dapat dibebankan sebagai biaya adalah pengeluaran
untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang bukan merupakan
obyek pajak, atau pengeluaran yang dilakukan tidak dalam batas - batas kewajaran
sesuai dengan adat kebiasaan pedagang yang baik. Berikut pengeluaran -
pengeluaran yang tidak diperkenankan mengurangi penghasilan bruto:
1. Pembagian Laba dalam bentuk apapun.
2. Biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham,
sekutu/anggota
3. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali untuk bank, leasing
dengan hak opsi, usaha pertambangan, dan asuransi
4. Premi asuransi yang dibayar oleh WP Orang Pribadi, kecuali dibayar pemberi
kerja
5. Pemberian dalam bentuk natura dan kenikmatan
6. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pihak yang punya
hubungan istimewa sehubungan dengan pekerjaan.
7. Harta yang dihibahkan, bantuan/sumbangan dan warisan.
8. PPh
9. Biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan pribadi yang menjadi
tanggungannya
10. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan firma dan CV yang
modalnya tidak terbagi atas saham.
11. Sanksi administrasi berupa bunga, denda di bidang perpajakan.

I. PENGHITUNGAN LABA FISKAL


1. Pengertian
Laba Fiskal adalah laba yang dihitung berdasarkan ketentuan dan
peraturan undang-undang perpajakan. Laba fiskal ini juga dikenal sebagai laba
kena pajak atau penghasilan kena pajak. Laba kena pajak ini digunakan untuk
menghitung pajak penghasilan yang terutang.

Kelas XII Akuntansi 57


m Diktat Administrasi Pajak

2. Koreksi Fiskal
Koreksi fiskal bertujuan untuk menyesuaikan laba komersial (laba yang
dihitung menurut Prinsip Akuntansi Berlaku Umum) dengan ketentuan-ketentuan
perpajakan sehingga diperoleh laba fiskal. Laporan Perhitungan Laba-Rugi yang
dibuat perusahaan merupakan laporan keuangan yang disusun berdasarkan
Prinsip Akuntansi Berlaku Umum. Oleh karena itu agar dapat menghitung
besarnya pajak penghasilan yang terutang perusahaan harus melakukan
penyesuaian laporan perhitungan laba ruginya tersebut agar sesuai dengan
ketentuan dan peraturan undang-undang perpajakan. Langkah penyesuaian ini
dilakukan dengan cara mencari pos-pos rekening yang berbeda perlakuan antara
prinsip akuntansi berlaku umum dengan ketentuan peraturan undang-undang
perpajakan. Pos-pos rekening inilah yang perlu dilakukan koreksi fiskal.

3. Timbulnya Koreksi Fiskal


Hal-hal yang menimbulkan perbedaan antara Prinsip Akuntansi Berlaku
Umum dengan Undang - Undang Perpajakan antara lain :
a. Perbedaan Konsep Penghasilan
Contoh :
1) Deviden yang diterima oleh PT, Yayasan, Koperasi, BUMN/BUMD
2) Sisa Cadangan Kerugian Piutang bagi Bank, Leasing dan Asuransi
b. Perbedaan Cara Pengukuran Penghasilan
Contoh : Penjualan diukur sebesar jumlah yang dibebankan kepada pembeli
tidak melihat apakah ada hubungan istimewa atau tidak.
c. Perbedaan Konsep Biaya
Pengeluaran yang dapat dibebankan sebagai biaya adalah semua
pengorbanan ekonomis dalam rangka memperoleh barang dan jasa, tidak
terbatas hanya biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan saja. Dengan kata lain biaya menurut pajak adalah pengeluaran -
pengeluaran yang ada kaitan langsung dengan perolehan penghasilan.
d. Perbedaan Cara Pengukuran Biaya
Sama dengan cara pengukuran penghasilan, jika ada transaksi yang
tidak wajar karena hubungan istimewa maka transaksi tersebut harus
dikoreksi.
e. Perbedaan Cara Pembebanan atau Alokasi Biaya
Contoh :
1) Penyusutan, hanya metode Garis Lurus dan Saldo Menurun dengan tarif
yang telah ditentukan.
2) Pengakuan Kerugian Piutang hanya menggunakan metode langsung
3) Penilaian Persediaan hanya menggunakan metode rata-rata dan FIFO
f. Adanya penghasilan yang kena pajak penghasilan secara final.
Penghasilan yang dikenakan pajak secara final berarti telah
diperhitungkan pajak penghasilannya sehingga tidak perlu diperhitungkan lagi
dalam menghitung pajak penghasilan di akhir tahun maka harus dikeluarkan
dari laporan perhitungan laba-rugi.

