Anda di halaman 1dari 19

Makalah Sosiologi

Budaya yang Melatarbelakangi Perilaku Ibu-Ibu dalam Pemeliharaan


Kehamilan dan Persalinan di Pedesaan

Dosen Pengampu : Dr.Bahrul Ilmi, S.Pd, M.Kes

Disusun Oleh :

Ahmad Riadi

Dyah Yuspitasari

Gina Luthfia Safitri

Lidya Wairina

M. Rizky Ramdani

Muhammad Suryani

Sri Isna Wardati

Riswan Fahlifi

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banjarmasin


Jurusan Keperawatan Program Studi D4
Tahun Akademik 2013/2014
Makalah sosiologi | 1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sangsakerta yaitu buddayyah yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia.
1) Pengertian Kebudayaan.

Istilah kebudayaan berasal dari kata budh berasal dari bahasa Sansekerta. Dari kata
budh ini kemudian dibentuk kata Buddhayah, bentuk jamak dari kata budhi yang berarti budi
atau dengan akal manusia.

Dalam bahasa inggris dengan istilah culture yang berasal dari kata latin colere, yaitu
mengolah atau mengajarkan. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai kultur dalam
bahasa Indonesia. Berdasarkan ilmu antropologi kebudayaan adalah keseluruhan sistem
gagasan, tindakan dari hasil karya manusia dalam rangka membangun kehidupan masyarakat
yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar.

Definisi kebudayaan menurut beberapa tokoh adalah sebagai berikut.

Koentjaraningrat.
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia
dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang didapat dengan belajar dan dijadikan
milik manusia sendiri.

Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi.


Kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski.


Mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan
oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu
adalah Cultural-Determinism.
Andreas Eppink.
Kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial, norma sosial, ilmu
pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktursosial, religius, dan lain-lain,
tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu
masyarakat.
Edward Burnett Tylor.

Makalah sosiologi | 2
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adatistiadat, dan kemampuan-
kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Ilmu Antropologi Budaya dan Sosial Kebudayaan.
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tingkah laku, dan hasil karya
manusia yang terhimpunsejak awal makhluk manusia itu berevolusi dan dijadikan
milik dirinya melalui proses belajar.

Sir Edward Burnet Taylor (1871).


Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-
kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masayarakat.

A.L Kroeber dan Clyde Cluckhohn.


Kebudayaan adalah keseluruhan pola-pola tingkah luka dan pola-pola bertingkah
laku, baik eksplisit maupun implisit yang diperoleh dan diturunkan melalui simbol,
yang akhirnya mampu membentuk suatu yang khas dari kelompok-kelompok
manusia, termasuk perwujudannya dalam benda-benda materi.

Herskovits.
Kebudayaan adalah sesuatu yang superorganic dalam artian kebudayaan sebagai
sesuatu yang turun-temurun dari suatu generasi ke generasi yang lain.

Havnghust dan Neugarten.


Menyatakan bahwa kebudayaan dapat didefenisikan sebagai cara bertingkah laku,
etiket, bahasa, kebiasaan, kepercayaan dan moral, pengetahuan sikap, serta nilai-nilai
yang merupakan hasil karya manusia seperti halnya bermacam-macam benda,
termasuk di dalamnya alat-alat teknologi. Dari pendapat ini dapat kita ketahui bahwa
kebudayaan dapat terwujud tingkah laku, bisa berupa hal-hal yang rohaniah dan dapat
pula berupa barang-barang material.

Kebudayaan atau Culture.


Adalah keseluruhan pemikiran dan benda yang dibuat atau diciptakan oleh manusia
dalam perkembangan sejarahnya. Ruth Benedict melihat kebudayaan sekelompok
manusia dan yang membedakannya dengan kelompok lain.

Para Ahli.
Umumnya sepakat bahwa kebudayaan adalah perilaku dan penyesuaian diri manusia
berdasarkan hal-hal yang di pelajari/learning behavior (Sajidiman, 1999).

Kebudayaan Sebagai Kemenangan atau Hasil Perjuangan Hidup.

Makalah sosiologi | 3
Yakni perjuangannya terhadap dua kekuatan yang kuat dan abadi, serta alam dan
zaman. Kebudayaan tidak pernah mempunyai bentuk yang abadi, tetapi terus-menerus
berganti mengikuti alam dan zaman (Dewantara, 1994).

Dari berbagai definisi tersebut, Secara umum pengertian kebudayaan adalah sesuatu
yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu
bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaana dalah benda-benda yang diciptakan
oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang
bersifatnyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasisosial, religi,
seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam
melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
a) Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dihasilkan manusia, yang meliputi:

Kebudayaan Materiil (bersifat jasmaniah), yang meliputi benda-benda ciptaan


manusia, misalnya kendaraan, alat rumah tangga, dan lain-lain.

Kebudayaan non-materiil (bersifat rohaniah), yaitu semua hal yang tidak dapat dilihat
dan diraba, misalnya agama, bahasa, ilmu pengetahuan, dan sebagainya.

b) Kebudayaan itu tidak diwariskan secara generatif (biologis), melainkan hanya mungkin
diperoleh dengan cara belajar.

c) Kebudayaan diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Tanpa masyarakat


kemungkinannya sangat kecil untuk membentuk kebudayaan. Sebaliknya, tanpa kebudayaan
tidak mungkin manusia (secara individual maupun kelompok) dapat mempertahankan
kehidupannya. Jadi, kebudayaan adalah hampir semua tindakan manusia dalam kehidupan
sehari-hari.

2) Tradisi Kebudayaan Terkait Kepercayaan Tradisional.

