Anda di halaman 1dari 25

Pajak Penghasilan

Pasal 21

ALLPPT.com _ Free PowerPoint Templates, Diagrams and Charts


Dasar Hukum
 UU No. 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan;
 UU No. 16 Tahun 2009 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang No. 5 Tahun 2008;
 Permen Keuangan No. 262/PMK.03/2010 Tentang Tata Cara
Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 Bagi Pejabat Negara, PNS,
Anggota TNI, Anggota POLRI dan Dana PensiunnyaAtas Penghasilan
Yang Menjadi Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
 Permen Keuangan No. 101/PMK.010/2016 Tentang Penyesuaian
Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak;
 Peraturan Jendral Pajak No. PER-16/PJ/2016.
Defenisi PPh Pasal 21

Pajak penghasilan Pasal 21 yaitu


pengenaan pajak terhadap Wajib Pajak
dan
Objek Pajak dalam negeri yang memiliki
penghasilan yang berhubungan dengan
pekerjaan atau kegiatan lainnya.
Pemotongan Pajak PPh Pasal 21

Pemotongan PPh Pasal 21 yaitu setiap


orang pribadi atau badan yang diwajibkan
oleh UU No. 7 Tahun 1983 tentang pajak
penghasilan sebagaimana telah diubah
dengan terakhir UU No. 36 Tahun 2008
untuk memotong PPh Pasal 21.
CaraMenghitung Pasal 21/26

Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak


Rp. 0 s.d Rp. 50.000.000 5%
Di atas Rp. 50.000.000 s.d Rp. 250.000.000.000 15%
Di atas Rp. 250.000.000 s.d Rp. 500.000.000 25%
Di atas Rp. 500.000.000 30%
Perbandingan perhitungan PPH 21
UU PPh UU HPP
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif

0 sampai dengan Rp.50.000.000,- 5% 0 sampai dengan Rp.60.000.000,- 5%

Di atas Rp.50.000.000,- sampai dengan Rp.250.000.000,- 15% Di atas Rp.60.000.000,- sampai dengan Rp.250.000.000,- 15%

Di atas Rp.250.000.000,- sampai dengan 25% Di atas Rp.250.000.000,- sampai dengan 25%
Rp.500.000.000,- Rp.500.000.000,-

Di atas Rp.500.000.000,- 30% Di atas Rp.500.000.000,- sampai dengan 30%


Rp.5.000.0000.000,-  

Diatas Rp.5.000.000.000,- 35%


• Tariff PPh 21 UU HPP 5 lapisan, 35% di atas 5 Miliar
• Tariff PPh 21 UU PPh 4 lapisan
• PKP 0 – 50 jt menjadi 0 – 60 jt
• Karyawan PKP > 60 jt (2 lapis tarif pajak yaitu 5 %
dan 15 % (UU PPh 21)
• Karyawan PKP > 60 jt (5 %)
CONTOH BERDASARKAN PENGHASILAN
KENA PAJAK
• Pak Arsan seorang karyawan pada
PT.XYZ menerima gaji dan tunjangan
sebesar Rp.11.000.000,- setiap bulan
dari perusahaan dengan status belum
menikah dan tanpa tanggungan. Serta
memiliki NPWP
Perhitungan PPh 21 berdasarkan UU PPh :
Penghasilan Bruto Setahun Rp.11.000.000 x 12 Bulan Rp.132.000.000,-

Dikurangi :    
Biaya Jabatan Rp.132.000.000 x 5% (Rp.6.000.000,-)
Note : Biaya jabatan dalam setahun maks. 6jt

Penghasilan Neto Setahun Rp.126.000.000,-

Penghasilan Tidak Kena Pajak (TK/0) (Rp.54.000.000,-)

Penghasilan Kena Pajak Rp.72.000.000,-

PPh 21 :    
Tarif Lapis Pertama 5% x Rp.50.000.000,- Rp. 2.500.000,-
Tarif Lapis Kedua 15% x Rp.22.000.000,- Rp. 3.300.000,-

PPh 21 terutang Setahun Rp.2.500.000 + Rp.3.300.000 Rp. 5.800.000,-

PPh 21 dipotong sebulan Rp.5.800.000 / 12 Rp. 483.333,-


Perhitungan PPh 21 UU HPP :
Penghasilan Bruto Setahun Rp.11.000.000 x 12 Bulan Rp.132.000.000,-

Dikurangi :    
Biaya Jabatan Rp.132.000.000 x 5% (Rp.6.000.000,-)
Note : Biaya jabatan dalam setahun maks. 6jt

Penghasilan Neto Setahun Rp.126.000.000,-

Penghasilan Tidak Kena Pajak (TK/0) (Rp.54.000.000,-)

Penghasilan Kena Pajak Rp.72.000.000,-

PPh 21 :    
Tarif Lapis Pertama 5% x Rp.60.000.000,- Rp. 3.000.000,-
Tarif Lapis Kedua 15% x Rp.12.000.000,- Rp. 1.800.000,-

