Anda di halaman 1dari 6

Kantor Hukum & Konsultasi

“ MAHARIDZAL, SH .MH & REKAN “


Perum Wisma Tropodo. Jl. KH. Kolil. Blok.BZ.24. Sidoarjo Tlp. 081 2521 99996

LITIGASI
PEMBUKTIAN PERDATA :
Pembuktian Perdata Berdasarkan pasal 1866 KUH Perdata/pasal 164 HIR, alat bukti
yang diakui dalam perkara perdata terdiri dari bukti :
1. Bukti tulisan,
2. bukti saksi,
3. persangkaan,
4. pengakuan dan sumpah.

Pasal 1888 BUKTI TULISAN :

Kekuatan pembuktian dengan suatu tulisan terletak pada akta aslinya.

BARANG ITU MILIKNYA MAKA YG MENGAKUI MILIKNYA HARUS


MEMBUKTIKAN DASAR HUKUM pasal 163 HIR 283 Rbg?
Berdasarkan Pasal 163 HIR dan 283 RDG disebutkan “barangsiapa mengatakan ia
mempunyai hak, atau ia menyebutkan suatu perbuatan untuk menguatkan haknya itu
atau untuk membantah hak orang itu harus membuktikan adanya hak atau kejadian itu.

KUNCI UNTUK MEMENANGKAN PERKARA PERDATA DI PENGADILAN :


Dgn cara Gugatan penggugat harus sesuai dengan pembuktian yang berkaitan dalam
perkara itu

Apa tujuan dari pembuktian?


Pengertian Bukti, Pembuktian dan tujuan pembuktian dalam Hukum Acara Pidana
Untuk memberikan kepastian yang diperlukan dalam menilai sesuatu hal tertentu
tentang fakta-fakta yang telah terjadi .

Pembuktian merupakan penyajian alat-alat bukti yang sah menurut hukum oleh hakim
yang memeriksa suatu perkara guna memberikan kepastian tentang kebenaran
peristiwa yang dikemukakan.
Apakah pengakuan merupakan alat bukti :
Pengakuan adalah salah satu alat bukti (bewijsmiddel) yang dikenal dalam hukum
acara perdata. Alat bukti diajukan oleh para pihak yang bersengketa untuk
memperkuat dalil gugatan masing-masing. Sistem pembuktian dalam hukum perdata di
Indonesia masih berpegang pada alat bukti yang telah ditentukan

Apa syarat suatu akta atau surat dapat dinilai sebagai alat bukti?
Syarat – syarat yang diperlukan agar suatu akta dapat disebut sebagai suatu
akta otentik adalah pertama suatu akta otentik harus memenuhi kekuatan pembuktian l
formil dan materil; Kedua harus memenuhi syarat otentisitas seperti yang
dipersyaratkan dalam Undang-undang Jabatan Notaris (UUJN)..Kekuatan pembuktian
dari suatu akta otentik .
Pasal 15 ayat (1) UUJN mengatakan bahwa Notaris berwenang untuk membuat akta
otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh
peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan
untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, 

PEMBUKTIAN PIDANA :
Alat bukti menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara
Pidana, Pasal 184 (1)  yang sah ialah:
1. Keterangan Saksi;
2. Keterangan Ahli;
3. Surat;
4. Petunjuk;
5. Keterangan Terdakwa.''

Apa saja yang termasuk barang bukti?


Dalam sistem KUHAP, barang bukti (corpus delicti) bukan merupakan suatu alat
bukti, melainkan bukti tambahan terhadap alat-alat bukti yang sah menurut KUHAP,
yaitu sebagai bukti tambahan terhadap alat bukti keterangan saksi, keterangan ahli,
surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa.

Minimal 2 alat bukti apa saja?


Alat bukti yang sah menurut KUHP ada beberapa jenis seperti:
1. Keterangan terdakwa. Berdasarkan Pasal 189 ayat 1 KUHAP keterangan
terdakwa merupakan apa yang terdakwa ucapkan pada saat sidang mengenai
tindakan pidana yang dilakukan. ...
2. Petunjuk.
3. Surat.
4. Keterangan ahli.
5. Keterangan saksi.