4. Jenis Koreksi Fiskal


a. Koreksi Fiskal Positif
Koreksi Fiskal Positif (KFP) adalah koreksi fiskal yang menambah besarnya
laba kena pajak.

Kelas XII Akuntansi 58


m Diktat Administrasi Pajak

b. Koreksi Fiskal Negatif


Koreksi Fiskal Negatif (KFN) adalah koreksi fiskal yang mengurangi laba kena
pajak.

5. Kertas Kerja Rekonsiliasi Fiskal


Berikut ini contoh format kertas kerja rekonsiliasi fiskal
Nama Lap. Keu Koreksi Fiskal
No Lap. Keu Fiskal
Rekening Komersial Positif Negatif

J. MENYUSUN REKONSILIASI FISKAL


Berikut ini akan disajikan cara menyusun rekonsiliasi fiskal pada sebuah
perusahaan.
PT. MICHELIN Tbk (Terbuka) yang berdiri 1 Januari 2005 berusaha di bidang
pertenunan. Berikut ini laporan laba-rugi yang berakhir 31 Desember 2016 :
PT. MICHELIN Tbk (Terbuka)
Laporan Perhitungan Laba-rugi
per 31 Desember 2016
Penjualan Rp. 765.300.000,00
HPP (Rp. 450.000.000,00)
Laba Kotor Rp. 315.300.000,00
Total Biaya Usaha (Rp. 212.900.000,00)
Laba Sebelum Pajak Rp. 102.400.000,00
Pajak Penghasilan (Rp 13.220.000,00)
Laba Setelah Pajak Rp 89.180.000,00
Total Biaya Usaha tersebut terdiri dari :
a. Gaji karyawan Rp. 120.000.000,00
b. Penyusutan mesin Rp. 10.000.000,00
c. Penyusutan gedung Rp. 25.000.000,00
d. Penyusutan tanah Rp. 2.000.000,00
e. Biaya pengeluaran saham Rp. 500.000,00
f. Premi asuransi kebakaran Rp. 200.000,00
g. Sumbangan korban Merapi Rp. 100.000,00
h. Piutang ragu- ragu Rp. 500.000,00
i. Cadangan umum Rp. 20.000.000,00
j. Deviden yang dibayar Rp. 30.000.000,00
k. PPh Pasal 25 yang dibayar Rp. 4.600.000,00
Total Biaya Usaha Rp. 212.900.000,00
Informasi Tambahan:
1) Dalam jumlah gaji karyawan sebesar Rp. 120.000.000,00 termasuk juga
pengeluaran pribadi direktur utama sebesar Rp. 150.000,00 sebulan untuk
biaya sopir dan iuran asuransi kecelakaan dan kematian karyawan Rp.
10.000.000,00 dan beras yang dibagikan kepada karyawan Rp. 2.000.000,00
2) Hasil stock opname ditemukan nilai persediaan akhir lebih tinggi Rp
50.000.000,00 dari nilai yang dilaporkan dalam laporan rugi laba.
3) Harga perolehan mesin adalah Rp. 50.000.000,00 dan disusutkan setahun 20%
(metode saldo menurun), mesin tersebut memiliki masa manfaat 4 tahun

Kelas XII Akuntansi 59


m Diktat Administrasi Pajak

4) Gedung dengan harga perolehan Rp. 250.000.000,00 disusutkan sebesar 10%


setahun (metode garis lurus)
5) Tanah disusutkan 2% setahun (metode garis lurus)
6) Piutang ragu-ragu dihapuskan karena yang bersangkutan ternyata telah
meninggalkan Indonesia untuk selamanya tanpa diketahui alamatnya
7) Cadangan umum adalah penyisihan laba untuk tujuan umum (merupakan pem-
bentukan cadangan).
Diminta :
1) Buatlah kertas kerja koreksi untuk menghitung laba-rugi fiskal PT. MICHELIN
Tbk per 31 Desember 2016 ?
2) Tentukan besarnya PPh yang terutang dan PPh yang masih harus dibayar oleh
PT. MICHELIN Tbk untuk masa pajak 2016 ?

