(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Acara Pidana Lanjut)
Dosen :
Emaliawati, S.H., M.H.
Disusun oleh :
Nama : Nira Izqia Pamudji
NPM : 15.4301.188
Kelas : Transisi
1. Pengertian Umum
1 Indonesia, Undang-undang tentang Hukum Acara Pidana, UU No. 8, LN No. 76, Tahun 1981,
2. Pejabat Penyidik
2 Indonesia, Undang-undang tentang Hukum Acara Pidana, UU No. 8, LN No. 76, Tahun 1981,
3Indonesia, Undang-undang tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, UU No. 30, LN No. 137,
Tahun 2002, TLN No. 4250., Pasal 39.
4 Indonesia, Undang-undang tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, UU No. 30, LN No. 137,
4. Penghentian Penyidikan
Perkara tindak pidana yang telah dilaporkan atau diadukan pada kepolisian
atau penyidik pada dasarnya tidak dapat dihentikan dan harus dilanjutkan
dengan proses penuntutan dan pemeriksaan di hadapan sidang pengadilan
sampai adanya putusan yang berkekuatan hukum tetap. Namun demikian
KUHAP memberikan kemungkinan penghentian penyidikan sepanjang terdapat
alasan yang kuat. Adapun syarat penghentian penyidikan tertuang di dalam
ketentuan Pasal 109 ayat (2) KUHAP yang menyatakan bahwa, dalam hal
penyidik menghentikan penyidikan karena tidak terdapat cukup bukti atau
peristiwa tersebut ternyata bukan merupakan tindak pidana atau penyidikan
dihentikan demi hukum, maka penyidik memberitahukan hal itu kepada
penuntut umum, tersangka atau keluarganya.
Berdasarkan ketentuan pasal 109 ayat (2) tersebut dapat dinyatakan bahwa
terdapat tiga alasan penghentian penyidikan, yaitu:
a. Tidak terdapat cukup bukti
Hal ini menunjukan bahwa kasus tindak pidana yang sedang ditangani
oleh penyidik tidak memiliki bukti yang memadai untuk ditindaklanjuti
sampai dengan tahap penuntutan. Adapun kecukupan bukti yang dimaksud
merujuk pada ketentuan Pasal 184 KUHAP, yang menentukan adanya lima
alat bukti yaitu keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan
keterangan terdakwa. Namun setidaknya haruslah dipenuhi dua alat bukti
yang juga menjadi syarat bagi hakim untuk menjatuhkan pidana sebagaimana
ditentukan dalam Pasal 183 KUHAP. Menurut Yahya Harahap, penghentian
penyidikan atasa alasan tidak terdapat cukup bukti tidak membawa akibat
hapusnya wewenang penyidik untuk menyidik dan memeriksa kembali
kasus tersebut. Alasannya, ditinjau dari segi hukum formal, penghentian
penyidikan bukan termasuk kategori ‘ne bis in idem”. Sebab
penghentian penyidikan bukan termasuk ruang lingkup putusan
pengadilan, dia baru bertarap kebijaksanaan yang diambil pada tarap
penyidikan.5
b. Peristiwa tersebut ternyata bukan merupakan tindak pidana
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan pada tahap penyidikan
ini, penyidik berpendapat bahwa peristiwa hukum yang sedang
diperiksa tersebut bukanlah pelanggaran atau kejahatan sebagaimana
5 Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP, jilid 1, Pustaka Kartini, Jakarta:
1. Surat Dakwaan
14Leden Marpaung, Proses Penanganan Perkara Pidana Bagian ke-2, Jakarta: Sinar Grafika,
1992, hlm. 300.
mempertimbangkannya dari apa yang telah dibuktikan dalam persidangan.
Prinsip ini diatur dalam Pasal 153 ayat (2) huruf a KUHAP, yang
menegaskan bahwa Hakim Ketua sidang di dalam memimpin
pemeriksaan di sidang pengadilan, dilakukan secara langsung dengan
lisan, tidak boleh pemeriksaan dengan perantaraan tulisan baik terhadap
terdakwa maupun terhadap saksi-saksi, kecuali bagi mereka yang tuli
atau bisu. Pemeriksaan atas mereka dilakukan secara tertulis, tujuan hal
ini dilakukan adalah untuk memenuhi tujuan agar persidangan benar-
benar dapat menemukan kebenaran yang hakiki sebab dari pemeriksaan
secara langsung dengan lisan tidak hanya keterangan terdakwa dan
saksi-saksi saja yang dapat didengar dan diteliti, akan tetapi sikap dan
tata cara mereka memberikan keterangan itu sendiri, dapat menentukan
isi dan nilai keterangan mereka.
2) Memperingatkan Terdakwa
7) Putusan sela
9) Pemeriksaan Terdakwa
12) Putusan
Buku/Makalah