Apakah tes urine bisa jadi barang bukti?


Berita acara hasil pengujian merupakan alat bukti yang sah sebagaimana ditentukan
Pasal 184 KUHAP. Terhadap seseorang yang hasil tes urinenya positif dapat
ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka penyalahgunaan Narkotika
berdasarkan bukti permulaan yang cukup

Apa yang dimaksud tidak cukup bukti?


Tidak cukup bukti, artinya penyidik tidak memiliki 2 alat bukti yang syah dalam
menetapkan seseorang sebagai tersangka.
Apa saja bukti permulaan?
Bukti-Bukti yang dapat digunakan sebagai bukti permulaan sesuai Pasal 184
Kitab Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) Alat Bukti yang sah Adalah :
1. Keterangan Saksi.
2. Keterangan Ahli.
3. Surat.
4. Petunjuk.
5. Keterangan Terdakwa.

Apa yang dimaksud dengan bukti permulaan yang cukup?


1. Yang dimaksud dengan “bukti permulaan yang cukup” adalah  bukti
permulaan untuk menduga adanya tindak pidana sesuai dengan bunyi Pasal 1
butir 14.

Apa itu bukti permulaan? :


Bukti Permulaan adalah keadaan, perbuatan, dan/atau bukti berupa keterangan,
tulisan, atau benda yang dapat memberikan petunjuk adanya dugaan kuat bahwa
sedang atau telah terjadi suatu tindak pidana

Kapan pemeriksaan bukti permulaan dilakukan ?


Pemeriksa melaksanakan Bukti Permulaan secara terbuka dalam jangka waktu paling
lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal penyampaian surat
pemberitahuan Pemeriksaan Bukti Permulaan sampai dengan tanggal
Laporan Pemeriksaan Bukti Permulaan
Apa yang dimaksud bukti permulaan oleh Kapolri?
Dalam Perkapolri Nomor 14 Tahun 2012 ini pada Pasal 1 angka 21 bahwa, “Bukti
Permulaan adalah alat bukti berupa Laporan Polisi dan 1 (satu) alat bukti yang sah,
yang digunakan untuk menduga bahwa seseorang telah melakukan tindak pidana
sebagai dasar untuk dapat dilakukan penangkapan”.3 Dalam ketentuan ini disebutkan 

Apa dasar hukum pemeriksaan bukti permulaan?


Ketentuan mengenai pemeriksaan bukti permulaan diatur di dalam Pasal 43A ayat (1)
UU KUP yang berbunyi: “Direktur Jenderal Pajak berdasarkan informasi, data, laporan,
dan pengaduan berwenang melakukan pemeriksaan bukti permulaan sebelum
dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.

Apakah laporan polisi merupakan alat bukti?


Merupakan dasar “Bukti Permulaan alat bukti berupa Laporan Polisi dan 1
(satu) alat bukti yang sah, yang digunakan untuk menduga bahwa seseorang telah
melakukan tindak pidana sebagai dasar untuk dapat dilakukan penangkapan.” Saran
saya adalah saudara harus mencari saksi yang mengetahui jalannya tindak pidana

APA GUNA SAKSI DALAM TINDAK PIDANA

Dalam suatu perkara pidana, kehadiran saksi sangatlah penting. Seorang saksi
dapat memberikan keterangan yang mana keterangannya tersebut akan berguna dalam
penyidikan, penuntutan, dan peradilan

PENTINGNYA SAKSI-SAKSI
Saksi diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana (“KUHAP”). Menurut Pasal 1 butir 26 KUHAP:
“Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan,
penuntutan, dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat
sendiri dan ia alami sendiri”.

