Anda di halaman 1dari 8

RANGKUMAN HAPID

A. HUKUM PEMBUKTIAN
 Tujuan pembuktian adalah mencari dan mendapatkan kebenaran materiil dan
bukan untuk mencari kesalahan seseorang.
 Pembuktian dilakukan demi kepentingan hakim yang harus memutus perkara
yaitu kejadian yang kongkrit bukan yang abstrak
 System atau teori pembuktian berdasarkan keyakinan hakim belaka :
menurut teori ini hakim hanya mendasarkan terbuktinya keadaan atas keyakinan
yang tidak terikat hukum atau hanya menurut perasaannya saja yang dapat di
pakai apabila menentukan apakah telah terbukti atau tidak.(slide 6)
 Misal kasus dukun : yang menjadi dasar keyakinan adalah keterangan dari dukun
tsbt. Dimana system ini tidak layak
 System pembuktian menurut UU yang positif : adanya alat bukti yang dipakai
oleh hakim baru hakim tersebut menetapkan terbukti atau tidaknya perkara
walaupun hakim tersebut belum tentu yakin. (contoh slide 8-9)
 System pembuktian menurut UU negative : walaupun dalam perkara sudah
terkumpul banyak bukti namun hakim belum boleh menentukan pidana sebelum
memperoleh keyakinan tentang kesalahan terdakwa.(pasal 294 HIR ayat 1,
PASAL 183 KUHAP, )
 Sistem pembuktian beradarkan keyakinan hakim atas alasan yang logis :
dimana hakim dalam menentukan perkaranya tidak terpacu pada alat-alat bukti
yang tersedia saja namun boleh memakai alat bukti lain asalkan berlandasan yang
tepat menurut logika. Dan dapat di bilang teori pembuktian bebas
 Penjelasan teori pembuktian bebas (slide 14)
 Hal-hal pokok dalam pembuktian :
1. Alat-alat pembuktian
2. penguraian pembuktian
3. kekuatan pembuktian
4. dasar pembuktian
5. beban pembuktian
 Alat-alat pembuktian : karena kejadian harus dibuktikan maka diperlukan alat-
alat pembukti dimana bisa seperti : bekas-bekas yang ditinggalkan , keterangan
orang yang melihat, mendengar atau mengalami sendiri. Dimana hal-hal tersebut
yang akan digunakan mengenai kepastian dari peristiwa tersebut. Atau alat yang
dipakai membantu hakim dalam menentukan kepastian .
 Penguraian pembuktian : meneliti alat bukti agar supaya terbukti apakah benar
terdakwa melakukan apa yang seperti di dakwakan.
 Kekuatan pembuktian : pembuktian dari masing-masing bukti.(pasal 184
KUHAP)
 Dasar pembuktian : isi dari alat bukti atau penjelasan dari alat bukti
 Beban pembuktian : siapakah yang diwajibkan untuk membuktikan . terdapat
adanya asa praduga tak bersalah : seseorang diadili dianggap tidak bersalah
sampai kesalahannya dapat dibuktikan (pasal 66 KHUAP)
 Alat bukti : keterangan saksi, ahli, surat, petunjuk, keterangan terdakwa.
 Keterangan saksi :
1. syarat formil : sah apabila di bawah sumpah
2. syarat materil : di dengar sendiri , di lihat sendiri sehra di alami sendiri(pasal 1
butir 27 KUHAP) dan (pasal 185 ayat 1 KUHAP) testimonium de auditu
 14 Juli 1938 menolak memberi kekuatan pembuktian kesaksian demikian dengan
alasan bahwa suatu kesaksian de auditu tidak dapat dianggap mempunyai daya
bukti sah
 Dari yurisprudensi mengenai kesaksian de auditu tersebut, nampaknya tidak dapat
dirumuskan secara jelas apakah kesaksian de auditu itu diterima ataukah tidak
sebagai alat bukti., tetapi tergantung dari kenyataan-kenyataan yang bersifat
kasuistis.
 maka bagaimanakah halnya dengan saksi yang tidak disumpah?
 Dalam hal ini penjelasan Pasal 161 ayat (2) KUHAP menyatakan bahwa
keterangan saksi atau ahli yang tidak disumpah atau mengucapkan janji, tidak
dapat dianggap sebagai alat bukti yang sah, tetapi hanyalah merupakan
keteranagan yang dapat menguatkan keyakinan hakim. Sedangkan dalam Pasal
185 ayat (7) KUHAP dinyatakan bahwa keterangan dari saksi yang tidak
disumpah meskipun sesuai satu dengan yang lain, tidak merupakan alat bukti,
namun apabila keterangan itu sesuai dengan keterangan saksi yang disumpah
dapat dipergunakan sebagai tambahan alat bukti sah yang lain.