K. PENYELESAIAN REKONSILIASI FISKAL


a. Dalam jumlah gaji karyawan sebesar Rp. 120.000.000,00 termasuk juga
pengeluaran pribadi direktur utama sebesar Rp. 150.000,00 sebulan untuk
biaya sopir dan iuran asuransi kecelakaan dan kematian karyawan Rp.
10.000.000,00 dan beras yang dibagikan kepada karyawan Rp. 2.000.000,00
Analisis :
Karena Rp 150.000,00 merupakan pengeluaran pribadi, maka tidak boleh
dikurangkan terhadap penghasilan bruto perusahaan sehingga dalam satu
tahun (Rp 150.000,00 x 12 bulan) jumlahnya Rp 1.800.000,00. Demikian pula
untuk iuran asuransi kecelakaan dan kematian karyawan yang dibayar oleh
karyawan Rp 10.000.000,00 juga tidak boleh dikurangkan terhadap penghasilan
bruto perusahaan. Adapun beras yang dibagikan kepada karyawan termasuk
natura sehingga tidak boleh dikurangkan terhadap penghasilan bruto
perusahaan. Total koreksi sejumlah Rp 13.800.000,00 harus dikoreksi fiskal
positif karena koreksi ini mengakibatkan laba kena pajaknya
meningkat/bertambah.
b. Hasil stock opname ditemukan nilai persediaan akhir lebih tinggi Rp
50.000.000,00 dari nilai yang dilaporkan dalam laporan rugi-laba.
Analisis :
Stock opname merupakan cara penghitungan persediaan akhir secara fisik atau
secara langsung. Nilai persediaan akhir ini berpengaruh pada nilai harga pokok
penjualan. Jika hasil stock opname ditemukan nilai persediaan akhir lebih tinggi
Rp 50.000.000,00 dari nilai yang dilaporkan dalam laporan rugi laba, maka nilai
persediaan akhir tersebut perlu dikoreksi agar sesuai dengan nilai persediaan
akhir sesungguhnya. Akibatnya harga pokok penjualan juga perlu dikoreksi, jika
nilai persediaan akhir naik sebesar Rp 50.000.000,00, maka harga pokok
penjualannya akan turun Rp 50.000.000,00. Turunnya harga pokok penjualan
ini berakibat naiknya laba kotor atau laba kena pajak, maka koreksi sebesar Rp
50.000.000,00 ini disebut koreksi fiskal positif.
c. Harga perolehan mesin adalah Rp. 50.000.000,00 dan disusutkan setahun 20%
(metode saldo menurun), mesin tersebut memiliki masa manfaat 4 tahun.
Analisis :
Penyusutan merupakan cara penghitungan manfaat ekonomis yang dinikmati
atau terpakai selama satu tahun. Nilai penyusutan ini akan mempengaruhi nilai
ekonomis dari mesin tersebut. Peraturan Perpajakan menetapkan bahwa tarif
penyusutan untuk harta tetap yang disusutkan dengan metode saldo menurun
sebesar 50% dari harga perolehannnya. Dengan demikian, wajib pajak dalam

Kelas XII Akuntansi 60


m Diktat Administrasi Pajak

melakukan penyusutan harta tetapnya ini kurang 30%, sehingga besarnya


penyusutan mesin ini perlu ditambah atau dikoreksi sebesar 30% dari harga
perolehannya yaitu 30% X Rp 50.000.000 atau Rp 15.000.000,00. Karena
adanya penambahan biaya penyusutan ini, biaya penyusutannya menjadi lebih
besar atau naik sebesar Rp 15.000.000,00. Hal ini menjadikan turunnya laba
kena pajak sebesar Rp 15.000.000,00 juga maka koreksi fiskalnya disebut
koreksi fiskal negatif.
d. Gedung dengan harga perolehan Rp. 250.000.000,00 disusutkan sebesar 10%
setahun (metode garis lurus).
Analisis :
Peraturan Perpajakan mengklasifikasikan bangunan menjadi bangunan
permanen dan bangunan tidak permanen. Besarnya tarif penyusutan untuk
bangunan permanen sebesar 5% dan bangunan tidak permanen sebesar 10%
dari harga perolehannya. Karena gedung merupakan bangunan permanen,
maka tarifnya 5% x Rp 250.000.000,00, sehingga besarnya penyusutan bukan
Rp 25.000.000,00 tetapi Rp 12.500.000,00. Oleh karena itu biaya penyusutan
gedung perlu dikoreksi menjadi Rp 12.500.000,00, atau biayanya turun Rp
12.500.000,00. Turunnya biaya penyusutan ini berakibat naiknya laba kotor
atau laba kena pajak, maka koreksi sebesar Rp 12.500.000,00 ini disebut
koreksi fiskal positif.
e. Tanah disusutkan 2% setahun (metode garis lurus)
Analisis :
Tanah dalam Undang - Undang Perpajakan tidak boleh disusutkan, kecuali
tanah yang digunakan dalam proses produksi, misal untuk pembuatan batu
bata, genting, gerabah dan sejenisnya. Tidak berlaku jika tanah yang digunakan
untuk memproduksi batu bata, genting dan sejenisnya tersebut dari hasil
membeli. Dengan demikian, penyusutan atas tanah ini harus dikoreksi atau
harus dikeluarkan dari cara penghitungan laba kena pajak. Akibat koreksi
terhadap biaya penyusutan tanah ini, maka laba kena pajaknya akan naik
sebesar penghapusan biaya penyusutan tanah tersebut, maka koreksi fiskal
atas biaya penyusutan tanah sebesar Rp 2.000.000,00 ini disebut koreksi fiskal
positif.
f. Piutang ragu-ragu dihapuskan karena yang bersangkutan ternyata telah
meninggalkan Indonesia untuk selamanya tanpa diketahui alamatnya
Analisis :
Metode penghapusan piutang dalam akuntansi ada 2 (dua) yaitu metode
indirect (tidak langsung) dan metode direct (langsung). Metode Indirect yaitu
penghapusan piutang menggunakan cara taksiran terhadap piutang yang telah
melebihi waktu tagihannya. Semakin lama umur tagihan piutang maka
dimungkinkan semakin kecil tingkat tertagihnya. Piutang yang tidak
dimungkinkan ditagih dianggap sebagai kerugian piutang, sehingga cara ini
dikenal sebagai metode cadangan kerugian piutang. Adapun metode direct
yaitu penghapusan piutang jika benar-benar telah tidak dapat ditagih secara riil,
tidak berdasar taksiran. Undang - Undang Perpajakan menggunakan metode
langsung untuk menghapuskan piutang yang tidak tertagih. Pada kasus ini,
maka piutang ragu-ragu ini dapat diklasifikasikan sebagai piutang yang tidak
dapat ditagih secara riil, sehingga telah sesuai dengan aturan perpajakan dan
dapat diperlakukan sebagai pengurang penghasilan dalam menghitung laba
kena pajak. Dengan demikian dalam hal ini tidak terjadi koreksi fiskal.

