Anda di halaman 1dari 103

KATA SAMBUTAN

KEPALA DINAS KESEHATAN

Puji Syukur kehadirat Alloh SWT atas rahmat dan karunia Nya sehingga
selesailah penyusunan buku Profil Kesehatan Kabupaten Sidoarjo Tahun 2015 ini.
Profil Kesehatan Kabupaten Sidoarjo merupakan kelanjutan dari profil tahun-tahun
sebelumnya yang merupakan gambaran dari seluruh kegiatan program kesehatan
yang dilaksanakan di Kabupaten Sidoarjo.
Data dan informasi merupakan salah satu komponen krusial dalam
pembangunan kesehatan yang berperan pada tahap perencanaan sebelum
pengambilan keputusan dilakukan. Oleh karena itu, Saya menyambut gembira atas
terbitnya Profil Kesehatan Kabupaten Sidoarjo Tahun 2015.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan secara
gamblang mengamanatkan bahwa setiap orang berhak atas informasi dan edukasi
tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab. Dengan demikian
sudah menjadi tugas kita bersama selaku pemangku kepentingan di sektor
kesehatan untuk menyediakan data dan informasi yang berkualitas.
Profil Kesehatan Kabupaten Sidoarjo Tahun 2015 sebagai media publikasi
data dan informasi kesehatan terus melakukan perbaikan dan pembenahan
sehingga dapat menyajikan data dan informasi yang lebih berkualitas, valid, dan
konsisten. Pemenuhan kelengkapan data dan ketepatan waktu pengiriman data baik
dari segi cakupan wilayah maupun indikator merupakan masalah utama yang
ditemui dalam proses penyusunan Profil Kesehatan Indonesia. Oleh karena itu,
dibutuhkan penguatan komitmen terhadap integrasi data dan informasi serta
koordinasi antara Dinas Kesehatan dan Puskesmas.
Apresiasi yang setinggi-tingginya Saya berikan Kepada seluruh Kepala
Bidang, Kepala Seksi dan staf serta Kepala Puskesmas, Tim Penyusun Profil Dinas
Kresehatan, Tim Penyusun Profil Puskesmas dan semua pihak yang berperan
dalam proses penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Sidoarjo Tahun 2015.

Profil Kesehatan Th. 2015 i


Saya sangat berharap publikasi ini bisa menjadi acuan dalam hal data dan
informasi bagi semua pihak yang berkepentingan terhadap upaya pembangunan
kesehatan di Kabupaten Sidoarjo.

Sidoarjo, April l 2016


KEPALA DINAS KESEHATAN
KABUPATEN SIDOARJO

dr. IKA HARNASTI


Pembina Utama Muda
NIP. 19600227 199001 2 001

Profil Kesehatan Th. 2015 ii


DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi iii

Daftar Lampiran Tabel iv

Daftar Singkatan dan Simbol ix

Daftar Gambar xv

BAB I Pendahuluan 1

BAB II Gambaran Umum 4

BAB III Situasi Derajat Kesehatan 8

BAB IV Upaya Kesehatan 32

BAB V Situasi Sumber Daya Kesehatan 66

BAB VI Program Inovasi 77

BAB VII Penutup 84

Profil Kesehatan Th. 2015 iii


DAFTAR TABEL

LUAS WILAYAH, JUMLAH DESA/KELURAHAN, JUMLAH PENDUDUK, JUMLAH RUMAH


Tabel 1 TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN KABUPATEN SIDOARJO
TAHUN 2014

JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR KABUPATEN


Tabel 2
SIDOARJO TAHUN 2014

PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF DAN IJAZAH


Tabel 3 TERTINGGI YANG DIPEROLEH MENURUT JENIS KELAMIN KABUPATEN SIDOARJO
TAHUN 2014

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN DAN PUSKESMAS


Tabel 4
KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

JUMLAH KEMATIAN NEONATAL, BAYI, DAN BALITA MENURUT JENIS KELAMIN,


Tabel 5
KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

JUMLAH KEMATIAN IBU MENURUT KELOMPOK UMUR, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS


Tabel 6
KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

KASUS BARU BTA+, SELURUH KASUS TB, KASUS PADA TB PADA ANAK, DAN CASE
Tabel 7A NOTIFICATION RATE (CNR) PER 100.000 PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN,
KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2013

KASUS BARU BTA+, SELURUH KASUS TB, KASUS PADA TB PADA ANAK, DAN CASE
Tabel 7B NOTIFICATION RATE (CNR) PER 100.000 PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN,
KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

JUMLAH KASUS DAN ANGKA PENEMUAN KASUS TB PARU BTA+ MENURUT JENIS
Tabel 8A
KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2013

JUMLAH KASUS DAN ANGKA PENEMUAN KASUS TB PARU BTA+ MENURUT JENIS
Tabel 8B
KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

ANGKA KESEMBUHAN DAN PENGOBATAN LENGKAP TB PARU BTA+ SERTA


Tabel 9 KEBERHASILAN PENGOBATAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN
PUSKESMAS KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

PENEMUAN KASUS PNEUMONIA BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN


Tabel 10
PUSKESMAS KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

JUMLAH KASUS HIV, AIDS, DAN SYPHILIS MENURUT JENIS KELAMIN KABUPATEN
Tabel 11
SIDOARJO TAHUN 2014

PERSENTASE DONOR DARAH DISKRINING TERHADAP HIV MENURUT JENIS KELAMIN


Tabel 12
KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

KASUS DIARE YANG DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN DAN


Tabel 13
PUSKESMAS KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

JUMLAH KASUS BARU KUSTA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN


Tabel 14
PUSKESMAS KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

KASUS BARU KUSTA 0-14 TAHUN DAN CACAT TINGKAT 2 MENURUT JENIS KELAMIN,
Tabel 15
KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

Profil Kesehatan Th. 2015 iv


JUMLAH KASUS DAN ANGKA PREVALENSI PENYAKIT KUSTA MENURUT TIPE/JENIS,
Tabel 16
JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

PERSENTASE PENDERITA KUSTA SELESAI BEROBAT (RELEASE FROM


Tabel 17 TREATMENT/RFT) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

JUMLAH KASUS AFP (NON POLIO) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS


Tabel 18
KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I)


Tabel 19 MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN SIDOARJO
TAHUN 2014

JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I)


Tabel 20 MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN SIDOARJO
TAHUN 2014

JUMLAH KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) MENURUT JENIS KELAMIN,


Tabel 21
KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

KESAKITAN DAN KEMATIAN AKIBAT MALARIA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN,


Tabel 22
DAN PUSKESMAS KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

PENDERITA FILARIASIS DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN


Tabel 23
PUSKESMAS KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

CAKUPAN PENGUKURAN TEKANAN DARAH MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN,


Tabel 24
DAN PUSKESMAS KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

CAKUPAN PEMERIKSAAN OBESITAS MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN


Tabel 25
PUSKESMAS KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

CAKUPAN DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DENGAN METODE IVA DAN KANKER
Tabel 26 PAYUDARA DENGAN PEMERIKSAAN KLINIS (CBE) MENURUT KECAMATAN DAN
PUSKESMAS KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

JUMLAH PENDERITA DAN KEMATIAN PADA KLB MENURUT JENIS KEJADIAN LUAR BIASA
Tabel 27
KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DI DESA/KELURAHAN YANG DITANGANI < 24 JAM


Tabel 28
KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL, PERSALINAN DITOLONG TENAGA KESEHATAN, DAN


Tabel 29 PELAYANAN KESEHATAN IBU NIFAS MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL MENURUT KECAMATAN DAN


Tabel 30
PUSKESMAS KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA WANITA USIA SUBUR MENURUT


Tabel 31
KECAMATAN DAN PUSKESMAS KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

JUMLAH IBU HAMIL YANG MENDAPATKAN TABLET FE1 DAN FE3 MENURUT KECAMATAN
Tabel 32
DAN PUSKESMAS KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

JUMLAH DAN PERSENTASE PENANGANAN KOMPLIKASI KEBIDANAN DAN KOMPLIKASI


Tabel 33 NEONATAL MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN
SIDOARJO TAHUN 2014

Profil Kesehatan Th. 2015 v


PROPORSI PESERTA KB AKTIF MENURUT JENIS KONTRASEPSI, KECAMATAN, DAN
Tabel 34
PUSKESMAS KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

PROPORSI PESERTA KB BARU MENURUT JENIS KONTRASEPSI, KECAMATAN, DAN


Tabel 35
PUSKESMAS KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

JUMLAH PESERTA KB BARU DAN KB AKTIF MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS


Tabel 36
KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN,
Tabel 37
DAN PUSKESMAS KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN


Tabel 38
PUSKESMAS KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

JUMLAH BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN,
Tabel 39
DAN PUSKESMAS KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN


Tabel 40
PUSKESMAS KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

CAKUPAN DESA/KELURAHAN UCI MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS


Tabel 41
KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

CAKUPAN IMUNISASI HEPATITIS B < 7 HARI DAN BCG PADA BAYI MENURUT JENIS
Tabel 42
KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

CAKUPAN IMUNISASI DPT-HB/DPT-HB-Hib, POLIO, CAMPAK, DAN IMUNISASI DASAR


Tabel 43 LENGKAP PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BAYI, ANAK BALITA, DAN IBU NIFAS MENURUT
Tabel 44
JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

JUMLAH ANAK 0-23 BULAN DITIMBANG MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN
Tabel 45
PUSKESMAS KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

CAKUPAN PELAYANAN ANAK BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN


Tabel 46
PUSKESMAS KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

JUMLAH BALITA DITIMBANG MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS


Tabel 47
KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

CAKUPAN KASUS BALITA GIZI BURUK YANG MENDAPAT PERAWATAN MENURUT JENIS
Tabel 48
KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN (PENJARINGAN) SISWA SD & SETINGKAT


Tabel 49 MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN SIDOARJO
TAHUN 2014

PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS


Tabel 50
KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK SD DAN SETINGKAT MENURUT
Tabel 51
JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT MENURUT JANIS KELAMIN,


Tabel 52
KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

Tabel 53
CAKUPAN JAMINAN KESEHATAN MENURUT JENIS JAMINAN DAN JENIS KELAMIN

Profil Kesehatan Th. 2015 vi


KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN, RAWAT INAP, DAN KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA
Tabel 54
DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

Tabel 55 ANGKA KEMATIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

Tabel 56 INDIKATOR KINERJA PELAYANAN DI RUMAH SAKIT KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

CAKUPAN PELAYANAN RAWAT JALAN MASYARAKAT MISKIN (DAN HAMPIR MISKIN)


56
Tabel MENURUT STRATA SARANA KESEHATAN, JENIS KELAMIN DAN KECAMATAN
A
KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

PERSENTASE RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (BER-PHBS)


Tabel 57
MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

PERSENTASE RUMAH SEHAT MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS KABUPATEN


Tabel 58
SIDOARJO TAHUN 2014

PENDUDUK DENGAN AKSES BERKELANJUTAN TERHADAP AIR MINUM BERKUALITAS


Tabel 59
(LAYAK) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

PERSENTASE KUALITAS AIR MINUM DI PENYELENGGARA AIR MINUM YANG MEMENUHI


Tabel 60
SYARAT KESEHATAN KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

PENDUDUK DENGAN AKSES TERHADAP FASILITAS SANITASI YANG LAYAK (JAMBAN


Tabel 61 SEHAT) MENURUT JENIS JAMBAN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN
SIDOARJO TAHUN 2014

DESA YANG MELAKSANAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN


Tabel 62
SIDOARJO TAHUN 2014

PERSENTASE TEMPAT-TEMPAT UMUM MEMENUHI SYARAT KESEHATAN MENURUT


Tabel 63
KECAMATAN DAN PUSKESMAS KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

TEMPAT PENGELOLAAN MAKAN (TPM) MENURUT STATUS HIGIENE SANITASI


Tabel 64
KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN DIBINA DAN DIUJI PETIK KABUPATEN SIDOARJO


Tabel 65
TAHUN 2014

Tabel 66 PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

JUMLAH SARANA KESEHATAN MENURUT KEPEMILIKAN KABUPATEN SIDOARJO TAHUN


Tabel 67
2014

PERSENTASE SARANA KESEHATAN (RUMAH SAKIT) DENGAN KEMAMPUAN


Tabel 68
PELAYANAN GAWAT DARURAT (GADAR) LEVEL I KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

JUMLAH POSYANDU MENURUT STRATA, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN


Tabel 69
SIDOARJO TAHUN 2014

JUMLAH UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM) MENURUT


Tabel 70
KECAMATAN KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

Tabel 71 JUMLAH DESA SIAGA MENURUT KECAMATAN KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

Tabel 72 JUMLAH TENAGA MEDIS DI FASILITAS KESEHATAN KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

Profil Kesehatan Th. 2015 vii


JUMLAH TENAGA KEPERAWATAN DI FASILITAS KESEHATAN KABUPATEN SIDOARJO
Tabel 73
TAHUN 2014

JUMLAH TENAGA KEFARMASIAN FASILITAS KESEHATAN KABUPATEN SIDOARJO


Tabel 74
TAHUN 2014

JUMLAH TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT DAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI


Tabel 75
FASILITAS KESEHATAN KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

Tabel 76 JUMLAH TENAGA GIZI DI FASILITAS KESEHATAN KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014

JUMLAH TENAGA KETERAPIAN FISIK DI FASILITAS KESEHATAN KABUPATEN SIDOARJO


Tabel 77
TAHUN 2014

JUMLAH TENAGA KETEKNISIAN MEDIS DI FASILITAS KESEHATAN KABUPATEN


Tabel 78
SIDOARJO TAHUN 2014

JUMLAH TENAGA KESEHATAN LAIN DI FASILITAS KESEHATAN KABUPATEN SIDOARJO


Tabel 79
TAHUN 2014

JUMLAH TENAGA NON KESEHATAN DI FASILITAS KESEHATAN KABUPATEN SIDOARJO


Tabel 80
TAHUN 2014

Profil Kesehatan Th. 2015 viii


DAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL

ANC = Antenatal Care

Askes = Asuransi Kesehatan

ASI = Air Susu Ibu

Apras = Anak Balita dan Pra Sekolah

APBD = Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

APBN = Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

ARV = Anti Retroviral

Balai POM = Balai Pengawasan Obat dan Makanan

Bapel = Badan Pelaksana


Batra = Obat Tradisional

BAU = Biaya Administrasi Umum

BCG = Basillus Calmatto Guenin

BBPOM = Balai Besar Pengamanan Obat dan Makanan

BBLR = Bayi Berat Lahir Rendah

BKMM = Balai Kesehatan Mata Masyarakat

BLU = Badan Layanan Umum

BM = Biaya Modal

BOR = Bed Occupancy Rate

BOP = Biaya Operasional dan Pemeliharaan

BP4 = Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru

BPP = Badan Penyantun Puskesmas

BUMN = Badan Usaha Milik Negara

Bumil = Ibu Hamil

BGM = Bawah Garis Merah

BGT = Bawah Garis Titik

Profil Kesehatan Th. 2015 ix


CDR = Case Detection Rate

CSR = Corporate Social Responsibility

CR = Cure Rate

DDTK = Deteksi Dini Tumbuh Kembang

DOEK = Daftar Obat Esensial Kota

DOEN = Daftar Obat Esensial Nasional

DOEP = Daftar Obat Esensial Propinsi

DOERS = Daftar Obat Esensial Rumah Sakit

DOTS = Directly Observed Treatment of Short Course

DPT = Dipteri Pertusis Tetanus

DPR = Dewan Perwakilan Rakyat

DPRD = Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Dsb = Dan sebagainya

DSP = Daftar Susunan Pegawai

ERAPO = Eradikasi Polio

Fe = Ferrum

Gakin = Keluarga Miskin

GDR = Gross Death Rate

Gerdunas TB = Gerakan Terpadu Nasional Tuberculosis

GSI = Gerakan Sayang Ibu

IPTEK = Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

ISFI = Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia

IUD = Intra Uterine Device

JPPKN = Jaringan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan


Nasional

JPK = Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

JPKM = Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat

K1 = Kunjungan Pertama kali Ibu Hamil

Profil Kesehatan Th. 2015 x


K4 = Kunjungan ke-4 kali Ibu Hamil

KB = Keluarga Berencana

Kepmenkes = Keputusan Menteri Kesehatan

KIE = Komunikasi Informasi Edukasi

KISS = Koordinasi Integrasi, Sinkronisasi dan Sinergisme

KN2 = Kunjungan Neonatus ke dua

KPAD = Komisi Penanggulangan AIDS Daerah

Lansia = Lanjut Usia

Litbang = Penelitian dan Pengembangan

LOS = Length Of Stay

LPP = Lembaga Pembinaan Posyandu

LSM = Lembaga Swadaya Masyarakat

Menkes = Menteri Kesehatan

MKJP = Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

MOW = Medis Operatif Wanita

MOP = Medis Operatif Pria

NAPZA = Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif

NDR = Nett Death Rate

No. = Nomor

OGB = Obat Generik Berlogo

P3NAPZA = Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan


Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif

PAM = Perusahaan Air Minum

PDRB = Produk Domestik Regional Bruto


Per Pres = Peraturan Presiden

PHBS = Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

PIN = Pekan Imunisasi Nasional

PKD = Pelayanan Kesehatan Dasar

Profil Kesehatan Th. 2015 xi


PKRT = Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga

PMR = Palang Merah Remaja

PNS = Pegawai Negeri Sipil

Pokjanal = Kelompok Kerja Operasional

POLRI = Polisi Republik Indonesia

Poskeskel = Pos Kesehatan Kelurahan

Poskestren = Pos Kesehatan Pesantren

Posyandu = Pos Pelayanan Terpadu

POSR = Penggunaan Obat Secara Rasional

PPGD = Pertolongan Pertama Gawat Darurat

PSN = Pemberantasan Sarang Nyamuk

PTT = Pegawai Tidak Tetap

Renstra = Rencana Strategi

RFT = Relief From Treatment

Risti = Risiko Tinggi

RI = Republik Indonesia

RPJM-N = Rencana Pembangunan Jangka Menengah


Nasional
RS = Rumah Sakit

RSAB = Rumah Sakit Anak dan Bersalin

RSI = Rumah Sakit Islam

RSUD = Rumah Sakit Umum Daerah

RT Sehat = Rumah Tangga Sehat

Satlak PBP = Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana dan

Pengungsian

SDM = Sumber Daya Manusia

SIMRS = Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit

SIMKA = Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian

Profil Kesehatan Th. 2015 xii


SK = Surat Keputusan

SSD = Sarana Sanitasi Dasar

STD = Sexual Transmited Diseases

Susenas = Survei Kesehatan Nasional

Tabulin = Tabungan Ibu Bersalin

TNI = Tentara Nasional Indonesia

Toga = Tanaman Obat Keluarga

TPG = Tim Pangan dan Gizi

TT = Tempat Tidur

TT = Tetanus Toxoid

TTU = Tempat-Tempat Umum

TUPM = Tempat Umum Pengelolaan Makanan

TOI = Turn Over Interval

UCI = Universal Child Immunization

UKBM = Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat

UKKD = Upaya Kesehatan Kegawatdaruratan

UKM = Upaya Kesehatan Masyarakat

UKP = Upaya Kesehatan Perorangan

UKS = Usaha Kesehatan Sekolah

UPGK = Upaya Perbaikan Gizi Keluarga

UPTD = Unit Pelaksana Teknis Daerah

Usila = Usia Lanjut

UUD = Undang-Undang Dasar

VCT = Voluntary Counselling Test

WISN = Work Indicator Staff Need

WUS = Wanita Usia Subur


o
= Derajat

Profil Kesehatan Th. 2015 xiii


o
C = Derajat Celcius

km 2 = Kilo meter persegi

M = Meter

, = Koma

> = Lebih dari sama dengan

: = Titik dua

< = Kurang dari

> = Lebih dari

. = Titik

% = Persen

Profil Kesehatan Th. 2015 xiv


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Sidoarjo


Gambar 2.2 Jumlah Penduduk Kabupaten Sidoarjo Tahun 2015
Berdasarkan Kelompok Umur
Gambar 3.1 Angka kematian Bayi
Gambar 3.2 Presentase Kematian Neo TH. 2015 (Berdasarkan Penyebab)
Gambar 3.3 Angka Kematian Balita
Gambar 3.4 Angka Kematian Ibu
Gambar 3.5 Penyebab kematian Ibu
Gambar 3.6 10 Penyakit Terbanyak
Gambar 3.7 Angka keberhasilan Pengobatan TB Paru
Gambar 3.8 Jumlah Kasus HIV/AIDS Tahun 2001-2015

