LITIGASI
PEMBUKTIAN PERDATA :
Pembuktian Perdata Berdasarkan pasal 1866 KUH Perdata/pasal 164 HIR, alat bukti
yang diakui dalam perkara perdata terdiri dari bukti :
1. Bukti tulisan,
2. bukti saksi,
3. persangkaan,
4. pengakuan dan sumpah.
Pembuktian merupakan penyajian alat-alat bukti yang sah menurut hukum oleh hakim
yang memeriksa suatu perkara guna memberikan kepastian tentang kebenaran
peristiwa yang dikemukakan.
Apakah pengakuan merupakan alat bukti :
Pengakuan adalah salah satu alat bukti (bewijsmiddel) yang dikenal dalam hukum
acara perdata. Alat bukti diajukan oleh para pihak yang bersengketa untuk
memperkuat dalil gugatan masing-masing. Sistem pembuktian dalam hukum perdata di
Indonesia masih berpegang pada alat bukti yang telah ditentukan
Apa syarat suatu akta atau surat dapat dinilai sebagai alat bukti?
Syarat – syarat yang diperlukan agar suatu akta dapat disebut sebagai suatu
akta otentik adalah pertama suatu akta otentik harus memenuhi kekuatan pembuktian l
formil dan materil; Kedua harus memenuhi syarat otentisitas seperti yang
dipersyaratkan dalam Undang-undang Jabatan Notaris (UUJN)..Kekuatan pembuktian
dari suatu akta otentik .
Pasal 15 ayat (1) UUJN mengatakan bahwa Notaris berwenang untuk membuat akta
otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh
peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan
untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta,
PEMBUKTIAN PIDANA :
Alat bukti menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara
Pidana, Pasal 184 (1) yang sah ialah:
1. Keterangan Saksi;
2. Keterangan Ahli;
3. Surat;
4. Petunjuk;
5. Keterangan Terdakwa.''
Dalam suatu perkara pidana, kehadiran saksi sangatlah penting. Seorang saksi
dapat memberikan keterangan yang mana keterangannya tersebut akan berguna dalam
penyidikan, penuntutan, dan peradilan
PENTINGNYA SAKSI-SAKSI
Saksi diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana (“KUHAP”). Menurut Pasal 1 butir 26 KUHAP:
“Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan,
penuntutan, dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat
sendiri dan ia alami sendiri”.