Kelas XII Akuntansi 61


m Diktat Administrasi Pajak

g. Cadangan umum adalah penyisihan laba untuk tujuan umum (merupakan pem-
bentukan cadangan).
Analisis :
Segala macam dan jenis pembentukan cadangan tidak diperkenankan dalam
perpajakan maka cadangan umum ini harus dikoreksi atau dikeluarkan dari
unsur pengurang penghasilan. Karena cadangan sifatnya mengurangi laba
kena pajak maka adanya koreksi terhadap cadangan umum ini maka laba kena
pajak menjadi bertambah maka koreksinya disebut koreksi fiskal positif.
h. Sumbangan korban merapi
Analisis :
Segala macam dan jenis sumbangan tidak diperkenankan dalam perpajakan
kecuali sumbangan yang diatur secara resmi oleh Pemerintah melalui peraturan
pemerintah misal sumbangan GNOTA, PMI dan sejenisnya. Sumbangan
korban merapi ini tidak dapat dikategorikan dalam jenis ini, maka harus
dikoreksi atau dikeluarkan dari unsur pengurang penghasilan (mengurangi laba
kena pajak), sehingga adanya koreksi terhadap sumbangan korban merapi ini
laba kena pajak menjadi bertambah maka koreksinya disebut koreksi fiskal
positif.
i. Deviden yang dibayar
Analisis :
Segala macam pembayaran deviden dalam perpajakan tidak diperkenankan
mengurangi penghasilan bruto dalam menghitung laba kena pajak sehingga
perlu dilakukan koreksi. Akibatnya laba kena pajak akan bertambah, maka
koreksinya disebut koreksi fiskal positif.
j. PPh Pasal 25
Analisis :
Segala macam dan jenis pajak penghasilan serta sanksi perpajakannya tidak
diperkenankan mengurangi penghasilan bruto dalam menghitung laba kena
pajak maka adanya koreksi terhadap pajak penghasilan pasal 25 (PPh Pasal
25) ini laba kena pajak menjadi bertambah sehingga koreksinya disebut koreksi
fiskal positif.