Gambar 3.9 Deskripsi Penemuan Kasus berdasarkan Stadium Th. 2001-


2015

Gambar 3.10 Rasio Penderita Hiv/Aids Yang Hidup Dan Meninggal


Periode Th 2001 - 2014
Gambar 3.11 Jumlah Kasus Difteri tahun 2011 – tahun 2015

Gambar 3.12 Angka Kesakitan DBD Th. 2011 - 2015


Gambar 4.1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4) Tahun 2015
Gambar 4.2 Cakupan Persalinan ditolong oleh Tenaga Kesehatan Tahun
2015
Gambar 4.3 Cakupan Peserta KB Aktif Th. 2015

Gambar. 4.4 Perkembangan Cakupan Desa/Kelurahan UCI Th. 2012 –


2015
Gambar 4.5 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usila Th. 2015
Grafik 4.6 Perkembangan Balita dengan Gizi Buruk Th. 2011-2015

Grafik 4.7 Prevalensi Gizi Kurang Th. 2011-2015

Grafik 4.8 Kecamatan Bebas awan Gizi Th.2010-2015

Gambar 4.9 Prosentase Bayi Yang diberi Asi Ekslusif Th. 2012- 2015

Profil Kesehatan Th. 2015 xv


Gambar 4.10 Kunjungan Rawat Jalan Puskesmas Tahun 2012 – 2015

Gambar 4.11 Perkembangan Cakupan Rumah Tangga Ber-PHBS Th. 2012


– 2015

Gambar 4.12 Cakupan Posyandu PURI Th. 2012-2015

Profil Kesehatan Th. 2015 xvi


TERWUJUDNYA KEMANDIRIAN
MASYARAKAT UNTUK HIDUP SEHAT

1. MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN MASYARAKAT


HIDUP SEHAT

2. MENINGKATKAN KESEHATAN MASYARAKAT


YANG BERMUTU DAN TERJANGKAU

3. MEWUJUDKAN PELAYANAN KESEHATAN


YANG BERMUTU, MERATA DAN
TERJANGKAU

Profil Kesehatan Th. 2015 xvii


BAB I

PENDAHULUAN

Profil Th. 2015

Profil Kesehatan Th. 2015 1


BAB I
PENDAHULUAN

Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan


kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Pembangunan kesehatan manusia sebagai ukuran
kinerja pembangunan secara keseluruhan dibentuk melalui pendekatan tiga
dimensi dasar yaitu umur panjang dan sehat, berpengetahuan dan memiliki
kehidupan yang layak.

Profil Kesehatan disusun untuk memberikan gambaran kinerja sektor


kesehatan yang ada di suatu wilayah, baik pemerintah maupun swasta selama satu
tahun. Profil Kesehatan merupakan salah satu media resmi untuk menampilkan
semua hasil pembangunan kesehatan di Kabupaten Sidoarjo.

Profil Kesehatan Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 memuat data-data


tentang kesehatan, yang meliputi derajat kesehatan, upaya kesehatan, dan
sumber daya kesehatan. Disamping itu dalam buku ini juga menyajikan data
pendukung lain yang berhubungan dengan kesehatan seperti data geografis, luas
wilayah, keadaan iklim dan demografi. Keseluruhan data yang ada merupakan
gambaran tingkat pencapaian penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
Profil ini juga merupakan salah satu sarana untuk memantau pencapaian Visi
Kesehatan Kabupaten Sidoarjo yaitu “ TERWUJUDNYA KEMANDIRIAN
MASYARAKAT UNTUK HIDUP SEHAT dan Misi Kesehatan Kabupaten Sidoarjo
yaitu :
1. Mewujudkan Kemandirian Masyarakat Hidup Sehat
2. Meningkatkan Kesehatan Masyarakat Yang Bermutu
3. Mewujudkan Pelayanan Kesehatan Yang Bermutu, Merata Dan
Terjangkau

Profil Kesehatan Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 terdiri dari beberapa


bagian sebagai berikut :
Bab I – Pendahuluan.

Profil Kesehatan Th. 2015 2


Bab ini menyajikan tentang maksud dan tujuan penyusunan Profil
Kesehatan
Bab II – Gambaran Umum.
Bab ini menyajikan gambaran umum dalam hal keadaan geografi,
luas wilayah, keadaan iklim dan demografi
Bab III – Situasi Derajat Kesehatan.
Bab ini berisi uraian tentang indikator mengenai angka kematian,
angka kesakitan dan keadaan status gizi masyarakat.
Bab IV – Situasi Upaya Kesehatan.
Bab ini merupakan penggambaran dari Upaya Pelayanan
Kesehatan, Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan, Perilaku Hidup
Masyarakat dan Keadaan Lingkungan
Bab V – Situasi Sumber Daya Kesehatan.
Bab ini menguraikan tentang keadaan Sarana Kesehatan, Tenaga
Kesehatan dan Pembiayaan Kesehatan

Bab VI – Program-Program Inovasi


Bab ini menguraikan tentang semua kegiatan-kegiatan inovasi yang
dilakukan selama tahun 2015
Bab VII - Penutup

Profil Kesehatan Th. 2015 3


BAB II

GAMBARAN
UMUM

Profil Th. 2015

Profil Kesehatan Th. 2015 4


BAB II
GAMBARAN UMUM
A. Keadaan Geografi

Kabupaten Sidoarjo adalah kabupaten yang dihimpit oleh dua sungai ,


sehingga terkenal dengan sebutan kota Delta. Secara geografis Kabupaten ini
terletak diantara garis 112,5°-112,9° Bujur Timur dan garis 7,3° - 7,5° Lintang
Selatan.
Batas-batas wilayah Kabupaten Sidoarjo adalah :
- Utara : Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik
- Timur : Selat Madura
- Selatan : Kabupaten Pasuruan
- Barat : Kabupaten Mojokerto
Letak ketinggian wilayah Kabupaten Sidoarjo dari permukaan laut
terbagi menjadi 3 (tiga) bagian, meliputi: 40,81% berketinggian 3-10 m
berada di bagian tengah dan berair tawar, 29,99% berketinggian 0-3 m berada
di sebelah timur yaitu daerah pantai dan pertambakan, 29,20% berketinggian
10-25 m berada di bagian barat.
Gambar 2.1
Peta Administrasi Kabupaten Sidoarjo

Profil Kesehatan Th. 2015 5


B. Luas Wilayah

Luas wilayah Kabupaten Sidoarjo adalah 714.243 Km2, terbagi


menjadi 18 kecamatan dengan 322 desa dan 31 kelurahan. Dari jumlah
tersebut terdapat 3 kelurahan dan 1 desa yang tidak berpenghuni karena
tenggelam oleh luapan Lumpur Lapindo yaitu Kelurahan Jatirejo, Kelurahan
Siring, Kelurahan Renokenongo dan satu desa yaitu Desa Kedung Bendo
Tanggulangin. Sejak bulan Mei 2006, terjadi luapan Lumpur Lapindo yang
menimbulkan dampak di 14 desa yang tersebar di wilayah Kecamatan
Tanggulangin, Porong dan Jabon. Dari 14 desa tersebut, jumlah penduduk
yang terkena dampak ± 12.000 KK (40.000 jiwa).
Dari 18 kecamatan yang ada, Kecamatan Jabon adalah wilayah
terluas 80,998 Km2 dengan sebagian besar wilayahnya adalah tambak,
sedangkan luas terkecil adalah Kecamatan Gedangan dengan luas 24,06
Km2.
C. Keadaan Iklim
Suhu di Kabupaten Sidoarjo berkisar antara 20°C - 35°C. Letak
Kabupaten Sidoarjo berada di sekitar garis khatulistiwa seperti
kabupaten/kota lain di Jawa Timur, sehingga wilayah ini mengalami
perubahan musim sebanyak 2 kali yaitu musim kemarau dan musim
penghujan yang silih berganti sepanjang tahun.
D. Kependudukan
1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2015 adalah
2.117.278 jiwa, dengan 607.885 rumah tangga/KK atau rata-rata 3,48 jiwa
per rumah tangga. Perkiraan laju pertumbuhan penduduk selama 5 tahun
terakhir rata-rata per tahun 2,21%.
2. Persebaran dan Kepadatan Penduduk
Tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Sidoarjo rata-rata 2.964 jiwa
per Km2. Kepadatan penduduk di Kabupaten Sidoarjo menurut kecamatan
sangat bervariasi. Wilayah Kerja Puskesmas Sidoarjo dengan luas 11,430
Km2 merupakan wilayah Puskesmas terpadat dengan kepadatan penduduk

Profil Kesehatan Th. 2015 6


8.631 jiwa per Km2. Kecamatan tersebut berada di pusat kota Kabupaten
Sidoarjo
Sedangkan wilayah Puskesmas dengan kepadatan penduduk
terkecil adalah Jabon 730,78 jiwa per Km2 dimana ini merupakan
wilayah Puskesmas dengan luas terbesar yaitu 80,998 Km2.
3. Komposisi Penduduk`

Perkembangan penduduk menurut jenis kelamin dilihat dari


perkembangan rasio jenis kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki-laki
dan perempuan. Jumlah penduduk Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2015
sebesar 2.117.278 jiwa. Perbandingan antara penduduk laki-laki dan
perempuan relatif seimbang yaitu 1.063.629 (50,23%) jiwa penduduk laki-
laki dan 1.059.549 (49,9%) jiwa penduduk perempuan. Rasio antara
penduduk laki laki dan perempuan adalah 100,38 dengan dependency
rasio adalah 40%. Hal ini menggambarkan bahwa jumlah penduduk laki-
laki sedikit lebih besar dibandingkan jumlah penduduk perempuan umur
dan jumlah umur produktif lebih besar dari umur yang tidak produktif .
Berdasarkan kelompok umur, jumlah penduduk di Kabupaten
Sidoarjo sebagaimana grafik berikut
Gambar 2.2.
Jumlah Penduduk Kabupaten Sidoarjo Tahun 2015
Berdasarkan Kelompok Umur

70 - 74

60 - 64

50 - 54

40 - 44

30 - 34

20 - 24

10 - 14

0-4
- 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000
0-4 5 - 9 10 - 14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 64 65 - 69 70 - 74 75+
Jumlah 174,30 178,52 164,01 167,08 180,38 182,87 191,35 193,34 179,89 150,63 127,58 87,846 52,840 39,393 26,534 26,561

Profil Kesehatan Th. 2015 7


BAB III

SITUASI DERAJAT
KESEHATAN

Profil Th. 2015

Profil Kesehatan Th. 2015 8


BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Derajat kesehatan masyarakat dinilai dengan menggunakan beberapa


indikator yang mencerminkan kondisi mortalitas (kematian), status gizi dan
morbiditas (kesakitan). Pada bagian ini, derajat kesehatan masyarakat di
Kabupaten Sidoarjo digambarkan melalui Angka Mortalitas; terdiri atas
Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian
Balita (AKABA), Indeks Pembangunan Manusia termasuk angka harapan
hidup, Angka Morbiditas; angka kesakitan beberapa penyakit balita dan
dewasa.
Selain dipengaruhi oleh faktor kesehatan seperti pelayanan kesehatan
dan ketersediaan sumber daya kesehatan, derajat kesehatan masyarakat
juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti faktor ekonomi, pendidikan,
lingkungan sosial, serta faktor lainnya.
Situasi derajat kesehatan masyarakat pada tahun 2015 di Kabupaten
Sidoarjo dapat dilihat melalui keadaan mortalitas, morbiditas dan status gizi
berikut :

A. MORTALITAS (ANGKA KEMATIAN)


Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari
kejadian kematian (mortalitas) dalam masyarakat dari waktu ke waktu dan
tempat tertentu. Di samping itu, kejadian kematian juga dapat digunakan
sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan
program pembangunan kesehatan lainnya.

1. Angka Kematian Bayi

Untuk menilai hasil dari pelayanan kesehatan terhadap bayi dan anak
balita dilakukan melalui beberapa standar pelayanan kepada bayi dan
anak balita.

Profil Kesehatan Th. 2015 9


Angka kematian bayi yang ditargetkan tahun 2015 adalah sebesar < 12
per 1.000 kelahiran hidup.
Realisasi angka kematian bayi pada tahun 2015 adalah sebesar 6,27 per
1.000 kelahiran hidup, menurun dari kejadian tahun 2014 sebesar 6,86
per 1.000 kelahiran hidup. Penurunan angka kematian bayi dikarenakan
ketrampilan dan pengetahuan tentang tata laksana penanganan gawat
darurat bayi sudah cukup optimal selain juga karena kesadaran para ibu
hamil untuk selalu memeriksakan kandungannya pada bidan Puskesmas
setempat dan atau pada fasilitas kesehatan ibu dan anak lainnya,
sehingga kesehatan ibu dan anak dalam kandungan selalu terjaga dan
lahirpun dalam keadaan baik dan selamat baik ibu maupun anak yang
dilahiAnak rkannya.
Kematian bayi khususnya masa neonatal disebabkan oleh BBLR (Berat
Bayi lahir Rendah); Keadaan ini terjadi karena beberapa kemungkinan
antara lain dari faktor ibu dan janin itu sendiri, yang akhirnya menghambat
pertumbuhan hasil konsepsi dan atau merangsang terjadinya persalinan
sebelum waktunya.
Perkembangan angka kematian bayi sampai dengan 2015 terlihat pada
grafik berikut ini :

Gambar 3.1
Angka Kematian Bayi Th. 2011-2015 di Kabupaten Sidoarjo

Angka Kematian Bayi per 1000 kelahiran


hidup

12.00
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
-
2011 2012 2013 2014 2015
Angka Kematian Bayi 8.89 10.39 8.85 6.86 6.27

Profil Kesehatan Th. 2015 10


Gambar 3.2
Presentase Kematian Neo Berdasarkan Penyebab Th. 2015

Beberapa Upaya yang dilakukan dalam penurunan angka kematian bayi


adalah :
 Peningkatan ketrampilan petugas tentang manajemen BBLR,
asfiksia, dan penanganan kegawat daruratan bayi;
 Adanya rujukan dini terencana;
 Melaksanakan skill assesment pada gawat darurat neonatal dengan
sasaran tenaga kesehatan
 Pemberian pelayanan ANC terpadu (10 T)

2. Angka Kematian Balita (AKABA)

Angka Nasional untuk angka kematian anak balita sebesar < 46 per 1.000
kelahiran hidup. Perkembangan angka kematian anak balita di Kabupaten
Sidoarjo sampai dengan tahun 2015 terlihat pada grafik berikut ini :
Grafik 3.3
Angka Kematian Balita Th. 2011-2015

Angka Kematian Balita


12.00
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
2011 2012 2013 2014 2015
Angka Kematian Balita 9.67 11.09 10.08 7.56 7.10

Profil Kesehatan Th. 2015 11


Realisasi angka kematian balita pada tahun 2015 adalah sebesar 7,1 per
1000 kelahiran hidup menurun dari realisasi tahun 2014 yang sebesar
7,56 per 1000 kelahiran hidup.
Angka kematian Balita seperti tersebut diatas sangat baik apabila
dibandingkan dengan target RPJMD sebesar < 46 per 1000 kelahiran
hidup.
Kematian anak Balita terbanyak karena Gastro Enteritis Acute (diare).
Menurunnya angka kematian balita pada tahun 2015 disebabkan antara
lain karena meningkatnya pelaksanaan PHBS di masyarakat serta
upaya deteksi tumbung pelaksanaan pemantapan ketrampilan
manajemen terpadu balita sakit di fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Angka Kematian Ibu
Kematian Ibu adalah kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa
kehamilan, persalinan dan masa nifas, kecuali kasus kecelakaan. Target
angka kematian ibu tahun 2015 sebesar < 87 per 100.000 kelahiran hidup.
Angka kematian ibu tahun 2015 sebesar 72,1 per 100.000 kelahiran hidup,
Angka ini menurun apabila dibandingkan dengan tahun 2014 yang
tercapai sebesar 80,02 per 100.000 kelahiran hidup.
Penurunan ini karena peningkatan upaya dalam penanganan 3
Terlambat yaitu
- Terlambat mendeteksi dan ambil keputusan
- Terlambat melakukan rujukan
- Terlambat mendapat penanganan di tempat rujukan
Perkembangan angka kematian ibu sampai dengan tahun 2015 terlihat
pada grafik berikut ini :
Grafik 3.4
Angka Kematian Ibu Th. 2011-2015