Kepercayaan Tradisional atau biasanya terkenal dengan kata pamali merupakan


bagaimana masyarakat sekarang memandang sebuah kapamalian. Seorang ibu melarang
anaknya duduk di ambang pintu dengan dalih pamali. Anak itu malah mengkilahnya bahwa
pamali merupakan sesuatu yang kuno; tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Ibu itu
tidak bisa berargumen. Ia hanya mengatakan bahwa kapamalian sudah ada semenjak dahulu
kala, semenjak ibu dari nenek si anak itu masih ada. Mungkin ia sendiri tidak tahu, mengapa
perbuatan itu pamali. Atau, akibat apa yang kelak akan terjadi. Boleh jadi, kapamalian ini
memang semata-mata berdasarkan pada kepercayan, kalaupun bukan berdasarkan
pengalaman, pengetahuan, ataupun ada maksud lain tertentu di baliknya. Menurut sementara
orang, konon, kapamalian merupakan cara orang tua di masa lalu dalam menakut-nakuti
anaknya. Kelaziman di masa dulu, anak akan lebih takut pada hal yang gaib, belum tentu
terjadi, ketimbang pada hal-hal yang nampak atau nyata.

Makalah sosiologi | 4
Dalam bahasa Sunda, pamali merupakan kata sifat. Kata ini sinonim dengan kata
pantrang dan cadu yang dalam bahasa Indonesia sepadan dengan pantang atau tabu
(Inggris: taboo). Kata bendanya adalah kapamalian. Kata ini semakna dengan pantrangan
(pantangan) dan panyaraman (larangan). Kapamalian berarti sesuatu yang dianggap pamali
yang kalau dilanggar akan ada matak-nya (menyebabkan sesuatu) menurut kepercayaan
karuhun. Dengan demikian, yang membedakan kapamalian dengan larangan lainnya ialah
pada matak-nya itu, yakni akibat yang dipercaya kelak akan menimpa seseorang atau
sesuatu bila larangan itu dilanggar. Matak-nya ini ada yang diyakini akan berdampak pada
diri si pelanggar, ada pula yang akan berpengaruh pada lingkungannya.
Ada berbagai macam kebudayaan yang dipercaya oleh masyarakat terutama pada saat
hamil dan proses kehamilan misalnya saja :

Orang tua dulu sering mengatakan bahwa tidak boleh jika makan tebu saat hamil.
Karena saat proses melahirkan nanti, sang ibu akan mengeluarkan darah dari
kandungannya kemudian tidak boleh memakan kerak saat hamil. Karena saat
melahirkan nanti, plasenta bayi akan sulit diambil.
Ada juga yang berpendapat saat seorang istri sedang hamil, sebaiknya suami tidak
membunuh hewan apa pun. Karena bias jadi anaknya nanti akan terlahi rmirip dengan
hewan yang dibunuhnya. Menurut pengalaman, ada seorang gadis yang mirip dengan
kera. Karena saat ibunya mengandung gadis tersebut, ayahnya membunuh kera secara
kejam di Tawangmangu, Jawa Tengah.
Ada juga yang merasa tidak boleh memakan kerak saat hamil. Karena saat melahirkan
nanti, plasenta bayi akan sulit diambil.
Ibu yang menyusui tidak boleh makan yang pedas-pedas, karena nanti ASInya jadi
pedas juga. Hal ini tidak dibenarkan dalam kesehatan, karena dalam cabai banyak
mengandung vitamin c yang bagus untuk bayi. Dan apa yang dimakan ibu sama sekali
tidak berpengaruh pada ASI.
Kebudayaan yang menganjurkan ibu hamil minum air kacang hijau agar rambut bayi
nya lebat. Kacang hijau sangat baik bagi kesehatan karena banyak mengandung
vitamin B yang berguna bagi metabolisme tubuh. Petugas kesehatan mendukung
kebiasaan minum air kacang hijau tetapi meluruskan anggapan bahwa bukan
membuat rambut bayi lebat tetapi Karena memang air kacang hijau banyak
vitaminnya.
Ada juga kebudayaan yang menganjurkan ibu menyusui untuk memamakan jagung
goring (di Jawa disebut marning) untuk melancarkan air susu. Hal ini tidak
bertentangan dengan kesehatan. Bila ibu makan jagung goring maka dia akan mudah
haus. Karena haus dia akan minum banyak. Banyak minum inilah yang dapat
melancarkan air susu.

Makalah sosiologi | 5
B. TUJUAN PENULISAN.

Penulisan ini bertujuan untuk :

a) Mengetahui apa saja kebudayaan masyakat pedesaan dalam hal menjaga kehamilan
serta sesudah kehamilan itu sendiri
b) Menggali nilai-nilai yang terdapat di masyarakat sehingga mengetahui apa makna dari
upacara-upacara yang dilakukan oleh masyarakat dalam proses kehamilan serta seusai
kehamilan
c) Mengetahui apakah kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat itu bertentangan
dengan konsep kesehatan

C. RUANG LINGKUP PENULISAN.

Dalam lingkup Penulisan ini akan membahas mengenai :

a) Apa saja yang dilakukan masyarakat Pedesaan dalam menjaga kehamilannya menurut
kepercayaan yang di anut di masyarakat?
b) Apa saja yang dilakukan masyarakat Pedesaan dalam menjaga pasca kehamilannya
menurut kepercayaan yang di anut di masyarakat?
c) Nilai-nilai apa saja yang terdapat pada upacara-upacara masyarakat dalam menjaga
kehamilan serta pasca kehamilan ?
d) Apakah kepercayaan yang di anut oleh masyarakat dalam menjaga kehamilan serta
pasca kehamilan bertentangan dengan konsep kesehatan ?

D. Manfaat Penelitian.

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu :

Secara teoritis manfaat dari penelitian ini yaitu memberikan penjelasan kepada pembaca
tentang kebiasaan masyarakat dalam menjaga kehamilan dan pasca kehamilan apakah itu
bertentangan atau tidak pada konsep kesehatan.

Makalah sosiologi | 6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Nilai Budaya.

Nilai Budaya.

