Anda di halaman 1dari 18

SKALA PENGUKURAN

Laporan
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Nursing Research 2
dengan dosen Gurdani Yogisutanti., SKM M.Sc

disusun oleh:
Kelompok 5

R. Hasna Roshifatunnisa (043-315-15-1-020)


Ridhwansyah Maulana Azhar (043-315-15-1-021)
Rika Arista Dewi (043-315-15-1-022)
Risma Pujianti (043-315-15-1-023)

KELAS : 4A
S1 KEPERAWATAN
STIKEP PPNI JAWA BARAT
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, shalawat serta salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya dapat terselesaikannya
laporan yang berjudul “Skala pengukuran” untuk memenuhi tugas mata kuliah
Nursing research.
Laporan ini berisi tentang penjelasan mengenai skala pengukuran, jenis skala
pengukuran, dan contoh. Laporan ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu
tentang skala pengukuran yang disajikan berdasarkan berbagai sumber informasi
dan referensi.
Dalam penyusunan laporan ini tidak sedikit hambatan yang dihadapi terutama
disebabkan kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun disadari bahwa
kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan
bimbingan dari berbagai pihak, sehingga kendala-kendala yang dihadapi dapat
teratasi. Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Semoga laporan ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya mahasiswa STIKEP PPNI
JABAR. Diharapkan saran dan kritik yang bersifat positif guna perbaikan
pembuatan laporan dimasa yang akan datang.

Bandung, September 2018

Tim penyusun
Kelompok

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ...................................................................................... 2
C. Tujuan ......................................................................................................... 2
D. Manfaat ....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
A. Definisi ......................................................................................................... 3
B. Jenis Skala pengukuran ............................................................................. 4
1 Skala Nominal ......................................................................................... 4
2 Skala Ordinal .......................................................................................... 5
3 Skala Interval .......................................................................................... 8
4 Skala Rasio ............................................................................................ 10
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 14
A. Kesimpulan ............................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Data berbentuk jamak, sedang datum berbentuk tunggal. Jadi data sama
dengan datum-datum. Data ialah suatu bahan mentah yang jika diolah dengan
baik melalui berbagai analisis dapat melahirkan berbagai informasi. Dengan
informasi tersebut, kita dapat mengambil suatu keputusan. Dalam statistik
dikenal istilah-istilah jenis data, tingkatan data, sumber data, penyajian data,
analisis data. Data dianalisis sesuai jenis dan tingkatannya, karena itu masing-
masing tingkatan data mempunyai analisis sendiri khususnya dalam analisis
korelasi.

Data yang baik tentu saja harus muthakhir, cocok dengan masalah
penelitian dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan, lengkap, akurat,
objektif, dan konsisten. Pengumpulan data sedapat mungkin diperoleh dari
tangan pertama. Data yang baik sangat diperlukan dalam penelitian, sebab
bagaimanapun canggihnya suatu analisis data jika tidak ditunjang oleh data
yang baik, maka hasilnya kurang dapat dipertanggungjawabkan.

Tolak ukur kuantutatif mengenai manfaat dan biaya bertujuan


mempermuddah perbaandingan antara keefektifan beraneka alternative cara
penggarapan cara situasi keputusan. Disini jelas nilai-nilai dan tingkatan
ukurannya dalam bentuk angka-angka atau kuantitatif dilain pihak, tujuan
pengungkapan pengukuran secra kuantitatif sering menimbulkan penafsiran
yang berbeda-beda dan penafsiran ini sering sangat jauh atau bahkan
bertentangan dengan maksud atau tujuan semula membuat keputusan. Selain
itu, pengambilan keputusan, melukiskan suatu proses yang digunakan untuk
memilih suatu arah tindakan sebagai pemetaan bagi suatu persoalan.