Kertas Kerja Rekonsiliasi Fiskal PT Michelin


No Keterangan LK.Komersial KFP KFN LK Fiskal
Penghasilan Usaha
Penjualan 765.300.000 765.300.000
HPP (450.000.000) 50.000.000 (400.000.000)
Laba Kotor 315.300.000 50.000.000 365.300.000
Pengeluaran Usaha
Gaji Karyawan (120.000.000) 13.800.000 (106.200.000)
Peny. Mesin (10.000.000) (15.000.000) (25.000.000)
Peny. Gedung (25.000.000) 12.500.000 (12.500.000)
Peny. Tanah (2.000.000) 2.000.000
10 By. Penerbitan Saham (500.000) ( 500.000)
11 Premi As. Kebakaran (200.000) (200.000)
12 Sumbangan (100.000) 100.000
13 Piutang Ragu-ragu (500.000) (500.000)
14 Cad. Umum (20.000.000) 20.000000
15 Deviden yg dibayar (30.000.000) 30.000.000
16 PPh yang dibayar (4.600.000) 4.600.000
17 Total Pend. Usaha (212.900.000) 83.000.000
(15.000.000) (144.900.000)

Kelas XII Akuntansi 62


m Diktat Administrasi Pajak

18 Laba Sblm Pajak 102.400.000 133.000.000


(15.000.000) 220.400.000
Besarnya Pajak Penghasilan yang terutang :
28% X Rp 220.400.000,00 = Rp 61.712.000,00
PPh Pasal 25 yang dibayar (Rp 4.600.000,00)
PPh yang masih harus dibayar Rp 57.112.000,00

L. SPT TAHUNAN BADAN


Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Perubahan
keempat atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan, SPT Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu
Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak (Pasal 1 ayat 11). Bagi wajib pajak, SPT
berfungsi sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan
penghitungan jumlah pajak terutang untuk melaporkan hal-hal berikut ini :
1. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan/atau
melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu) Tahun Pajak
atau Bagian Tahun Pajak
2. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak
3. Harta dan Kewajiban
4. Pembayaran dari pemotong/pemungut tentang pemotongan dan pemungutan
pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1 (satu) Masa Pajak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Untuk wajib pajak badan usaha atau perusahaan, jenis SPT Tahunannya
hanya satu jenis yaitu SPT Tahunan 1771. Jenis SPT Tahunan ini digunakan untuk
bentuk badan usaha seperti Perseroan Terbatas (PT), Comanditer Venture (CV),
Usaha Dagang (UD), Yayasan, Organisasi dan Perkumpulan.Dan batas pelaporan
SPT Tahunan untuk jenis badan usaha tersebut adalah 30 April.

M. CARA MENGISI SPT TAHUNAN BADAN


Cara mengisi SPT Tahunan Badan 1771 dapat melalui software e-SPT yang
harus Anda unduh dahulu atau melalui menu e-Form pada DJP Online.
1. Akses Formulir Spt Tahunan Badan 1771 Pada Software E-SPT

E-SPT Tahunan PPh Badan adalah data SPT Tahunan PPh Badan dalam
bentuk dokumen elektronik beserta lampiran-lampirannya yang dilaporkan
dengan menggunakan Media Penyimpanan Elektronik. Cara mengisi SPT
Tahunan Badan 1771 pada software e-SPT dari Direktorat Jenderal Pajak

Kelas XII Akuntansi 63


m Diktat Administrasi Pajak

(DJP) adalah dimulai dari dengan menginstalasinya, seperti pada langkah-


langkah berikut ini :
a. Langkah Instalasi e-SPT Tahunan PPh Badan
Periksa hasil ekstrak dan cari file “Cara Instalasi.txt”, didalamnya
dijelaskan urutan pemasangan file. Instalasi tiap file sesuai urutan dibawah
ini :
 Instalasi terlebih dahulu file “1.exe” (Installer e-SPT PPh Badan Tahun
2009)
 Lalu instalasi file “2.msi” (File ini berisi update ke e-SPT PPh Badan
Tahun 2010)
 Terakhir instalasi file “3.exe” (File ini berisi patch e-SPT PPh Badan
Tahun 2010)
b. Menggandakan Database
Setelah aplikasi e-SPT PPh Badan sudah berhasil diinstalasi, Anda bisa
menemukan jalan pintasnya pada menu "Start" dengan nama e-SPT PPh
Tahunan Badan Rupiah. Setelah dijalankan maka Anda akan menemukan 6
jenis isian DB, tapi hanya nomor 6 yang bisa digunakan (db1771_2010). Jika
Anda ingin membuat database untuk beberapa perusahaan sekaligus, maka
Anda perlu menduplikat database (DB) kosong tersebut.
Template database kosong sudah disediakan pada folder hasil unduhan
SPT Badan\Database Kosong atau Anda bisa duplikat di C:\Program Files
(x86)\DJP\eSPT 1771 2010\Database.
c. Mengasosiasikan DB baru ke e-SPT PPh Badan
Meskipun DB sudah Anda gandakan dan diganti namanya tapi aplikasi
belum mengenalinya sebagai DB yang baru, untuk menampilkan DB ini di e-
SPT Anda perlu menambahkannya di data source Windows, berikut
langkahnya:
 Akses Control Panel\All Control Panel Items\Administrative Tools.
 Klik pada "ODBC Data Sources (32 Bit)" jika Anda belum punya
programnya bisa dicari di C:\Windows\SysWOW64 nanti cari/search
odbcad32.exe
 Lalu klik tab "System DSN", Klik "Add"
 Pilih jenis "Microsoft Access Driver (*.mdb)" dan klik "Finish"
 Isikan nama database yang baru, Masukkan deskripsi (pilihan)
 Pilih direktori tempat database yang baru disimpan atau di C:\Program
Files (x86)\DJP\eSPT 1771 2010\Database
 Kemudian pada panel bagian kiri pilih DB yang dibuat
 Klik "OK" untuk menutup window, lalu klik "OK" lagi
 Jika langkah-langkah di atas sudah dilakukan dengan benar, maka pada
daftar System Data Sources akan muncul nama DB yang baru.
d. Jalankan e-SPT PPh Badan
Terakhir Anda bisa mulai menjalankan e-SPT PPh Badan dan akan
bertambah DB baru yang sebelumnya Anda tambahkan.