150,00 Angka Kematian Ibu


100,00

50,00

-
2011 2012 2013 2014 2015
AKI 78,1 95,8 72,8 80,0 72,0

Profil Kesehatan Th. 2015 12


Gambar 3.5
Penyebab Kematian Ibu Th. 2015

Upaya – upaya yang telah dilakukan untuk menurunkan angka kematian


ibu yaitu :
• Pelaksanaan penerapan pelayanan standar ibu hamil (ANC terpadu-
10T)
• Peningkatan ketrampilan tenaga kesehatan dalam APN (Asuhan
Persalinan Normal), kelas ibu
• Pemanfaatan buku KIA bagi semua ibu dan tenaga kesehatan untuk
memperoleh informasi dan memantau kesehatan ibu hamil
• Refreshing deteksi resiko tinggi oleh masyarakat (kader kesehatan,
PKK, dll)
• Optimalisasi Desa dengan P4K (Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi) termasuk penempelan stiker P4K dalam
rangka pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan Masyarakat ini
dibentuk dalam Pokja I ( pendataan, penandaan, pendampingan),
Pokja 2 ( Tabulin & Dasolin). Pokja 3 ( Donor Darah), Pokja 4
(Ambulance Desa)
• Melakukan penilaian tatalaksana pada gawat darurat maternal dan
neonatal melalui skill assesment dengan sasaran tenaga kesehatan
(bidan)
• Optimalisasi sistem rujukan : sms gateway, SIJARIEMAS, termasuk
rujukan dini terencana

Profil Kesehatan Th. 2015 13


• Melakukan Audit Maternal Perinatal (AMP) pada kasus near miss
dan atau kematian ibu, kematian ibu bersalin, kematian ibu nifas
dan pada neonatal.
• Optimalisasi jalinan kerjasama dan koordinasi di wilayah

B. MORBIDITAS (ANGKA KESAKITAN)


Selain menghadapi transisi demografi negara ini juga menghadapi
transisi epidemiologi yang menyebabkan beban ganda. Disatu sisi kasus gizi
kurang serta penyakit-penyakit infeksi juga masih tinggi, namun disisi lain
penyakit degeneratif, gizi lebih dan gangguan kesehatan akibat kecelakaan juga
meningkat. Selain itu masalah perilaku yang tidak sehat, rupanya menjadi faktor
utama yang harus dirubah terlebih dahulu agar beban ganda masalah kesehatan
teratasi.
Morbiditas adalah angka kesakitan (insidensi atau prevalensi) dari suatu
penyakit yang terjadi pada populasi dalam kurun waktu tertentu. Morbiditas
berhubungan dengan terjadinya atau terjangkitnya penyakit di dalam populasi,
baik fatal maupun non fatal. Angka morbiditas lebih cepat menentukan
keadaan kesehatan masyarakat daripada angka mortalitas, karena banyak
penyakit yang mempengaruhi kesehatan hanya mempunyai angka mortalitas
yang rendah. Berikut akan disajikan mengenai penyakit menular, penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) dan penyakit potensial kejadian
luar biasa (KLB).
Gambar 3.6.
10 PENYAKIT TERBANYAK Th. 2015

No Macam penyakit Jumlah


1 Infeksi akut pernafasan atas 300.131
2 Penyakit sistem otot & jaringan pengikat 137.311
3 Tukak lambung & usus dua belas jari 101.205
4 Demam yang tidak ditahui penyebabnya 63.401
5 Diare & Gasteroenteritis 45.396
6 Radang tenggorokan 44.695
7 Pemyakit darah tinggi 42.388
8 Penyakit kulit alergi 2.576
9 Penyakit pulpa & jaringan 30.400

Profil Kesehatan Th. 2015 14


10 Penyakit lain pada saluran pernafasan 26.271

1. PENYAKIT MENULAR
Penyakit menular yang disajikan dalam profil kesehatan Kabupaten
Sidoarjo tahun 2015 antara lain adalah penyakit malaria, TB Paru,
HIV/AIDS, dan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan Penyakit
Kusta.
a. Penyakit malaria
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit (plasmodium)
yang ditularkan oleh gigitan nyamuk yang terinfeksi (vector – borne
desease). dapat menyerang semua orang baik laki-laki ataupun
perempuan pada semua golongan umur dari bayi, anakanak dan orang
dewasa.
Pada tubuh manusia parasit membelah diri dan bertambah banyak di
dalam hati dan kemudian menginfeksi sel darah merah.
Penyakit malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia, dimana upaya pengendalian dan penurunan kasusnya
merupakan komitmen internasional dalam Millennium Development Goals
(MDGs).
b. Penyakit TB Paru
Tuberculosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang
paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Penyakit ini
menyebar dan ditularkan melalui udara, Ketika orang yang terinfeksi TB
Paru batuk /droplet infection, bersin, berbicara atau meludah.
Millennium Development Goals (MDGs) menjadikan penyakit TB paru
sebagai salah satu penykit yang di target untuk diturunkan, selain malaria
dan HIV/ AIDS.

1. Angka keberhasilan pengobatan TB (Treatment Succes Rate =TSR)


Angka keberhasilan pengobatan adalah angka yang menunjukkan
prosentase pasien baru TB Paru terkonfirmasi bakterilogis yang
menyelesaikan pengobatan (baik yang sembuh maupun pengobatan

Profil Kesehatan Th. 2015 15


lengkap) diantara pasien baru TB Paru terkonfirmasi bakteriologis yang
tercatat. Sembuh yaitu pasien TB Paru dengan hasil pemeriksaan
bakteriologis positif pada awal pengobatan yang hasil pemeriksaan
bakteriologis pada akhir pengobatan menjadi negatif pada salah satu
pemeriksaan sebelumnya. Pengobatan lengkap yaitu pasien TB yang
telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap dimana pada salah
satu pemeiksaan sebelum akhir pengobatan hasilnya negatif namun
tanpa ada bukti hasil pemeriksaan bakteriologis pada akhir pengobatan.
Grafik 3.7
Angka Keberhasilan Pengobatan TB Paru Th. 2011-2015

Angka Keberhasilan Pengobatan TB


Paru
93
92
91
90
89
88
87
86
85
84
2011 2012 2013 2014 2015
TB Paru 87.1 87.6 90.88 92.5 90.3

Target angka keberhasilan pengobatan TB Paru Tahun 2015 adalah


sebesar 90%. Angka keberhasilan pengobatan TB Paru (TSR) selama th
2015 tercapai sebesar 90,30%. Realisasi ini sudah mencapai target yang
ditetapkan meskipun sedikit mengalami penurunan disbanding dengan
tahun 2014 yang tercapai 92,5%.

Profil Kesehatan Th. 2015 16


c. Penyakit HIV/AIDS
HIV /AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus
Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh.
Infeksi tersebut merupakan penderita mengalami penurunan ketahanan
tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit.
Perkembangan penemuan penyakit Human Immuno Deficiency Virus /
Acquired Immuno Deficiency Syndrom (HIV/AIDS) terus menunjukkan
peningkatan, meskipun berbagai upaya penanggulangan terus dilakukan.
Semakin tingginya mobilitas penduduk antar wilayah, menyebarnya sentra-
sentra pembangunan ekonomi di Indonesia, meningkatnya kecenderungan
perilaku seksual yang tidak aman dan meningkatnya penyalahgunaan
NAPZA melalui suntikan, secara simultan telah memperbesar tingkat risiko
penyebaran HIV/AIDS.
HIV adalah virus yang menginfeksi sel-sel system immunology
sehingga merusak system kekebalan manusia. HIV dapat ditularkan dari
satu orang ke orang lain melalui kontak dengan cairan tubuh orang yang
terinfeksi HIV, misalnya melalui hubungan sexual, transfuse darah,
penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi, dan penularan dari ibu ke
anak yang dilahirkan atau disusui.

Profil Kesehatan Th. 2015 17


Gambar 3.8
Jumlah Kasus HIV/AIDS Tahun 2001-2015

SITUASI KASUS HIV-


HIV-AIDS
KABUPATEN SIDOARJO
PERIODE TAHUN 2001 –2015
2015

1623
1343

894
1079
571
710
291
5 18 108 403
4
11 45 180

Gambar 3.9
Deskripsi Penemuan Kasus berdasarkan Stadium Th. 2001-2015

DESKRIPSI PENEMUAN KASUS BERDASARKAN


STADIUM
KABUPATEN SIDOARJO
TAHUN 2001- 2015

Sumber : Data Base Desember 2015


3

Sebagai salah satu penyakit menular yang memerlukan perhatian khusus,


prevalensi HIV/AIDS yang dihitung per 100.000 penduduk sampai dengan
tahun 2015 mencapai 76 per 100.000 penduduk. Adapun penemuan
kasus HIV/AIDS pada tahun 2015 adalah 435 atau 20/100.000 penduduk

Profil Kesehatan Th. 2015 18


sedangkan pada tahun 2014 di Kabupaten Sidoarjo ditemukan sebanyak
351 atau 16/100.000 penduduk (sumber : Laporan SIHA).
Realisasi Prevalensi HIV/AIDS yang cukup tinggi memerlukan usaha
yang serius untuk menangani dan mencegah paling tidak mengendalikan
pada angka minimum, utamanya melalui pencegahan penggunaan dan
penyalahgunaan narkoba oleh para generasi muda.
Tingginya prevalensi HIV/AIDS di Kabupaten Sidoarjo disebabkan :
• Semakin aktifnya system survelaince HIV/AIDS
• Semakin tingginya kesadaran penderita untuk memeriksakan diri.
Upaya pencegahan dan penanggulangan dilakukan melalui penyuluhan
masyarakat, pendampingan kelompok resiko tinggi dan intervensi
perubahan perilaku, layanan konseling dan testing HIV, layanan Harm
Reduction, pengobatan dan pemeriksaan berkala penyakit Infeksi
Menular Seksual (IMS), pengamanan darah donor dan kegiatan lain yang
menunjang pemberantasan HIV/AIDS.

Gambar 3.10
Rasio Penderita Hiv/Aids Yang Hidup Dan Meninggal
Di Kabupaten Sidoarjo Periode Th 2001 - 2014

DESKRIPSI PENEMUAN KASUS HIV- AIDS


BERDASARKAN STATUS HIDUP/MATI
KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2001-2015

Hidup Mati
78% 22% 355

Sumber : Data Base Dinkes 2015


4

Profil Kesehatan Th. 2015 19


Dokumentasi : LOKAKARYA: Akselerasi Penggunaan ARV secara Strategis untuk Pengobatan & Pencegahan

d. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

Penyakit ISPA adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah


satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas)
hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti
sinus, rongga telinga tengah, dan pleura (selaput paru).
Penyakit ISPA yang menjadi fokus program kesehatan adalah
pneumonia, karena pneumonia menjadi salah satu penyebab utama
kematian bayi dan Balita.
Upaya pemberantasan ISPA lebih difokuskan pada kegiatan penemuan
dini dan tatalaksana kasus yang cepat dan tepat terhadap penderita
pneumonia Balita yang ditemukan.
Jumlah Balita yang menderita pneumonia balita yang ditemukan di
Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2014 sebanyak 8.562, meningkat
dibanding tahun tahun 2015 sebanyak 8.834, dimana keseluruhan
penderita dapat ditangani.
Program pengendalian ISPA menetapkan bahwa semua kasus yang
ditemukan harus mendapat tata laksana sesuai standart, dengan demikian
angka penemuan kasus ISPA juga menggambarkan penatalaksnaan kasus
ISPA. Target penemuan kasus ISPA adalah 4,45 % balita, sedangkan
cakupan penemuan penderita Pneumonia balita adalah jumlah kasus

Profil Kesehatan Th. 2015 20


pneumonia yang ditangani dibagi dengan target penemuan kasus ( 4,45 %
balita ) diwilayah kerja puskesmas. Target cakupan ISPA adalah 100%,
capaian 113 %.
Kegiatan dalam rangka penurunan kasus pneumonia Balita antara lain
sosialisasi lintas program dalam penghitungan frekuensi
nafas/penanganan penderita yang sesuai prosedur ketetapan. Namun
demikian bila dalam wilayah tersebut memang ada peningkatan kasus,
maka perlu diantisipasi dengan meningkatkan kesadaran masyarakat
untuk berperilaku pola hidup bersih dan sehat, terutama dalam hal
pemberian ASI ekslusif dan menjaga kesehatan lingkungan.

e. Penyakit Kusta
Kusta atau Lepra adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium leprae. Bila tidak ditangani dengan baik, kusta
dapat menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit,
saraf, anggota gerak dan mata.
Sampai saat ini penyakit kusta masih menjadi salah satu masalah
kesehatan masyarakat, hal ini terbukti dengan masih tingginya jumlah
penderita kusta di Indonesia dan merupakan negara dengan urutan ketiga
penderita terbanyak di dunia.
Diagnosa kusta dapat ditegakkan dengan adanya kondisi berikut:
1. Kulit dengan bercak putih atau kemerahan disertai mati rasa atau
anestesi
2. Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf berupa mati
rasa dan kelemahan/kelumpuhan pada otot tangan, kaki dan mata,
kulit kering serta pertumbuhan rambut yang terganggu
3. Pada pemeriksaan kerokan jaringan kulit (slit=skin=smear) didapatkan
adanya kuman M. Leprae.

Target prevalensi kusta sebesar <1 per 10.000 penduduk (<10 per 100.000
penduduk). Prevalensi kusta di Sidoarjo pada tahun 2015 yang sebesar
3,91 per 100.000 penduduk, hal ini telah mencapai target program.

Profil Kesehatan Th. 2015 21


Di Kabupaten Sidoarjo dilaporkan pada tahun 2014 terdapat 7 kasus PB
(Pausi Basiler) , 65 kasus MB (Multi Basiler) sedangkan pada tahun 2015
terdapat kasus baru terdiri dari 12 kasus PB dan 71 kasus MB

2. PENYAKIT MENULAR YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI


(PD3I)
PD3I merupakan penyakit yang diharapkan dapat dicegah atau ditekan
dengan pelaksanaan program imunisasi. Pada profil kesehatan ini akan
dibahas penyakit Polio, tetanus neonatorum, campak, difteri, pertusis dan
Hepatitis B.
a. Polio dan AFP (Acute Flaccid Paralysis/Lumpuh Layu Akut)
Polio adalah salah satu penyakit menular yang termasuk PD3I. Penyakit ini
disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang sistem syaraf hingga
penderita mengalami kelumpuhan. Penyakit yang pada umumnya
menyerang anak berusia 0-3 tahun ini ditandai dengan munculnya demam,
lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher, serta sakit di tungkai dan lengan.
AFP merupakan kelumpuhan yang sifatnya flaccid yang bersifat lunglai,
lemas atau layuh (bukan kaku), atau terjadi penurunan kekuatan otot, dan
terjadi secara akut (mendadak). Sedangkan Non Polio AFP adalah kasus
lumpuh layuh akut yang diduga kasus Polio sampai dibuktikan dengan
pemeriksaan laboratorium bukan kasus Polio. Kementerian Kesehatan
menetapkan Non Polio AFP Rate minimal 2/100.000 populasi anak usia
< 15 tahun.
Pada tahun 2015 di Kab Sidoarjo polio AFP rate sebesar 1,74 /100.000
populasi anak < 15 tahun, hal ini berarti telah mencapai standar minimal
penemuan.
Selama tahun 2015 ditemukan 9 kasus AFP tersebar di 7 wilayah
Puskesmas yaitu Puskesmas Tarik, Candi, Sukodono, Kepadangan,
Wonoayu, Buduran, dan Taman.. Setiap kasus AFP yang ditemukan dalam
kegiatan intensifikasi surveilans, akan dilakukan pemeriksaan specimen
tinja untuk mengetahui ada tidaknya virus polio liar. Dari semua kasus
tersebut setelah diperiksa secara laboratorium semuanya tidak ditemukan
virus Polio

Profil Kesehatan Th. 2015 22


b. Tetanus Neonatorum
Tetanus Nenatoorium (TN) disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang
masuk ke tubuh melalui luka. Penyakit Tetanus Neonatorum adalah suatu
bentuk tetanus infeksius yang berat dan terjadi selama beberapa hari
pertama setelah lahir, yang disebabkan oleh faktor – faktor seperti tindakan
perawatan sisa tali pusar yang tidak higienis, circumsisi bayi laki – laki dan
perempuan yang tidak steril dan kekurangan imunisasi maternal.
Pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2015 tidak ditemukan kasus
Tetanus Neonatorum. Penemuan kasus Tetanus Neonatorum merupakan
suatu kejadian Luar Biasa yang harus segera ditindaklanjuti. Penanganan
kasus Tetanus Neonatorum memang tidak mudah tetapi juga bukannya
tidak mungkin untuk dicegah. Yang terpenting adalah upaya pencegahan
melalui pertolongan persalinan yang higienis ditunjang dengan imunisasi
Tetanus Toxoid pada ibu hamil dan WUS.

c. Campak
Penyakit campak merupakan salah satu penyakit PD3I yang disebabkan
oleh Morbilivirus, ditandai dengan munculnya bintik merah (ruam), demam,
mata memerah dimana sering terjadi pertama kali pada saat anak-anak.
Penularan dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasii oleh sekret
orang yang telah terinfeksi.
Campak merupakan penyakit menular yang sering menyebabkan Kejadian
Luar Biasa (KLB).
Pada tahun 2015 ditemukan 488 kasus campak dan pada tahun 2014
ditemukan 143 kasus campak dengan tanpa kematian. Ada beberapa
kemungkinan yang menyebabkan anak yang sudah diimunisasi campak
masih terjangkit Campak, salah satunya karena mutu rantai dingin
penyimpanan vaksin kurang baik. Sehingga sangatlah perlu adanya
monitoring terhadap rantai dingin di Puskesmas.

Profil Kesehatan Th. 2015 23


d. Difteri
Penyakit Difteri adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan bakteri
Corynebacterium Diphteriae yang menyerang sistem pernafasan bagian
atas. Penyakit ini memiliki gejala nyeri telan, demam, terdapat psedo
membran. Difteri sering ditandai dengan tumbuhnya membran kelabu(
psedo membran ) yang menutupi tonsil serta bagian saluran pernafasan
sehingga menyebabkan sulit bernafas. Tetapi diphteri juga bisa menyerang
organ tubuh lain (hidung, kulit mata. Penyakit difteri pada umumnya
menyerang anak-anak usia 1-15 tahun tetapi juga bisa menyerang orang
dewasa.
Dari tahun ke tahun jumlah penderita Difteri terus meningkat , 38 orang
pada tahun 2011 dan sedikit menurun Pada tahun 2012 yaitu kasus Difteri
ditemukan sebanyak 34, pada tahun 2013 ditemukan sebanyak 42 orang
dengan 3 kematian, pada tahun 2014 ditemukan sebanyak 37 orang tanpa
kematian dan pada tahun 2015 ditemukan sebanyak 24 kasus tanpa
kematian.