Dengan demikian, jelas diperlukan suatu skala pengukuran yang akan


mempermudah atau memperlihatkan dengan jelas perbandingan antara

1
keefektifan beraneka alternative yang dikembangkan sehingga dapat dengan
tegas tanpa keraguan dipilih salah satu alternative yang terbaik. Dalam
hubungan ini, terdapat teori skala pengukuran yang dapat dibedakan menurut
batasan yang berlaku terhadap proses pengukuran. Skala pengukuran ini
disusun menurut urutan bertambah banyaknya batasan yang diadakannya. Skal
pengukuran yang dimaksud dapat dirinci dan dijelaskan sebagai berikut : skala
nominal, skala ordinal, skala interval. Skala rasio dan skala absolut.

B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana pengertian skala pengukuran dalam penelitian?
2. Bagaimana jenis-jenis skala pengukuran dalam penelitian?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian skala pengukuran dalam penelitian.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis skala pengukuran dalam penelitian.

D. Manfaat
Dengan laporan ini mahasiswa dapat menggali lebih dalam tilmu
pengetahuan tentang materi statistika.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi

Pengukuran itu paling sedikit bertujuan untuk membedakan yang satu


dengan yang lain, misalnya bahwa yang satu lebih besar atau lebih kecil
daripada yang lain, bahwa yang satu itu merah dan yang lain putih, bahwa yang
satu itu 10 kg dan yang lain itu 8 kg. untuk melakukan tugas pengukuran
dibutuhkan alat, danpada alat itu terdapat skala yang dapat diterapkan pada
setiap objek yang akan diukur. Alat ukur yang dipakai untuk mengukur objek
haruslah konsisten sehingga hasilnya dapat dipercaya. Kalua kita mengukur
panjang suatu objek tertentu dengan jengkal orang dewasa, maka tidak
konsisten jika untuk mengukur objek lain dipergunakan jengkal anak-anak.
Selain itu, alat ukur yang dipakai haruslah valid, jangan misalnya mengukur
panjang dengan liter, atau mengukur panas dengan timbangan berat. (Gulo,
2010).

Dengan syarat-syarat seperti ini maka pengukuran adalah suatu proses


pemberian angka pada setiap obyek dalam skala tertentu. Mengukur suatu
variable dapat dilakukan pada salah satu dari skala pengukuran, yaitu (1) skala
nominal, (2) skala ordinal, (3) skala interval, dan (4) skala ratio. (Gulo, 2010)

3
(Gulo, 2010)

B. Jenis Skala pengukuran


1 Skala Nominal

Data bertipe nominal adalah data yang paling “rendah” dalam level
pengukuran data. Jika suatu pengukuran data hanya menghasilkan satu dan
hanya satu – satunya kategori, data tersebut adalah data nominal (data
kategori) (Santoso, 2003). Data nominal adalah jenis data berupa angka
yang hanya berfungsi sebagai simbol untuk tujuan kategorisasi. Dengan
kata lain, data ini mampu membedakan antara data satu dengan data yang
lain. Namun, angka dalam jenis data ini tidak memiliki nilai (Prastyo, 2017).

Pada pengertian – pengertian di atas contoh data nominal tersebut


misalnya, proses pendataan tempat tinggal 40 responden dalam suatu
penelitian. Dalam kasus ini setiap orang akan bertempat tinggal di suatu
tempat tertentu (berdasar KTP), tidak bisa di tempat lain. Misal Ny.P
berdomisili di Solo, maka dia (dianggap) tidak mungkin tinggal di Jakarta,
atau memiliki dua KTP. Jadi, data tempat tinggal adalah data nominal,
karena Ny.P hanya punya satu dan satu-satunya, tidak bisa lebih dari satu,
tempat tinggal yang ditunjukkan dengan KTP (Santoso, 2003).

Dalam praktek statistik data nominal biasanya akan dijadikan angka


(kategorisasi). Misal dalam pengisian data, jenis kelamin laki – laki diberi
simbol dengan angka 1 dan perempuan dengan angka 2. Hal ini tidak berarti
angka 1 lebih baik daripada angka 2, atau sebaliknya. Angka disini
berfungsi sebagai simbol belaka untuk membedakan jenis kelamin (Prastyo,
2017). Kategori ini pun tidak bisa dilakukan operasi matematika, seperti 1
+ 2 atau 2 – 1 dan lainnya. Untuk lebih jelasnya, lihatlah contoh di bawah
ini:

