“TANGGUNGJAWAB NOTARIS
SELAKU PEJABAT UMUM”
(NICO, S.H., M.kn.)
Dosen:
Dr Habib Adjie, SH., Mhum
Encep Cahyadi
2021010462027
A . T i n j a u a n U m um T e n t a n g P e m b u k t i a n
1. Pengertian Pembuktian
2. Asas-asas pembuktian
a. Asas Verhandlungsmaxime
Hakim terikat dan peristiwa yang menjadi sengketa yang
diajukan oleh para pihak dan para pihaklah yang diwajibkan
untuk membuktikan. Bukan Hakim.
b. Asas Pembagian Peban Pembuktian
Asas pembagian beban pembuktian tercantu, dalam pasal
1865 KUHPerdata (Pasal 163 HR, Pasal 283 Rbg).
Bunyi pasal 1865 KUHPerdata adalah sebagai berikut :
“Barang siapa yang mengaku mempunyai hak atau yang
medasarkan pada suatu peristiwa untuk menguatkan
haknya itu atau untuk menyangkal hak orang lain, harus
membuktikan adanya hak atu peristiwa itu”
c. Asas Untersuchungsmaxime
Di mana dalam mengumpulkan bebban pembuktian undang -
undang mewajibkan kepada hakim.
3. Tujuan Pembuktian
Sudah menjadi Communis Opini bahwa membuktikan berarti
memberikan kepastian kepada hakim tentang adanya peristiwa -
peristiwa tertentu secara tidak langsung bagi hakim, karena
hakim yang harus mengkonstatir peristiwa,
mengkualifikasikannya yang kemudian mengkonstituir, maka
tujuan pembuktian adalah putusan Hakim yang didasarkan atas
pembuktian tersebut (Mertokusumo 1993 : 108)
4. Penilaian Pembuktian
Suatu bukti dinilai sempurna, apabila Hakim berpendapat
bahwa berdasarkan bukti yang telah diajukan, peristiwa yang
harus dibuktikan itu harus dianggap sudah pasti atau benar.
Suatu bukti yang sempurna berarti bahwa is sudah tidak
memerlukan suatu penambahan pembuktian (Subekti, 1989:27).
Pembukian lawan adalah setiap pembuktian yang bertujuan
untuk menyangkal akibat hukum yang dikehendaki oleh pihak
lawan atau untukmembuktikan ketidakbenaran peristiwa yang
diajukan oleh pihak lawan.
B . T i n j a u a n U m um T e n t a n g N o ta r i a t
1. Sejarah Notariat
Notaris berasal dari kata Notarius, yaitu nama yang pada
jaman romawi diberikan kepada orang -orang yang
menjalankan pekerjaan menulis. Fungsi Notarius pada saat itu
sangat berbeda dengan fungsi Notaris pada waktu sekarang.
ada juga pendapat yang mengatakan bahwa nama Notarius itu
berasal dari perkataan “nota literaria”, yaitu yang menyatakan
sesuatu perkataan. Kemudian dalam abad kelima dan keenam
sebutan Notarius, mejemuknya Notarii, diberikan kepada
penulis atau sekertaris pribadi dari raja, sedangkan pada
akhir abad kelima sebutan tersebut diberikan kepada pegawai -
pegawai istana yang melaksanakan pekerjaan -pekerjaan
administratif. Adapun pejabat -pejabat yang dinamakan Notarii
ini merupakan pejabat yang menjalankan tugas untuk
pemerintah dan tidak melayani publik, yang melayani publik
dinamakan Tabelliones, yaitu pejabat yang menjalankan
pekerjaan sebagai penulis untuk publik yang membutuhkan
keahliannya. Pada dasarnya fungsi dari pejabat ini sudah
hampir mirip dengan Notaris pada masa sekarang, hanya saja
tidak mempunyai sifat Ambtelijk, sehingga akta-akta yang
dibuatnya tidak mempunyai sifat otentik. Kemudian pada
tahun 537 mengenai pekerjaan dan kedudukan dari
Tabelliones ini diatur dalam suatu constitutie, akan tetapi
pejabat ini juga tetap tidak mempunyai sifat Ambtelijk.