Gambar 3.11
Jumlah Kasus Difteri di Kabupaten Sidoarjo tahun 2011 – tahun 2015

Profil Kesehatan Th. 2015 24


Penyakit ini dapat dicegah dengan pemberian imunisasi DPT 1, DPT 2,
DPT 3 dan boster pada saat SD kelas 1 dan 2. Selain pemberian
imunisasi, perlu juga diberikan penyuluhan kepada masyarakat terutama
kepada orang tua tentang bahaya dari difteri dan perlunya imunisasi aktif
diberikan kepada bayi dan anak-anak. Selain itu sangatlah perlu untuk
menjaga kebersihan badan, pakaian dan lingkungan. Penyakit menular
seperti difteri mudah menular dalam lingkungan yang buruk dengan tingkat
sanitasi rendah. Oleh karena itu, selain menjaga kebersihan diri, kita juga
harus menjaga kebersihan lingkungan sekitar, juga yang tidak kalah
penting adalah memperhatikan kebersihan makanan yang dikonsumsi.
e. Penyakit Pertusis
Penyakit Pertusis adalah penyakit membran mukosa pernafasan dengan
gejala demam ringan, bersin, hidung berair dan batuk kering. Selama 4
tahun terakhir yaitu mulai tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 di
Kabupaten Sidoarjo tidak ditemukan kasus penyakit Pertusis yang
dilaporkan oleh Puskesmas.

f. Hepatitis B
Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Hepatitis B dengan
gejala demam, nyeri ulu hati dan icterus. Selama 5 tahun terakhir mulai
tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 di Kabupaten Sidoarjo tidak
ditemukan kasus penyakit Hepatitis yang dilaporkan oleh Puskesmas.

3. PENYAKIT POTENSI KEJADIAN LUAR BIASA (KLB / WABAH)


a. Demam Berdarah Dengue
Demam berdarah adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus
dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk
dari genus Aedes, misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Aedes
aegypti adalah vektor yang paling banyak ditemukan menyebabkan
penyakit ini. Nyamuk dapat membawa virus dengue setelah menghisap
darah orang yang telah terinfeksi virus tersebut. Sesudah masa inkubasi
virus di dalam nyamuk selama 8-10 hari, nyamuk yang terinfeksi dapat
mentransmisika virus dengue tersebut ke manusia sehat yang digigitnya.

Profil Kesehatan Th. 2015 25


Penyakit ini sering muncul sebagai KLB dengan angka kesakitan dan
angka kematian yang relatif tinggi.
Target angka kesakitan DBD tahun 2015 adalah sebesar < 49 per 100.000
penduduk.
Perkembangan angka kesakitan DBD sampai dengan tahun 2015 terlihat
pada grafik berikut ini :
Gambar 3.12
Angka Kesakitan DBD Th. 2011 - 2015

Angka Kesakitan DBD per 100.000 penduduk


30.00
25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
2011 2012 2013 2014 2015
Kesakitan DBD 7.03 10.61 10.75 8.12 28.30

Angka kesakitan DBD Kabupaten Sidoarjo berfluktuasi. Angka


kesakitan DBD pada tahun 2015 sebesar 28,3 per 100.000 penduduk,
meningkat jika dibandingkan tahun 2014 yaitu sebesar 8,12 per
100.000 penduduk.
Beberapa Penyebab kasus DBD tetap ada antara lain :
• Perantara Nyamuk Aedes Agypti masih ada
• Pemahaman tentang PSN belum sepenuhnya benar
• Pelaksanaan PSN belum serentak dan berkesinambungan
• Persepsi Masyarakat untuk memutuskan mata rantai penularan
masih dominan dengan cara pengasapan.
Adapun kalkulasi peningkatan angka kesakitan terdapat pada wilayah
Puskesmas Jabon, Candi, Sidoarjo, Wonoayu dan Tarik, akan tetapi
tidak terjadi pada wilayah Desa/Kelurahan yang tetap.

Profil Kesehatan Th. 2015 26


Stratifikasi 353 desa terdiri dari :
1. Desa endemis terdiri dari 39 Desa/Kelurahan
2. Desa sporadis terdiri dari 218 Desa/Kelurahan
3. Desa potensial terdiri dari 93 Desa/Kelurahan
4. Desa bebas terdiri dari 3 Desa/Kelurahan
Kabupaten Sidoarjo mempunyai 26 % Desa/Kelurahan Potensial, Desa
potensial adalah wilayah potensial apabila berdekatan dengan Desa
endemis memungkinkan menjadi Desa Sporadis. Potensi sebagai
wilayah endemis DBD dimana tingkat penularan DBD sangat tinggi,
yang dipengaruhi antara lain curah hujan dan mobilitas penduduk yang
tinggi, disertai masalah kebersihan lingkungan.
Namun demikian upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten
Sidoarjo untuk mencegah penularan DBD yang efektif sehingga
penyebarannya dapat ditekan serendah mungkin. Upaya yang telah
dilakukan pemerintah kabupaten antara lain :
• Meningkatkan kerjasama lintas sektor di tingkat kabupaten,
kecamatan dan desa.
• Meningkatkan kerasama dengan Rumah Sakit dan Puskesmas
untuk menetapkan wilayah sasaran pelaksanaan penanggulangan
focus
• Memotivasi petugas DBD Puskesmas untuk meningkatkan kualitas
dan frekuensi penyuluhan tentang DBD dan PSN 3M Plus.
• Melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang DBD sehingga
masyarakat dapat mencegah secara dini DBD dengan
meningkatkan intensitas kegiatan pemberantasan sarang nyamuk
atau PSN.
• Meningkatkan kualitas SDM juru pemantau jentik (Jumantik)
Desa/Kelurahan melalui refreshing.
• Memotivasi tokoh masyarakat untuk mengajak masyarakat di
sekitarnya melakukan gerakan 3M plus (Menguras, Menutup dan
Mengubur serta Mencegah Gigitan Nyamuk)

Profil Kesehatan Th. 2015 27


b. Diare
Diare adalah penyakit yang terjadi ketika perubahan konsistensi feses
selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita diare
bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau
lebih dalam sehari. Penyakit Diare masih merupakan salah satu penyebab
kematian bayi dan Balita. Jumlah kasus Diare pada Balita yang ditangani
di pada tahun 2014 adalah 77.296 menurun dibanding tahun 2015 yaitu
68.479 kasus dimana kesemuanya 100% ditangani.

c. Filariasis
Penyakit Filariasis adalah penyakit menular kronis yang disebabkan cacing
filarial yang terdiri dari 3 (tiga) spesies yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia
malayi dan Brugia timori , yang menyerang saluran dan kelenjar getah
bening serta merusak system limfe. Penyakit Filariasis menimbulkan
pembengkakan tangan, kaki, granula mammae dan scrotum.
Sebagai agent penularan dari penyakit ini adalah semua jenis nyamuk
betina terutama jenis armigeres, mansonia dan culex, untuk itu dalam
rangka pencegahan diperlukan peningkatan kebersihan lingkungan.
Sosialisasi tentang gejala awal penyakit Filariasis juga harus tetap
dilakukan kepada masyarakat agar bisa diobati secara dini untuk
mencegah kecacatan (pembesaran kaki) permanent.
Pada tahun 2015 tidak ditemukan kasus baru Filariasis, namun pada 2014
ditemukan 1 kasus baru filariasis di wilayah Puskesmas Tanggulangin
sehingga secara keseluruhan terdapat 19 kasus dengan dengan angka
kesakitan 0,90/100.000 penduduk.
Dengan kampanye perilaku hidup bersih dan sehat di seluruh masyarakat,
sekolah dan institusi kesehatan diharapkan tahun-tahun kedepan tidak lagi
ditemukan kasus penyakit ini.

C. KEADAAN STATUS GIZI


Keadaan gizi yang baik merupakan prasyarat utama dalam mewujudkan
sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas. Jika ditelusuri, masalah gizi
terjadi disetiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi,
anak, dewasa, dan usia lanjut.

Profil Kesehatan Th. 2015 28


Program percepatan Perbaikan Gizi melalui Gerakan 1000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK) merupakan “Masa Emas & Masa Kritis” yang harus
mendapatkan perhatian serius, yaitu mulai terjadi konsepsi (hamil) sampai
dengan lahir sampai usia dua tahun . Pada saat itu adalah masa pertumbuhan
otakini bersifat permanen, oleh karena itu apabila seorang anak mengalami
gangguan gizi dimasa tersebut bersifat permanen dan tidak dapat pulih
walaupun kebutuhan gizi kebutuhan gizi dimasa selanjutnya terpenuhi.
Status gizi masyarakat dapat dilihat melalui beberapa indikator, antara lain
bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan status gizi Balita

a. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)


BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram yang
ditimbang pada saat lahir sampai dengan 24 jam pertama setelah lahir.
Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu
faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal.
BBLR dibedakan dalam 2 kategori yaitu BBLR karena premature atau
BBLR karena Intra Uterine Growtinh Retardation (IUGR), yaitu bayi yang
lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang.
Jumlah BBLR yang dilaporkan di Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2015
sebanyak 446 (1.2%) 2013 sebanyak 597 bayi (1.93%) , tahun 2012
sebanyak 485 (1,61%) dari seluruh kelahiran hidup , dibanding tahun 2011
dimana BBLR pada tahun tersebut 596 (2,1%) dari seluruh kelahiran
hidup
Seluruh BBLR yang dilaporkan di Kabupaten Sidoarjo ditangani sesuai
prosedur pelayanan kesehatan neonatal dasar seperti tindakan resusitasi,
pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan eksklusif, pencegahan
infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberian imunisasi,
pemberian vitamin K, Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM),
penanganan penyulit / komplikasi / masalah dan penyuluhan perawatan
neonatus dirumah.

b. Balita dengan Gizi Buruk


Status gizi Balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan
tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara penilaian status gizi

Profil Kesehatan Th. 2015 29


Balita adalah dengan pengukuran antopometri yang menggunakan indeks
Berat Badan menurut Umur (BB/U) maupun menurut Tinggi Badan
(BB/TB).
Gizi Kurang adalah status gizi yang berdasarkan indeks berat badan
menurut umur (BB/U) dengan Z-score < -3 SD di sebut BB sangat kurang
(BGM) dan BB kurang dengan Z-score antara > -3 SD s/d < 2 SD. Pada
tahun 2015 persentase gizi buruk dengan BB/U sangat kurang (BGM)
sebesar 0,8 ( 868) menurun dibanding tahun 2014 persentase gizi buruk
dengan BB/U sangat kurang (BGM) sebesar 1,02 (1.072)

Untuk balita yang Bawah Garis Merah (BGM) dan 2 kali timbang tidak naik
BB nya (2 T) diverifikasi tinggi badan (TB) apabila BB/TB Z- skore < -3
dan atau dengan tanda-tanda klinis ada odema (marasmus, kwasiorkor,
marasmus kwasiorkor) disebut Gizi Buruk atau dikenal dengan Kejadian
Luar Biasa (KLB) Gizi Buruk. Di suatu desa apabila ada 1 kasus balita gizi
buruk (BB/TB z-score < -3 SD) desa tersebut dinyatakan sebagai desa
dengan KLB Gizi buruk.
Berdasarkan penimbangan Balita yang dilakukan selama tahun 2013 juga
diperoleh angka 5,25% berada pada kondisi gizi kurang/BB kurang (BB/U
Z-score antara > -3 SD s/d < 2 SD pada Kartu Menuju Sehat (KMS) di pita
kuning di atas BGM), 91,54% kondisi gizi baik (berat badan normal), 1,98%
kondisi gizi lebih (berat badan lebih), 1,22% gizi buruk (BB sangat kurang).

Kondisi ini sangat perlu diperhatikan dan ditindaklanjuti dengan


beberapa upaya yang bisa dilakukan antara lain pemantauan berat badan
Balita melalui penimbangan di posyandu dan juga yang tidak kalah penting
adalah pentingnya penyuluhan konseling kepada masyarakat, terutama
orang tua Balita tentang pola asuh/ perilaku tentang pemberian nutrisi
pada Balita. Kita harus mengingat 1000 hari pertama kehidupan (mulai di
kandungan s/d lahir dan usia 2 tahun) merupakan masa emas & kritis yang
harus diperhatikan, dengan serius karena masa tersebut adalah masa
pertumbuhan otak, apabila gizinya kurang maka pertumbuhan otaknya
tidak optimal dan ini sifatnya permanen.

Profil Kesehatan Th. 2015 30


Dalam pemberian makan bayi dan anak (PMBA) perlu diperhatikan antara
lain :
- Usia/umur bayi/anak
- Frekuensi /berapa kali pemberian makan; usia 6 bulan; ASI sesering bayi
inginkan di tambah 2-3 kali makan, bila usianya 6-9 bulan 2-3 kali makan ½
mangkok ukuran 250 ml ditambah 1- 2 kali makanan selingan
- Jumlah / Porsi makanan yang diberikan 2-3 sendok makan penuh setiap
kali makan, bila usianya 6-9 bulan ½ mangkok ukuran 250 ml ditambah 1-
2 kali makanan selingan
- Tekstur/densitas/kepadatan makan disesuaikan dengan usia contoh mulai
6 bulan bulan bubur kental mulai dikenalkan makanan hewani (ikan), bila
usia 6 – 9 bulan dalam bentuk makanan keluarga dilumatkan
- Variasi ; aneka ragam makanan dikenalkan Makanan pokok, makanan
hewani, sayur, buah makanan lokal dan juga perlu diperhatikan adalah,
- Pemberian makan aktif/Responsif; (waspada dan responsif terhadap
tanda-tanda yang ditunjukkan oleh bayi bahwa ia siap untuk makan;
dorong bayi/anak untuk makan tapi jangan dipaksa; memberikan dengan
sabar, berhadap-hadapan dengan kasih sayang,ak agar mencoba dan mau
makan makanan di potong kecil dan ditata sehingga menarik adll serta
memperhatikan
- Kebersihan; piring yang dipakai makan harus bersih dan menarik

Profil Kesehatan Th. 2015 31


BAB IV

UPAYA
KESEHATAN

Profil Th. 2015

Profil Kesehatan Th. 2015 32


BAB IV
UPAYA KESEHATAN

Secara umum upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan
masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau
masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat.
Upaya kesehatan masyarakat mencakup upaya-upaya promosi kesehatan,
pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular, pengendalian
penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar,
perbaikan gizi masyarakat, kesehatan jiwa, pengamanan sediaan farmasi dan alat
kesehatan, pengamanan penggunaan zat aditif dalam makanan dan minuman,
pengamanan narkotika, psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya, serta
penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan.
Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan. Upaya kesehatan perorangan mencakup
upaya-upaya promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan,
pengobatan rawat inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan
terhadap perorangan.
Berikut ini diuraikan upaya kesehatan yang dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten Sidoarjo selama tahun 2015, sebagai berikut :

IV.1. PELAYANAN KESEHATAN

Salah satu komponen penting dalam pelayanan kesehatan kepada


masyarakat adalah pelayanan kesehatan dasar. Pelayanan kesehatan dasar
yang dilakukan secara tepat dan cepat diharapkan dapat mengatasi sebagian
besar masalah kesehatan masyarakat.

Profil Kesehatan Th. 2015 33


UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanatkan bahwa upaya
kesehatan ibu ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu sehingga mampu
melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta mengurangi angka
kematian ibu. Upaya kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada Undang-
Undang tersebut meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk
mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas
serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak. Upaya pemeliharaan
kesehatan anak dilakukan sejak janin masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah
dilahirkan, dan sampai berusia 18 (delapan belas) tahun.
Upaya kesehatan ibu dan anak diharapkan mampu menurunkan angka
kematian. Indikator angka kematian yang berhubungan dengan ibu dan anak
adalah Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka
Kematian Balita (AKABA).

1. Pelayanan Antenatal (Kunjungan ke 1 (K1) dan Kunjungan ke 4 (K4))

Capaian pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan


menggunakan indikator Cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu
hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal pertama kali oleh tenaga
kesehatan, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada
kurun waktu satu tahun. Indikator tersebut memperlihatkan akses masyarakat
terhadap pelayanan ibu hamil. Sedangkan Cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil
yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit
4 kali sesuai jadwal yang dianjurkan, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di
satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Indikator tersebut
memperlihatkan kualitas pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat
kepatuhan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya ketenaga kesehatan.
Pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan melalui pemberian pelayanan
antenatal sekurang-kurangnya 4 kali selama masa kehamilan, dengan distribusi
waktu minimal 1 kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), 1 kali
pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan 2 kali pada trimester
ketiga (usia kehamilan 24-36 minggu). Standar waktu pelayanan tersebut
dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil dan atau janin,

Profil Kesehatan Th. 2015 34


berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan dini komplikasi
kehamilan.
Pelayanan antenatal diupayakan agar memenuhi standar kualitas 10 T, yaitu :
1. Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan;
2. Pengukuran tekanan darah;
3. Pengukuran status gizi (LILA);
4. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri);
5. Menentukan prosentase dan detak jantung janin;
6. Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus
toksoid sesuai status imunisasi;
7. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan;
8. Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah (Hb)
dan pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan
sebelumnya).
9. Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan
konseling, termasuk keluarga berencana); serta
10. Tata laksana

Capaian pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan


indicator Cakupan K1 dan K4. Indikator tersebut memperlihatkan akses
pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam
memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan.
Cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan
antenatal pertama kali, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah
kerja pada kurun waktu satu tahun. Pada tahun 2015 dari 38.285 ibu hamil 100%

Profil Kesehatan Th. 2015 35


memperoleh pelayanan antenatal pertama kali sehingga capaian cakupan K1
adalah 100% sama seperti Tahun 2014.