Nilai budaya merupakan tingkat yang paling tinggi dan paling abstrak dari adat
istiadat. Nilai-nilai budaya merupakan konsep-konsep mengenai apa yang hidup alam pikiran
sebagian besar dari warga suatu masyarakat, mengenai apa yang mereka anggap bernilai,
berharga, dan penting dalam hidup, sehingga dapat berfungsi sebagai pedoman yang memberi
arah dan orientasi kepada kehidupan para warga masyarakat tadi. (Koentjaraningrat) .

Nilai budaya bersifat umum, memupunyai ruang lingkup sangat luas, dan biasanya
sulit diterangkan secara rasional dan nyata. Nilai-nilai budaya dalam suatu kebudayaaan
berada dalam daerah emosianal dari alam jiwa para individu, dan sudah sejak kecil
tertanam dalam jiwa mereka. Sehingga sulit untuk merubahnya dalam waktu singkat.

B. Manusia dan Kebudayaan.

Manusia pada dasarnya adalah makhluk budaya yang harus membudayakan dirinya.
Manusia sebagai makhluk budaya mampu melepasakan diri dari ikatan dorongan nalurinya
serta mampu menguasai alam sekitarnya dengan alat pengetahuan yang dimilikinya. Hal ini
berbeda dengan binatang sebagai makhluk hidup yang tidak dapat melepaskan dari ikatan
dorongan nalurinya dan terikat erat oleh alam sekitarnya. Di zaman era globalisasi seperti ini
masyarakat mempunyai banyak masalah dan mereka ingin mempertahankan serta
mengembangkan kelangsungan hidup. Untuk dapat melangsungkan kehidupannya, mereka
perlu beradaptasi dengan lingkungan baik itu secara langsung maupun tidak langsung.
Kelangsungan hidup manusia dapat dilakukan dengan mengenal kebudayaan di daerah
mereka berada, dimana kebudayaan itu sendiri merupakan seperangkat gagasan dan cara
hidup serta berbagai kebiasaan pada sekelompok manusia, sehingga dengan adanya
pengenalan terhadap kebudayaan maka masyarakat sedikit banyak dapat mengatasi masalah
tersebut. Maka dari itu, kebudayaan lah yang meajarkan cara hidup bagi manusia.

Alport, Vernon, dan Lindzey (1951) mengindentifikasikan enam nilai dasar dalam
kebudayaan, yakni nilai teori, ekonomi, estetike, sosial, politik, dan agama. Pertama, yang
dimaksudkan nilai teori adalah hakikat penemuan kebenaran lewat berbagai metode, seperti
rasionalisme, empirisme, dan metode ilmiah. Kedua, nilai ekonomi mencakup kegunaan dari
berbagai benda dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia. Ketiga, nilai estetika
berhubungan dengan keindahan dan segi-segi artistik yang menyangkut antara lain bentuk,

Makalah sosiologi | 7
harmoni, dan wujud kesenian lainnya yang memberikan kenikmatan kepada manusia.
Keempat, nilai sosial berorientasi pada hubungan antarmanusia dan penekanan segi-segi
kemanusiaan yang luhur. Kelima, nilai politik berpusat pada kekuasaan dan pengaruh baik
dalam kehidupan bermasyarakat maupun dunia politik. Keenam, nilai agama merengkuh
penghayatan yang bersifat mistik dan transdental dalam usaha manusia untuk mengerti dan
memberi arti kehadirannya di muka bumi.

C. Fungsi Kebudayaan Bagi Manusia.

Dalam kehidupan manusia baik sebagai individu maupun sebgai bagian dari
masyarakat atau bangsa, selalu berhadapan dengan berbagai kemungkinan untuk bisa
mempertahankan dan mengembangkan hidup. Dengan budaya yang ada, manusia dapat
menempuh jalan hidup dengan mudah untuk mencapai cita-citanya, dengan budaya itu dapat
dikatakan pula manusia dapat menikmati hidup dan kehidupannya. Kebudayaan berguna bagi
manusaia untuk melindungi diri terhadap alam, mengatur hubungan antar manusia, dan
sebagai wadah dari segenap perasaan manusia. Hasil karya masyarakat melahirkan teknologi
atau kebudayaan yang mempunyai kegunaan utama di dalam melindungi masyarakat
terhadap lingkungan dalammya. Teknologi hakikatnya meliputi paling sedikit tujuh unsur,
yaitu alat-alat produktif, senjata, wadah, makanan dan minuman, pakaian dan perhiasan,
tempata berlindung dan perumahan, serta alat-alat transportasi.

D. Manusia Sebagai Makhluk Budaya.

Manusia memiliki kemampuan untuk mengolah potensi diri (akal pikiran) interaksi
dan mengolah lingkungan. Dalam mengolah diri, manusia melahirkan ilmu dan keyakinan
diri. Berinteraksi melahirkan tata aturan dan norma. Sedangkan mengolah lingkungan, selain
melahirkan organisasi juga melahirkan alat dan teknologi.

Kebudayaan sifatnya bermacam-macam. Akan tetapi, karena semuanya adalah buah


adab (keluhuran budi), maka semua kebudayaan selalu bersifat tertib, indah berfaedah, luhur,
memberi rasa damai, senang, bahagia, dan sebagainya. Sifat kebudayaan menjadi tanda dan
ukuran tentang rendah-tingginya keadaban dari masing-masing bangsa (Dewantara, 1994).
Kebudayaan dapat dibagi menjadi tiga macamdilihat dari keadaan jenis-jenisnya, yaitu
sebagai berikut.

1. Hidup kebatinan manusia, yaitu yang menimbulkan tertib damainya hidup masyarakat
dengan adat istiadatnya yang halus dan indah; tertib damainya pemerintahan negeri;
tertib damainya agama atau ilmu kebatinan dan kesusilaan.
2. Angan-angan manusia, yaitu yang dapat menimbulkan keluhuran bahasa,
keusasteraan dan kesusilaan.
3. Kepandaian manusia, yaitu yang menimbulalkan macam-macam kepandaian tentang
perusahaan, tanah, perniagaan, kerajianan, pelayaran, hubungan lalu-lintas, kesenian
yang berjenis-jenis dan semuanya bersifat indah.