e. Mengisi SPT Tahunan Badan 1771 melalui aplikasi


 Saat menjalankan aplikasi untuk pertama kalinya klik kanan dan pilih
“run as administrator”. Jika tidak, anda akan mendapatkan pesan error
“Unable to create dsn”.

Kelas XII Akuntansi 64


m Diktat Administrasi Pajak

 Pilih “db1771_2010”, klik “OK”


 Isi profil wajib pajak, jangan lupa semua yang bertanda (*) wajib diisi
baik di halaman 1 maupun halaman 2. Klik “simpan”.
 Selanjutnya akan muncul form Login, isi username: administrator,
password: 123 (kebiasaan!).
 Untuk mengisi SPT, Mulailah dari Program > Buat SPT. Isi tahun SPT
yang mau dibuat.

 Klik Buka SPT, pilih tahun SPT yang mau dibuka.


 Mulailah dengan mengisi dari yang paling atas.

 Setelah semuanya terisi (yang perlu diisi saja, karena tidak semua
 harus diisi, misal lampiran khusus yang diisi seperlunya saja), langkah
selanjutnya adalah membuat file csv untuk keperluan pelaporan ke
Kantor Pajak.

Kelas XII Akuntansi 65


m Diktat Administrasi Pajak

 Untuk membuat file CSV, klik SPT Tools > Lapor Data SPT ke KPP.
 Setelah file CSV berhasil dibuat, selanjutnya mencetak file induk SPT
1771, ditandatangani, dicap dan di-scan untuk kemudian di-submit
sebagai lampiran file CSV. Lampiran ini harus dalam bentuk file pdf
dengan nama yang sama dengan file CSV nya.

f. Submit Laporan SPT Tahunan Badan.


Laporan SPT Tahunan Badan bisa di-submit melalui aplikasi e-filling di
http://efiling.pajak.go.id/. Tetapi Anda terlebih dahulu harus memiliki akun e-
filling.
 Login ke http://efiling.pajak.go.id/
 Klik “Buat SPT”
 Upload file CSV beserta lampirannya

2. Akses Formulir Spt Tahunan Badan 1771 Pada E-Form DJP Online

Kini formulir SPT Tahunan Badan 1771 juga bisa diakses dan diisi
secara online melalui menu "e-Form" pada situs DJP Online. Cukup akses situs
DJP Online dan klik menu "e-Form" untuk menemukan SPT 1771. Berhubung
e-Form tidak memiliki fitur impor data dan harus memasukkan data secara
manual, maka disarankan perusahaan rintisan atau pemula yang menggunakan
fitur ini, karena datanya masih belum banyak. Bagi perusahaan dengan skala
besar dan memiliki banyak transaksi disarankan tetap menggunakan e-SPT.

N. Dokumen Yang Harus Dipersiapkan Sebelum Mengisi SPT Tahunan


Badan
Untuk mempermudah pengisian data SPT PPh Badan 1771, sebaiknya Anda
mempersiapkan dokumen-dokumen berikut ini.
1. SPT Tahunan PPh Badan 1771.