2. Pengertian Notaris
Lembaga notariat telah dikenal di negar aindonesia,
yaitu sejak indonesia dijajah oleh bel anda, semula lembaga
ini diperuntukan bagi golongan eropa terutama dalam bidang
hukum perdata, yaitu Burgerlijk Wetboek. Keberadaan Profesi
Notaris merupakan profesi yang sangat penting dan
dibutuhkan dalam masyarakat, mengingat fungsi dari Notaris
adalah sebagai pembuat alat bukti tulis tertulis mengenai
akta-akta otentik sebagaimana yang tercantum dalam pasal
1868 KUHPerdata.akta otentik berdasarkan Pasal 1868
KUHPerdata adalah :
Suatu akta otentik adalah suantu akta yang di dalam
bentuk yang ditentukan o leh undang-undang dibuat oleh
atau di hadapan pegawai -pegawai umum yang berkuasa
untuk itu di tempat dimana akta dibuatnya.
Kewenangan tersebut selanjutnya dijabarkan oleh
pasal 1 Peraturan Jabatan Notaris, Ordonansi Staatsblad
1860 Nomor 3 yang mulai berlaku tanggal 1 juli 1860. Adapun
bunyi dari pasal 1 Peraturan Jabatan Notaris adalah
sebagai berikut :
3.Akta-akta Notaris
Di atas diterangkan, bahwa wewenang serta pekerjaan
pokok dari notaris adalah membuat akta otentik, baik yang
dibuat di hadapan (partij akten) maupun oleh notaris (selaas
akten), apabila orang mengatakan akta otentik, maka pada
umumnya yang dimaksudkan ter sebut tidak lain adalah akta
yang dibuat oleh atau di hadapan notaris.
T AN G G U N G J A W AB N O T AR I S
S E L AK U P E J AB AT U MU M
2. alasan pemaaf
adalah alasan yang menghapuskan kesalahan
terdakwa. perbuatan yang di lakukan oleh
terdakwa tetap bersifat melawan hukum. jadi
tetap merupakan perbuatan pidana, tetapi dia
tidak dipidana karena tidak ada kesalahan.
adapun pasal-pasal yang merupakan alasan
pemaaf dalam KUHPidana adalah sebagai
berikut:
a. pasal 44 KUHPidana yang mengatur tentang
tidak mampu bertanggung ja wab.
b. pasal 49 ayat (2) KUHPidana yang mengatur
tentang pembelaanterpaksa yang melampaui
batas.
c. pasal 51 ayat (2) KUHPidana yang mengatur
tentang perintah yang tidak sah yang
dipandang sah.
untuk lebih jelasnya apa yang dimaksud dengan
kesalahan, dalam pembahasan ini akan dikemukakan
beberapa pengertian kesalahan dari para ahli hukum
pidana, seperti Pompe dan Simon. menurut Pmpe
kesalahan adalah :
“mempunyai tanda yang tercela (verwijtbaarheid) yang
pada hakikatnya mencegah (vermmijdbaarheid)kelakuan yang
bersifat melawan hukum (derwederrechtelijke gedraging) .
kemudian dijelaskan juga tentang tidak mencegah kelakuan
yang bersifat melawan hukum positif, di situ berarti
mempunyai kesengajaan dan kealpaan (opzet en
onachtzaamheid) yang mengarah kepada sifat melawan hukum
(wederrechtelijkheid) dan kemampuan bertanggung jawab
(toerekenbaarheid)”.
2. Kealpaan
Mustofa Abdullah dan Ruben Achmad memberikan
pengertian kealpaan, yaitu suatu ancaman sebagai
akibat kurang berhati -hati, sehingga secara tidak
sengaja sesuatu terjadi, sementara menurut Van
Hammel sebagaimana dikutip oleh Moeljatno,
dikatakan bahwa kealpaan harus mengandung dua (2)
syarat yaitu :
syarat kealpaan yang pertama, bahwa mengadakan
penduga-duga terhadap akibat dari si pelaku, naka di
sini harus diletakan hubungan antara bathin pelaku
dengan bathin yang ditimbulkan dari perbuatannya.
syarat kealpaan yang kedua, tereltak pada bidang
perbuatan pidana.
Mengenai kurang atau tidak mengadakan penghati -
hati dari apa yang diperbuat itu, oleh Vos dirinci
menjadi dua(2) hal yang diperlukan, yaitu:
a. Pembuat tidak berbuat secara hati -hati menurut
yang semestinya.
b. Pembuat telah berbuat dengan hati -hati, akan
tetapi perbuatannya pada pokoknya tidak boleh
dilakukan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam
penulisan ini, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada dasarnya Notaris tidak bertanggung jawab secara
perdata terhadap kebenaran materiil dalam akta yang
dibuat di hadapannya. Namun demikian, apabila melakukan
pelanggaran, maka Notaris hanya dapat dituntut
berdasarkan wanprestasi tidak dapat dilakukan. A dapun
dasar dari tuntutan perbuatan melawan hukum adalah Pasal
1365 KUHPerdata.
2. Notaris juga tidak bertanggung jawab secara pidana
terhadap kebenaran materiil dalam akta yang dibuat di
hadapannya. Akan tetapi, apabila terdapat penipuan yang
dilakukan oleh Notaris dalam pembuatan partij akten, maka
Notaris dapat dituntut berdasarkan pasal 263 KUHPidana.