Cakupan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan


pelayanan ibu hamil sesuai standar serta paling sedikit empat kali kunjungan
(sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester kedua, dan dua kali pada
trimester ketiga). Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan
kesehatan ibu hamil. Gambaran cakupan pelayanan K4 Kabupaten Sidoarjo pada
tahun 2015 adalah 96,08% mengalami sedikit peningkatan dibanding tahun 2014
yaitu sebesar 94,93%.
Gambar 4.1
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4) Tahun 2015

2. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dengan kompetensi


kebidanan
Upaya kesehatan ibu bersalin dilaksanakan dalam rangka
mendorong agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih
dan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Pertolongan persalinan
adalah proses pelayanan persalinan dimulai pada kala I sampai dengan
kala IV persalinan. Pencapaian upaya kesehatan ibu bersalin diukur
melalui indikator persentase persalinan ditolong tenaga kesehatan terlatih
(Cakupan Pn). Indikator ini memperlihatkan tingkat kemampuan

Profil Kesehatan Th. 2015 36


Pemerintah dalam menyediakan pelayanan persalinan berkualitas yang
ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.
Pada tahun 2015 cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar
98,64% menurun dibandingkan tahun 2014 sebesar 99,3%.
Gambar 4.2
Cakupan Persalinan ditolong oleh Tenaga Kesehatan Tahun 2015

Penurunan ini disebabkan beberapa hal salah satunya karena Sidoarjo


adalah daerah industri sehingga banyaknya penduduk musiman. Mereka
hamil dan periksa di Sidoarjo namun ketika melahirkan mereka pulang ke
daerah masing-masing sehingga tidak terlacak persalinannya.
Untuk meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan, seksi Kesehatan
keluarga pada tahun 2015 telah melakukan berbagai pelatihan yaitu peer
review APN, skill assement, dan Asuhan Persalinan Normal.

3. Ibu Hamil Risiko Tinggi /Komplikasi Kebidanan Ditangani


Komplikasi kebidanan adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas,dan atau janin dalam kandungan, baik langsung maupun tidak
langsung, termasuk penyakit menular dan tidak menular yang dapat
mengancam jiwa ibu dan atau janin. Pencegahan dan penanganan
komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu dengan
komplikasi kebidanan untuk mendapatkan perlindungan dan
penanganan definitif sesuai standar oleh tenaga kesehatan kompeten
pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan.Indikator yang digunakan

Profil Kesehatan Th. 2015 37


untuk mengukur keberhasilan pencegahan dan penanganan komplikasi
kebidanan adalah cakupan penanganan komplikasi kebidanan
Kasus-kasus komplikasi kebidanan antara lain HB < 8 g%, tekanan darah
tinggi (sistole > 140 mmHg, diastole > 90 mmHg), ketuban pecah dini,
perdarahan pervaginam, Oedema kaki, pre eklamsia, eklamsia, letak
lintang usia kehamilan >32 minggu, letak sungsang, pada primigravida,
infeksi berat / sepsis, penyakit dan persalinan prematur. Akibat yang dapat
ditimbulkan dari kondisi tersebut antara lain bayi lahir dengan berat badan
lahir rendah (BBLR), keguguran, persalinan macet, janin mati
dikandungan, ataupun kematian ibu hamil.

Jumlah ibu hamil risiko tinggi yang ditangani pada tahun 2015 adalah
78,68.% dari 7.657 perkiraan ibu hamil dengan komplikasi kebidanan.
Sedangkan pada 2014 adalah 64,6% dari 7.386 perkiraan ibu hamil
dengan komplikasi kebidanan. Deteksi dini ibu hamil risti sangat penting
dilakukan oleh tenaga kesehatan, selain itu juga perlu diberikan
pengetahuan kepada para kader yang ada tentang bagaimana mendeteksi
ibu hamil risti. Sehingga kondisi yang beresiko dapat diketahui lebih awal
dan dapat menentukan tindakan selanjutnya yang harus dilakukan untuk
mengantisipasi masalah potensial yang mungkin terjadi.

4. Pelayanan Nifas
Nifas adalah periode mulai dari 6 jam sampai dengan 42 hari pasca
persalinan. Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan
pada ibu nifas sesuai standar, yang dilakukan sekurang-kurangnya 3 (tiga)
kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada 6 jam sampai dengan 3 hari
pasca persalinan, pada hari ke-4 sampai dengan hari ke-28 pasca
persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca
persalinan. Jenis pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan meliputi :
a) Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu);
b) Pemeriksaan tinggi puncak rahim (fundus uteri);
c) Pemeriksaan lokhia dan cairan per vaginam lain;

Profil Kesehatan Th. 2015 38


d) Pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI eksklusif;
e) Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan ibu nifas
dan bayi baru lahir, termasuk keluarga berencana;
f) Pelayanan keluarga berencana pasca persalinan. Pelayanan ibu nifas
adalah pelayanan 6 jam pasca persalinan sampai dengan 42 hari minimal
3 kali sesuai standar. Masa nifas adalah masa 6-8 minggu setelah
persalinan dimana organ reproduksi mengalami pemulihan untuk kembali
normal.
Kunjungan nifas bertujuan untuk deteksi dini komplikasi dengan melakukan
kunjungan minimal 3 kali dengan distribusi waktu :
1. Kunjungan nifas pertama pada 6 jam setelah persalinan sampai 3 hari
2. Kunjungan nifas kedua dilakukan pada minggu kedua setelah
persalinan
3. Kunjungan nifas ke tiga dilakukan pada minggu keenam setelah
persalinan.
Cakupan Ibu nifas mendapat pelayanan pada tahun 2015 adalah 96,23%
ada peningkatan bila dibandingkan capaian tahun 2014 yaitu 96%.
Pelayanan masa nifas ini meliputi pemantauan keadaan umum dan fisik
ibu dan bayi serta keadaan psikologis ibu. Juga pemantauan tanda bahaya
yang mungkin terjadi pada ibu dan bayi sampai dengan konseling KB bagi
ibu.

5. Neonatal Komplikasi ditangani

Neonatal komplikasi ditangani yaitu bayi (0-28 hari) dengan penyakit dan
kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan dan kematian seperti asfiksi,
icterus, BBLR, trauma lahir, Tetanus Neonatorum, syndroma gangguan
pernafasan, infeksi/sepsis dan kelainan kongenital.
Pada tahun 2015 terdapat 2479 neonatal komplikasi yang ditangani dari
5.220 perkiraan neonatal komplikasi atau tercapai 47,49%. Capaian ini
meningkat dibandingkan capaian tahun 2014 yaitu 39,6% .
Untuk meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan, Seksi Kesehatan
Keluarga pada tahun 2015 telah melakukan berbagai pelatihan untuk

Profil Kesehatan Th. 2015 39


tenaga bidan diantaranya adalah pelatihan BBLR, Manajemen Asfiksi Bayi
Baru Lahir (BBL).

Foto : Peningkatan Kapasitas Nakes Fasilitator Manajemen Asfiksia

6. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)


Begitu pesatnya pertumbuhan penduduk menjadi persoalan yang
mendesak untuk dituntaskan pemerintah, terkait dengan langkah-langkah
yang harus ditempuh guna mengendalikan laju pertumbuhan. Untuk
menekan laju pertumbuhan penduduk, salah satu upaya yang dilakukan
adalah dengan meningkatkan pemakaian kontrasepsi. Di samping itu, juga
dengan meningkatkan pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan
reproduksi yang terjangkau, bermutu, serta efektif menuju terbentuknya
keluarga kecil berkualitas dan memantapkan kembali pelembagaan
paradigma keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Keluarga yang sejahtera
dan tertata merupakan investasi bagi masa depan bangsa dan negara.
Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu strategi
untuk mengurangi kematian ibu khususnya ibu dengan kondisi 4T; terlalu
muda melahirkan (di bawah usia 20 tahun), terlalu sering melahirkan,
terlalu dekat jarak melahirkan, dan terlalu tua melahirkan (di atas usia 35
tahun). Keluarga berencana (KB) merupakan salah satu cara yang paling
efektif untuk meningkatkan ketahanan keluarga, kesehatan, dan
keselamatan ibu, anak, serta perempuan. Pelayanan KB menyediakan
informasi, pendidikan, dan cara-cara bagi laki-laki dan perempuan untuk
dapat merencanakan kapan akan mempunyai anak, berapa jumlah anak,
berapa tahun jarak usia antara anak, serta kapan akan berhenti
mempunyai anak. Baik suami maupun istri memiliki hak yang sama untuk

Profil Kesehatan Th. 2015 40


menetapkan berapa jumlah anak yang akan dimiliki dan kapan akan
memiliki anak. Melalui tahapan konseling pelayananProgram Keluarga
Berencana (KB) merupakan salah satu komponen yang berperan secara
signifikan untuk mewujudkan hal ini. Keberhasilan program KB merupakan
tanggung jawab bersama untuk kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga
serta mewujudkan keluarga yang berkualitas.

Foto : PemantapanTata Laksana KTp/KTa

Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di Kabupaten Sidoarjo pada tahun


2015 440.767. Dari jumlah PUS tersebut yang menjadi peserta KB baru
sebanyak 43.115 (9,4%) dan KB aktif sebanyak 324.104 (73,5%)
sedangkan pada tahun 2014 jumlah PUS adalah 436.075. Dari jumlah
PUS tersebut yang menjadi peserta KB baru sebanyak 46.151 peserta
(10,6%) dan KB aktif sebanyak 311.609 peserta (71,5%).. Cakupan KB
aktif ini sudah memenuhi target standar pelayanan minimal yaitu > 70%.

Gambar 4.3
Cakupan Peserta KB Aktif Th. 2015

Profil Kesehatan Th. 2015 41


7. Pelayanan Imunisasi

Imunisasi melindungi anak terhadap beberapa Penyakit yang Dapat


Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Seorang anak diimunisasi dengan
vaksin yang disuntikkan pada lokasi tertentuatau diteteskan melalui mulut.
Sebagai salah satu kelompok yang menjadi sasaran program
imunisasi,setiap bayi wajib mendapatkan imunisasi dasar Lengkap yang
terdiri dari : 1 dosis BCG, 3 dosis DPT-HB dan atau DPT-HB-Hib, 4 dosis
polio, dan 1 dosis campak. Dari imunisasi dasar lengkap yang diwajibkan
tersebut, campak merupakan imunisasi yang mendapat perhatian lebih, hal
ini sesuai komitmen Indonesia pada global untuk mempertahankan
cakupan imunisasi campak sebesar 90%secara tinggi dan merata. Hal ini
terkait dengan realita bahwa campak adalah salah satu penyebab utama
kematian pada balita. Dengan demikian pencegahan campak memiliki
peran signifikan dalam penurunan angka kematian balita.

Indikator lain yang diukur untuk menilai keberhasilan pelaksanaan


imunisasi yaitu Universal Child Immunization (UCI) desa/kelurahan. UCI
desa/kelurahan adalah gambaran suatu desa/kelurahan dimana ≥ 80% dari
jumlah bayi (0-11 bulan) yang ada di desa/kelurahan tersebut sudah
mendapat imunisasi dasar lengkap. Target untuk cakupan desa/ kelurahan
UCI pada tahun 2015 sebesar 100%. Mulai tahun 2014 – 2015 cakupan
desa/kelurahan UCI telah mencapai lebih 95 %. Adapun Tahun 2015
cakupan UCI 98%. Puskesmas yang belum mencapai target yaitu
Puskesmas Porong dengan capaian UCI 70% dan Puskesmas
Tanggulangin dengan capaian UCI 84 %. Ketidaktercapainya UCI
tersebut di karenakan adanya satu desa dari 19 desa di wilayah kerja
Puskesmas Tanggulangin yang tenggelam karena lumpur. Demikian juga
di wilayah kerja Puskesmas Porong dari 10 desa 3 desa diantaranya
tenggelam. Secara administratif desa tersebut masih ada tapi kondisi
sesungguhnya desa tersebut sudah tenggelam lumpur lapindo dan
penduduknya sudah berpindah ke wilayah desa lain. Hal ini yang
menyebabkan UCI di dua wilayah Puskesmas tersebut tidak bisa
mencapai angka 100%. %.

Profil Kesehatan Th. 2015 42


Cakupan desa/kelurahan UCI menurut Puskesmas terdapat pada
Gambar berikut.
Gambar. 4.4
Perkembangan Cakupan Desa/Kelurahan UCI
Kabupaten Sidoarjo Th. 2012 – 2015

Walaupun pencapaian UCI di Kabupaten Sidoarjo sudah cukup tinggi


namun tetap diwaspadai munculnya kasus-kasus PD3I, terutama karena
masih ada puskesmas yang belum mencapai target UCI.
Upaya peningkatan kualitas imunisasi dilaksanakan melalui kampanye,
peningkatan skill petugas imunisasi, kualitas penyimpanan vaksin dan
sweeping sasaran.

8. Kunjungan Neonatus (KN Lengkap)


Neonatus adalah bayi baru lahir yang berusia sampai dengan 28 hari,
dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam
rahim menjadi di luar rahim. Pada masa ini terjadi pematangan organ
hampir pada semua sistem. Bayi hingga usia kurang satu bulan
merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan
paling tinggi. Pada usia yang rentan ini, berbagai masalah kesehatan bisa
muncul. Tanpa penanganan yang tepat, bisa berakibat fatal. Beberapa
upaya kesehatan dilakukan untuk mengendalikan risiko pada kelompok ini

Profil Kesehatan Th. 2015 43


diantaranya dengan mengupayakan agar persalinan dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan serta menjamin tersedianya
pelayanan kesehatan sesuai standar pada kunjungan bayi baru lahir.

Bayi hingga usia kurang dari satu bulan (0-28 hari) atau neonatus
merupakan golongan umur yang paling rentan karena memiliki risiko
gangguan kesehatan paling tinggi. Dalam melaksanakan pelayanan
neonatus, petugas kesehatan disamping melakukan pemeriksaan
kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu.
Cakupan Kunjungan Neonatus lengkap (KN Lengkap) di Kabupaten
Sidoarjo pada tahun 2015 sebesar 95,33% dan pada tahun 2014 sebesar
106,27%. Kunjungan lengkap sangatlah penting untuk memantau
kesehatan neonatus dan mendeteksi dini adanya kelainan / komplikasi
yang mungkin terjadi pada masa ini.

9. Kunjungan Bayi
Cakupan kunjungan bayi adalah cakupan bayi (umur 1 – 12 bulan)
termasuk neonatus (umur 1 – 28 hari) yang memperoleh pelayanan
kesehatan paripurna sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang
kompetensi antara lain:
1. Status KN lengkap
2. Imunisasi dasar lengkap
3. Vitamin 1 X
4. SDIDTK 4 x
5. Kunjungan minimal 8 x
Di Kabupaten Sidoarjo Cakupan kunjungan bayi pada tahun 2012, sebesar
29.152 (87,83%), meningkat pada tahun 2013 yaitu tercapai sebesar
101,4% dan tahun 2014 tercapai 100,55% dan sedikit menurun pada tahun
2015 yaitu sebesar 99,41%..

Profil Kesehatan Th. 2015 44


10. Pelayanan Kesehatan Terhadap Kasus Kekerasan terhadap Anak

Berbagai permasalahan seperti


kemiskinan yang belum teratasi,
rendahnya tingkat pendidikan
orang tua, banyaknya anak
dalam keluarga kerap menjadi
faktor pemicu terjadinya
peningkatan tindakan
kekerasan terhadap anak baik fisik, mental, seksual maupun penelantaran.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kekerasan terhadap
anak sebagai semua bentuk tindakan/perlakuan menyakitkan secara fisik
ataupun emosional, penyalahgunaan seksual, penelantaran, eksploitasi,
komersial atau lainnya, yang mengakibatkan cedera/kerugian nyata
ataupun potensial terhadap kesehatan anak, kelangsungan hidup anak,
tumbuh kembang anak atau martabat anak, yang dilakukan dalam konteks
hubungan tanggungjawab.
Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo telah melakukan intrevensi
dalam bentuk penyediaan akses pelayanan kesehatan bagi korban
kekerasan pada anak yang terdiri dari pelayanan di tingkat dasar melalui
puskesmas. Petugas Puskesmas diberi pelatihan tatalaksana kekerasan
terhadap anak dengan memberikan pelayanan penanganan gawat darurat,
konseling, medikolegal dan rujukan (medis dan psikososial).

11. Pelayanan Kesehatan Usia Sekolah


Pelayanan kesehatan pada anak
usia sekolah dilakukan dengan
pelaksanaan pemantauan dini
terhadap tumbuh kembang dan
pemantauan kesehatan

Profil Kesehatan Th. 2015 45


pemeriksaan anak sekolah dasar/sederajat.
Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD/MI adalah cakupan siswa
kelas 1 (satu) SD/MI yang mendapat pelayanan kesehatan sesuai standart
oleh tenaga kesehatan atau tenaga terlatih (guru UKS atau dokter kecil)
melalui penjaringan kesehatan (screening). Cakupan siswa SD/MI yang
mendapat pelayanan sesuai standart pada tahun 2012 yaitu sebesar
40,43%, tahun 2013 sebesar 98,34% tahun 2014 sebesar 99,01% dan
pada tahun 2015 sebesar 99,2%

12. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut


Jumlah penduduk usia lanjut menunjukkan peningkatan dari tahun ke
tahun. Hal ini sejalan dengan meningkatnya usia harapan hidup serta
menjadi tanda membaiknya tingkat kesejahteraan masyarakat. Di lain sisi,
peningkatan penduduk usia lanjut mengakibatkan meningkatnya penyakit
degenerative di masyarakat. Tanpa diimbangi dengan upaya promotif dan
preventif, maka beban sosial yang ditimbulkan maupun biaya yang akan
dikeluarkan untuk pelayanan kesehatan akan cukup besar. Salah satu
sarana pelayanan promotif dan preventif bagi warga usia lanjut
dilaksanankan melalui posyandu lansia.
Jumlah penduduk usila >60 th di Kabupaten Sidoarjo pada 2015 adalah
145.330 orang dan yang mendapat pelayanan kesehatan 95.408 sebesar
6,655%. Hal ini ada peningkatan dibanding tahun 2014 yang tercapai 53%.
Gambar 4.5
Cakupan Pelayanan Kesehatan Usila Th. 2015

Profil Kesehatan Th. 2015 46


Foto : Lomba Senam Lansia

13. Kesehatan Gigi dan Mulut


Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut seharusnya
dilakukan sejak dini. Usia sekolah dasar merupakan saat yang tepat untuk
dilakukan upaya kesehatan gigi dan mulut, karena pada usia tersebut
merupakan awal tumbuh kembangnya gigi permanen dan merupakan
kelompok umur dengan resiko kerusakan paling tinggi. Oleh karena itu
upaya kegiatan pelayanan kesehatan gigi mulut dilakukan dengan upaya
promotif dan preventif di sekolah dengan kegiatan sikat gigi masal dan
pemeriksaan gigi siswa, sedangkan tindakan kuratif (pencabutan,
pengobatan dan penambalan gigi) dilakukan di Puskesmas.
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut meliputi pelayanan dasar gigi dan
Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). Pemeriksaan gigi dan mulut
dalam bentuk upaya promotif, preventiv dan kuratif sederhana seperti
pencabutan gigi sulung, pengobatan dan penambalan sementara dan
tetap.

