Anda di halaman 1dari 16

PASAL 21 PEKERJA TIDAK

TETAP DAN WAJIB PAJAK


ORANG PRIBADI

OLEH : M. NIZAR FANANI


(210301175)
PATRIA SANDHIKA P.
(210301235)
Ketentuan dan Cara Hitung Pajak Penghasilan Pegawai
Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas

• Status kepegawaian seseorang juga mempengaruhi terhadap kewajiban perpajakannya.


Jadi, diantara pegawai tetap dan pegawai tidak tetap terdapat ketentutan perpajakan
yang berbeda untuk digunakan. Yang juga berarti cara perhitungannya pun berbeda.
• Peraturan DJP Nomor PER-16/PJ/2016 menyebutkan Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga
Kerja Lepas adalah pegawai yang menerima penghasilan dengan besar penghasilan
yang dihitung berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit pekerjaan yang dihasilkan,
atau penyelesaian jenis pekerjaan dari pemberi kerja.
• Namun pada Pasal 12 ayat 3 juga disebutkan bahwa pegawai atau karyawan tidak tetap
yang memperoleh penghasilan kumulatif dalam 1 bulan melebihi PTKP, maka
perhitungan PPh 21 yang digunakan sama seperti perhitungan PPh 21 karyawan tetap.
Jenis-Jenis Upah yang Diperoleh oleh Karyawan Tidak Tetap

• Istilah yang digunakan untuk penghasilan karyawan tidak tetap adalah imbalan atau upah harian,
mingguan, atau upah borongan. Berikut adalah penjelasan lebih lengkapnya:
• Upah harian, yaitu upah yang diperoleh karyawan secara harian.
• Upah mingguan, yaitu upah yang diperoleh karyawan secara mingguan.
• Upah satuan, yaitu upah yang diperoleh karyawan berdasarkan jumlah unit pekerjaan yang
dihasilkan.
• Upah borongan, yaitu upah yang diperoleh karyawan berdasarkan penyelesaian suatu jenis pekerjaan
tertentu.
Ketentuan Khusus PPh 21 untuk Pegawai Tidak Tetap 
Berikut adalah daftar ketentuan khusus pada PPh 21 untuk karyawan tidak tetap atau PKWT:
• Tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal 21 jika penghasilan karyawan dalam sehari belum melebihi Rp300.000.
• Dilakukan pemotongan PPh Pasal 21, jika penghasilan karyawan dalam sehari sebesar atau melebihi Rp450.000,
merupakan jumlah yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
• Apabila karyawan tidak tetap memperoleh penghasilan kumulatif melebihi Rp4.500.000 dalam 1 bulan, maka
jumlah tersebut dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
• Rata-rata penghasilan karyawan dalam sehari adalah rata-rata upah mingguan, upah satuan, atau upah borongan
untuk setiap hari kerja yang digunakan.
• PTKP yang sebenarnya adalah untuk jumlah hari kerja yang sebenarnya.
• PTKP sehari dijadikan sebagai dasar untuk menetapkan PTKP yang sebenarnya. Yaitu sebesar PTKP per tahun
Rp54.000.000 dibagi 360 hari.
• Apabila karyawan tidak tetap tersebut mengikuti program jaminan atau tunjangan hari tua, maka iuran yang dibayar
sendiri dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
Tarif PPh21 Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas

Penghasilan Sehari Penghasilan Kumulatif Sebulan Tarif dan Dasar Pengenaan


Pajak (DPP)

< Rp 450.000 < Rp 4.500.000 Tidak Ada PPh 21


< Rp 4.500.000 5% x (Upah – Rp 450.000)  

< Rp 450.000 5% x (Upah – (PTKP/360)  


5% x (Upah – (PTKP/360)    
< Rp 450.000 Tarif pada Undang-Undang  
Pajak Penghasilan Pasal 17
ayat (1) huruf (a)

Tarif pada Undang-Undang  


Pajak Penghasilan Pasal 17
ayat (1) huruf (a)
Penguraian lebih lengkap terhadap tabel diatas adalah:

1. Tidak ada PPh 21 yang dipotong jika upah harian atau rata-rata upah harian kurang dari Rp 450.000 dan jumlah
kumulatif dalam satu bulan belum melebihi Rp 4.500.000.
2. PPh 21 harus dipotong sebesar upah harian atau rata-rata upah harian dikurangi Rp 450.000, lalu dikalikan 5%
jika, Upah harian atau rata-rata upah harian sudah lebih dari Rp.450.000 tetapi jumlah kumulatif dalam satu bulan
kalender belum melebihi Rp 4.500.000.
3. PPh 21 harus dipotong sebesar upah harian atau rata-rata upah dikurangi PTKP sehari lalu dikalikan 5%, jika,
jumlah kumulatif dalam satu bulan kalender sudah lebih dari Rp.4.500.000, tetapi kurang dari Rp.10.200.000.
4. Berlaku Tarif pada Undang-Undang Pajak Penghasilan Pasal 17 ayat (1) huruf (a), jika, jumlah kumulatif dalam satu
bulan kalender sudah lebih dari Rp 10.200.000.