Warna Kulit : Putih (1); Coklat (2)


Golongan Darah : A (1); B (2); O (3); AB(4)

4
Kategori Usia : Anak – Anal (1); Remaja (2); Dewasa (3)

Jadi dalam data nominal, seluruh datanya bersifat kategorikal,


semuanya memiliki kedudukan yang sama (selevel) tidak ada yang lebih
tinggi atau lebih rendah. Misalnya pada jenis pekerjaan petani tidak lebih
rendah daripada PNS ataupun sebaliknya, semuanya selevel sama – sama
jenis pekerjaan (Swarjana, 2012).
a. Contoh Skala Nominal
1) Untuk membedakan objek antara perempuan dan laki - laki,
diberikan indeks, untuk perempuan0 dan untuk laki - laki 1, bukan
berarti 1 lebih besar dari pada 0, hanya saja untuk pembedaantara
laki - laki dan perempuan.2.
2) Ada sebuah sekumpulan toko disuatu lokasi, untuk memudahkan
para pengunjung maka tokotersebut di beri nomor 1A, 1B, 1C dan
seterusnya tanpa untuk membandingkan satu denganyang lainnya.3.
3) Sebuah gedung bioskop, para penonton diberikan no kursi duduk
yang berbeda agar tidak terjadi perebutan kursi.4.
4) Dalam suatu rumah susun setiap lantainya diberikan nama misalkan
lantai 1, lantai 2, lantai 3,dan seterusnya.5.
5) Dalam salah pesantren antara santriwan dan santriwati asramanya
dipisahkan dengan diberisimbol untuk santriwan A2 sedangkan
untuk santriwati adalah B2.6.
6) Untuk membedakan antara polisi laki - laki dan polisi perempuan,
seragam untuk polisi laki -laki menggunakan baju lengan pendek
dan bercelana panjang sedangkan untuk perempuan bajulengan
pendek dan menggunakan rok.

2 Skala Ordinal

Skala Ordinal ini lebih tinggi daripada skala nominal, dan sering
juga disebut dengan skala peringkat. Hal ini karena dalam skala ordinal,
lambang-lambang bilangan hasil pengukuran selain menunjukkan

5
pembedaan juga menunjukkan urutan atau tingkatan obyek yang diukur
menurut karakteristik tertentu. Misalnya tingkat kepuasan seseorang
terhadap produk. Bisa kita beri angka dengan 5=sangat puas, 4=puas,
3=kurang puas, 2=tidak puas dan 1=sangat tidak puas. Atau misalnya dalam
suatu lomba, pemenangnya diberi peringkat 1,2,3 dstnya. Dalam skala
ordinal, tidak seperti skala nominal, ketika kita ingin mengganti angka-
angkanya, harus dilakukan secara berurut dari besar ke kecil atau dari kecil
ke besar. Jadi, tidak boleh kita buat 1=sangat puas, 2=tidak puas, 3=puas
dstnya. Yang boleh adalah 1=sangat puas, 2=puas, 3=kurang puas dan
seterusnya.

Selain itu, yang perlu diperhatikan dari karakteristik skala ordinal


adalah meskipun nilainya sudah memiliki batas yang jelas tetapi belum
memiliki jarak (selisih). Kita tidak tahu berapa jarak kepuasan dari tidak
puas ke kurang puas. Dengan kata lain juga, walaupun sangat puas kita beri
angka 5 dan sangat tidak puas kita beri angka 1, kita tidak bisa mengatakan
bahwa kepuasan yang sangat puas lima kali lebih tinggi dibandingkan yang
sangat tidak puas. Sebagaimana halnya pada skala nominal, pada skala
ordinal kita juga tidak dapat menerapkan operasi matematika standar
(aritmatik) seperti pengurangan, penjumlahan, perkalian, dan lainnya.
Peralatan statistik yang sesuai dengan skala ordinal juga adalah peralatan
statistik yang berbasiskan (berdasarkan) jumlah dan proporsi seperti modus,
distribusi frekuensi, Chi Square dan beberapa peralatan statistik non-
parametrik lainnya.