 Kesaksian berantai : Pasal 185 ayat (4) KUHAP menyatakan bahwa keterangan
beberapa saksi yang berdiri sendiri-sendiri tentang suatu kejadian atau keadaan
dapat digunakan sebagai suatu alat bukti yang sah apabila keterangan saksi itu ada
hubungannya dengan yang lain sedemikian rupa, sehingga dapat membenarkan
adanya suatu kejadian atau keadaan tertentu.
 Seperti dikemukakan di atas bahwa menurut Pasal 184 ayat (2) KUHAP,
keterangan satu saksi bukan saksi.
 Cara penilaian atas kebenaran seorang saksi dalam pasal 185 ayat 6 KUHAP :
1.Persesuaian antara keterangan saksi satu dengan yang lain.
2.Persesuaian antara keterangan saksi untuk memberikan keterangan tertentu.
3.Alasan yang mingkin dipergunakan oleh saksi untuk memberikan keterangan
tertentu.
4.Cara hidup dan kesusilaan saksi serta segala sesuatu yang pada umumnya dapat
mempengaruhi dapat tidaknya keterangan itu dipercaya.
 Orang2 yang dikecualikan mjd sanksi :
1. pasal 168 kuhap
keluarga atau semenda garis lurus , saudara terdakwa atau mempunyai hub.
Perkawinan dan sampai sederajat ketiga, dan suami atau isteri terdakwa meskipun
bercerai atau sama-sama terdakwa.
2. Orang-orang yang karena pekerjaan, harkat martabat atau jabatannya
diwajibkan menyimpan rahasia, dapat minta dibebaskan dari kewajiban
memberi keterangan sebagai saksi (Pasal 170 KUHAP).
 Keterangan ahli : adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang meiniliki
keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara
pidana guna kepentingan pemeriksaan. (pasal 1 butir 28)
 Pembagian ahli : Ahli , saksi ahli ,dan orang ahli (slide 39-40)
 Alat bukti surat : Surat sebagai barang bukti adalah surat yang dipergunakan
atau hasil dari kejahatan (corpus delicti). Sebagai contoh inisalnya surat berisi
ancaman yang dipakai dalam melakukan tindak pidana pemerasan atau surat palsu
yang dipakai dalam tindak pidana penipuan.
 Surat yang dikuatkan dengan sumpah (184 ayat 1 huruf c ) (slide 42-44)
 Alat bukti petunjuk : diperoleh dari keterangan saksi dan surat.
 Keterangan terdakwa : , dengan keterangan terdakwa (erkentenis), yaitu bahwa
pengakuan sebagai alat bukti harus memenuhi syarat-syarat :
1.terdakwa mengaku bahwa ia yang melakukan tindak pidana yang didakwakan
kepadanya.
2.terdakwa mengaku bahwa dia yang bersalah
 Khus tindak pidana korupsi (slide 50)

B. PUTUSAN
 Pengertian putusan
Pasal 1 butir 11 KUHAP: putusan pengadilan adalah pernyataan hakim yang
diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau
bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara yang
diatur dalam undang-undang ini.
 diakhirilah seluruh proses pemeriksaan perkara pidana sejak awal pemeriksaan
pendahuluan, yaitu penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang
pengadilan.
 Macam isi putusan pengadilan
1. putusan bebas : menurut pasal 191 ayat 1 KUHAP bahwa pengadilan
berpendapat dari hasil siding kesalahan terdakwa tidak terbukti secara sah maka
terdakwa diputus bebas. Adapun kesalahan (slide 6). Putusan bebas bersifat
negative karena putusan ini tidak menyatakan bahwa terdakwa tidak melakukan
perbuatan yang didakwakan itu, tetapi hanyalah menyatakan bahwa kesalahannya
tentang hal itu tidak terbukti. Dalam hal ini, bahwa kemungkinan besar
terdakwalah yang melakukan perbuatan itu, akan tetapi di sidang pengadilan hal
tersebut tidak terbukti.
2. putusan lepas dari segala tuntutan hukum : Putusan ini dijatuhkan jika hakim
berpendapat bahwa perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi
perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak pidana, maka terdakwa diputus lepas
dari segala tuntutan hukum (pasal 191 ayat 2 KUHAP).
3. pemidanaan : Putusan ini dijatuhkan oleh hakim, jika hakim berpendapat
bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya
maka hakim menjatuhkan pidana (Pasal 193 ayat 1 KUHAP).
 Menurut Pasal 196 ayat (3) KUHAP, segera setelah putusan pemidanaan
diucapkan, maka hakim ketua sidang wajib memberitahukan kepada terdakwa
tentang segala apa yang menjadi haknya (slide 18)
 Formalitas isi surat putusan pengadilan : (slide 19-20)
 Surat putusan bukan pemidanaan sesuai pasal 199 ayat 1 KUHP (slide 21)
 Putusan-putusan lain yang bukan merupakan putusan akhir , yang lazim
disebut dengan penetapan :
Putusan yang bukan merupakan putusan akhir ini biasanya diucapkan oleh hakim
pada awal persidangan, yang antara lain ialah :
a.Putusan yang berisi pernyataan bahwa pengadilan tidak berwenang mengadili
perkara (onbevoegd verklaring).
b.Putusan yang berisi pernyataan bahwa surat dakwaan batal (neitig verklaring
van de acte van davaarding)-Pasal 156 ayat (1).
c.Putusan yang berisi pernyataan bahwa tuntutan penuntut umum tidak dapat
diterima (niet ontvankelijk verklaring van het Openbare Ministerie)-Pasal 156
ayat (1) KUHAP.
d.Putusan yang berisi penangguhan pemeriksaan perkara terdakwa oleh karena
ada perselisihan preyudisii (praejudiciel geschil).

C. UPAYA HUKUM
 Pengertian upaya hukum : Di dalam Pasal 1 butir 12 KUHAP, dinyatakan bahwa upaya
hukum adalah hak terdakwa atau penuntut umum untuk tidak menerima putusan
pengadilan yang berupa perlawanan atau banding atau kasasi atau hak terpidana untuk
mengajukan permohonan peninjauan kembali dalam hal dan menurut cara yang
ditentukan dalam undang-undang ini.
 KUHAP mengenal ada dua buah upaya hukum, yaitu upaya hukum biasa yang terdiri dari
: perlawanan (verzet), banding dan kasasi maupun upaya hukum luar biasa yang terdiri
dari kasasi demi kepentingan hukum (kassatie in het belang van der wet) dan peninjauan
kembali (herziening).
 Penjelasan verzet (slide 4-6)
 Penjelasan banding (slide 9-22)
 Pencabutan permohonan pemeriksaan banding : .Selama perkara belum diputus
dalam tingkat banding, pemohon sewaktu-waktu dapat mencabut permohonan
bandingnya. Permohonna banding yang sudah dicabut tidak dapat diajukan lagi (Pasal
235 ayat 1). Selanjutnya dalam ayat (2)nya diatur bahwa perkara yang sudah diperiksa
oleh Pengadilan Tinggi akan tetapi belum diputus, pemohon dapat mencabut permohonan
bandingnya, maka sebagai akibatnya pemohon dibebani membayar biaya perkara
sebanyak yang telah dikeluarkan oleh Pengadilan Tinggi sampai saat pencabutannya.
(slide 23-26)
 Pemeriksaan dalam tingkat banding : Pemeriksaan dalam tingkat banding dilakukan
oleh suatu majelis hakim yang sekurang-kurangnya terdiri dari 3 orang hakim.
Pemeriksaan didasarkan atas :
1.Berkas perkara yang terdiri dari berita acara pemeriksaan penyidik dan berita acara
pemeriksaan sidang;
2.Surat-surat yang timbul di sidang yang berhubungan dengan perkara tersebut;
3.Putusan Pengadilan Negeri.
(slide 27-31)
 Putusan pengadilan tinggi : Apabila pemeriksaan dalam tingkat banding telah
dianggap selesai, maka Pengadilan Tinggi akan memutus, yang dapat berupa :
1.Menguatkan putusan Pengadilan Negeri;
2.Mengubah putusan Pengadilan Negeri;
3.Membatalkan putusan Pengadilan Negeri, dalam hal membatalkan ini Pengadilan
Tinggi mengadakan putusan sendiri
Apabila selama pemeriksaan banding terdakwa berada dalam tahanan?
Apabila terdakwa bertempat tinggal di luar kota?