Tarif pada tabel di atas hanya diterapkan berdasarkan:


• Jumlah penghasilan bruto sehari yang melebihi Rp 450.000 atau
• Jumlah penghasilan bruto dikurangi PTKP yang sebenarnya, dalam hal jumlah penghasilan kumulatif dalam 1 bulan
kalender telah melebihi Rp 4.500.000.
• Bagi pegawai tidak tetap dengan penghasilan kumulatif yang telah melebihi Rp 8.200.000, maka PPh Pasal 21-nya
dihitung dengan menerapkan Pasal 17 ayat 1 huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan atas jumlah Penghasilan
Kena Pajak yang disetahunkan.
Contoh Cara Hitung PPh 21 untuk Pegawai Tidak Tetap
1. Cara Hitung untuk Upah Harian
• Hendra dengan status belum menikah pada bulan Maret 2020 bekerja pada perusahaan PT Dana Jaya dan menerima upah sebesar Rp 650.000 per hari.
Berapa PPh 21 nya?
• Berikut cara hitungnya:
• Upah sehari > Rp 450.000: Rp 650.000 – Rp 450.000 = Rp 200.000
• PPh 21 harian: 5% x Rp 200.000 = Rp 10.000
• Pada hari ke-7, Hendra telah menerima penghasilan sebesar Rp 4.550.000 sehingga sudah lebih dari Rp 4.500.000, maka PPh 21 pada bulan Maret:
• Upah s/d hari ke 7: 7 x Rp 650.000 = Rp 4.550.000
• PTKP sebenernya: 7 x (Rp 54.000.000 / 360) = (Rp 1.050.000)
• PKP = Rp 3.500.000
• PPh 21 terutang: 5% x Rp 3.500.000 = Rp 175.000
• PPh 21 yang dipotong s/d hari ke 6: 6 x Rp 10.000 = (Rp 60.000)
• PPh 21 yang dipotong hari ke-7: Rp 115.000
• Sehingga pada hari ke 7, Hendra menerima upah bersih sebesar:
• Rp 650.000 – Rp 115.000 = Rp 535.000
• Maka jumlah PPh 21 per hari Hendra yang dipotong sejak hari ke-8 dan seterusnya adalah sebesar:
• Upah sehari: Rp 650.000
• PTKP sebenarnya: Rp 54.000.000 / 360 = (Rp 150.000)
• PKP = Rp 500.000
• PPh 21 terutang: 5% x Rp 500.000 = Rp 25.000
2. Cara Hitung untuk Upah Mingguan dan Upah Satuan
• Glen adalah seorang karyawan (belum menika). Pada bulan Januari 2020, Glen
bekerja sebagai tenaga kerja harian PT Elektronik Cermat dan mendapat upah
Rp 125.000 untuk per jumlah unit TV yang dapat diselesaikan.
• Dalam satu minggu (6 hari kerja) dia menyelesaikan 24 buah TV dengan total
upah Rp 3.000.000. Jadi, berapa PPh 21 yang dikenakan pada Glen?
• Berikut cara hitungnya:
• Upah per hari: Rp 3.000.000 / 6 = Rp 500.000
• Upah di atas Rp 450.000: Rp 500.000 – Rp 450.000 = Rp 50.000
• PPh 21 terutang: 6 x (5% x Rp 50.000) = Rp 15.000
3. Cara Hitung untuk Upah Borongan
• Doni mengerjakan sebuah event tahunan dengan upah
borongan sebesar Rp 950.000, pekerjaan yang diselesaikan
dalam 2 hari. Berapa PPh 21nya?
• Upah borongan sehari: Rp 950.000 / 2 = Rp 475.000
• Upah di atas Rp 450.000: Rp 475.000 – Rp 450.000 = (Rp
25.000)
• PPh 21 terutang: 2 x (5% x Rp 25.000) = Rp 2.500
4. Cara Hitung untuk Upah Bulanan
• Dewi sudah menikah tapi belum memiliki anak bekerja pada agensi periklana dengan dasar
upah harian yang dibayarkan bulanan. Dalam bulan Januari 2020, Dewi hanya bekerja 20 hari
dengan upah sehari sebesar Rp 250.000.
• Jadi berapa PPh Dewi di bulan Januari?
• Berikut cara hitungnya:
• Upah Januari 2016: 20 x Rp 250.000 = Rp 5.000.000
• Penghasilan neto setahun: Rp 5.000.000 x 12 = Rp 60.000.000
• PTKP K/0 = (Rp 58.500.000)
• PKP: Rp 60.000.000 – Rp 58.500.000 = Rp 1.500.000
• PPh 21 terutang setahun: 5% x Rp 1.500.000 = Rp 75.000
• PPh 21 terutang sebulan: Rp 75.000 / 12 = Rp 6.250
Cara Menghitung Penghasilan Kena Pajak WP Pribadi bagi Perusahaan
Setiap Wajib Pajak, punya hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan. Penghasilan WP yang memenuhi syarat, akan masuk kategori
penghasilan kena pajak. Bagaimana cara menghitung penghasilan kena pajak WP
Pribadi bagi perusahaan yang memberikan gaji?
Dalam penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP), ada
batasan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang menjadi hak bagi WP sebagai
pengurang penghasilan yang akan dikenakan pajak.
Dasar Cara Menghitung Pajak Penghasilan PPh Pribadi
Sesuai dengan Undang-Undang Pajak Penghasilan (UU PPh), Wajib Pajak adalah orang
pribadi atau badan yang meliputi pembayar, pemotong, atau pemungut pajak yang
punya hak dan kewajiban perpajakan.
Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa setiap orang yang memiliki penghasilan,
berkewajiban untuk membayar pajak sekaligu punya hak untuk memperoleh batas
penghasilan yang tidak dikenakan pajak.
Subjek pajak adalah orang pribadi, badan, dan Bentuk Usaha Tetap
Cara menghitung penghasilan kena pajak WP Orang Pribadi adalah mengurangkan dari
penghasilan yang diterima dengan PTKP sebelum mengalikan dengan tarif progresif
PPh Pasal 17 untuk mengetahui besar PPh Terutang.
Ketentuan mengenai Pajak Penghasilan (PPh) di Indonesia diatur dalam Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang PPh. Salah satu poin yang diatur dalam UU No.
36 Tahun 2008, tepatnya pada Pasal 17, adalah tarif PPh atas Penghasilan Kena Pajak.
Tarif Penghasilan Kena Pajak sebagai Dasar Cara Menghitung
PKP
Perlu diketahui bahwa tarif pajak penghasilan dibedakan menjadi dua jenis.
Perbedaan ini ditentukan atas dasar kepada siapa pajak penghasilan dikenakan.
•Pertama, tarif PPh untuk WP OP Dalam Negeri.
•Kedua, tarif PPh untuk WP Badan Dalam Negeri dan BUT.
Berikut ini adalah tabel tarif Penghasilan Kena Pajak untuk WP Orang Pribadi sesuai regulasi terbaru dalam Undang-Undang
Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP):
Tarif
No Penghasilan Kena Pajak (PKP)
Memiliki NPWP Tidak Memiliki NPWP