Selanjutnya, Pasal 1 butir 27 KUHAP mengatur sebagai berikut:


“Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang
berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia
dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan
pengetahuannya itu”.
Saksi A de Charge :
Saksi yang meringankan atau A de Charge merupakan saksi yang diajukan
oleh terdakwa dalam rangka melakukan pembelaan atas dakwaan yang
ditujukan pada dirinya. Hal ini dilandasi oleh ketentuan Pasal 65
KUHAP yakni:
TERDAKWA/TERSANGKA DPT MENGAJUKAN SAKSI YG MERINGANKAN
“Tersangka atau terdakwa berhak untuk mengusahakan dan mengajukan
saksi atau seseorang yang memiliki keahlian khusus guna memberikan
keterangan yang menguntungkan bagi dirinya”.
DASAR HUKUM SAKSI A DE CHARGE PSL 116 AYAT 3 KUHAP ::
“Dalam pemeriksaan tersangka ditanya apakah ia menghendaki saksi
yang dapat menguntungkan baginya dan bilamana ada maka hal itu dicatat
dalam berita acara.”
 SAKSI YG MEMBERATKAN SAKSI A CHARGE PSL 160 (1) KUHAP :
Saksi yang memberatkan ini diajukan oleh penuntut umum. Saksi korban
juga termasuk dalam kategori saksi yang memberatkan, SAKSI INI
DIPANGGIL OLEH JPU ANTARA LAIN :
a.    Saksi dipanggil ke dalam ruang sidang seorang demi seorang menurut
urutan yang dipandang sebaik-baiknya oleh hakim ketua sidang setelah
mendengar pendapat penuntut umum, terdakwa atau penasihat hukum;
b.    Yang pertama-tama didengar keterangannya adalah korban yang
menjadi saksi;
c.    Dalam hal ada saksi baik yang menguntungkan maupun yang
memberatkan terdakwa yang tercantum dalam surat pelimpahan perkara dan
atau yang diminta oleh terdakwa atau penasihat hukum atau penuntut umum
selamã berIangsungnya sidang atau sebelum dijatuhkannya putusán, hakim
ketua sidang wajib mendengar keterangan saksi tersebut.
Dengan demikian, perbedaan mendasar antara saksi meringankan (a de
charge) dengan saksi memberatkan (a charge) adalah pada substansi
keterangan yang diberikan apakah mendukung pembelaan terdakwa atau
justru memberatkan atau melawan pembelaan terdakwa, serta pihak yang
mengajukan saksi tersebut.
SAKSI MAHKOTA :
Saksi mahkota adalah istilah untuk tersangka/terdakwa yang dijadikan saksi
untuk tersangka/terdakwa lain yang bersama-sama melakukan suatu
perbuatan pidana.
Bahwa saksi mahkota bukanlah istilah yang dikenal dalam KUHAP. TAPI
istilah ini dapat ditemui pada memori kasasi yang diajukan oleh kejaksaan
dalam Putusan Mahkamah Agung No. 2437 K/Pid.Sus/2011 yang
menyebutkan bahwa:
“Walaupun tidak diberikan suatu definisi otentik dalam KUHAP mengenai
Saksi mahkota (kroongetuide), namun berdasarkan perspektif empirik
maka Saksi mahkota didefinisikan sebagai Saksi yang berasal atau
diambil dari salah seorang tersangka atau Terdakwa lainnya yang
bersama-sama melakukan perbuatan pidana, dan dalam hal mana kepada
Saksi tersebut diberikan mahkota. Adapun mahkota yang diberikan kepada
Saksi yang berstatus Terdakwa tersebut adalah dalam bentuk ditiadakan
penuntutan terhadap perkaranya atau diberikannya suatu tuntutan yang
sangat ringan apabila perkaranya dilimpahkan ke Pengadilan atau
dimaafkan atas kesalahan yang pernah dilakukan. Menurut Prof. DR.
Loebby Loqman, S.H., M.H., dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan Saksi
mahkota adalah kesaksian sesama Terdakwa, yang biasanya terjadi dalam
peristiwa penyertaan.”
SAKSI ALIBI :
Pengertian saksi alibi juga tidak diatur dalam KUHAP, namun pada prakteknya saksi
alibi disamakan dengan pengertian saksi meringankan (a de charge).

SAMPAI DISINI DULU

Anda mungkin juga menyukai