PEMBUKTIAN
Dosen Pengajar
DR. IVONNE SHERIMAN, SH. MH.
Bukti didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu
yang menyatakan kebenaran suatu peristiwa; keterangan nyata;
atau tanda . Sedangkan yang dimaksud alat bukti adalah segala
sesuatu hal maupun benda yang ada hubungan dan kaitannya
dengan suatu kejadian atau peristiwa tertentu.
PENGERTIAN b) Kepastian yang didasarkan atas pertimbangan akal, maka oleh hakim
disebut conviction raisonce.
PEMBUKTIA c) Membuktikan dalam arti hukum acara mempunyai arti yuridis.
N Pembuktian dalam arti yuridis ini hanya berlaku bagi pihak-pihak yang
berperkara atau yang memperoleh hak dari mereka.
Dengan demikian pembuktian dalam arti yuridis tidak menuju
kepada kebenaran mutlak. Ada kemungkinan bahwa pengakuan, kesaksian,
atau surat-surat itu tidak benar atau palsu atau dipalsukan. Maka dalam hal
ini dimungkinkan adanya bukti lawan.
Prof. Andi Hamzah seorang pakar ilmu pidana Indonesia telah
mendefinisikan tentang bukti dan alat bukti, yaitu :
PENGERTIAN
PEMBUKTIA Alat Bukti ialah upaya pembuktian melalui alai-alat yang
diperkenankan untuk dipakai membuktikan dalil-dalil atau dalam
N perkara pidana dakwaan disidang pengadilan, misalnya keterangan
terdakwa, kesaksian, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan termasuk
persangkaan dan sumpah.
Menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1981 Tentang Hukum
Acara Pidana, Pasal 184 (1) ada disebutkan bahwa alat bukti
yang sah ialah:
A.
ALAT-ALAT Keterangan Saksi;
PIDANA D. Petunjuk;
E. Keterangan Terdakwa.’’
Ditinjau dari urutannya alat bukti keterangan saksi merupakan alat
bukti yang pertama disebutkan. Dalam perkara pidana, di setiap proses
yang dimulai dari penyelidikan, penyidikan, penuntutan, hingga sampai
kepada sidang di pengadilan pasti menggunakan alat bukti keterangan
A. Keterangan saksi. Hal ini dikarenakan hampir semua pembuktian perkara pidana
selalu bersandar kepada pemeriksaan keterangan saksi.
Saksi Untuk itu, Pasal 1 angka 27 Undang-Undang No.1 Tahun 1981 Tentang
Hukum Acara Pidana (KUHAP) telah disebutkan bahwa:
“Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana
yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana
yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan
menyebut alasan dari pengetahuannya itu”
Disini bisa dipahami bahwa untuk dapat dijadikan sebagai alat bukti
yang sah dan berkualitas, kesaksian yang akan dipertimbangkan
keterangannya oleh majelis hakim haruslah memenuhi kriteria-kriteria
berikut:
Pertama, saksi wajib disumpah di muka pengadilan, karena kesaksian
yang diakui hanyalah keterangan yang disampaikan dimuka pengadilan,
LANJUTAN Kedua, saksi melihat, mendengar, dan mengalami sendiri,
Ketiga, saksi harus menyatakan sendiri di dalam persidangan,
Keempat, kesaksian minimal harus disampaikan oleh 2 (dua) orang
saksi,
Kelima, keterangan saksi harus berkaitan dengan perkara.
Yang dimaksud keterangan ahli ialah keterangan yang diberikan oleh
seorang yang dianggap memiliki “keahlian khusus” tentang masalah
yang diperlukan penjelasannya dalam suatu perkara yang sedang
B. Keterangan diperiksa, hal tersebut nantinya agar perkara yang sedang diperiksa
E. Keterangan
alat bukti yang sah, memiliki kriteria yang serupa atau semakna dengan
bunyi Pasal 187 yang menjelaskan ‘Keterangan Saksi’, yaitu untuk dapat
Terdakwa diakui sebagai alat bukti yang sah, keterangan terdakwa harus
disampaikan sendiri dimuka sidang pengadilan, dan kejadian atau
peristiwa tersebut harus dialami oleh terdakwa itu sendiri.
YANG suatu pengakuan dari salah satu pihak, maka hukum mewajibkan
hakim untuk memeriksa apakah benar yang dikemukakan oleh yang
HARUS bersangkutan. Maka yang harus dibuktikan adalah “peristiwa” dan
bukan hukumnya.
DIBUKTIKAN Hukumnya tidak harus diajukan atau dibuktikan oleh para pihak, tetapi
secara ex officio dianggap harus diketahui dan diterapkan oleh hakim
(ius curia novit). Ketentuan ini dapat disimpulkan dari :
Pasal 178 ayat (1) HIR/ Pasal 189 ayat (1) RBg dan Pasal 50 ayat
(1) Rv.
Ius curia novit atau dikenal juga dengan curia novit jus adalah
asas yang berarti hakim dianggap mengetahui semua hukum
sehingga pengadilan tidak boleh menolak memeriksa dan
mengadili perkara.
CATATAN Ex officio hakim adalah hak yang dimiliki oleh hakim untuk
memutus lebih atau lain dari pada apa yang diajukan dalam
gugatan khususnya terkait adalah hak-hak ekonomi perempuan
sesudah perceraian.
KUHAP yang sekarang berlaku menganut sistem negatief
wettelijke yakni sistem menurut undang-undang sampai suatu
batas yang tersebut dalam pasal 183, yang berbunyi :
”hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang
Sistem kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang