Anda di halaman 1dari 3

1.

Dasar Hukum Acara Pemeriksaan Biasa :


KUHAP bagian ketiga BAB XVI
“Acara pemeriksaan biasa (Pasal 152-202 KUHAP), yaitu tindak pidana
yang diperiksa dengan acara pemeriksaan biasa adalah tindak pidana yang
pembuktiannya mudah serta penerapan hukumnya tidak mudah serta sifat
melawan hukumnya tidak sederhana”

Dasar Hukum Acara Pemeriksaan singkat :


KUHAP bagian kelima BAB XVI
“Berdasarkan pasal 203 ayat (1) KUHAP, maka yang diartikan dengan
perkara-perkara dengan acara singkat adalah perkara-perkara pidana yang
menurut Penuntut Umum pembuktian serta penerapan hukumnya mudah dan
sifatnya sederhana.”

Dasar Hukum Acara Pemeriksaan cepat :


KUHAP bagian keenam bab XVI terdiri dari:
a.Paragraf I  : Acara Pemeriksaan Tindak Pidana Ringan
b.Paragraf II: Acara Pemeriksaan Perkara Pelangaran Lalu Lintas Jalan
“Yang diartikan dan termasuk perkara-perkara dengan acara cepat adalah
perkara-perkara pidana yang diancam dengan hukuman tidak lebih dari 3
(tiga) bulan penjara atau denda Rp. 7.500,- (pasal 205 ayat (1) KUHAP)”

2. Menurut Pasal 184 KUHAP


(1) Alat bukti yang sah ialah :
a. Keterangan saksi
b. Keterangan Ahl
c. Surat
d. Petunjuk
e. Keterangan terdakwa
(2) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan

Pasal 188 ayat (2) menyebutkan bahwa :


Petunjuk sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dipeoleh dari :
a. Keterangan saksi
b. Surat
c. Keterangan terdakwa

3. Teori dalam pembuktian lihat di catatan

4. Perbedaan Putusan Sela dengan Putusan Akhir

a. Putusan Akhir dapat berdiri sendiri, Sedangkan sela tidak.


Putusan sela selalu dijatuhkan sebelum putusan akhir dan merupakan satu
kesatuan dengan putusan akhir mengenai pokok perkara. Oleh karenanya
tidak mungkin ada putusan sela tanpa ada putusan akhir.
b. Putusan Akhir Mengakhiri Perkara, sedangkan sela tidak.
Putusan sela hanya bersifat membantu memperlancar jalannya
persidangan agar sampai pada putusan akhir. 

5. Putusan Bebas (vrijspraak)


Putusan bebas pengaturannya terdapat dalam Pasal 191 ayat (1)
KUHAP sebagai berikut:
“Jika pengadilan berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan di sidang,
kesalahan terdakwa atas perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak
terbukti secara sah dan meyakinkan, maka terdakwa diputus bebas.”

Dalam penjelasan Pasal 191 ayat (1) KUHAP disebutkan bahwa yang


dimaksud dengan “perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak terbukti sah
dan meyakinkan” adalah tidak cukup terbukti menurut penilaian hakim atas
dasar pembuktian dengan menggunakan alat bukti menurut ketentuan hukum
acara pidana.

6. Putusan yang batal demi hukum adalah putusan yang sejak semula dijatuhkan,
putusan itu dianggap tidak pernah ada, tidak mempunyai kekuatan dan akibat
hukum, serta tidak memiliki daya eksekusi. Yang batal demi hukum itu adalah
sebatas putusannya saja.

Apabila suatu perjanjian tidak memenuhi syarat subjektif, maka perjanjian


tersebut “DAPAT DIBATALKAN”. Dapat dibatalkan artinya salah satu pihak
dapat memintakan pembatalan itu. Perjanjiannya sendiri tetap mengikat kedua
belah pihak, selama tidak dibatalkan (oleh hakim) atas permintaan pihak yang
berhak meminta pembatalan tadi (pihak yang tidak cakap atau pihak yang
memberikan sepakatnya secara tidak bebas).

7. Upaya Hukum Biasa dan Luar Biasa Lihat catatan

8. Dalam hal pihak yang berhak mengajukan Banding, Pasal 67 KUHAP, yang
menjelaskan: ”Terdakwa atau Penuntut Umum berhak untuk minta Banding
terhadap putusan pengadilan tingkat pertama, kecuali terhadap putusan bebas,
lepas dari segala tuntutan hukum yang menyangkut masalah kurang tepatnya
penerapan hukum dan putusan pengadilan dalam acara cepat”

9. Tujuan Kasasi Lihat catatan

10. Istilah-istilah dalam Hukum Acara Pidana :

a. Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara


pidana ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara
yang diatur dalam undang-undang ini dengan permintaan supaya diperiksa
dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan.
b. Prapenuntutan dalam sistem KUHAP adalah pengembalian berkas
perkara oleh Jaksa Penuntut Umum kepada Penyidik, yang disertai
petunjuk tentang hal yang harus dilakukan untuk dilengkapi.

c. Pra-peradilan adalah wewenang pengadilan negeri untuk memeriksa dan


memutus menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini, tentang:

1. sah atau tidaknya suatu penangkapan dan atau penahanan atas permintaan
tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasa tersangka,
2. sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan
atas permintaan demi tegaknya hukum dan keadilan.

d. Alibi : Bukti bahwa tersangka berada ditempat lain pada saat perbuatan
hukum terjadi

e. Ex aquo et bono : dalam surat gugatan biasanya dalam amar permintaan


disebutkan kata ini, yang berarti apabila majelis hakim berpendapat lain,
mohon putusan yang seadil adilnya. Fakta hukum : Uraian mengenai hal-
hal yang menyebabkan timbulnya sengketa

f. Saksi mahkota : Terdakwa yang bersaksi untuk terdakwa lain

g. Tertangkap tangan : Tertangkapnya seorang pada waktu sedang


melakukan tindak pidana, atau dengan segera sesudah beberapa saat tindak
pidana itu dilakukan, atau sesaat kemudian diserukan oleh khalayak ramai
sebagai orang yang melakukannya, atau apabila sesaat kemudian padanya
ditemukan benda yang diduga keras telah dipergunakan untuk melakukan
tindak pidana itu yang menunjukkan bahwa ia adalah pelakunya atau turut
melakukan atau membantu melakukan tindak pidana itu

h. deponering : pengesampingan perkara demi kepentingan umum

Anda mungkin juga menyukai