(slide 32-34)
 Kasasi : . Kemudian atas dasar asas konkoordinasi ketentuan-ketentuan tentang kasasi
tersebut juga berlaku di Indonesia. Dengan berlakunya KUHAP yang memuat ketentuan-
ketentuan tentang cara pemeriksaan pidana dalam tingkat kasasi, maka sejak saat itu
berlaku acara kasasi yang baru dan tidak berlaku lagi acara kasasi dalam perkara pidana
UUMAI (Undang-undang Nomor 1 Tahun 1950).(sejarah kasasi slide 35-38)
 Alasan kasasi :
Alasan-alasan kassi yaitu alasan-alasan yang dapat dipakai dasar untuk memerikas
perkara dalam tingkat kasasi disebut dalam Pasal 253 ayat (1) KUHAP, yang menyatakan
bahwa pemeriksaan dalam tingkat kasasi dilakukan guna menentukan :
a. apakah benar suatu peraturan hukum tidak diterapkan atau diterapkan tidak
sebagaimana mestinya;
b. apakah benar cara mengadili tidak dilaksanakan menurut ketentuan undang-undang;
c. apakah benar peradilan telah melampaui batas wewenangnya. (slide 39-41)
 Putusan pengadilanpada pokoknya berisi dua hal, yaitu pertimbangan tentang fakta dan
pertimbangan hukum,(slide 42-57)
 Putusan bebas murni dan tidak murni : . KUHAP mengenal tiga macam yaitu putusan
bebas, lepas dari segala tuntutan hukum dan pemidanaan.
 Putusan bebas : . Putusan bebas ini mempunyai sifat negatif (negatif character). Putusan
ini tidak menyatakan bahwa terdakwa tidak melakukan perbuatan yang didakwakan itu,
akan tetapi hanyalah menyatakah kesalahan terdakwa tentang hal itu tidak terbukti. Jadi,
bahwa kemungkinan besar terdakwalah yang melakukannya, akan tetapi di dalam
persidangan hal itu tidak terbukti.
 putusan bebas ataupun lepas dari segala tuntutan hukum jika terdakwa berada dalam
tahanan, maka terdakwa diperintahkan untuk dibebaskan seketika itu juga, kecuali jika
ada alasan lain, yang sah terdakwa perlu ditahan (Pasal 191 ayat (3) KUHAP). Dalam hal
demikian, maka jaksa harus segera melaksanakan perintah hakim tersebut
 putusan bebas tidak murni?
Dikatakan oleh Mahkamah Agung bahwa putusan bebas tidak murni mengandung
pengertian putusan bebas yang dijatuhkan oleh pengadilan didasarkan atas tafsiran yang
tidak benar mengenai Pasal yang bersangkutan ataupun mengenai suatu unsur dari tindak
pidana tersebut. (Putusan Mahkamah Agung tanggal 25-2-1981 No. 445 K/Kr/1980).
( slide 66-71)
 diperiksa oleh Mahkamah Agung tersebut meliputi :
a. persyaratan formil
b. persyaratan materiil
Sedangkan apabila syarat frmil sudah terpenuhi, tetapi sebaliknya syarat materiil tidak
terpenuhi, maka Mahkamah Agung akan mengambil putusan yang menyatakan bahwa
permohonan kasasi ditolak. Dalam hal ini yaitu apabila Mahkamah Agung berpendapat
bahwa keberatan-keberatan yang diajukan oleh pemohon kasasi sebagai alasan kasasinya
tidak dapat dibenarkan oleh karena judex-facti tidak salah dalam menerapkan hukum
pidana materiil atau tidak salah dalam menerapkan hukum acara pidana ataupun tidak
melampaui batas wewenangnya (Pasal 253 ayat 1 KUHAP).
 apabila tidak terpenuhi : .(slide 82)
 apabila permohonan kasasi tersebut benar-benar telah memenuhi syarat formil dan
syarat materiil ( slide 85-87)
 kasasi demi kepentingan hukum : . . Maka dari itu maksud diadakan lembaga kasasi
ialah memanfaat kepentingan khusus para pencari keadilan kepentingan umum yaitu
kesatuan dalam penyelenggaraan peradilan karena fungsi pokok lembaga kasasi ialah
membina kesatuan dan kepastian hukum.(slide 88-91)
 bagaimana halnya jika putusan pengadilan yang berupa putusan pemidanaan
terhadap terdakwa, yang kemudian dalam pemeriksaan kasasi lantas dibatalkan
oleh Mahkamah Agung dan dengan mengadili sendiri Mahkamah Agung memutus
bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum? .(slide 92-96)
 peninjauan kembali herzeining (slide 92-104)
 alasan-alsan peninjauan kembali : . Menurut Pasal 263 ayat (1) KUHAP, yang berhak
mengajukan peninjauan kembali (PK) adalah terpidana atau ahli warisnya, sehingga
putusan yang dapat dimintakan peninjauan kembali ialah putusan pemidanaan saja yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Di dalam Pasal tersebut juga secara tegas
dinyatakan bahwa putusan bebas atau putusan lepas dari segala tuntutan hukum tidak
dapat dimintakan peninjauan kembali. Peninjauan kembali ini adalah merupakan upaya
hukum luar biasa (buiten gewone rechtsmiddel), dalam arti hanya dapat dilakukan
terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap (inkracht van
gewijsde).