Adapun pasal lain yang dapat dikenakan terhadap Notaris
adalah pasal 55 KUHPidana, sedangkan tuntutan atas
dasar Pasal 415 KUHPidana tidak dapat dikenakan
terhadap Notaris.
3. Berdasarkan Peraturan Jabatan Notaris, Notaris tidak
bertanggung jawab terhadap kebenaran materiil dalam akta
yang dibuat di hadapannya. Namun apabila terjadi
pelanggaran, maka akta ituhanya mempunyai kekuatan
seperti akta yang dibuat di ba wah tangan jika
ditandatangani oleh para pihak yang menghadap, tanpa
mengurangi kewajiban terhadap Notaris untuk membayar
biaya, ganti kerugian dan bunga serata denda kepada
pihak-pihak yang berkepentingan. jika dari perbuatan itu
telah mengabaikan keluhuran dari martabat atau tugas
jabatannya, maka berdasarkan Pasal 50 Peraturan Jabatan
Notaris, Notaris dapak dikenakan sanksi berupa peneguran
atau pemecatan sementara selama tiga (3) sampai enam
(6) bulan dan apabila salah satu hukuman itu tidak memadai
berhubung beratnya sifat perbuatan yang dilakukan,
dipecat dari jabatannya
4. Berdasarkan Kode Etik ikatan profesi, setiap pelanggaran,
kesalahan maupun kelalaian yang dilakukan, selain
mendapatkan sanksi moril, maka berdasarkan pasal 5
Rumusan Komisi D Bidang Kode Etik Ikatan Notaris
Indonesia, Notaris dapat diberhentikan dari keanggotaan
profesi Ikatan Notaris Indonesia dan berdasarkan Kode Etik
yang diatur dalam Peraturan Jabatan Notaris, Notaris dapat
dikenakan sanksi berupa peneguran, pemberhentian
sementara selama tiga (3) samapi enam (6) bulan atau
bahkan dapat dipecat dari jabatannya.
B. Saran-Saran
1. Hendaknya Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya
selain harus berlandaskan pada moralitas dan integritas
yang tinggi, juga dapat menyesuaikan dengan ketentu an
yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang -undangan,
khususnya Peraturan Jabatan Notaris. Apabila hal ini
dilanggar, maka tidak hanya menimbulkan kerugian bagi
diri Notaris itu sendiri, tetapi juga bagi para pihak yang
menghadap, sehingga kepercayaa n para pemcari keadilan
terhadap itikad baik pelaksanaan tugas jabatan Notaris
akan mengalami krisis kepercayaan.
2. Bagi pra pihak yang menghadap hendaknya dapat
membantu Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya.
Bantuan tersebut dapat berupa menceritakan hal
sesungguhnya yang berkaitan dengan keterangan dalam
pembuatan suku akta, dengan berlandaskan pada itikad
baik dan penuh kejujuran, supaya akta itu dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya dan tidak merugikan
kepentingan para pihak. Oleh sebab itu, jadi lah seorang
penghadap yang baik. jangan menutup -nutupi dan jangan
pula melakukan perbuatan pura -pura.
3. Diperlukan peningkatan kesaaran hukum, moral dan etika,
baik dari para pihak yang menghadap maupun dari diri
Notaris itu sendiri, supaya segala sesuatu yang diharapkan
oleh masing-masing pihak dapat terwujud dan tercapai
sesuai dengan tujuannya.
4. Hendaknya Hakim dalam menangani dan memutuskan suatu
perkara yang tergugat atau terdakwanya adalah Notaris,
agar lebih memahami dan mengerti ketentuan -ketentuan
yang mengatur mengenai jabatan Notaris, khususnya
Peraturan Jabatan Notaris, karena hal ini sangat berkaitan
dengan kepastian dan perlindungan hukum terhadap diri
Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya.