Apabila pengukuran terhadap variabel tersebut dapat membedakan


serta mengurutkan (order = urutan = ranking). Antara kategori dapat
diketahui tingkat perbedaannya. Jadi dari kelompok yang sudah ditentukan
dapat diurutkan menurut besar kecilnya. Nomor yang diberikan kepada
obyek mempunyai besaran, yang dapat diurutkan. Ciri - cirinya : dapat
dibedakan, ada tingkatan, dan belum ada jarak/ besar beda.

6
Seperti halnya skala nominal, skala ordinal juga menunjukan
perbedaan antara kategori yang satu dengan kategori lainnya. Namun
perbedaan itu buykan perbedaan yang setatar, tetapi perbedaan jenjang atau
tingkat.

kalau variabelnya adalah “status ekonomi” maka kategori-


kategorinya adalah:

a. Kelas ekonomi lemah, diberi angka 1;


b. Kelas ekonomi menengah, diberi angka 2;
c. Kelas ekonomi tinggi, diberi angka 3.

Angka 1, 2, dan 3 bukan membedakan hal yang sama, tetapi


perbedaan jenjang. Bahwa 1 = 2 = 3 adalah tidak benar, tetapi 1<2<3, atau
sebaliknya 3>2>1 adalah benar. Selisih antara 3 dan 2 tidak selalu sama
dengan selisih antara 2 dan 1. Oleh karena itu, bilangan-bilangan itu tidak
bisa dijumlahkan atau dikurangkan. (Gulo, 2010)

1) pengelompokkan 100 pasien DM ke dalam Obesitas, Overweight,


Normal, dan Underweight; atau 2) pengelompokkan kepatuhan penggunaan
Alat Pelindung Diri pada karyawan menjadi Sangat patuh, Patuh, dan Tidak
Patuh. Sementara itu data jenis kelamin (pria dan wanita) tidak dapat
dikatakan ordinal karena tidak ada hubungan lebih besar/kecil antara
keduanya.

a. Contoh Skala Ordinal


1) Status ekonomi : baik, sedang, kurang
2) Status gizi : baik, kurang, buruk
3) Tingkat pendidikan : SD, SLTP, SLTA, PT
4) Tingkat Pendidikan : dikategorikan SD, SMP, SMA, PT
5) Pendapatan : Tinggi, Sedang, Rendah
6) Tingkat Keganasan Kanker : dikategorikan dalam Stadium I, II, dan
III. Hal ini dapat dikatakan bahwa Stadium II lebih berat daripada
Stadium I dan Stadium III lebih berat daripada Stadium II. Tetapi

7
kita tidak bisa menentukan secara pasti besarnya perbedaan
keparahan itu.
7) Sikap (yang diukur dengan Skala Linkert) : Setuju, Ragu – ragu,
Tidak Setuju.

3 Skala Interval
Skala pengukuran ini menunjukan pula perbedaan seperti pada skala
nominal dan skala ordinal. Perbedaanya adalah bahwa interval antara 1 dan
2, antara 2 dan 3, dan seterusnya adalah sama. Misalnya variabel “umur”
yang dapat diukur dalam tahun. Kalua dalam objek pengamatan kita ada
yang berumur 21 tahun, ada yang 22 tahun, ada yang 23 tahun, dan
seterusnya, maka perbedaan antara 21 dan 22 itu sama dengan perbedaan
antara 22 dan 23. Karena itu, terhadap bilangan-bilangan itu dapat dilakukan
pekerjaan penambahan atau pengurangan. Ciri lain dari skala ini adalah titik
nolnya bersifat arbitrer. Umur ayah dan umur anaknya diukur dari titik nol
yang berbeda, yaitu pada tahun kelahiran masing-masing. Karena sifatnya
yang demikian ini maka angka-angka ini tidak multiplier (Gulo, 2010).
a. Contoh Skala Interval
1) Contoh pertama

Data SKS Waktu

Fundamental of Nursing 1 50 Menit

Basic Science of Nursing 2 100 Menit

Critical care 3 150 menit

Pada tabel diatas menunjukan bahwa Fundamental Of


Nursing memiliki 1 SKS, waktunya adalah 50menit, begitupun
dengan Basic Science of Nursing yang memiliki 2 sks berarti
waktunya 100 menit, dan yang terakhir yaitu Critical Care memiliki

8
3 SKS waktunya adalah 150 menit sehingga dapat disimpulkan
bahwa selisih data diatas adalah 50 menit.