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J, Herskovits dan


Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam

Makalah sosiologi | 8
masyarakatditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah
untuk pendapat itu adalah cultural-determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai
sesuatu yang turun-menurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut
sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan
pengertian, meliputi nilai, norma, ilmu pengetahua, serta keseluruhan struktur-struktur sosial,
religius, dan lain-lain., ditambah dengan segala pernyataan intelektual dan artistik yang
menjadi ciri khas suatu masyarakat.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yang
akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat
dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat
abstrak. Sedangkan perwujudan dari kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh
manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat
nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahsa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni dan
lain-lain, yang kesemuannya ditunjukan untuk membantu manusai dalam melangsungkan
kehidupan masyarakat.

E. PENGERTIAN KEHAMILAN.
Kehamilan adalah penyatuan sperma dari laki-laki dan ovum dari perempuan. Masa
kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280
hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dari janin turun ke dalam
jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan
lahir (Sarwono, 2001 ).
Persalinan normal disebut juga partus spontan adalah proses lahirnya bayi pada letak
belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan
bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam ( Rustam Mochtar, 1998 ).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan ( 37 42 minggu ) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung
dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin ( Prawirohardjo, 2001 ).

A. STUDI KASUS.

Mengenai suatu pemikiran atau suatu kepercayaan tradisional ada sisi baik dan
tidaknya (pengaruh kepercayaan tradisional), namun permasalahan yang cukup besar
pengaruhnya pada seorang Ibu pada masa kehamilan adalah masalah gizi. Kegiatan ibu
hamil sehari-hari tidak berkurang ditambah lagi dengan pantangan-pantangan terhadap
beberapa makanan yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh wanita hamil. Apabila
kurangnya asupan energy dari makanan, tentunya akan berdampak negatif terhadap
kesehatan ibu dan janin. Karena adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-
pantangan terhadap beberapa makanan. Tidak heran kalau anemia dan kurang gizi pada
wanita hamil cukup tinggi terutama di daerah pedesaan yang masih minim pengetahuan
mengenai kehamilan, melahirkan dan menyusui . Dikatakan pula bahwa penyebab utama

Makalah sosiologi | 9
dari tingginya angka anemia pada wanita hamil disebabkan karena kurangnya zat gizi yang
dibutuhkan untuk pembentukan darah.

Di masyarakat Betawi atau yang sekarang kita kenal adalah Jakarta, berlaku
pantangan makan ikan laut, ikan asin, udang dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI
menjadi asin. Padahal, protein yang terkandung dalam ikan, dapat meningkatkan kecerdasan
otak si anak. Di daerah Subang, ibu hamil pantang makan dengan menggunakan piring yang
besar karena khawatir bayinya akan besar sehingga akan mempersulit persalinan. Dan
memang, selain ibunya kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah. Tentunya
hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi. Selain itu, larangan untuk
memakan buah-buahan seperti pisang, nanas, ketimun dan lain-lain bagi wanita hamil juga
masih dianut oleh beberapa kalangan masyarakat terutama masyarakat di daerah pedesaan.
(Wibowo, 1993).

Banyak makanan yang sebenarnya bergizi justru menjadi pantangan atau pemali bagi
masyarakat dahulu yang percaya akan kepercayaan tradisional. Pisang dapat menjadikan bayi
terlalu besar di kandungan dan sulit melahirkan, larangan makan ikan dan sayuran tertentu
masih dijadikan pesan khusus bagi ibu hamil di daerah tertentu. Di desa Cilendek Jawa barat,
masih banyaknya wanita yang yakin akan kepercayaan atau tradisi lama, yang justru
merugikan kesehatan wanita sendiri. Misalnya memakan makanan bergizi yang dibutuhkan
ibu hamil tetapi dipercaya akan berpengaruh buruk terhadap ibu dan anak. Wanita hamil
umumnya hanya memakan sayur-sayuran (lalap) kebiasaan suku Sunda yang dianggap
makanan sehat, jarang ditambahi dengan ikan, daging, dan buah-buahan yang dianggap tidak
baik untuk si bayi. Akibatnya wanita hamil di propinsi Jawa Barat secara umum menderita
anemia.

B. IDENTIFIKASI MASALAH.
Apa saja yang dilakukan masyarakat Pedesaan dalam menjaga kehamilannya
menurut kepercayaan yang di anut di masyarakat
Apa saja yang dilakukan masyarakat Pedesaan dalam menjaga pasca
kehamilannya menurut kepercayaan yang di anut di masyarakat
Nilai-nilai apa saja yang terdapat pada upacara-upacara masyarakat dalam
menjaga kehamilan serta pasca kehamilan
Apakah kepercayaan yang di anut oleh masyarakat dalam menjaga kehamilan
serta pasca kehamilan bertentangan dengan konsep kesehatan

C. HASIL IDENTIFIKASI.

1) Kebudayaan dalam Menjaga Kehamilan di Masyarakat.

Kehamilan adalah penyatuan sperma dari laki-laki dan ovum dari perempuan.Masa
kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280
hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Makalah sosiologi | 10
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dari janin turun ke dalam jalan
lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir
(Sarwono, 2001 ).
Di Negara Indonesia yang umumnya merupakan Negara kepulauan tentunya
memiliki keberagaman kebudayaan masing masing dalam menjaga proses kehamilanya
tidak terkecuali kalimantan selatan Cara yang dilakukan suku banjar pada pemeliharaan
kehamilan tidaklah berbeda dengan wanita-wanita dari suku lain. Pusat Kesehatan
Masyarakat (puskesmas) banyak mereka kunjungi untuk memeriksa kehamilan. Selain itu
pemeriksaan kehamilan secara tradisional pun mereka lakukan yaitu dengan cara:

1. Melakukan pijatan atau dengan istilah Banjar Baurut pada seorang dukun beranak atau
bidan kampung yang ahli dalam bidang pijatan (urut).