PPh 21 terutang Setahun Rp.3.000.000 + Rp.1.800.000 Rp. 4.800.000,-

PPh 21 dipotong sebulan Rp.4.800.000 / 12 Rp. 400.000,-


Perhitungan UU PPh
Contoh 1 : Pegawai Tetap
Tuan Brizy adalah seorang karyawan disalah satu perusahaan swasta
di Surabaya. Ia Berstatus kawin dan memiliki 1 anak. Rincian data
penghasilan Tuan Brizy sebagai berikut:
Gaji pokok : Rp. 5.000.000
Tunjangan transportasi, uang makan, dll : Rp. 2.000.000 +
Total penghasilan bruto : Rp. 7.000.000

Tuan Brizy juga membayar iuran pensiun sebesar Rp. 200.000 per
bulan. Berdasarkan informasi tersebut maka besarnya pph Pasal 21
yang dipotong dari tuan Brizy perbulan adalah:
Gaji Perbulan : Rp. 5.000.000
Tunjangan : Rp. 2.000.000 +
Penghasialan Bruto per Bulan Rp. 7.000.000
Pengurangan:
Biaya Jabatan (5% x Rp. 7.000.000) : Rp. 350.000
Iuran Tunjangan Hari Tua : Rp. 200.000 +
Total Pengurangan Rp. 550.000 -
Penghasilan Netto per bulan Rp. 6.450.000
Penghasilan Netto setahun Rp. 77.400.000
PTKP:
Wajib Pajak : Rp. 54.000.000
Tambahan WP Kawin : Rp. 4.500.000
Tambahan 1 Tanggungan : Rp. 4.500.000+
Besarnya PTKP Rp. 63.000.000 -
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp. 14.400.000
PPh Pasal 21 Terutang Rp. 720.000
5% x Rp. 14.400.000
PPh Pasal 21 per Bulan (Rp. 720.000 : 12) Rp. 60.000
Contoh 2: Penerimaan Pensiun Berkala
Tuan Cahyono, berstatus kawin dan memiliki 2 anak.
Ia bekerja sebagai pegawai tetap pada PT. ABC
dengan gaji sebulan sebesar Rp. 12.500.000.
Tuan Cahyono setiap bulan membayar iuran
pensiun sebesar Rp. 250.000. Berdasarkan ketentuan
yang berlaku terhitung mulai 1 Juli 2018,
Tuan Cahyono akan memasuki masa pensiun.
Perhitungan PPh Pasal 21 sebulan:
Gaji sebulan Rp. 12.500.000
Pengurangan:
Biaya Jabatan (5% x Rp. 12.500.000) Rp. 500.000
Iuran Pensiun Rp. 250.000 +
Total Pengurangan Rp. 750.000 -
Penghasilan Netto sebulan Rp. 11.750.000

Penghasilan Netto 6 bulan (masa bekerja Januari s/d Juni 2018)


Rp. 11.750.000 x 6 Rp. 70.500.000
PTKP:
Wajib Pajak Rp. 54.000.000
Tambahan WP Kawin Rp. 4.500.000
Tambahan 2 anak Rp. 9.000.000+
Besarnya PTKP Rp. 67.500.000 -
Penghasilan Kena Pajak Rp. 3.000.000
PPh Pasal 21 Terutang
5% x Rp. 3.000.000 Rp. 150.000
PPh Pasal 21 terutang sebulan:
Rp. 150.000 : 6 Rp. 25.000

Pada saat Tuan Cahyono berhenti bekerja dan memasuki masa pensiun, PT ABC
memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 21 dengan rincian sebagai berikut:

Gaji selama 6 bulan


6 x Rp. 12.500.000 Rp. 75.000.000
Pengurangan:
5% x Rp. 75.000.000 Rp. 3.750.000
Iuran Pensiun:
6 x Rp. 250.000 Rp. 1.500.000 -
Penghasilan Neto selama 6 bulan Rp. 69.750.000
PTKP:
Wajib Pajak Rp. 54.000.000
Tambahan WP Kawin Rp. 4.500.000
Tambahan 2 anak Rp. 9.000.000+
Besarnya PTKP Rp. 67.500.000 -
Penghasilan Kena Pajak Rp. 2.250.000

PPh Pasal 21 terutang


(5% x Rp. 2.250.000) Rp. 112.500
PPh Pasal 21 telah dipotong
(6 x Rp. 25.000) Rp. 150.000 –
PPh Pasal 21 kurang (lebih) dipotong Rp. 37.500
Contoh 3: Pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas,
pemagang, dan calon pegawai