2) Contoh kedua

Data Kecepatan Ukuran

R. Hasna Roshifatunnisa 20-40 km/jam 50 Menit

Rika Arista Dewi 50-60 km/jam 100 Menit

Risma Pujianti 70-80 km/jam 150 menit

Tabel diatas merupan kecepatan masing – masing orang


dalam berkendara di jalan raya, tabeldiatas menunjukan Hasna jika
berkendaraan dengan kecepatan 20 – 40 km/jam masuk keukuran
pelan, untuk Rika dalam berkendaraan memiliki kecepatan 50 – 60
km/jam maka masuk ke dalam ukuran sedang dan yang terakhir
Risma dalam berkendaraannya selalu berkecepatan 70 – 80 km/jam
maka masuk ke ukuran cepat.

3) Contoh ketiga

Data Usia Tinggi badan

Anak-anak 6-12 tahun 130-145 cm

Remaja 13-18 tahun 146-160 cm

Dewasa 19-26 tahun 161-199 cm

Tabel diatas merupakan rata – rata tinggi badan berdasarkan


usia, untuk anak – anak yang berusia 6 – 12 memiliki rata – rata tinggi
badan 130 – 145 cm, untuk remaja yang berusia 13 – 18 memilikirata
– rata tinggi badan 146 – 160 cm, dan untuk dewasa yang berusia 19
– 26 cm memiliki rata – rata tinggi badan 161 – 199 cm

9
4) Contoh keempat

Data Nilai Symbol

Dinda 100 A

Nina 85 B

Andi 65 C

Tabel diatas menunjukan nilai raport pelajar, dimana Dinda


mendapatkan nilai 100 (A), Nina mendapatkan nilai 85 (B), dan
Andi mendapatkan nilai 65 (C).

4 Skala Rasio
Pada skala rasio, terdapat sifat tambahan selain sifat pada skala
interval yaitu tiap kelompok dapat diperbandingkan, hal ini disebabkan
karena skala ini mempunyai titik “nol mutlak”. Skala rasio mencerminkan
jumlah-jumlah yang sebenarnya dari suatu variabel. Salah satu ciri khas dari
skala rasio adalah dapat dilakukan operasi matematika, serta tidak ada
kategorisasi. Skala rasio terdiri dari rasio kontinyu dan rasio diskrit
(Bernstein, 1999)
Skala rasio adalah skala pengukuran yang ditujukan pada hasil
pengukuran yang bisa dibedakan, diurutkan, memiliki jarak tertentu dan
bisa dibandingkan.
Skala rasio adalah skala data dengan kualitas paling tinggi. Pada
skala rasio, terdapat semua karakteristik skala nominal,ordinal dan skala
interval ditambah dengan sifat adanya nilai nol yang bersifat mutlak. Nilai
nol mutlak ini artinya adalah nilai dasar yang tidak bisa diubah meskipun
menggunakan skala yang lain. Oleh karenanya, pada skala ratio,
pengukuran sudah mempunyai nilai perbandingan/rasio.
Analisis Statistik :
Berlaku semua operasi matematika. Analisis statistic sama dengan interval.

10
a. Contoh Skala Rasio
1) Contoh skala rasio pertama :
Misalnya kita mempunyai data panjang A = 10 m, B = 20 m, C = 30
m, dan D = 40 m. kalau digambarkan akan menghasilkan gambar
seperti berikut:

0 1 2 3 4

Gambar 2.3: Data Rasio

Berdasarkan gambar tersebut di atas, maka kita dapat


menyimpulkan bahwa panjang D = 4 x A atau 2 x B. Panjang B dapat
disebut sebagai 2 X A atau 1/2 x D, dan seterusnya. Data rasio ini
sering dipakai dalam penelitian keilmuan atau enjinering. Karena
data rasio, ordinal, dan interval merupakan hasil pengukuran, maka
pada ketiga data tersebut ditemui adanya bilangan pecahan. Data
rasio bersifat ekskuisif, mempunyai urutan, mempunyai ukuran
baru, dan mempunyai nol mutlak.
2) Contoh kedua :
Nama Pekerjaan Penghasilan
Ridhwansyah Supir bus 2.000.000/bulan