KODE ETIK
N O T AR I S I N D ON E S I A
D AN K E P R I B AD I AN N O T AR I S
Pasal 1
1.1. Notaris sebagai pejabat umum dalam melaksanakan tugasnya
dijiwai Pancasila, sadar dan taat kepada hukum Peraturan
Jabatan Notaris, sumpah jabatan, Kode Etik Notaris dan
berbahasa Indonesia yang baik.
1.2. Notaris dalam melakukan profesinya harus memiliki perilaku
profesional dan ikut serta dalam pembangunan Nasional
khususnya di bidang hukum.
1.3. Notaris berkepribadian baik dan menjungjung tinggi martabat
dan kehormatan Notaris, baik di dalam maupun di luar
jabatannya.
PENGAWASAN
Pasal 5
P E N J E L AS AN
ATAS
K O D E E T I K N O T AR I S I N D O N ES I A
UMUM
Pasal 2
2.1. Cukup jelas.
2.2. Notaris juga harus memasang tanda papan nama menurut
ukuran yang berlaku
2.3. Cukup jelas.
Pasal 3
3.1. Notaris dalam melakukan tugas jabatannta tidak menerima
strooman.
3.2. Notaris sebagai warna negara Indonesia dan ahli hukum wajib
ikut serta meningkatkan penyuluhan hukum yang berguna bagi
masyarakat sesuai dengan pembangunan nasional khususnya
di bidang hukum.
Pasal 4
4.1. Notaris tidak mengkritik, menyalahkan akta -akta yang dibuat
rekan Notaris lainnya di hadapan klien atau masyarakat.
Notaris tidak memberikan rekannya berbuat salam dalam
jabatannya dan seharusnya memberitahukan kesalahan
rekannya dan menolong memperbaikinya.
Notaris yang ditolong janganlah bersifat curiga. Notaris
tidakmenarik karyawan Notaris lainnya secara tidak wajar.
4.2. Notaris dalam menjalankan pekerjaanya tidak dibenarkan
mempergunakan calo (perantara) yang mendapatkan upah
daripadanya.
Notaris dilarang mengadakan persaingan tidak sehat dengan
jalan merendahkan tarif/ongkos jasa dan setelah diadakan
konsensus di Cabang dan Dae rah Tingkat I menganai tarif/
ongkos jasa akta, setiap Notaris wajib mentaatinya.
4.3. Notaris dilarang mencampurkan usaha lain dengan
mempergunakan jabatan Notaris.
Contoh:
Notaris membuka Kantor Administrasi dan bertindak sebagai
yang menyewakan dan penagih s ewa rumah orang lain atas
nama Notaris.
Rasa solidaritas dan sikap tolong menolong.
Contoh:
Memberikan informasi/masukan dari klien -klien yang nakal
setempat.
RUMUSAN KOMISI D
BIDANG KODE ETIK
IKATAN NOTARIS INDONESIA
(INI)
PERIODE 1990-1993
MEMUTUSKAN:
MENETAPKAN:
LARANGAN-LARANGAN
Pasal 1
KEWAJIBAN ANGGOTA
Pasal 3
Anggota Wajib :
a. Memberikan penyuluhan kepada klien, sejauh mungkin
sehingga klien itu dapat menangkap/memahami penyuluhan
tersebut, walaupun dengan diberikannya penyuluhan orang itu
urung membuat akta atau urung menjadi klien dari anggota
yang bersangkutan;
b. Memberi isyarat kepada rekan yang membuat kesalahan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 aya t (8) huruf a;
c. Menjaga agar klien yang tidak makin terjerumus dalam
kesalahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (8);
d. Menyelesaikan akta PT., CV., Firma, Yayasan, Perkumpulan
sampai tahap pendaftaran pada Pengadilan Negeri dan
Pengumuman dalam Berita Negara, apabila klien yang
bersangkutan dengan tegas-tegas menyatakan akan
menyerahkan pengurusannya kepada anggota yang
bersangkutan dan klien telah memenuhi syarat -syarat yang
diperlukan;
e. Kalau pendaftaran pada Pengadilan Negeri dan Pengumuman
dalam Berita Negara itu sudah selesai, anggota wajib
memberikan kepada klien perihal selesainya
pendaftaran/pengumuman itu dan atau mengirim kepada atau
menyuruh mengambil akta yang sudah didaftar atau Berita
Negara yang sudah selesai dicetak tersebut oleh klien yan g
bersangkutan.
PELANGGARAN-PELANGGARAN LAIN
Pasal 4
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 7
Penulis
(Encep Cahyadi)