Anda di halaman 1dari 3

RINGKASAN MATA KULIAH (RMK)

Nama : Anizar Nur Azizah


Nim : 2105113505
MK : Perpajakan
PAJAK PENGHASILAN PASAL 21
Perbedaan subyek, non subyek, obyek, dan tarif pph 21
Subjek pajak penghasilan ialah orang yang harus membayar pajak penghasilan, dan disebut
sebagai Wajib Pajak apabila telah memperoleh penghasilan yang besarnya melebihi
penghasilan tidak kena paja, orang peribadi yang termasuk subjek pajak ialah Pegawai,
Penerima uang pesangon, pensiun, Penerima penghasilan pemberian jasa, Anggota dewan
komisaris dewan/pengawas , Mantan pegawai, peserta kegiatan yang menerima atau
memperoleh penghasilan
Sementara Orang pribadi atau badan yang masuk dalam kategori non subjek PPh yaitu
konsulat jenderal, kantor kedutaan, dan sejenisnya yang bersifat perwakilan dari negara asing,
orang pribadi yang termasuk dalam non subjek pajak penghasilan yaitu pejabat negara asing
yang sedang menjabat sebagai perwakilan konsulat atau diplomatik. Selain itu, organisasi
internasional juga tidak termasuk dalam subjek PPh apabila sudah ditetapkan dalam
keputusan menkeu. Tidak hanya itu, pejabat yang sedang menjadi perwakilan dari organisasi
internasional yang telah ditetapkan oleh MenKeu RI juga tidak termasuk dalam subjek PPh.
Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap,
baik berupa penghasilan yang bersifat teratur dan tidak teratur, Penghasilan yang diterima
atau diperoleh penerima pensiun, Penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun,
Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian, upah mingguan,
upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan, Imbalan kepada
bukan pegawai, antara lain honorarium, komisi, fee, dan imbalan sejenisnya, Imbalan kepada
peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi, uang rapat, honorarium,
hadiah atau penghargaan.
Bagi pegawai tetap: Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi pegawai tetap adalah sebesar
penghasilan neto dikurangi PTKP. Sementara itu, penghasilan neto dihitung seluruh
penghasilan bruto dikurangi dengan: Biaya jabatan, Iuran yang terkait dengan gaji
Atau Pph pasal 21 = (penghasilan neto – ptkp) x tarif ps 17 uu pph
= ( penghasilan bruto – biaya jabatan – Iuran pensiun dan iuran THT /
JHT yang dibayar sendiri – PTKP) x tarif ps 17 UU Pph
Tarif pajak penghasilan pasal 21 sesuai dengan UU Pajak Penghasilan Pasal 17 dikenakan
tarif pajak progresif. Tarif pajak penghasilan PPh 21 berdasarkan Penghasilan Kena Pajak
(PKP) setahun:
PKP sampai dengan Rp 50 juta = 5%
PKP di atas Rp 50 juta – Rp 250 juta = 15%
PKP di atas Rp 250 juta – Rp 500 juta = 25%
PKP di atas Rp 500 juta – Rp 5 miliar = 30%
PKP di atas Rp 5 miliar = 35% (penambahan layer tarif PPh 21 pada UU HPP).
Tarif-tarif berikut berlaku bagi wajib pajak yang memiliki NPWP. Jika tidak memiliki
NPWP, dikenakan tarif lebih tinggi 20% daripada tarif yang menggenggam NPWP.
Contoh Penghitungan PPH Pasal 21 Atas Penghasilan Teratur Bagi Pegawai Tetap
Retto pada tahun 2016 bekerja pada perusahaan PT Jaya Abadi dengan memperoleh gaji per
bulan Rp5.750.000,00 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp200.000,00. Retto menikah
tetapi belum mempunyai anak. Pada bulan Januari penghasilan Retto dari PT Jaya Abadi
hanya dari gaji. Penghitungan PPh Pasal 21 bulan Januari adalah sebagai berikut:
Gaji per bulan Rp5.750.000.00
Pengurangan:
Biaya Jabatan:
5% x Rp5.750.000,00 Rp287.500,00
Iuran pension Rp200.000,00

Rp 487.500,00
Penghasilan neto per bulan Rp 5.262.500,00
Penghasilan neto setahun
12 x Rp5.262.500,00 Rp 63.150.000,00
PTKP setahun
Untuk WP sendiri Rp54.000.000,00
Tambahan WP kawin Rp 4.500.000,00
Rp58.500.000,00
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 4.650.000,00

PPh Pasal 21 terhutang


5% x Rp4.650.000,00 = Rp232.500,00
PPh Pasal 21 per bulan
Rp232.500,00 : 12 = Rp19.375,00

Anda mungkin juga menyukai