Risyad berstatus belum menikah. Pada bulan Mei 2018


bekerja sebagai buruh harian pada PT. Majapahit Jaya.
Ia bekerja selama 10 hari dan menerima upah harian
sebesar Rp. 450.000. Risyad menerima upah sehari tidak
melebihi Rp.450.000, dan upah dalam bulan Mei sebesar 10
x Rp. 4.500.000 (tidak melebihi Rp. 4.500.000). Jadi Risyad
tidak dikenakan PPh Pasal 21 atas upah yang diterimanya
Contoh Berdasarkan
Penghasilan Bruto
Contoh 1: Anggota Dewan, Komisaris atau dewan Pengawas yang tidak
merangkap sebagai pegawai tetap pada perusahaan yang sama
Raka Wijaya menjabat sebagi komisaris di PT. Wijaya Software, tetapi ia bukan
pegawai tetap, ia menerima honorarium sebesar Rp. 150.000.000 dan
pemberiannya dilakukan dua kali dalam setahun. Penerimaan pertama pada
tanggal 30 Juni 2018 sebesar Rp. 75.000.000 dan sisanya pada tanggal 31
Desember 2018.
Berikut penghitungan PPh Pasal 21 yang terutang:

Pada bulan Juni 2018


5% x Rp. 50.000.000 Rp. 2.500.000
15% x Rp. 25.000.000 Rp. 3.750.000 +
PPh Pasal 21 yang harus dipotong Rp. 4.250.000

Pada Desember 2018


Maka pemotongan PPh Pasal 21 sebesar Rp. 11.250.000 (15% x Rp. 75.000.000)
Contoh 2: mantan pegawai
Pada tanggal 7 Januari 2018, Devan telah berhenti bekerja dari
PT. Cemerlang Paint karena pensiun. Pada tanggal 1 Maret 2018, Devan
menerima Jasa produksi tahun 2017 dari PT. Cemerlang Paint sebesar
Rp. 65.000.000
PPh Pasal 21 yang terutang yaitu:
5% x Rp. 50.000.000 Rp. 2.500.000
15% x Rp. 15.000.000 Rp. 2.250.000 +
PPh Pasal 21 yang harus dipotong Rp. 4.750.000

Misalnya pada tanggal 1 Juni 2018, Devan kembali menerima penghasilan jasa
produksi sebesar Rp. 130.000.000 dan pada tanggal 1 September 2018 sebesar
Rp. 100.000.000, maka perhitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan jasa produksi
Yang diterima Devan yaitu:
Atas penghasilan jasa produksi bulan juni:
15% x Rp. 130.000.000 Rp. 19.500.000
PPh Pasal 21 yang harus dipotong Rp. 19.500.000
Atas penghasilan jasa produksi bulan september:
15% x Rp.55.000.000 Rp. 8.250.000
25% x Rp.45.000.000 Rp. 11.250.000+
PPh Pasal 21 yang harus dipotong Rp. 43.750.000
Skema perhitung PPh pasal 21
Bulan Penghasilan Penghasilan Penghasilan Tarif PPh Pasal 21 yg harus
jasa produksi kumulatif sebagai DPP Pasal 17 dipotong
Maret 65.000.000 65.000.000 50.000.000 5% 2.500.000
15.000.000 15% 2.250.000
Juni 130.000.000 195.000.000 130.000.000 15% 19.500.000
September 100.000.000 295.000.000 55.000.000 15% 8.250.000
45.000.000 25% 11.250.000
295.000.000 295.000.000 43.750.000
Contoh 3: peserta program pensiun yang masih berstatus sebagi pegawai
Aldi merupakan pengawai PT. Maskumbang menerima gaji Rp.12.000.000
sebulan. PT. Maskumbang membayar iuran dana pensiun untuk
membayar karyawannya termasuk Aldi sebesar Rp.100.000 sebalan ke
dana pensiun senja. Selain itu Aldi juga membayar secara mandiri
sebesar
Rp.50.000.

Pada bulan Juni 2018 Aldi mengajukan uang untuk biaya pendidikan
anaknya, secara mandiri sebesar Rp.20.000.000. Kemusian pada bulan
september menarik lagi sebesar Rp.15.000.000 dan terakhir pada bulan
Desember sebesar Rp.25.000.000.
Perhitungan Pasal 21 yang terutang yaitu:
a. Penarikan pada Bulan Juni 2018:
PPh pasal 21 terutang sebesar Rp. 1.000.000 (Rp.20.000.000 x 5%)
b. Penarikan pada Bulan September 2018
PPh pasal 21 terutang sebesar Rp. 750.000 (Rp.15.000.000 x 5%)
c. Penarikan pada Bulan Desember 2018

PPh Pasal 21 terutang sebesar Rp.2.250.000, dengan rincian


perhitungan sebagai berikut:
5% x Rp.15.000.000 Rp. 750.000
15% x Rp.10.000.000 Rp.1.500.000+
PPh Pasal 21 yang harus dipotong Rp. 2.250.000

Anda mungkin juga menyukai