Kelas XII Akuntansi 66


m Diktat Administrasi Pajak

2. SPT Masa PPN, termasuk semua faktur pajak masukan dan faktur pajak
keluaran pada masa Januari sampai dengan Desember.
3. SPT Masa PPh Pasal 21 mulai dari masa pajak Januari sampai dengan
Desember.
4. Bukti pemotongan PPh Pasal 23 mulai dari masa pajak Januari sampai dengan
Desember.
5. Bukti pemungutan PPh Pasal 22 dan SSP Pasal 22 impor masa pajak Januari
sampai dengan Desember.
6. Bukti pemotongan PPh Pasal 4 Ayat 2 masa pajak Januari sampai dengan
Desember. Apabila termasuk wajib pajak dengan kewajiban berdasarkan PP
nomor 46 Tahun 2013 (PPh Final 1%), maka siapkan Bukti Pembayaran PPh
Pasal 4 Ayat 2 masa Januari sampai dengan Desember.
7. Bukti pembayaran PPh Pasal 25 masa pajak Januari sampai dengan
Desember.
8. Bukti Pembayaran atas STP (Surat Tagihan Pajak) PPh Pasal 25 masa pajak
Januari sampai dengan Desember.
9. Laporan Keuangan (rugi laba dan neraca), termasuk laporan keuangan hasil
audit akuntan publik, serta data pendukungnya, seperti:
 Buku besar pendukung Laporan Keuangan.
 Buku besar pembantu pendukung laporan keuangan.
 Rekening koran/tabungan perusahaan.
 Bukti penerimaan dan pengeluaran (kwitansi, bon, nota, dan lain-lain).
 Arsip akte pendirian dan/atau akte perubahannya.
10. Lampiran SPT Tahunan PPh Badan, seperti Daftar Penyusutan, Perhitungan
Kompensasi Kerugian, daftar nominatif biaya entertainment, biaya promosi, dan
lain-lain.

Evaluasi Kompetensi

O. Jawablah Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar !


1. Jelaskan penyebab terjadinya koreksi fiskal negatif ?

Kelas XII Akuntansi 67


m Diktat Administrasi Pajak

…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
2. Sebutkan metode penyusutan yang diakui oleh perpajakan ?
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………….
…………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
3. Sebutkan jenis pengeluaran yang dapat diakui/dibebankan sebagai biaya
menurut pajak ?
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………….
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
4. Sebutkan dokumen yang harus dipersiapkan sebelum mengisi SPT Tahunan
Badan ?
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………….
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
5. Jelaskan langkah-langkah pelaporan SPT Tahunan Badan menggunakan
Aplikasi e-SPT ?

Kelas XII Akuntansi 68


m Diktat Administrasi Pajak

…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………….….
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

P. SOAL KASUS REKONSILIASI FISKAL


PT. RAFI bergerak dalam bisnis perdagangan Kain Batik yang merupakan Wajib
Pajak Badan yang berdomisili di Pekalongan. Data laporan keuangan tahun 2016
adalah sebagai berikut :
1. Penjualan (termasuk penjualan kepada instansi pemerintah sebesar Rp.
200.000.000 harga belum termasuk PPN) Rp 1.250.000.000
2. Persediaan Per 1 Januari 2016 Rp 200.000.000
3. Pembelian Rp 1.000.000.000
4. Persediaan, 31 Desember 2016 Rp 720.000.000
Beban Operasional :
1. Beban Gaji Rp 55.000.000 dan Tunjangan Transport Karyawan Rp 45.000.000
2. Beban Makan Kantor Rp 6.000.000
3. Beban Pengobatan ditanggung perusahaan Rp 20.000.000
4. Beban Training Karyawan Rp 15.000.000 dan Beban Seragam Satpam Rp
12.000.000
5. Beban Sanksi administrasi pajak Rp 10.000.000
6. Beban bunga pinjaman Rp 7.000.000
7. Cadangan penghapusan piutang Rp 5.000.000
8. Beban Jamuan tamu tanpa daftar nominative Rp 10.000.000
9. Beban listrik dan telepon kantor Rp 24.000.000 dan PBB dan Bea Materai Rp
3.000.000
10. Penyusutan Asset Tetap Rp 40.000.000
11. Premi asuransi kebakaran pabrik Rp 10.000.000
12. Bantuan untuk panitia HUT RI Rp 5.000.000
13. Sumbangan ke Panti Asuhan Rizky Rp 8.000.000
Pendapatan Lain-lain :
1. Sewa kendaraan boks kepada Fa. Maju (setalah PPh) Rp 9.850.000
2. Keuntungan Selisih Kurs Rp 5.000.000
3. Penerimaan kembali PBB yang telah dibebankan Rp 5.000.000
4. Jasa giro Bank Jaya (sebelum PPh) Rp 2.000.000
5. Penghasilan bunga deposito (sebelum PPh) Rp 1.000.000
6. Laba neto penjualan dari Singapura (sebelum dipotong pajak penghasilan
Negara sumber sebesar 20%) Rp 200.000.