Profil Kesehatan Th. 2015 47


Foto: Bimtek Pengelola Program Kesehatan Gigi & Mulut

Sedangkan Tahun 2014 jumlah murid SD/MI yang ada adalah 204.322.
Dari jumlah tersebut 126.629 (62%) diperiksa gigi dan mulutnya. Dari
jumlah tersebut 54.543 perlu perawatan dan 45.661 (83,7%) mendapat
perawatan di Puskesmas.
Sedangkan Tahun 2015 jumlah murid SD/MI yang ada adalah 210.199.
Dari jumlah tersebut 124.703 (59,3%) diperiksa gigi dan mulutnya. Dari
jumlah tersebut 63.757 perlu perawatan dan 51.825 (81,3%) mendapat
perawatan di Puskesmas
Dari seluruh pelayanan dasar gigi di Puskesmas, pada tahun 2015
sebanyak 14.339 dilakukan tumpatan gigi tetap dan 8.346 dilakukan
pencabutan gigi tetap dengan rasio 1,7. Sedangkan pada tahun 2014
sebanyak 11.219 dilakukan tumpatan gigi tetap dan 8.007 dilakukan
pencabutan gigi tetap dengan rasio tambal/cabut 1,4.
Meningkatnya rasio tambal/cabut mengindikasikan semakin tingginya
kesadaran masyarakat untuk secara rutin memeriksakan kesehatan
giginya ke pelayanan kesehatan terdekat. Diperlukan penyuluhan yang
lebih intensif tentang pentingnya fungsi gigi dalam proses pencernakan
makanan dan estetika wajah, sehingga masyarakat akan lebih
memperhatikan kesehatan gigi dan mulutnya.

Profil Kesehatan Th. 2015 48


14. Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Gawat Darurat
Yang dimaksud sarana kesehatan dengan kemampuan gawat darurat
adalah sarana kesehatan yang telah mempunyai kemampuan untuk
melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standar dan dapat
diakses oleh masyarakat. Pada tahun 2013 di Kabupaten Sidoarjo
terdapat 31 sarana kesehatan yang mempunyai kemampuan gawat
darurat yaitu 16 Rumah sakit umum, 9 rumah sakit khusus dan 13
Puskesmas Perawatan. Sedangkan tahun 2015 terjadi peningkatan
jumlah Rumah sakit 1 buah sehingga jumlah Rumah sakit umum ada 17
dan Rumah Sakit khusus ada 9 buah. Semuanya mempunyai
kemampuan gawat darurat.

15. Balita BGM


Balita BGM terutama dari keluarga miskin 100% ditangani secara
adequat yakni diberikan PMT-Pemulihan dan paket pertolongan gizi (sirup
zink, mineral mix, sirup besi (Fe) dll) . Balita BGM diperbaiki dengan
kegiatan Pos Gizi melalui pendekatan Positive Deviance (PD) yakni
dengan tujuan merubah perilaku orang tua (PD) merawat dan
menyediakan / memberi makan anak sesuai dengan standart kebutuhan
pemberian makan bayi dan anak (PMBA).

16. Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan

Balita gizi buruk adalah balita dengan status gizi yang didasarkan pada
indeks menurut berat badan dibanding panjang badan atau tinggi badan
dengan Z score < -3 SD dan atau dengan tanda-tanda klinis (marasmur,
kwashiorkor, marasmus kwashiorkor).
Target balita dengan gizi buruk setiap tahunnya adalah sebesar < 1% dari
jumlah yang diperiksa/ditimbang. Pada tahun 2015, prevalensi balita gizi
buruk sebesar 0,022%.
Perkembangan balita gizi buruk terlihat pada grafik berikut ini :

Profil Kesehatan Th. 2015 49


Grafik 4.6
Perkembangan Balita dengan Gizi Buruk Th. 2011-2015

Perkembangan Balita dengan Gizi Buruk

0.040 0.037
0.035 0.031
0.030
0.025 0.022
0.020 0.020
0.020
0.015
0.010
0.005
0.000
2011 2012 2013 2014 2015
Gizi Buruk 0.037 0.031 0.020 0.020 0.022

Peningkatan jumlah balita gizi buruk pada tahun 2015 karena masih ada
11 balita gizi buruk pada tahun 2014 yang belum sembuh sehingga
penangganannya dilanjutkan pada tahun 2015.
Jumlah balita gizi buruk semakin menurun. Upaya yang dilakukan untuk
mengatasi balita gizi buruk, antara lain :
1. Memotivasi masyarakat secara terus menerus dengan kerja sama
lintas program dan lintas sektor secara terpadu dan
berkesinambungan;
2. Membentuk Pos Gizi (kegiatan praktek perilaku pemulihan gizi)
melalui pendekatan Positive Deviance (Penyimpangan Positif yaitu
dengan mengadop perilaku berbeda/unik dari masyarakat kurang
mampu tetapi mempunyai balita dengan status gizi yang baik);
3. Dukungan pemerintah melalui intervensi Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) Pemulihan dan pemebrian vitamin serta micro
nutrien (taburia, sirup zink, sirup Fe, Vitamin A, dsb)
4. Pendampingan PMT, Pemulihan untuk balita guzi buruk
5. Konseling menyusui dan Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA)

Profil Kesehatan Th. 2015 50


Foto : Kegiatan Peningkatan SDM & Evaluasi Pos Gizi

18.Prevalensi Gizi Kurang


Prevalensi gizi kurang adalah persentase jumlah balita yang berada pada
pita kuning dan BGM (Bawah Garis Merah) pada KMS dibanding balita
yang diperiksa/ditimbang.
Prevalensi gizi kurang pada tahun 2014 sebesar 5,92%, menurun jika
dibandingkan tahun 2015 sebesar 4,9%.
Perkembangan prevalensi gizi kurang terlihat pada grafik sebagai berikut
:

Grafik 4.7
Prevalensi Gizi Kurang Th. 2011-2015

Prevalensi Gizi Kurang


8.00%
7.00%
6.00%
5.00%
4.00%
3.00%
2.00%
1.00%
0.00%
2011 2012 2013 2014 2015
Gizi Kurang 5.80% 6.80% 6.90% 5.92% 4.90%

Angka ini cukup baik/berhasil dan akan diupayakan untu dipertahankan


dan apabila dibandingkan dengan target sebesar < 11% dari jumlah balita
yang diperiksa, prevalensi gizi kurang sebesar 4,9% pada tahun 2015
sudah memenuhi target. Akan tetapi harus tetap diwaspadai karena balita

Profil Kesehatan Th. 2015 51


gizi kurang apabila tidak ditangani secara adikuat dapat jatuh pada
kondisi gizi buruk.

19. Kecamatan bebas rawan Gizi


Kecamatan Bebas Rawan Gizi adalah kecamatan dengan prevalensi
balita gizi kurang < 15%. Untuk menilai tingkat ketersediaan gizi di
masyarakat perlu diukur jumlah kecamatan yang bebas rawan gizi. Hal ini
berarti bahwa tingkat ekonomi dan ketersediaan pangan di kecamatan
tersebut mampu menopang kebutuhan gizi masyarakatnya.
Target kecamatan bebas rawan gizi ditetapkan sebesar 80%.
Perkembangan kecamatan bebas rawan gizi dapat dilihat pada grafik
sebagai berikut :

Grafik 4.8
Kecamatan Bebas awan Gizi Th.2010-2015

Kecamatan Bebas Rawan Gizi

105.0
100.0
95.0
90.0
85.0
80.0
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bebas Rawan Gizi 88.9 100 100 100 100 100

Pencapaian Kecamatan Bebas Rawan Gizi pada tahun 2015 sebesar


100% atau semua kecamatan sebanyak 18 (delapan belas) kecamatan
bebas rawan gizi dan ini sudah terjadi sejak tahun 2011. Untuk tetap
mempertahankannya perlu promosi kesehatan terus menerus tentang gizi
dan kesehatan masyarakat agar pengetahuan dan pemahaman

Profil Kesehatan Th. 2015 52


masyarakat meningkat, sehingga dengan masyarakat yang
mengkonsumsi makanan yang memenuhi gizi seimbang dan ber PHBS
berdampak pada penurunan prevalensi balita gizi kurang.

17. Pemberian Kapsul Vitamin A

Vitamin A adalah salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak,
disimpan dalam hati, dan tidak dapat diproduksi oleh tubuh sehingga harus
dipenuhi dari luar tubuh.
Suplementasi kapsul vitamin A pada balita usia 6-59 bulan bertujuan
tidak hanya untuk mencegah kebutaan tetapi juga untuk
penanggulangan Kurang Vitamin A (KVA) yaitu suatu kondisi dimana
simpanan vitamin A dalam tubuh berkurang, akan berdampak kelainan
pada mata yang umumnya terjadi pada anak usia 6 bulan sampai
dengan 4 tahun yang menjadi penyebab utama kebutaan. KVA biasa
terjadi pada anak yang menderita kurang energi protein atau gizi
buruk tetapi dapat juga terjadi karena gangguan penyerapan pada
usus. Tahap awal KVA ditandaidengan gejala rabun senja atau
kurang jelas melihat pada malam hari atau menurunnya kadar serum
retinol dalam darah. Selanjutnya terdapat kelainan jaringan epitel pada
paru-paru, usus, kulit, dan mata.
Penanggulangan masalah KVA pada anak balita sudah
dilaksanakan secara intensif sejak tahun 1970-an, melalui distribusi
kapsul vitamin A di posyandu setiap enam bulan yaitu bulan Februari
dan Agustusdan peningkatan promosi konsumsi makanan sumber vitamin
A. Ada dua jenis vitamin A yang diberikan, yaitu yang berwarna biru
(100.000 IU) untuk bayi usia 6-11 bulan dan yang berwarna merah
(200.000 IU) untuk anak usia 12-59 bulan. Berdasarkan target program
pada tahun 2015 sebesar 90%, maka cakupan pemberian vitamin A
pada bayi pada tahun 2015 di kabupaten Sidoarjo 89,75% dan pada anak
balita tercapai sebesar 82,6%. Pencapaian tersebut naik bila dibandingkan
tahun 2014 adalah 148.949 (87,57%)

Profil Kesehatan Th. 2015 53


Diharapkan melalui program Revitalisasi Posyandu dan kegiatan di
Pos Gizi melalui Pendekatan PD peran serta masyarakat untuk
berpartisipasi diharapkan lebih meningkat agar cakupan Balita dan bayi
mendapatkan kapsul vitamin A dapat lebih ditingkatkan. Pemberian vitamin
A setiap 6 bulan sekali di posyandu. Pada bulan vitamin A, apabila balita
tidak datang di posyandu, dilakukan sweeping/ kunjungan rumah dan
vitamin A langsung diberikan ke balita.
Dengan demikian tujuan pemberian vitamin A untuk mencegah
terjadi nya kebutaan pada bayi dan Balita dapat tercapai.

18. Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe


Pada Tahun 2015 dari 38.284 ibu hamil yang mendapat Tabblet Fe
(30 tablet) sebanyak 35.937 (93,87%) meningkat bila dibanding tahun
2014 dari 36.932 ibu Hamil yang mendapat tablet Fe 1 (30 tablet)
sebanyak 34.665 (93,86%) meningkat bila dibandingkan tahun 2013 dari
37.126 ibu hamil yang mendapat tablet Fe 1 (30 tablet) sebanyak 33.484
(90,19%)., sedangkan yang mendapatkan Fe3 (90 tablet ) pada tahun
2015 adalah 34.108 (89,09%) meningkat dibanding tahun 2014 adalah
32.475 (87,93 %) meningkat dibandingkan capaian tahun 2013 sebanyak

Profil Kesehatan Th. 2015 54


31.584 (85,07%), pencapaian tersebut sudah maksimal bila dibandingkan
dengan target (82%).

Untuk lebih meningkatkan lagi cakupan pemberian tablet Fe maka


petugas kesehatan harus lebih diintensifkan lagi dan tetap memberikan
motivasi agar tablet Fe tersebut benar-benar diminum oleh ibu hamil
dalam rangka mencegah terjadinya anemia ibu hamil sehingga dapat
mengurangi kejadian perdarahan pada saat ibu melahirkan dan
menceagh bayi lahir dengan berat badan yang rendah (BBLR).
Terobosan yang dilakukan untuk menurunkan prevalensi anemia
pada ibu hamil adalah dengan pemberian tablet tambah darah/tablet besi
(Fe) pada Remaja Putri (siswi SMP & SMA) dan Calon Pengatin, dengan
tujuan agar pada saat hamil tidak anemia.

19. ASI Eksklusif


Air Susu Ibu (ASI) eksklusif berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 adalah ASI yang
diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan,
tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan
atauminuman lain (kecuali obat, vitamin dan mineral).Pengaturan
pemberian ASI eksklusif bertujuan untuk :
a) menjamin pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI
eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia enam
bulan dengan memperhatikan pertumbuhan dan
perkembangannya;
b) memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan
ASI eksklusif kepada bayinya; dan
c) meningkatkan peran dan dukungan keluarga, masyarakat,
pemerintah daerah, dan pemerintah terhadap ASI eksklusif

Profil Kesehatan Th. 2015 55


Gambar 4.9
Prosentase Bayi Yang diberi Asi Ekslusif Th. 2012- 2015

Di Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2015 bayi yang mendapatkan


ASI eksklusif sebesar 13.510 atau 57,30% dari 23.559 bayi yang
diperiksa meningkat bila dibandingkan cakupan tahun 2014 sebesar
54,6% atau 13.574 dari 24.920 bayi yang diperiksa. Dibandingkan target
tahun 2015 sebesar 80%, maka pencapaian ASI eksklusif di Kabupaten
Sidoarjo masih jauh dibawah target. Berbagai faktor kemungkinan yang
menyebabkan rendahnya penggunaan ASI esklusif antara lain karena
semakin banyaknya ibu yang bekerja dalam rangka membantu
perekonomian rumah tangga dan penggunaan susu formula yang menjadi
trend pada masyarakat. Untuk itu langkah-langkah/terobosan yang
sedang digalakkan adalah :
- Promosi ASI eksklusif harus lebih diintensifkan,
- Desiminasi inforamsi tentang penting ASI pada nakerwan melalui
pengelola Perusahaan yang memperkerjakan tenaga kerja wanita
(nakerwan) perlu menyediakan tempat untuk memerah ASI (Ruang
laktasi/Pojok Laktasi) di perusahaan tersebut, sudah ada beberapa
perusahaan yang reaktif menyediakan Pojok Laktasi di Perusahaan
antara lain; Perusahaan Sepatu “ ECCO”, PT Maspion II Buduran.

Profil Kesehatan Th. 2015 56


- Pelatihan Konselor menyusui; untuk menambah petugas konselor di
lapangan
- Rencana Tindak lanjut tahun 2015 melaksanakan Pelatihan
Motivator ASI Eksklusi bagi masyarakat ( Kader, Perangkat desa,
Tokoh agama, tokoh masyarakat /lLSM kemasyarakatan) dan
tenaga kerja wanita.
- Di tahun 2015 telah terbentuk 26 KP-ASI di masing-masing
Puskesmas dan dibentuk 1 KP-ASI di desa sebagi pilot project
yang telah dilatih motivator ASI Eksklusif.

Foto : Pelatihan motivator ASI Eksklusif

20. Upaya pelayanan Kesehatan Jiwa

Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TP-KJM). merupkan tim yang


melaksanakan program-program Kesehatan Jiwa Masyarakat di
Kabupaten/Kota, yang diketuai oleh Bupati dengan anggotanya terdiri dari
Perangkat Daerah Terkait, Direktur RSU/RSJ, Kapolres, LSM dan
Organisasi Masyarakat lainnya. Pelaksanaannya dibawah koordinasi
Sekretaris Daerah dan Kegiatan sehari-hari dilaksanakan oleh Kepala
Dinas Kesehatan.

Profil Kesehatan Th. 2015 57


Kegiatan TP-KJM di Pusat, provinsi dan Kabupaten/Kota berprinsip pada
koordinatif, konsultatif, informatif, fasilitatif, pengawasan, pengembangan
sistem lintas sektor, meningkatkan PSM dan upaya pemecahan masalah
terkait dengan upaya penanggulangan kasus gangguan jiwa.

Sejak TP-KJM disosialisasilasikan di Propinsi Jawa Timur pada tahun


2010, Kabupaten Sidoarjo melalui Dinas Kesehatan merespon dan
menindak lanjuti pembentukan tim tersebut dengan berpedoman pada
buku acuan yang ada, pada tahun 2011dibentuklah TP-KJM Kab. Sidoarjo
dengan susunan tim mulai dari Bupati sebagai Pembina, Sekretaris Daerah
sebagai Pengarah, Asisten Tata Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat
sebagai Ketua, Kepala Dinas Kesehatan sebagai pelaksana harian dengan
anggota terdiri dari Instansi terkait yaitu Kantor Kementerian Agama, Dinas
Sosial, BPMPKB, Dinas Kependudukan, BAPPEDA, Polres, RSUD, Bagian
Hukum, Fak. Psikologi Umsida dan TP-PKK.

Profil Kesehatan Th. 2015 58


Kegiatan TP-KJM dilakukan secara komprehenship sesuai peran dan fungsi
masing-masing Instansi dalam penanggulangan kasus gangguan jiwa mulai
dari upaya preventif, kuratif, Rehabilitatif hingga Promotif. Diharapkan
dengan upaya secara intensif berupa pertemuan koordinatif TP-KJM,
pelatihan kader kesehatan di masyarakat, pembekalan materi bagi Guru
SLTA, optimalisasi keterampilan petugas kesehatan serta ketersediaan
sarana prasarana obat dan pendukung lainnya mampu mengatasi
permasalahan gangguan kesehatan jiwa (keswa) yang menjadi tanggung
jawab bersama mulai kasus dini (Neyrososa) hingga pembebasan “pasung”
para Skizofrenia berat.

IV.2. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN


Penilaian kualitas pelayanan kesehatan dilihat dari tingkat kemudahan
masyarakat untuk menjangkau sarana kesehatan (aksesibilitas) dan mutu
pelayanan yang diberikan, menyangkut kelengkapan pelayanan dasar,
ketersediaan obat esensial dan generik.