2. Membatasi diri untuk tidak terlalu suka minum air es.

3. Memperbanyak makan sayur dan buah-buahan.

4. Jika perut terasa sakit karena masuk angin, oleh bidan kampung disuruh meminum air
rebusan gula merah dengan jahe (tipakan).

5. Jika kaki bengkak, maka digosok dengan wadak panas atau ramuan beras kencur.

6. Jangan mengatakan orang yang jelek-jelek karena dapat mengakibatkan bayi yang
dikandung berupa jelek.

Berikut beberapa upacara yang dilakukan oleh masyarakat suku banjar dalam dalam
menjaga kehamilan

a) Upacara Betapung Tawar Tian Tiga Bulan.

Masyarakat Banjar menurut tradisinya zaman dulu sangat memperhatikan usia


kehamilan pada hitungan bulan yang ganjil, khususnya masyarakat yang mendiami daerah
Batang Banyu mulai dari Margasari sampai Amuntai. Oleh karena itu pada hitungan ganjil
inilah upacara menyambut kelahiran biasanya dilaksanakan.

Batapung tawar tian tiga bulan adalah upacara yang dilaksanakan ketika kandungan
berusia tiga bulan.Upacara ini dilaksanakan pada hari Jumat dimulai pukul 07.00, hari Jumat
dipilih karena menurut kepercayaan merupakan hari terbaik dalam satu minggu untuk
melangsungkan upacara.Dalam upacara ini diundang para keluarga dan tetangga di sekitar
tempat tinggal, mereka yang diundang umumnya ibu-ibu yang sudah berumur.

Wanita yang hamil tiga bulan tersebut ditapungtawari dengan minyak likat
baboreh.Khusus untuk upacara tapung tawar tian tiga bulan ini, minyak likat baboreh
dicampur dengan darah ayam tolak bala, yakni darah ayam yang diambil dari babalungan
(jambul) ayam.Tempat pelaksanaan upacara tapung tawar di ruangan tengah rumah yang

Makalah sosiologi | 11
disebut tawing halat. Dalam upacara ini ditunjuk wanita tua yang berpengaruh dan mengerti
adat batapung tawar, proses tapung tawar dilakukan dengan cara memercikkan minyak likat
baboreh di atas kepala wanita yang hamil tiga bulan dengan harapan memperoleh
keselamatan sampai bulan berikutnya.

b) Upacara Adat Mandi Tian Mandaring.

Upacara adat dalam memperingati usia kandungan 7 bulan ternyata di Kalimantan


Selatan dinamakan Upacara Mandi Tian Mandaring sering pula disebut dengan istilah
bapagar mayang,atau urang banjar bemandi-mandi karena tempat mandi dalam upacara itu
menggunakan pagar mayang. Upacara ini khusus diadakan untuk wanita hamil yang usia
kandungannya sudah mencapai tujuh bulan.

Pada upacara ini disediakan pagar mayang, yaitu sebuah pagar yang sekelilingnya
digantungkan mayang-mayang pinang. Tiang-tiang pagar dibuat dari batang tebu yang
diikat bersama tombak. Di dalam pagar ditempatkan perapen, air bunga-bungaan, air
mayang, keramas asam kamal, kasai tamu giring, dan sebuah galas dandang diisi air
yang telah dibacakan doa-doa.
Wanita tian mandaring yang akan mandi di upacara itu akan didandani dengan
pakaian sebagus-bagusnya. Setelah waktu dan peralatan yang ditentukan sudah siap,
wanita tian mandaring dibawa menuju pagar mayang sambil memegang nyiur balacuk
dengan dibungkus kain berwarna kuning. Saat berada dalam pagar mayang untuk
dimandikan, pakaian yang dikenakan diganti kain kuning kemudian wanita hamil tadi
didudukkan di atas kuantan batiharap dengan beralaskan bamban bajalin. Lima atau
tujuh orang wanita tua secara bergantian menyiram dan melangir kepala wanita tian
mandaring dengan air bunga-bungaan yang telah disediakan.
Salah seorang wanita yang dianggap paling berpengaruh diserahi tugas memegang
upung mayang yang masih terkatup tepat diatas kepala. Kemudian upung mayang
tersebut dipukul sekeras-kerasnya hanya satu kali pukulan. Apabila upung mayang
tersebut dipukul satu kali sudah pecah maka merupakan pertanda baik, bahwa wanita
tian mandaring tidak akan mengalami gangguan sampai melahirkan.
Kambang mayang yang ada di dalam upung dikeluarkan lalu disiramkan dengan air
ke kepala sebanyak tiga kali. Siraman yang pertama tangkai posisinya harus mengarah

Makalah sosiologi | 12
ke atas, siraman kedua tangkai mayang harus berada di bawah dan siraman yang
ketiga ditelentangkan dan ditelungkupkan.
Kambang mayang yang berada di tengah-tengah diambil sebanyak dua tangkai,
kemudian diletakkan di sela-sela kedua telinga sebagai sumping. Berikutnya adalah
memasukkan lingkaran benang berulas-ulas, mulai dari kaki tiga kali berturut-turut.
Pada waktu memasukkan wanita tian mandaring maju melangkah ke depan setapak,
memasukkan kedua mundur, memasukkan ketiga maju lagi setapak.
Pada pintu pagar mayang ditempatkan kuali tanah dan telur ayam, begitu keluar pagar
mayang kuali dan telur itu harus diinjak oleh si wanita tian mandaring sampai pecah.
Selesai upacara ini wanita tian mandaring dibawa ke dalam rumah beserta undangan
yang hanya boleh dihadiri oleh wanita. Di hadapan hadirin rambutnya disisir, dirias
dan digelung serta diberi pakaian bagus. Sebuah cermin dan lilin yang sedang
menyala diputar mengelilingi wanita tian mandaring dan dilakukan sebanyak tiga kali,
sambil ditapung tawari dengan minyak likat baboreh. Sumbu lilin yang telah hangus
disapukan ke ulu hati wanita tian mandaring dengan maksud untuk mendapatkan
keturunan yang rupawan dan baik hati. Upacara ini diakhiri dengan bersalam-salaman
sambil mendokan wanita tian mandaring.

c) Upacara Mandi Baya.