Keterangan Tambahan :

Kelas XII Akuntansi 69


m Diktat Administrasi Pajak

Jenis Asset Tahun Beli Harga (Ribuan) Rp Ket


Bangunan Permanen 06 Juli 2013 400.000.000
Kelompok I 10 Des 2014 60.000.000
a. Penyusutan fiskal menggunakan metode garis lurus
b. Persediaan akhir dinilai dengan metode LIFO, sedangkan apabila dinilai
dengan metode FIFO sebesar Rp. 700.000.000
c. Membayar PPh pasal 22 sebesar (1.5% x Rp. 200.000.000) =Rp. 3.000.000
d. Membayar PPh pasal 23 sebesar (1.5% x Rp. 10.000.000) =Rp. 150.000
e. Membayar PPh pasal 25 selama 12 bulan untuk setiap masa pajak Rp.
5.000.000 selama tahun 2016.
Pertanyaan :
1. Buatlah Laporan Laba Rugi Tahun 2016 untuk PT. RAFI, sehingga
diketahui Laba Bersih sebelum pajak.
2. Hitung pajak penghasilan PT. Rafi untuk tahun 2016.
3. Buatlah rekonsiliasi fiskal untuk PT. RAFI, sehingga diketahui
Penghasilan Kena Pajaknya.
4. Hitunglah PPh pasal 29 untuk tahun 2016.
5. Hitunglah PPh pasal 25 untuk tahun 2017.

Q. SOAL KASUS SPT TAHUNAN BADAN


CV Sakura beralamat di Jalan Veteran No. 24, Purwokerto bergerak di bidang
perdagangan ATK dan fotocopy, CV. Sakura berdiri tahun 2011. Berikut data Wajib
Pajak Tahun 2017 :
Nama Perusahaan : CV. Sakura
NPWP : 01.235.546.8.521.000
Alamat : Jalan Veteran No. 24 Purwokerto
Telp/Fax : (0281) 634555
Email : sakurapwt@gmail.com
Jenis Usaha : Perdagangan ATK
Nama Pimpinan : Aditya, SE
Pembukuan :Tidak Diaudit, tidak menggunakan konsultan
pajak
Tahun Pajak : Januari s/d Desember, Sistem Akuntansi Manual
Peredaran Usaha tahun 2014 : Rp 1.800.000.000
Metode Penilaian Persediaan : FIFO
Metode Penyusutan/Amortisasi : Garis Lurus
Susunan Pengurus :
No Nama Jabatan NPWP
Aditya, SE Direktur 06.364.254.5-521.000
Robert, SE Komanditer 06.425.232.5-521.000

Data Pembayaran PPh Pasal 4 Ayat 2 :


No Bulan Peredaran Usaha Tarif PPh Pasal 4(2)
Januari 165.000.000 1% 1.650.000
Pebruari 160.000.000 1% 1.600.000
Maret 174.000.000 1% 1.740.000
April 175.000.000 1% 1.750.000
Mei 145.000.000 1% 1.450.000
Juni 163.000.000 1% 1.630.000
Juli 175.000.000 1% 1.750.000
Agustus 195.000.000 1% 1.950.000

Kelas XII Akuntansi 70


m Diktat Administrasi Pajak

September 180.000.000 1% 1.800.000


10. Oktober 195.000.000 1% 1.950.000
11. November 175.000.000 1% 1.750.000
12. Desember 198.000.000 1% 1.980.000
Jumlah 2.100.000.000 21.000.000
.
Perhitungan Laba Tahun Berjalan
Laba neto Komersial sebelum pajak : 252.000.000
PPh terutang PPh Pasal 4 Ayat 2 : 21.000.000
Laba Komersial Setelah Pajak : 231.000.000

Daftar Aktiva Tetap


Jenis Bln/Tahun Harga
No Penyusutan/tahun Nilai Buku
Aktiva Perolehan Perolehan
1 Komputer Jan 2017 10.000.000 2.500.000 7.500.000
2 Meja Kursi Jan 2017 4.000.000 1.000.000 3.000.000
Mesin
3 Jan 2017 10.000.000 2.500.000 7.500.000
Fotocopy
Gedung
4 Jan 2017 400.000.000 20.000.000 380.000.000
Kantor
Catatan : Metode penyusutan menggunakan garis lurus
Sebagai siswa yang sedang Magang di CV. Sakura, Anda diminta oleh Pimpinan
CV. Sakura untuk melaksanakan tugas sebagai berikut :
 Menghitung PPh Terutang yang harus dibayar CV. Sakura
 Mengisi SPT Tahunan Wajib Pajak Badan Tahun 2017.
 Laporkan dalam SPT Tahunan Wajib Pajak Badan Tahun 2017.

Kelas XII Akuntansi 71

Anda mungkin juga menyukai