1. Rawat Jalan dan Rawat Inap Puskesmas


Sebagian besar sarana pelayanan di Puskesmas dipersiapkan
untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi penderita melalui
pelayanan rawat jalan dan rawat inap bagi Puskesmas dengan tempat tidur
(Puskesmas Perawatan). Sementara rumah sakit yang dilengkapi dengan
berbagai fasilitas merupakan sarana rujukan bagi Puskesmas terhadap
kasus-kasus yang membutuhkan penanganan lebih lanjut melalaui
perawatan rawat inap, disamping tetap menyediakan pelayanan rawat jalan
bagi masyarakat yang langsung datang ke Rumah sakit.
Cakupan pelayanan kesehatan dapat dilihat dari jumlah kunjungan
rawat jalan dan rawat inap. Kunjungan rawat jalan meliputi kunjungan baru
dan lama.
Pada tahun 2015 jumlah penduduk yang telah memanfaatkan
pelayanan rawat jalan di Puskesmas sebanyak 1.641.328 (77,3%)
meningkat dari tahun 2014 sebanyak 1.437.214 (72,6%) yang
memanfaatkan pelayanan Puskesmas.

Profil Kesehatan Th. 2015 59


Gambar 4.10
Kunjungan Rawat Jalan Puskesmas
Di Kabupaten Sidoarjo Tahun 2012 – 2015

IV.3. PERILAKU HIDUP MASYARAKAT


1. Rumah Tangga ber-PHBS
Rumah tangga ber PHBS adalah rumah tangga yang seluruh anggota
keluarganya berperilaku hidup bersih yang meliputi 10 indikator yaitu :
Persalinan oleh tenaga kesehatan, bayi dengan ASI ekslusif, menimbang
bayi dan Balita secara teratur, menggunakan air bersih, mencuci tangan
dengan air bersih dan sabun, mengunakan jamban sehat, memberantas
jentik, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap
hari, tidak merokok didalam rumah. Mengingat dampak dari Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) terhadap derajat kesehatan masyarakat cukup
besar, maka perlu adanya upaya untuk mengubah budaya perilaku
masyarakat dari yang tidak sehat menjadi perilaku sehat. Salah satu
kegiatan yang dilakukan adalah melalui kegiatan Pemberdayaan
masyarakat dalam Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. (PHBS) yang
dievaluasi melalui pengkajian pada tatanan Bila dilihat dari cakupan

Profil Kesehatan Th. 2015 60


persentase rumah tangga dengan 10 indikator. Bila dilihat dari prosentase
cakupan Rumah Tangga Sehat dengan 10 indikator, dari target 70% pada tahun
2015 tercapai 58,10%. Sebagai upaya mencapai target Rumah tangga sehat
telah dilakukan berbagai intervensi yaitu dilaksanakannya secara
berkesinambungan dan terus menerus dilakukan intervensi kepada masyarakat
dari berbagai komponen baik lintas sektor, swasta, LSM organisasi
kemasyarakatan dan tokoh masyarakat yang mempunyai pengaruh, keteladanan
dan motivasi pada masyarakat untuk meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS).
Gambar 4.11
Perkembangan Cakupan Rumah Tangga Ber-PHBS Th. 2012 – 2015

Profil Kesehatan Th. 2015 61


2. Posyandu Aktif
Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan
sumber daya yang ada di masyarakat. Posyandu merupakan salah satu
bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang paling
dekat di masyarakat. Posyandu dikelompokkan menjadi 4 strata, yaitu
Pratama, Madya, Purnama, dan Mandiri berdasarkan penilaian
kelembagaan, gedung, sarana dan prasarana, kader, sumber dana dan
program unggulan.
Posyandu aktif adalah Posyandu yang melaksanakan kegiatan hari
buka dengan frekwensi ≥ 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader yang
bertugas ≥ 5 orang, cakupan utama (KIA, KB Gizi dan imunisasi ≥ 50%)
dan sudah ada program tambahan serta cakupan JPKM ≥ 50%.

Pada tahun 2015 terdapat 1.779 posyandu, dari jumlah tersebut 42


posyandu pratama (2,36%), 321 posyandu madya( 18,04%), 1.318
posyandu purnama( 74,09%), dan 96 posyandu mandiri( 5,51%).
Sedangkan pada tahun 2014 terdapat 1.768. Dari jumlah tersebut 52 buah
(2,94%) adalah Posyandu Pratama, 359 (20,31%) Posyandu Madya, 45
(2,55%) Posyandu mandiri dan 1312 (74,21%) Posyandu Purnama.

Gambar 4.12
Cakupan Posyandu PURI Th. 2012-2015

Profil Kesehatan Th. 2015 62


IV.4. KEADAAN LINGKUNGAN
Lingkungan merupakan salah satu variabel yang perlu mendapat perhatian
khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor
perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat.
Untuk memperkecil risiko terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan akibat
kondisi lingkungan yang kurang sehat, dilakukan berbagai upaya peningkatan
kualitas lingkungan, antara lain dengan pembinaan kesehatan lingkungan pada
rumah (keluarga / KK) , Tempat Tempat Umum (TTU) dan Tempat
Pengelolaan Makanan (TPM) yang dilakukan secara berkala. Upaya yang
dilakukan mencakup pemantauan dan pemberian rekomendasi terhadap aspek
penyediaan fasilitas sanitasi dasar.

1. Rumah Sehat
Rumah dikategorikan rumah sehat jika memenuhi syarat kesehatan yaitu
jamban sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana
pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian
rumah yang sesuai dan lantai rumah yang tidak dari tanah.
Berdasarkan pemantauan kesehatan lingkungan pada tahun 2015
diketahui jumlah seluruhnya 520.650. dari jumlah tersebut jumlah rumah
yang dibina 108.704 (32,4%) dan yang memenuhi syarat sebanyak
387.511 ( 74,4%). Pada tahun 2014 yang dilakukan pembinaan adalalah
149.438 (61,75%), 113806 (76,16%) Rumah dibina memenuhi syarat dan
391.874 (73,33%) Rumah memenuhi syarat (rumah sehat)

2. Keluarga Memiliki Akses Air Bersih dan Sarana Sanitasi Dasar


Sumber air minum mempengaruhi kualitas air minum. Untuk sumber air
minum yang berasal dari sumber air minum layak, konsep yang digunakan
meliputi Sumur gali terlindung, sumur gali dengan pompa, sumur bor
dengan pompa, terminal air, mata air terlindung, penampungan air hujan,
perpipaan (PDAM). Khusus untuk sumur bor/pompa, sumur terlindung, dan
mata air terlindung harus memenuhi syarat jarak ke tempat penampungan
kotoran/tinja minimal 10 meter.

Profil Kesehatan Th. 2015 63


Dari pemantauan kesehatan lingkungan di lapangan, diketahui bahwa
penduduk dengan akses
berkelanjutan terhadap air minum
berkualitas (layak) menurut
kecamatan dan puskesmas
sebanyak 1.682.744 ( 79,47%) .
Dalam rangka perlindungan
terhadap masyarakat dalam
penggunaan air minum maka Dinas
Kesehatan telah melakukan pemeriksaan kualitas air minum terhadap
penyelenggaran air minum. Selama tahun 2015 telah diambil 21 sampel air
minum yang diperiksakan secara fisik, bakteriologis dan kimia. Dari jumlah
tersebut 16 sampel (76,19%) memenuhi syarat secara fisik, bekteriologis
dan kimia.

Foto : Lomba Kader Sanitasi th. 2015

3. Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan Sehat


Tempat Umum meliputi hotel,
ponpes,pasar, tempat wisata,
terminal (utama) dan stasiun
(Utama) dan TUPM lain.
Tempat umum dan TUPM
yang memenuhi syarat adalah
tempat umum yang memenuhi

Profil Kesehatan Th. 2015 64


akses sanitasi dasar (air, jamban, limbah dan sampah), terlaksana
pengendalian vektor, higene sanitasi makanan minuman, pencahayaan
dan ventilasi sesuai kriteria, persayaratan atau standar kesehatan.
JUmlah TPM (Tempat Pengelolaan Makanan) yang ada pada tahun 2015
adalah 4.375 sarana.. Dari
jumlah tersebut yang
memenuhi syarat adalah
2.566 (56,7%) yang terdiri dari
Jasa boga 119, Rumah
makan/restoran 170, Depot air
minum 653, makanan jajanan
904 serta PIRT 279.

Sedangkan TTU (Tempat Tempat Umum ) Secara keseluruhan di


Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2015 adalah 1.263 buah yang terdiri dari
782 SD, 213 SLTP, 146 SLTA, 26 Puskesmas, 6 Hotel berbintang, 23
Hotel non binang. Dari jumlah TTU tersebut yang memenuhi syarat
sebanyak 653(83,5%) SD , 175 (82,2%) SMP, 120 (81,1%) SLTA, 6 Hotel
bintang dan 19 Hotel non bintang.

Profil Kesehatan Th. 2015 65


BAB V
SITUASI
SUMBER DAYA
KESEHATAN

Profil Th. 2015

Profil Kesehatan Th. 2015 66


BAB V
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
A. SARANA KESEHATAN
Derajat kesehatan masyarakat suatu negara dipengaruhi oleh
keberadaan sarana kesehatan. Sarana kesehatan yang diulas pada
pada bagian ini terdiri dari fasilitas pelayanan kesehatan dan institusi
pendidikan kesehatan milik pemerintah yang menghasilkan tenaga
kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan yang dibahas pada bagian ini
terdiri dari : puskesmas, rumah sakit, dan Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM).
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
menyatakan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu
alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
1. Rumah Sakit
Pada tahun 2015 di Kabupaten Sidoarjo terdapat 26 Rumah Sakit dengan
17 Rumah sakit umum dan 9 Rumah Sakit khusus (Rumah Sakit bedah,
Rumah Sakit Bersalin dan Rumah Sakit Mata).

Tabel 5.1.
Daftar Rumah Sakit di Kabupaten Sidoarjo Tahun 2015
NO NAMA RS ALAMAT
RSU PEMERINTAH :
Jl. Mojopahit No. 667, Telp (031)
1. Sidoarjo 896149, Fax. 8943237

RSU TNI/POLRI
Jl. Raya Porong No. 1 Sidoarjo
Bhayangkara Pusdik Gasum Telp. (0343) 852104, 852981,
1. Porong 853080, Fax. 852104
Jl. Dr. Soetomo No. 2 Telp. (031)
2. RS DKT Sidoarjo 8964610, Fax. 8968508

Profil Kesehatan Th. 2015 67


Jl. Bachtiar Jahja No. 1 Telp. (031)
3. dr. Soekantyo Jahja Juanda 8666001 Psw. 272/273 Juanda

RSU SWASTA :
Jl. Pahlawan No. 260 Sepanjang,
Telp. (031) 7882123, 7881130, Fax.
1. Siti Khodijah 7876066
Jl. Pahlawan No. 9 Sidoarjo, Telp.
(031) 8962531, 8961271, 8963123,
2. Delta Surya Fax. 8961281
Jl. Raden Patah N0. 70-72 Telp.
3. Siti Hajar (031)8921233, Fax. 8944991
Jl Raya Surabaya-Mojokerto Km 44
Ds Kramat Tumenggung Kec Tarik
Sda Telp. (0321) 362858-9, 363393,
4. Citra Medika Fax. 362956
Jl. Kyai Mojo 11 A Jeruk Gamping
Krian Telp. (031) 8971395,
8973379, Fax. 8971395
5. Al Islam H.M Mawardi
Jl. Samanhudi No. 85A Telp. (031)
6. Jasem 8962129, 8966658, Fax. 8940633
Ds Semawut RT 20/4 Kec
Balongbendo Sidoarjo Telp. (031)
7. Anwar Medika 8972052, Fax. 8988313
Jl. Jeruk 117 Wage. Telp. (031)
8. Usada 8539671, Fax. 8532031
Jl. Letjen. S. Parman No. 8 Telp.
9. Mitra Keluarga Waru (031) 8543111, Fax. 8534333
Jl. Bogem Kebon Agung No. 65
10. Assakinah Medika Sukodono Telp/Fax. (031) 8832354
Jl Raya Kenongo No 14 Tulangan
11. Aisyiah Siti Fatimah Sidoarjo Telp. 081 23258468
Jl Raya Kemangsen Balongbendo
12. Krian Husada Sidoarjo Telp. (031) 8970144
Jl Kundi No. 70 Ds. Kepuhkiriman
Waru Sidoarjo Telp. (031) 8668880,
13. Bunda 31310007, Fax. 8688218

RSK SWASTA :
Jl. Mangga Tengah II E/225 P.
1. Bersalin Pondok Tjandra Tjandra Telp. (031) 8662206
Jl. Letjend Suprapto No 3 Kepuh
Kiriman Waru Telp. (031) 8672303,
2. Ibu dan Anak Prima Husada Fax. 8677765
Jl. Raya Kalijaten No 40 Sepanjang
Taman Sidoarjo Telp. (031)
3. Mata Fatma 7879857
4. Ibu dan Anak Kirana Jl. Raya Ngelom No 87 Taman

Profil Kesehatan Th. 2015 68


Sepanjang Sidoarjo Telp. (031)
7881623, 7877829, Fax. 7873010
Jl. Raya Kalijaten 11-15 Taman,
5. Anak dan Bersalin Soerya Telp. (031) 7885011
Jl. Sunandar Priyo Sudarmo No 154
RT 16/4 Kel Sidokare Sidoarjo Telp.
6. Bersalin Buah Delima (031) 805691, Fax. 7873010
Jl. Raya Saimbang Sukodono
7. Bedah Rahman Rakhim Sidoarjo Telp. (031) 8830010
Jl Raya Seruni No 159 Gedangan
Sidoarjo Telp. (031) 8917728,
8. Ibu dan Anak Mitra Husada 8917758, 8918688, Fax. 8918187
Jl Sawo No 2 Dungus Sukodono
Ibu dan Anak Arafah Anwar Sidoarjo Telp. (031) 8830989, Fax.
9. Medika 8831089

Foto : Penatalaksanaan Perizinan Sarana Pelayanan Kesehatan

Profil Kesehatan Th. 2015 69


2. Puskesmas
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang
Puskesmas menyebutkan bahwa puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upayakesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkatpertama,
dengan
lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif,untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya di wilayah kerjanya
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan
untukmencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya
dalamrangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat.
Selain melaksanakan tugas tersebut, puskesmas memiliki fungsi
sebagai penyelenggara Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat
pertama dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama serta
sebagai wahana pendidikan tenaga kesehatan. Upaya kesehatan
masyarakat adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan sertamencegah dan menanggulangi
timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok,
dan masyarakat. Upaya kesehatan perseorangan adalah suatu
kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanankesehatanyang
ditujukan untuk peningkatan, pencegahan,penyembuhan penyakit,
pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan
perseorangan.
Pada tahun 2015 jumlah Puskesmas di Kabupaten Sidoarjo adalah 26
buah dengan 13 Puskesmas Perawatan yaitu Puskesmas Porong,
Puskesmas Krian, Puskesmas Taman, Puskesmas Sukodono, Puskesmas
Wonoayu, Puskesmas Tarik, Puskesmas Waru, Puskesmas Prambon,
Puskesmas Balongbendo, Puskesmas Jabon, Puskesmas Krembung,
Puskesmas Barengkrajan dan Puskesmas Sedati .

Salah satu upaya pengembangan puskesmas yang penting adalah


Pelayanan Obstetrik dan NeonatalEmergensi Dasar (PONED). Upaya
kesehatan ini dilakukan untuk mendekatkan akses masyarakat kepada
pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar. Akses

Profil Kesehatan Th. 2015 70


2Sarana Kesehatan masyarakat yang semakin mudah terhadap
pelayanan kegawatdaruratan diharapkan dapat berkontribusi pada
penurunan AKI danAKB. Badan kesehatan dunia (WHO) menargetkan
agar minimal terdapat empat Puskesmas PONED di tiap kabupaten/kota.
Sampai dengan tahun 2015 jumlah kumulatif Puskesmas PONED
sebanyak 6 unit Puskesmas Krian, Puskesmas Taman, Puskesmas
Porong, Puskesmas Tarik, Puskesmas Waru, dan Puskesmas Jabon.

Secara konseptual, Puskesmas menganut konsep wilayah dan diharapkan


dapat melayani penduduk rata-rata 30.000 jiwa setiap Puskesmas. Dengan
jumlah penduduk 2.117.278, berarti satu Puskesmas di Kabupaten
Sidoarjo rata-rata masih melayani 70.576 jiwa.
Sesuai standar dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia rasio
Puskesmas terhadap jumlah penduduk adalah 1:30.000 penduduk,
sehingga jumlah Puskesmas yang ideal di Kabupaten Sidoarjo tahun 2015
adalah 70 Puskesmas.

3. Ketersediaan Obat danVaksin

Dalam upaya pelayanan kesehatan, ketersediaan obat dengan jenis yang


lengkap, jumlah yang cukup, terjamin khasiatnya, aman, efektif dan
bermutu dengan harga terjangkau serta mudah diakses adalah sasaran
yang harus dicapai. Indikator Tercapainya sasaran hasil tersebut pada
tahun 2015 yaitu persentase ketersediaan obat Dan vaksin sebesar 100%.
Dalam rangka mencapai target tersebut, salah satu kegiatan yang
dilakukan adalah peningkatan ketersediaan obat esensial generik di sarana
pelayanan kesehatan dasar. Pemantauan ketersediaan obat digunakan
untukmegetahui kondisi tingkat ketersediaan obat di berbagai unit sarana
kesehatanseperti
Instalasi Farmasi Kabupaten /Kota (IFK) dan puskesmas. Kegiatan ini
dilakukan untuk mendukung pemerintah pusat dan daerah dalam rangka
menentukan langkahLangkah kebijakan yang akan diambil di masa yang
akan datang. Di era otonomi daerah, pengelolaan obat merupakan salah

Profil Kesehatan Th. 2015 71


satu kewenangan yang diserahkan kabupaten/kota, akibatnya sulit bagi
pemerintah pusat
Untuk mengetahui kondisi ketersediaan obat di seluruh Indonesia. Dengan
Tidak adanya laporan secara periodik yang Dikirim oleh provinsi, maka
relatif sulit bagi pemerintah pusat untuk menentukan langkah-langkah yang
harus dilakukan. Adanya data ketersediaan obat di provinsi atau
kabupaten/kota akan mempermudah penyusunan prioritas bantuan
maupun intervensi program di masa yang akan datang.Untuk
mendapatkan gambaran ketersediaan obat dan vaksin di Indonesia,
dilakukan pemantauan ketersediaan obat dan vaksin. Obat yang dipantau
ketersediaannya merupakan obat indikator yang digunakan untuk
pelayanan kesehatan dasar dan obat yang mendukung pelaksanaan
program kesehatan. Jumlah item obat yang dipantaua dalah 144 item obat
danvaksin yang terdiri dari 135 item obat untuk pelayanan kesehatan dasar
dan 9 jenis vaksin untuk imunisasi dasar.