Upacara ini dilakukan oleh wanita suku Banjar yang sudah pernah mengalami
beberapa kali kehamilan dan melahirkan.Mandi baya terjadi pada kehamilan hitungan ganjil,
hamil anak ketiga, kelima, dan seterusnya.Upacara dilaksanakan pada malam hari biasanya
sesudah shalat Isya. Air yang dipergunakan untuk mandi adalah air yang sudah dibacakan doa
salamat, doa halarat, doa kiparat, dan doa panjang umur serta ditambahkan air yang sudah
dibacakan surah Yasin.

Dalam mandi baya ini tidak ada aturan baku dalam pelaksanaannya, setiap wanita
boleh berbeda-beda dalam melakukan mandi ini. Tujuannya memohon kepada Yang Maha
Kuasa agar melindungi kehamilan kali ini, mereka berharap ibu yang sudah pernah
melahirkan diberi izin kembali untuk dapat menjaga janin dalam kandungannya dari
gangguan roh-roh jahat dan tekanan-tekanan batin yang bisa mempengaruhi keselamatan
serta psikologis ibu dan janinnya.

Mereka yang masih memegang teguh tradisi ini merasa kurang tenteram apabila
belum dilakukannya upacara mandi baya.Perasaan kurang tenteram dan takut menolak adat
inilah yang mendorong masyarakat Banjar masih melestarikan adat ini sampai sekarang.

Upacara mandi baya pada masa kini hanya dilakukan bersama orang-orang dekat, bersama
ibu kandung atau mertua.Tempat pelaksanaannya pun lebih bebas bisa saja dilaksanakan di
dalam kamar mandi tanpa harus menyiapkan tempat khusus.Tidak ada makanan atau acara
khusus mengiringi upacara mandi baya ini.

2) Kebudayaan yang di anut masyarakat pasca kehamilan

Makalah sosiologi | 13
Pada umumnya suku Banjar mayoritas beragama islam jadi dalam hal upacara adat
seusai melahirkan pada umumnya upacara yang dilakukan sangat kental bernuansa Islami.
masyarakat masih menganut kepercayaan kepercayaan yang dipercayai oleh nenek moyang
hal ini menjadi sangat kuat di masyarakat karna masyarakat sendiri menilai bahwa upacara
yang dilaksanakan masyarakat ini pertama tidak berbenturan dengan nilai agama serta
melestarikan kebudayaan yang merupakan ciri dari suatu suku itu sendiri berikut beberapa
kebudayaan yang masih dilakukan masyarakat seusai proses melahirkan :

a) Mengazdankan Bayi.

Bayi yang baru lahir hendaknya langsung diazdankan ditelinga kanan dan iqomah
ditelinga kiri sebagai mana sabda nabi SAW.dari Abu rafi r.a berkata ; aku melihat
rasulullah SAW mengazdankan ketelinga hasan bin ali, ketika fatimah melahirkannya.
(HR.Abu daud dan tarmizi kemudian ia mensahihkannya). Dan setelah di azdankan bibir bayi
tersebut diberikan kurma atau yang menis-manis juga bisa madu tujuannya agar ketika besar
nanti dia akian berprilaku sopan dan santun. Itulah yang dilakukan oleh masyarakat banjar
ketika bayi lahir. Menurut kepercayaan mereka dengan mengumandangkan azdan ditelinga
bayi agar suara yang pertama kali didengar oleh bayi adalah kalimat Allah SWT sehinnga
diharapkan kelak akan menjadi seorang muslim yang taat pada agamanya dan berprilaku
sesuai agama tersebut.

b) Memotong dan Menanaman Tali Pusat.

Bagi masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan, lokasi menanam tali pusat


menentukan masa depan bayi. Bila ingin bayi tumbuh menjadi orang besar, maka tali pusat
ditanam di bawah pohon, di bawah bunga-bungaan agar kelak namanya harum, atau
dihanyutkan ke sungai bila ingin anak menjadi pelaut.Namun bila tali pusat diikat di pohon,
itu tandanya orang tua tidak ingin anak pergi merantau. Masyarakat Banjar juga mempercayai
tali pusat bayi yang ditanam bersama tali pusat kakak atau adiknya, membuat mereka hidup
rukun, tidak mudahbertengkar.

c) Upacara Baayun Mulud.

Salah satu tradisi masyarakat Banjar yang ramai dilakukan pada saat bulan Maulid
Nabi Muhammad SAW adalah tradisi upacara baayun mulud.Baayun asal katanya dari
ayun, jadi bisa diterjemahkan bebas melakukan proses ayunan/buaian. Bayi yang mau
ditidurkan biasanya akan diayun oleh ibunya, ayunan ini memberikan kesan melayang-layang
bagi si bayi sehingga ia bisa tertidur lelap. Asal kata mulud dari sebutan masyarakat untuk
peristiwa maulud Nabi.Upacara ini dilakukan di dalam masjid, pada ruangan tengah masjid
dibuat ayunan yang membentang pada tiang-tiang masjid.Ayunan yang dibuat ada tiga lapis,
lapisan atas digunakan kain sarigading (sasirangan), lapisan tengah kain kuning (kain belacu
yang diberi warna kuning dari sari kunyit), dan lapisan bawah memakai kain bahalai (kain
panjang tanpa sambungan jahitan). Pada bagian tali ayunan diberi hiasan berupa anyaman
janur berbentuk burung-burungan, ular-ularan, katupat bangsur, halilipan, kambang sarai,