11
Rika Karyawan 3.000.000/bulan
Hasna Programmer 10.000.000/bulan

Berdasarkan tabel diatas merupakan tabel pekerjaan dan


penghasilan bulanan, dimana gajihnya bermacam – macam, jika
dilihat berdasarkan skala rasio gajih Hasna lebih besar dari pada
gajih Rika sebagai karyawan, dan gajih Ridhwansyah lebih lebih
kecil dari pada gajih Rika.

3) Contoh ketiga :
Bayi Berat
Rika Arista 3
R. Hasna 2
Risma Pujianti 1

Tabel diatas merupakan berat bayi dimana bayi Rika


beratnya adalah 3, Hasna adalah 2, dan Risma adalah 1, jika dilihat
menggunakan skala rasio berat badan bayi Rika tiga kalilipat dari
berat badan bayi Risma, berat badan bayi Hasna dua kalilipat dari
Risma.

4) Contoh keempat
Data Nilai Symbol
Ridhwansyah 100 A
R. Hasna 80 B
Rika 60 C

Tabel diatas merupakan tabel nilai raport siswa SMA dimana


masing – masing siswa memiliki nilai yang berbeda yaitu
Ridhwansyah mendapatkan nilai 100 (A), Hasna 80 (B), dan Rika
60 (C) jika dilihat dari skala rasio nilai Ridhwansyah memiliki nilai

12
lebih 20 dari pada nilai Hasna, Hasna memiliki nilai lebih 20 dari
pada nilai Rika, dan nilai Rikai kurang 40 untuk sama dengan
Ridhwan.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Skala digunakan untuk mengukur variabel yang akan diteliti.
Skala pengukuran dibuat dengan maksud agar hasil yang dihasilkan
dalam pengukuran itu akurat dengan skala pengukuran ini, maka
variabel yang diukur dengan instrument tertentu dapat dinyatakan
dalam bentuk angka
Skala terbagi menjadi :
1. Skala nominal
Data nominal adalah jenis data berupa angka yang hanya berfungsi
sebagai simbol untuk tujuan kategorisasi. Dengan kata lain, data
ini mampu membedakan antara data satu dengan data yang lain.
Namun, angka dalam jenis data ini tidak memiliki nilai
2. Skala ordinal
Skala Ordinal ini lebih tinggi daripada skala nominal, dan sering
juga disebut dengan skala peringkat. Hal ini karena dalam skala
ordinal, lambang-lambang bilangan hasil pengukuran selain
menunjukkan pembedaan juga menunjukkan urutan atau tingkatan
obyek yang diukur menurut karakteristik tertentu.
3. Skala interval
skala pengukuran ini menunjukan pula perbedaan seperti pada
skala nominal dan skala ordinal. Perbedaanya adalah bahwa
interval antara 1 dan 2, antara 2 dan 3, dan seterusnya adalah sama.
4. Skala rasio.
Skala rasio adalah skala pengukuran yang ditujukan pada hasil
pengukuran yang bisa dibedakan, diurutkan, memiliki jarak
tertentu dan bisa dibandingkan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Bernstein, S. d. (1999). scaum's outline of theory and problem of element of


statistic I : Statistic and Propbability. New York: McGrawl-Hill.

Gulo, W. (2010). Metode Penelitian. Jakarta: Grasindo.

Prastyo, H. (2017). Statistik Dasar: Sebuah Panduan Untuk Peneliti Pemula.


Mojokerto: Lembaga Pendidikan dan Pelatihan : International English
Institute of Ondonesia.

Santoso, S. (2003). Mengatasi Berbagai Masalah Statistik dengan SPSS versi


11.5. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Swarjana, I. K. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: ANDI.

15

Anda mungkin juga menyukai