 Alasan alasan yang dapat di pakai untuk permintaan peninjauan kembali (slide 105-115)
 Proses perkara dan jalannya pemeriksaan : .(slide 116-120)
 Pemeriksaan dan putusan MA : (slide 121-127)

D. PELAKSANAAN PUTUSAN
 Pengertian : .Menurut Pasal 270 KUHAP, pelaksanaan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap dilakukan oleh jaksa, yang untuk itu panitera
mengirimkan salinan surat putusan kepadanya.
 yang diberi tugas melaksanakan putusan pengadilan (vonnis) itu adalah jaksa (yang tidak
sidang). Sedangkan jaksa yang bertugas sebagai penuntut umum dalam sidang pengadilan
berwenang melaksanakan penetapan hakim (beschikking) lihat Pasal 14 KUHAP.
 Adapun kriteria putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap (slide
5)
 Pidana mati (slide6-7)
 bagaimanakah halnya jika pengadilan menjatuhkan putusan pidana ini dan
putusan ganti kerugian sekaligus? Dalam pasal 274 KUHAP (slide 11-12)
 , Akhirnya Pasal 276 KUHAP menyatakan bahwa dalam hal pengadilan menjatuhkan
pidana bersyarat, maka pelaksanannya dilakukan dengan pengawasan serta pengamatan
yang sungguh-sungguh dan menurut ketentuan undang-undang.

E. PENGAWASAN KEPUTUSAN
 Fungsi dan tujuan : .
1. Dalam fungsi pengawasan dan pengamatan yang dilakukan oleh hakim wasmat
terkandung tujuan yang sangat mulia, yakni untuk menciptakan pemidanaan yang lebih
manusiawi sesuai dengan tuntan dan keadilan masyarakat, memberikan perlindungan dan
pembinaan terhadap terpidana, serta sebagai sarana koreksi bagi hakim atas putusan yang
telah dijatuhkan .
2. Dalam fungsi ini hakim sebagai pembuat keputusan diikutsertakan dalam proses
pembinaan nara pidana dengan cara “checking on the spot”, sehingga lebih manusiawi
sesuai dengan tuntutan dan keadilan masyarakat, memberikan perlindungan dan
pembinaan terhadap terpidana, serta sebagai sarana koreksi bagi hakim atas putusan yang
telah dijatuhkannya.
 adanya fungsi pengawasan dan pengamatan yang dilakukan oleh hakim pengawas
dan pengamat akan menyebabkan fungsi hakim tidak hanya berhenti pada putusan yang
telah dijatuhkannya, melainkan juga bertanggungjawab terhadap pembinaan terpidana
serta sekaligus akan melibatkan Lembaga Permasyarakatan di dalam suatu proses
pemindanaan serta didekatkan pada gagasan integrasi.
 Fungsi pengawasan dan pengamatan yang dilakukan oleh hakim dalam pelaksanaan
putusan pengadilan yang berupa pemidanaan merupakan hal baru yang bersifat inovatif
 Pasal 721, 722 dan lain sebagainya dari KUHP Perancis dapat memberi gambaran
tentang tugas seorang hakim yang diberi tugas khusus ini .(slide 5-6)
 wewenang dari hakim pengawas dan pengamat ini terbatas terhadap putusan
pengadilan yang menjatuhkan pidana perampasan kemerdekaan (penjara dan kurungan),
sehingga dalam hal pengadilan menjatuhkan pidana mati atau pidana denda termasuk
ruang lingkup wewenangnya (Pasal 277 KUHAP).
Dalam pada itu menurut Pasal 280 ayat (4), pengawasan dan pengamatan ini berlaku juga
pemidanaan bersyarat (voorwaardelijke verrordeling).
 pokok pelaksanaan pengawasan dan pengamatan menurut KUHAP (slide 8)
 Adapun pengamatannya digunakan sebagai bahan penelitian dami ketetapan yang
bermanfaat bagi pemidanaan, yang diperoleh dari perilaku narapidana atau pembinaan
lembaga pemasyarakatan serta pengaruh timbal balik terhadap narapidana selama
menjalani pidananya (slide 9)
 Perincian Pelaksanaan tugas hakim pengawas dan pengamat (slide 12-14)
 pengertian “pengamatan” adalah ditujukan pada masalah pengadilan sendiri, sebagai
bahan penelitian bagi pemidanaan yang akan datang, maka perincian tugas pengamatan
adalah (slide 15-20)

Anda mungkin juga menyukai