Makalah sosiologi | 14
rantai, hiasan-hiasan mengunakan buah-buahan atau kue tradisional seperti cucur, cincin, kue
gelang, pisang, kelapa, dan lain-lain. Kepada setiap orang tua yang mengikutsertakan
anaknya pada upacara ini harus menyerahkan piduduk, yaitu sebuah sasanggan yang berisi
beras kurang lebih tiga setengah liter, sebiji gula merah, sebiji kelapa, sebiji telur ayam,
benang, jarum, sebongkah garam, dan uang perak. Piduduk ini bukan maksud untuk musyrik
tetapi nanti akan dimakan beramai-ramai oleh orang yang hadir. Upacara baayun mulud ini
sudah merupakan upacara tahunan yang selalu digelar bersama-sama oleh masyarakat banjar.
Peserta baayun mulud ini tidak terbatas pada bayi yang ada di kampung yang melaksanakan
saja, tetapi boleh saja peserta dari kampung lain ikut meramaikan. Bahkan saat ini ada saja
orang yang sudah tua ikut baayun karena mereka merasa waktu kecil dulu tidak sempat ikut
upacara baayun mulud. Dalam upacara nanti akan dibacakan berbagai syair, seperti syair
barzanji, syair syarafal anam, dan syair dibai. Anak-anak yang ingin diayun akan dibawa
saat dimulai pembacaan asyarakal, si anak langsung dimasukkan ke dalam ayunan yang telah
disediakan. Saat pembacaan asyarakal dikumandangkan, anak dalam ayunan diayun secara
perlahan-lahan dengan cara menarik selendang yang diikat pada ayunan. Maksud diayun pada
saat itu adalah untuk mengambil berkah atas kemuliaan Nabi Muhammad SAW, orang tua
yang hadir berharap anak yang diayun menjadi umat yang taat, bertakwa kepada Allah SWT
dan RasulNya. Upacara baayun mulud dilaksanakan pada pagi hari dimulai pukul 10.00,
lebih afdhol apabila dilaksanakan bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awal. Bagi orang tua
yang mendapat kesempatan untuk mengikutsertakan anaknya dalam upacara ini akan merasa
sangat bahagia dan beruntung. Tradisi yang dilakukan secara massal ini sebagai pencerminan
rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karuniaNya atas kelahiran Nabi
Muhammad SAW yang membawa rahmat bagi sekalian alam, upacara ini diibatkan
melakukan penyambutan berupa puji-pujian yang diucapkan dalam syair-syair merdu.

d) Upacara Batasmiah (Pemberian Nama)

Kelahiran seorang bayi, memiliki makna yang sakral dalam kehidupan sosial
masyarakat tradisional kita. Disetiap daerah indonesia, seringkali disambut dengan suatu
upacara atau ritual khusus. Prosesi upara yang berkaitan dengan daur kehidupan ini, biasanya
sarat akan simbol-simbol dan nilai-nilai religi atau kepercayaan. Salah satu upacar yang
berkaitan dengan kelahiran seorang bayi adalah upacara pemberian nama. Setelah bayi
dilahirkan dari rahim ibunya, merupakan kewajiban bagi orangtua untuk memberikan nama
yang baik untuk anaknya. Pada masyarakat Banjar, pemberian nama kepada seorang anak
dilakukan dalam dua tahapan. Tahap pertama, dilakukan langsung oleh bidan yang membantu
kelahiran bayi tersebut. Proses ini terjadi, saat bidan melakukan pemotongan pada tangking
atau tali pusat. Pada saat itulah, bidan akan memberikan nama sementara yang diperkirakan
cocok untuk anak tersebut. Setelah Islam masuk ke tanah Banjar, proses mengarani anak ini
berkembang secara resmi menjadi sebuah ritual islami yang disebut dengan batasmiyah, dari
kata tasmiyah dalam bahasa arab, yang artinya membaca bismillah. Pemberian nama anak
pada tahap kedua ini, kini menjadi ritual umum yang dilaksankan oleh masyarakat adat
Banjar. Biasanya ritual ini dilakukan setelah bayi berumur 7 hari atau setelah tali pusatnya
mengering dan terlepas dari pangkal. Kentalnya pengaruh Islam dalam kebudayaan
masyarakat banjar menyebabkan proses upacara mengarani anak ini seringkali dilakukan
Makalah sosiologi | 15
dalam satu rangkaian dengan upacara aqiqah, yaitu pemotongan kambing sebagai hewan
kurban untuk disedekahkan kepada fakir miskin dan kaum kerabat. Selain itu, upacara inipun
disertai pula dengan upacara tapung tawar, yaitu memercikan minyak khusus kepada bayi dan
ibunya, di iringi oleh doa-doa penolak bala dari pada tetua masyarakat dan sanak saudara.
Dengan demikian upacara mengarani anak ini sarat akan nilai-nilai baik nilai keagamaan
maupun sosial-kultural.

3) Nilai-nilai yang Terdapat dalam Masyarakat pada Upacar-Upacara Tersebut


dalam Menjaga Kehamilan dan Pasca Kehamilan.