1 Sampai dengan Rp60.000.000 5% 6%

2 Rp60.000.000-Rp250.000.000 15% 18%

3 Rp250.000.000-Rp500.000.000 25% 30%

4 Rp500.000.000-Rp5.000.000.000 30% 36%

5 Di atas Rp5.000.000.000  35%  – 


Contoh perhitungan pajak penghasilan orang pribadi
a. Contoh Menghitung PKP atau Cara Menghitung Pajak Penghasilan Pibadi Karyawan 1
Pak Kelik adalah seorang pekerja swasta dengan penghasilan sebesar Rp280.000.000 dalam satu tahun.
Saat ini Pak Kelik berstatus belum kawin dan tidak memiliki tanggungan.
Berapakan Penghasilan Kena Pajak yang ditanggung oleh Pak Kelik?
Berikut perhitungan PPh Pribadi Pasal 21 atas gaji Pak Kelik yang dipotong perusahaan sesuai tarif PPh Pribadi terbaru dalam UU HPP:
Berikut perhitungannya:
•Penghasilan 1 tahun Rp280.000.000
•Penghasilan Tidak Kena Pajak (K/0)  Rp 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak:
= (Penghasilan 1 tahun) – (PTKP)
= Rp280.000.000 – Rp54.000.000
= Rp226.000.000
PPh Terutang adalah:
= 5% x Rp60.000.000 = Rp3.000.000
= 15% x Rp166.000.000 = Rp24.900.000
Jadi, jumlah pajak yang harus dibayarkan oleh Pak Kelik atau yang dipotong perusahaan pemberi kerja adalah
Rp3.000.000 + Rp24.900.000 = Rp27.900.000 dalam satu tahun.
b. Contoh Cara Menghitung PKP atau Cara Menghitung Pajak Penghasilan Pribadi Karyawan 2
Pak Kelik adalah seorang pegawai bank yang berstatus lajang dan tidak memiliki tanggungan.
Saat ini Pak Kelik merupakan wajib pajak yang memiliki penghasilan sejumlah Rp10.000.000 per bulan.
Untuk menghitung penghasilan kena pajak yang harus dibayarkan Pak Kelik dalam setahun adalah sebagai berikut: 
Penghasilan satu tahun (12 bulan):
= (12 bulan) x (Gaji sebulan)
= 12 x Rp10.000.000
= Rp120.000.000
Penghasilan Tidak Kena Pajak:
= (K/0)
= Rp54.000.000
Penghasilan Kena Pajak:
= (Total penghasilan 12 bulan) – (PTKP)
= Rp120.000.000 – Rp54.000.000
= Rp66.000.000
PPh Terutang:
= 5% x Rp60.000.000 = Rp3.000.000
= 15% x Rp6.000.000 = Rp900.000

Jadi, pajak penghasilan yang harus dibayarkan oleh Pak Kelik atau dipotong perusahaan pemberi kerja adalah sebesar Rp3.900.000.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai