Pasal 21
Di atas Rp.50.000.000,- sampai dengan Rp.250.000.000,- 15% Di atas Rp.60.000.000,- sampai dengan Rp.250.000.000,- 15%
Di atas Rp.250.000.000,- sampai dengan 25% Di atas Rp.250.000.000,- sampai dengan 25%
Rp.500.000.000,- Rp.500.000.000,-
Dikurangi :
Biaya Jabatan Rp.132.000.000 x 5% (Rp.6.000.000,-)
Note : Biaya jabatan dalam setahun maks. 6jt
PPh 21 :
Tarif Lapis Pertama 5% x Rp.50.000.000,- Rp. 2.500.000,-
Tarif Lapis Kedua 15% x Rp.22.000.000,- Rp. 3.300.000,-
Dikurangi :
Biaya Jabatan Rp.132.000.000 x 5% (Rp.6.000.000,-)
Note : Biaya jabatan dalam setahun maks. 6jt
PPh 21 :
Tarif Lapis Pertama 5% x Rp.60.000.000,- Rp. 3.000.000,-
Tarif Lapis Kedua 15% x Rp.12.000.000,- Rp. 1.800.000,-
Tuan Brizy juga membayar iuran pensiun sebesar Rp. 200.000 per
bulan. Berdasarkan informasi tersebut maka besarnya pph Pasal 21
yang dipotong dari tuan Brizy perbulan adalah:
Gaji Perbulan : Rp. 5.000.000
Tunjangan : Rp. 2.000.000 +
Penghasialan Bruto per Bulan Rp. 7.000.000
Pengurangan:
Biaya Jabatan (5% x Rp. 7.000.000) : Rp. 350.000
Iuran Tunjangan Hari Tua : Rp. 200.000 +
Total Pengurangan Rp. 550.000 -
Penghasilan Netto per bulan Rp. 6.450.000
Penghasilan Netto setahun Rp. 77.400.000
PTKP:
Wajib Pajak : Rp. 54.000.000
Tambahan WP Kawin : Rp. 4.500.000
Tambahan 1 Tanggungan : Rp. 4.500.000+
Besarnya PTKP Rp. 63.000.000 -
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp. 14.400.000
PPh Pasal 21 Terutang Rp. 720.000
5% x Rp. 14.400.000
PPh Pasal 21 per Bulan (Rp. 720.000 : 12) Rp. 60.000
Contoh 2: Penerimaan Pensiun Berkala
Tuan Cahyono, berstatus kawin dan memiliki 2 anak.
Ia bekerja sebagai pegawai tetap pada PT. ABC
dengan gaji sebulan sebesar Rp. 12.500.000.
Tuan Cahyono setiap bulan membayar iuran
pensiun sebesar Rp. 250.000. Berdasarkan ketentuan
yang berlaku terhitung mulai 1 Juli 2018,
Tuan Cahyono akan memasuki masa pensiun.
Perhitungan PPh Pasal 21 sebulan:
Gaji sebulan Rp. 12.500.000
Pengurangan:
Biaya Jabatan (5% x Rp. 12.500.000) Rp. 500.000
Iuran Pensiun Rp. 250.000 +
Total Pengurangan Rp. 750.000 -
Penghasilan Netto sebulan Rp. 11.750.000
Pada saat Tuan Cahyono berhenti bekerja dan memasuki masa pensiun, PT ABC
memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 21 dengan rincian sebagai berikut:
Misalnya pada tanggal 1 Juni 2018, Devan kembali menerima penghasilan jasa
produksi sebesar Rp. 130.000.000 dan pada tanggal 1 September 2018 sebesar
Rp. 100.000.000, maka perhitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan jasa produksi
Yang diterima Devan yaitu:
Atas penghasilan jasa produksi bulan juni:
15% x Rp. 130.000.000 Rp. 19.500.000
PPh Pasal 21 yang harus dipotong Rp. 19.500.000
Atas penghasilan jasa produksi bulan september:
15% x Rp.55.000.000 Rp. 8.250.000
25% x Rp.45.000.000 Rp. 11.250.000+
PPh Pasal 21 yang harus dipotong Rp. 43.750.000
Skema perhitung PPh pasal 21
Bulan Penghasilan Penghasilan Penghasilan Tarif PPh Pasal 21 yg harus
jasa produksi kumulatif sebagai DPP Pasal 17 dipotong
Maret 65.000.000 65.000.000 50.000.000 5% 2.500.000
15.000.000 15% 2.250.000
Juni 130.000.000 195.000.000 130.000.000 15% 19.500.000
September 100.000.000 295.000.000 55.000.000 15% 8.250.000
45.000.000 25% 11.250.000
295.000.000 295.000.000 43.750.000
Contoh 3: peserta program pensiun yang masih berstatus sebagi pegawai
Aldi merupakan pengawai PT. Maskumbang menerima gaji Rp.12.000.000
sebulan. PT. Maskumbang membayar iuran dana pensiun untuk
membayar karyawannya termasuk Aldi sebesar Rp.100.000 sebalan ke
dana pensiun senja. Selain itu Aldi juga membayar secara mandiri
sebesar
Rp.50.000.
Pada bulan Juni 2018 Aldi mengajukan uang untuk biaya pendidikan
anaknya, secara mandiri sebesar Rp.20.000.000. Kemusian pada bulan
september menarik lagi sebesar Rp.15.000.000 dan terakhir pada bulan
Desember sebesar Rp.25.000.000.
Perhitungan Pasal 21 yang terutang yaitu:
a. Penarikan pada Bulan Juni 2018:
PPh pasal 21 terutang sebesar Rp. 1.000.000 (Rp.20.000.000 x 5%)
b. Penarikan pada Bulan September 2018
PPh pasal 21 terutang sebesar Rp. 750.000 (Rp.15.000.000 x 5%)
c. Penarikan pada Bulan Desember 2018