Upacara kelahiran adalah salah satu upacara di lingkaran hidup individu. Upacara
kelahiran yang dilakukan oleh masyarakat Banjar yang berada di Kalimantan Selatan,
Indonesia ini, jika dicermati secara saksama, maka di dalamnya mengandung nilai-nilai yang
dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan bersama. Nilai-nilai itu antara lain:
ketaqwaan, kesopan-santunan dan kewibawaan, dan kerukunan.

a) Nilai ketaqwaan tercermin dalam perbuatan ayah sang jabang bayi ketika bayi telah
dipotong tali pusatnya, kemudian dimandikan (dibersihkan), lalu diletakkan di atas
talam. Pada tahap ini sang ayah mengucapkan azdan dan qomat. Pengucapan tersebut
dimaksudkan agar suara yang pertama kali didengar oleh bayi adalah kalimat Allah,
sehingga diharapkan kelak akan menjadi seorang muslim yang taat terhadap agama-
nya (menjalani ajaran-ajaran agama Islam dan menjauhi larangan-laranganNya).

b) Nilai kesopan-santunan dan kewibawaan tercermin pada pemolesan gula atau


kurma dan garam pada bibir bayi, dengan maksud agar kelak sang jabang bayi dapat
bermulut manis dan bertutur kata manis (semua kata-katanya diperhatikan dan diikuti
orang).
c) Nilai kerukunan tercermin pada penyimpanan tali pusat Sang jabang bayi.Dalam hal
ini tali pusat disimpan baik-baik untuk dihimpun menjadi satu dengan tali pusat
saudara-saudaranya.Maksudnya adalah agar kelak (setelah dewasa) tidak bertengkar,
selalu hidup rukun dan damai. (ali gufron)

4) Apakah Kepercayaan yang dianut Oleh Masyarakat dalam Menjaga Kehamilan


serta Pasca Kehamilan Bertentangan dengan Konsep Kesehatan.

Berbagai pantangan makanan bagi ibu hamil yang berdasarkan faktor-faktor sosial
budaya dan lingkungan di dalam masyarakat, disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan
dan pengetahuan budaya seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap
kesehatan ibu dan anak. Pola makan, misalnya, fakta dasarnya merupakan salah satu selera
manusia dimana peran kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat bahwa setiap daerah
mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola makan ibu hamil dan anak yang disertai
dengan kepercayaan akan pantangan, tabu, dan anjuran terhadap beberapa makanan tertentu.

Makalah sosiologi | 16
Dampak negatif pantangan makan makanan tertentu pada ibu hamil adalah seperti
pantang makan ikan laut yang merupakan sumber asam folat dan protein tinggi, sumber zat
besi seperti pada dagin buah-buahan yang kaya akan vitamin dan makanan lain yang
mengandung zat-zat lain yang berguna bagi tubuh. Dengan pantang memakan jenis makanan
tersebut justru akan berdampak negatif bagi kesehatan ibu dan janin. Konseling dan
penyuluhan sangat diperlukan untuk merubah persepsi yang salah tersebut.

Sedangkan dampak positif pantangan makan makanan tertentu pada ibu hamil adalah
seperti makan buah nanas dan durian karena jika dimakan maka akan menyebabkan rasa
panas pada perut ibu. Rasa panas itu timbul karena efek gas yang dihasilkan oleh buah-
buahan tersebut dan itu tidak baik bagi kesehatan ibu dan janin.

Untuk kesehatan ibu selama kehamilan maupun pertumbuhan dan aktivitas


diferensiasi janin, maka ibu dalam keadaan hamil harus cukup mendapatkan makanan bagi
dirinya sendiri maupun kuantitasnya harus ditambah dengan zat-zat gizi dan energy agar ibu
dan janin dalam keadaan sehat. Makanan yang dikonsumsi ibu hamil berguna juga dalam
memudahkan kelahirannya dan untuk produksi ASI bagi bayi yang akan dilahirkan. Demi
suksesnya kehamilan keadaan gizi ibu pada waktu konsepsi harus dalam keadaan baik, dan
selama hamil harus mendapat tambahan protein, mineral, vitamin, dan energi.

Tetapi jika di tarik kembali dilihat dari upacara adat yang dilakukan masyarakat suku
banjar tidak ada hal hal yang bertentangan dengan kesahatan baik itu upacara Batapung
Tawar Tian Tiga Bulan, Mandi 7 Bulanan (Upacara Adat Mandi Tian Mandaring), Justru hal
ini sangat baik dalam rangka menjaga kelestarian kebudayaan dan upacara adat yang
dilakukan oleh masyarakat ini menurut kepercayaan nya merupakan proses mendekatkan diri
dengan Tuhan Yang Maha Esa.

D. SOLUSI MASALAH BERDASARKAN :


1) Konsep sosiologi yaitu :
a. Sebaiknya tradisi tersebut tetap ada dan dijaga selagi itu semua bernilai
positif dan untuk mengangkat nilai-nilai luhur nenek moyang kita.
b. Tradisi bisa tetap dijalankan asal tidak menjadikan konsep sosial
terbengkalai.
2) Konsep kesehatan
a. Sebaiknya tradisi itu tetap dilaksanakan tetapi tidak bertentangan dengan
konsep kesehatan.
b. Tradisi dapat dipilah-pilih apabila terdapat ketidak cocokkan dengan konsep
kesehatan.

Makalah sosiologi | 17
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN.
Budaya tidak pernah terlepas dari kehidupan manusia, hubungannya sangat erat
dengan masyarakat. Sehingga kebudayaan juga berpengaruh terhadap konsep kesehatan.
Banyak tradisi dan kebudayaan yang mempengaruhi tentang kehamilan dan proses
persalinan, terutama suku banjar. Upacara adat yang dilakukan masyarakat dilakukan turun
menurun dari nenek moyang nya hal ini dilakukan dalam rangka mendekatkan diri pada
tuhan yang maha esa, dan yang dilakukan masyarakat banjar dalam menjaga kehamilan
tersebut tidak ada yang bertentang dengan konsep kesehatan.

B. SARAN.
Dalam melestarikan tradisi kebudayaan khususnya ibu hamil juga harus
memperhatikan apa-apa saja yang akan berdampak negatif bagi dirinya terutama bayi yang
dikandungannya. Karena itu semua demi kesehatan ibu dan bayi tersebut.

Makalah sosiologi | 18
Makalah sosiologi | 19

Anda mungkin juga menyukai