4. Sarana Kesehatan Lainnya.


Selain Puskesmas dan Rumah sakit keberadaan sarana kesehatan yang
lain sangat membantu terwujudnya peningkatan derajat kesehatan
masyarakat Sidoarjo. Sarana Kesehatan yang ada di kabupaten Sidoarjo
pada tahun 2015 meliputi :

Profil Kesehatan Th. 2015 72


NO JENIS SARANA JUMLAH
1 RUMAH SAKIT UMUM 17
RUMAH SAKIT KHUSUS
2 9
3 PUSKESMAS RAWAT INAP 13
4 - JUMLAH TEMPAT TIDUR 288
5 PUSKESMAS NON RAWAT INAP 13
6 PUSKESMAS KELILING 76
7 PUSKESMAS PEMBANTU 58
8 KLINIK BERSALIN 25
9 KLINIK UMUM 116
10 PRAKTIK DOKTER BERSAMA 0
11 PRAKTIK DOKTER PERORANGAN 1591
12 PRAKTIK PENGOBATAN TRADISIONAL 160
13 BANK DARAH RUMAH SAKIT 0
14 INDUSTRI FARMASI 12
15 INDUSTRI OBAT TRADISIONAL 3
16 USAHA KECIL OBAT TRADISIONAL 26
17 PRODUKSI ALAT KESEHATAN 9
18 PEDAGANG BESAR FARMASI 52
19 APOTEK 391
20 TOKO OBAT 28
21 PENYALUR ALAT KESEHATAN 47
22 INDUSTRI ALAT KESEHATAN 6
23 INDUSTRI PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA (PKRT)
21
24 INDUSTRI KOSMETIKA 35
25 LABORATORIUM 32
26 OPTIK 29
27 PEST CONTROL 13
28 KLINIK KECANTIKAN 20

5. Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat


Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan
sumber daya yang ada di masyarakat. Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat (UKBM) diantaranya adalah posyandu, polindes, Pos Obat
Desa (POD)

Profil Kesehatan Th. 2015 73


Jumlah posyandu di Kabupaten Sidoarjo menurut hasil kompilasi data dari
Puskesmas pada tahun 2013 sebanyak 1.760, tahun 2014 sebanyak
1.768 dan pada tahun 2015 meningkat lagi sebanyak 1.779 pos.
Polindes merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam
rangka mendekatkan pelayanan kebidanan melalui penyediaan tempat
pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk
Keluarga Berencana. Pada tahun 2015, jumlah polindes yang ada di
Kabupaten Sidoarjo adalah 131 buah, Sedangkan untuk Poskesdes tidak
mengalami perubahan dari tahun sebelumnya yaitu tetap 347 pada tahun
2015 dan tahun 2014. Banyaknya UKBM ini diharapkan bisa mendukung
pelaksanaan desa siaga yang berjumlah 349 desa dengan desa siaga aktif
347 desa di Kabupaten Sidoarjo.
Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber
daya dan kemampuan dan kemauan untuk mencegah dan mengatasi
masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan
secara mandiri. Sebuah desa dikatakan menjadi desa siaga apabila telah
memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes).

B. TENAGA KESEHATAN
Jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2015 sebanyak
5.776 orang yang tersebar di 26 Puskesmas, Dinas Kesehatan, GFK, Rumah
Sakit dan sarana kesehatan lainnya.
Jumlah dan jenis tenaga kesehatan di Kabupaten Sidoarjo adalah :
1. Dokter Spesialis berjumlah 490 orang, sehingga jika dihitung rata-rata per
100.000 penduduk Kabupaten Sidoarjo dilayani oleh 2,5 dokter spesialis.
2. Dokter umum berjumlah 1.310 orang, sehingga jika dihitung rata-rata per
100.000 penduduk Kabupaten Sidoarjo dilayani oleh 61,9 dokter.
3. Dokter gigi berjumlah 375 orang dan dokter gigi spesialis 54 orang,
sehingga jika dihitung rata-rata per 100.000 penduduk Kabupaten Sidoarjo
dilayani oleh 17,7 dokter gigi dan 2,5 dokter gigi spesialis
4. Apoteker sebanyak 534, Tenaga tehnis kefarmasian sebanyak 460 orang,
sehingga jika dihitung rata-rata per 100.000 penduduk Kabupaten 29
Sidoarjo dilayani oleh 10,53 orang tenaga Farmasi.

Profil Kesehatan Th. 2015 74


5. Ahli Gizi (berpendidikan D1 – D4/S1 Gizi) sebanyak 80 orang sehingga
jika dihitung rata-rata per 100.000 penduduk Kabupaten Sidoarjo dilayani
oleh 3,78 ahli gizi.
6. Perawat sebanyak 1.817 orang, sehingga jika dihitung rata-rata per
100.000 penduduk Kabupaten Sidoarjo dilayani oleh 85,82 perawat.
7. Bidan sebanyak 578 orang, sehingga jika dihitung rata-rata per 100.000
penduduk Kabupaten Sidoarjo dilayani oleh 59,8 bidan.
8. Ahli Kesehatan Masyarakat sebanyak 121 orang sehingga jika dihitung
rata-rata per 100.000 penduduk Kabupaten Sidoarjo dilayani oleh 6 ahli
kesehatan masyarakat .
9. Ahli Sanitasi terdiri dari lulusan SPPH, APK dan D3 Kesehatan
Lingkungan sebanyak 23 orang, sehingga jika dihitung rata-rata per
100.000 penduduk Kabupaten Sidoarjo dilayani oleh 1,08 ahli sanitasi .

C. PEMBIAYAAN KESEHATAN
Pembiayaan kesehatan harus mampu menjamin kesinambungan
jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan secara
berhasil guna dan berdaya guna sehingga pembangunan kesehatan demi
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggitingginya dapat
terlaksana
Pembiayaan/Anggaran kesehatan di Kabupaten Sidoarjo bersumber
dari pemerintah, masyarakat dan swasta yang kemudian dikelompokkan
dalam mata anggaran yang bersumber dari APBD Kabupaten, APBD
Propinsi, APBN, Pinjaman Luar Negeri, dan Sumber Pemerintah lainnya.
Pada tahun 2015 Total anggaran di Dinas Kesehatan sebesar
298.968.816.865 yang terdiri dari APBD sebesar Rp 295.590.672.365,-
dan APBN sebesar Rp 3.278.144.500,- Bantuan Operasional Kesehatan
(BOK) sebesar Rp 3.224.517.000,- merupakan bantuan dana dari
Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan RI dalam membantu
pemerintahan kabupaten/kota untuk meningkatkan akses dan pemerataan
pelayanan kesehatan masyarakat melalui kegiatan Puskesmas untuk
mendukung tercapainya target Millennium Development Goals (MDGs)
bidang kesehatan tahun 2015. Selain itu diharapkan dengan bantuan ini
dapat meningkatkan kualitas manajemen Puskesmas, terutama dalam

Profil Kesehatan Th. 2015 75


perencanaan tingkat Puskesmas dan lokakarya mini Puskesmas,
meningkatkan upaya untuk menggerakkan potensi masyarakat dalam
meningkatkan derajat kesehatannya, dan meningkatkan cakupan
pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang dilakukan
oleh Puskesmas dan jaringannya serta Poskesdes dan Posyandu.
Pemanfaatan dana BOK difokuskan pada beberapa upaya kesehatan
promotif dan preventif meliputi KIA, KB, imunisasi, perbaikan gizi
masyarakat, promosi kesehatan, kesehatan lingkungan dan pengendalian
penyakit, dan upaya kesehatan lain sesuai risiko dan masalah utama
kesehatan di wilayah setempat dengan tetap mengacu pada pencapaian
target Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Profil Kesehatan Th. 2015 76


BAB VI

PROGAM INOVATIF

Profil Th. 2015

Profil Kesehatan Th. 2015 77


BAB VI
PROGRAM INOVASI / UNGGULAN

I. PROGRAM INOVASI PUSKESMAS SIDOARJO

I. LATAR BELAKANG
Telah kita ketahui bersama bahwa musik merupakan bahasa universal
untuk berkomunikasi,bahkan selain itu sejak jaman dahulu kala music dapat
dijadikan alat terapikesehatan,dan bunyi bunyian di alam pun bisa menjadi
sumber musik.
Puskesmas Sidoarjo merupakan Puskesmas rawat jalan yang terletak di
pusat pemerintahan Kabupaten Sidoarjo dengan kunjungan rata rata
perharinya sekitar kurang lebih 250 - 300. Dengan banyaknya kunjungan
tersebut sudah pasti akan mengakibatkan antrian yang agak lama.Untuk itulah
kami berupaya membuat suatu program inovasi yang bertujuan menciptakan
rasa nyaman dalam hal menunggu antrian.

II. HEALTHY MUSIC


Healthy Music adalah pemikiran
inovasi dari Puskesmas
Sidoarjo,dimana pada tahun 2015
awalnya di utar musik music ringan
yang bisa didengarkan oleh
pengunjung puskesmas melalui media
sound system dengan tujuan efek dari
musik musik tersebut bisa merelaksasikan seseorang sehingga bisa merasa
nyaman.Seiring berjalannya waktu program tersebut kami kembangkan
dengan membuat acara khusus yakni diadakan setiap hari Jum’at minggu
pertama dan ketiga setiap bulan. Program baru tersebut kami adakan seperti
live musik akustik, acara tersebut sekaligus sebagai media promosi kesehatan
semua program yang ada di Puskesmas ataupun Dinas Kesehatan. Di acara

Profil Kesehatan Th. 2015 78


tersebut kami juga berinteraksi dengan pengunjung Puskesmas, pengunjung
bisa menanyakan tentang info info kesehatan bahkan juga bisa bernyanyi
bersama.

Liputan Jawa Post tentang Healthy Music di Puskesmas Sidoarjo

LiputanTV Swasta & Nasional tentang Healthy Music di Puskesmas Sidoarjo

Adapun manfaat-manfaat lain yang ternyata sangat penting bagi kita tentang
musik antara lain adalah :
1. Meredakan nyeri
Musik bekerja pada system saraf otomatis dan dapat meringankan rasa
sakit kronis serta rasa sakit pasca operasi..Selain itu, music bertindak
sebagai pengalih perhatian pasien. Musik juga memaksa tubuh untuk
melepaskan endorphin untuk menetralkan rasa sakit.
2. Menyehatkan pembuluh darah
Tempo,intensitas dan kecepatan music terbukti mampu mempengaruhi
kinerja jantung. Musik dengan tempo tinggi dapat meningkatkan denyut
jantung dan pernapasan, sedangkan musik slow menurunkan denyut
jantung dan pernapasan..

Profil Kesehatan Th. 2015 79


3. Meningkatkan kemampuan visual, verbal dan kecerdasan
Pendidikan musik yang diberikan kepada anak-anak pada usia dini
dipercaya dapat meningkatkan kecerdasan otak, keterampilan visual
dan verbal anak.
4. Menyehatkan otak dan mencegah kepikunan
Mendengarkan music pada usia senja dapat membantu dalam
mempertahankan kesehatan otak serta mencegah penuaan otak atau
kepikunan.
5. Meningkatkan suasana hati
Mendengarkan musik mampu membuat otak Anda melepaskan
dopamine, suatu bahan kimia yang berguna untuk membangkitkan
mood Anda secara instan.
6. Meningkatkan system kekebalan tubuh
Mendengarkan jenis music tertentu menyebabkan tubuh mengeluarkan
hormon yang berfungsi untuk meningkatkan imunitas tubuh. Bahkan,
mendengarkan musik tempo tinggi selama 50 menit dapat
meningkatkan kadar antibody dalam tubuh serta menurunkan kadar
hormone kortisol penyebab stres.
7. Meningkatkan perkembangan fisik dan mental janin
Janin yang selalu diperdengarkan musik sejak dalam kandungan
memiliki perkembangan fisik dan mental yang lebih positif setelah lahir.
Selain itu, mereka akan memiliki kecerdasan motorik, intelektual dan
linguistik yang lebih baik.
8. Meningkatkan olahraga
Mendengarkan music sambil berolahraga mampu meningkatkan daya
tahan, mood dan mengalihkan perhatian Anda dari segala bentuk
ketidaknyamanan serta kelelahan.

9. Mengembalikan ingatan yang hilang


Musik dapat membantu orang mengingat lagu dan mengembalikan
ingatan yang berkaitan dengan lagu tersebut. Hal ini karena bagian
otak yang berfungsi memproses music bersebelahan dengan memori di
otak.

Profil Kesehatan Th. 2015 80


II. PROGRAM INOVASI PUSKESMAS BALONGBENDO

Gerakan Masyarakat Sadar Menyusui Sejak Dini

Cakupan pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Balongbendo pada bulan


th 2014 sebesar 54,8% dengan IMD sebesar 62,2%. Hal ini dipengaruhi
beberapa hal, terutama masih sangat terbatasnya tenaga konselor ASI, belum
maksimalnya kegiatan edukasi, sosialisasi, advokasi, dan kampanye terkait
pemberian ASI maupun MP-ASI, masih kurangnya ketersediaan sarana dan
prasarana KIE ASI dan MP-ASI dan belum optimalnya membina kelompok
pendukung ASI dan MP-ASI.
Upaya terobosan yang dilakukan oleh Puskesmas
Balongbendo adalah berkomitmen untuk melaksanakan
“GEMASUSI”.
Tujuan dari GEMASUSI ini adalah untuk meningkatkan
kesadaran ibu untuk melakukan IMD dan membeikan ASI
secara eksklusif, sehingga pada akhirnya capaian ASI
Eksklusif lebih meningkat

Tujuan Khusus

1. Mengetahui jumlah ibu yang melakukan IMD


2. Mengetahui orang yang berperan mendukung kegiatan IMD
3. Mengetahui factor yang mendukung keberhasilan IMD dan ASI Eksklusif
Upaya yang dilakukan adalah sbb:
1. Upaya Penggerakan kesadaran bagi ibu hamil beserta keluarga dan orang
terdekat serta bagi tenaga kesehatan bertekad untuk menyatakan
kesediaan melakukan IMD dan memberikan ASI Secara eksklusif selama 6
bulan yang dituangkan dalam sebuah kartu
2. Kegiatan dilakukan berkolaborasi baik lintas program maupun lintas
sektoral baik di dalam gedung maupun diluar gedung yang meliputi

Profil Kesehatan Th. 2015 81


kelompok – kelompok pendukung ASI yang ada maupun di kelas – kelas
Ibu hamil yang telah ada
3. Kegiatan ini bisa dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terkait dengan
pelayanan kesehatan ibu hamil antara lain Dokter, Bidan, Perawat, dan
Tenaga Gizi
4. Kegiatan ini dilakukan pada saat Ibu hamil melakukan pemeriksaan
kehamilannya
5. Sasaran kegiatan ini adalah Ibu hamil, Suami, Nenek atau keluarga
terdekat lainnya
6. Sarana Kartu “Gema Susi”, Leaflet, Booklet, Poster, Media penyuluhan
lain, Buku register
Hasil dari komitmen “GEMASUSI” di Puskesmas Balongbendo adalah sbb:

Sebelum GeMaSuSi Sesudah GeMaSuSi


( 2014) ( 2015)
Uraian
Pusk Bl.bendo Kab. Pusk Bl.bendo Kab. Sidoarjo
Sidoarjo

IMD 62,2% 66,2% 81,6% 71,5%


ASI Eks 54,8% 54,7% 56,9 % 57,3%
Balita Gizi Buruk 2 kasus 22 kasus 0 23 kasus
Balita BGM 1,52 % 1,02% 1,39 % 0,83 %

III. PROGRAM INOVASI ” SI JARI EMAS”

Merupakan sistem informasi jejaring rujukan maternal dan neonatus

Tujuan :

1. Meningkatkan kesiapan dari pihak rumah sakit untuk menerima rujukan

2. Memberdayakan fungsi Puskesmas mampu PONED untuk penanganan

kasus tertentu

3. Mencegah terjadinya Multiple Referral

Profil Kesehatan Th. 2015 82


4. Membangun komunikasi dan rujukan ilmu antara bidan, PKM dan RS dan

mengurangi faktor keterlambatan

5. Menjadi basis data untuk perencanaan dan pengambilan keputusan di RS

maupun DINKES

6. Di desain menggunakan teknologi dan mekanisme komunikasi yang umum

digunakan oleh Nakes

Di Kabupaten Sidoarjo sudah ada 81 fasilitas pelayanan kesehatan termasuk

Rumah Sakit, poliklinik dan puskesmas yang sudah memanfaatkan aplikasi

SIJARI EMAS

Profil Kesehatan Th. 2015 83


BAB VII

PENUTUP

Profil Th. 2015

Profil Kesehatan Th. 2015 84


BAB VII
PENUTUP

Data dan informasi merupakan sumber daya yang strategis bagi pimpinan
dan organisasi dalam pelaksanaan manajemen. Oleh karena itu penyediaan data
dan informasi yang berkualitas sangat dibutuhkan sebagai masukan dalam
proses pengambilan keputusan.
Di bidang kesehatan, data dan informasi ini diperoleh melalui
penyelenggaraan sistem informasi kesehatan. Perlu disadari bahwa sistem
informasi kesehatan yang ada saat ini masih belum dapat memenuhi kebutuhan
data dan informasi kesehatan secara optimal. Namun demikian, diharapkan Profil
Kesehatan Kabupaten Sidoarjo Tahun 2015 dapat memberikan gambaran secara
garis besar dan menyeluruh tentang keadaan kesehatan masyarakat Kabupaten
Sidoarjo dan capaian kinerja pelayanan kesehatan yang telah dilakukan beserta
aspek-aspek pendukung lainnya.
Untuk meningkatkan kualitas Buku Profil Kesehatan Kabupaten Sidoarjo,
perlu adanya terobosan dan ide-ide baru dalam mekanisme penyusunan, baik
dimulai dari masa pengumpulan data, proses validasi data serta dalam tahap
analisa data, yang nantinya akan menghasilkan suatu publikasi data dan
informasi pembangunankesehatan, serta dapat membawa manfaat bagi dunia
kesehatan di Kabupaten Sidoarjo dan Provinsi Jawa Timur.

Sidoarjo, April 2016

Profil Kesehatan Th. 2015 85

Anda mungkin juga menyukai