Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KELOMPOK

MAKALAH
NUTRITIONAL SURVEILANCE DI FILIPINA

Disusun dalam Rangka Penugasan Mata Kuliah Epidemologi Gizi


Fakultas Kedokteran Program Studi Ilmu Gizi 2019
Universitas Brawijaya

Oleh :

KELOMPOK 1

Rina Aprilia Mumpuni 195070309111001


Alvionita Rambu Katarina 195070309111002

PROGAM STUDI ILMU GIZI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
DAFTAR ISI

Halaman Sampul.........................................................................................................
Daftar Isi...................................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................... 2
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................. 3
1.3 Tujuan.................................................................................................................... 3
1.4 Manfaat.................................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Surveilans Giz ....................................................................................... 4
2.2 Surveilas Gizi di Filipina................................................................................... 4
2.3 Program Intervensi, Tujuan, Strategi dan Evaluasi….......................................... 6

BAB III KESIMPULAN


3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 11

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumberdaya
manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental
yang kuat, kesehatan yang prima, serta cerdas. Bukti empiris menunjukkan bahwa hal ini
sangat ditentukan oleh status gizi yang baik, dan status gizi yang baik ditentukan oleh
jumlah asupan pangan yang dikonsumsi. Masalah gizi kurang dan buruk dipengaruhi
langsung oleh faktor konsumsi pangan dan penyakit infeksi. Secara tidak langsung
dipengaruhi oleh pola asuh, ketersediaan pangan, faktor sosialekonomi, budaya dan politik
(Unicef, 1990).
Surveilans kesehatan masyarakat adalah proses pengumpulan data kesehatan yang
mencakup tidak saja pengumpulan informasi secara sistematik, tetapi juga melibatkan
analisis, interpretasi, penyebaran, dan penggunaan informasi kesehatan. Konsep
pengawasan nutrisi berasal dari surveilans penyakit, dan berarti untuk mengawasi gizi, dan
membuat keputusan yang mengarah pada perbaikan nutrisi dalam populasi.
Tujuan dalam sistem surveilans, terutama dalam kaitannya dengan masalah gizi ;
untuk membantu perencanaan jangka panjang dalam kesehatan dan pembangunan; untuk
memberikan masukan bagi manajemen dan evaluasi program; dan memberi peringatan
tepat waktu tentang perlunya intervensi untuk mencegah kerusakan kritis dalam konsumsi
makanan.
Keputusan yang mempengaruhi gizi dibuat pada berbagai tingkat administratif, dan
penggunaan berbagai jenis informasi pengawasan nutrisi dapat dikaitkan dengan kebijakan
nasional, program pembangunan, program kesehatan dan gizi masyarakat, dan program
peringatan dan intervensi tepat waktu. Informasi tersebut harus menjawab pertanyaan
spesifik, misalnya mengenai status gizi dan kecenderungan kelompok populasi tertentu.
Menurut A.B. Jahari (2012), surveilans gizi diperkenalkan pertama kali pada tahun
1974 dalam “World Food Conference”, yaitu kegiatan pengamatan berkelanjutan melalui
proses pengumpulan, pengolahan, analisa dan interpretasi serta penyebar luasan informasi
kepada unit yang membutuhkan untuk melakukan tidakan.(Sugeng Wiyono, 2015).
Surveilans gizi adalah proses pengamatan masalah dan program gizi secara terus
menerus baik situasi normal maupun darurat, meliputi : pengumpulan, pengolahan, analisis

2
dan pengkajian data secara sistematis serta penyebarluasan informasi untuk pengambilan
tindakan sebagai respons segera dan terencana. Hasil surveilans dan pengumpulan serta
analisis data digunakan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang status
kesehatan populasi guna menetapkan kebijakan program, merencanakan intervensi,
pelaksanaan kegiatan, dan mengevaluasi program kesehatan masyarakat untuk
mengendalikan dan mencegah kejadian yang merugikan gizi dan kesehatan. (Kemenkes
RI, 2017)
Apabila surveilans gizi terhadap akar masalah maupun indikator-indikator yang terkait
penyebab masalah gizi dilaksanakan secara terus-menerus dan berkala, maka potensi
masalah akan lebih cepat diketahui, dan upaya penanggulangan masalah gizi dapat
dilakukan lebih dini, sehingga dampak yang lebih buruk dapat dicegah. Surveilans gizi
sangat berguna untuk mendapatkan informasi keadaan gizi masyarakat secara cepat, akurat,
teratur dan berkelanjutan, yang dapat digunakan untuk menetapkan kebijakan gizi.
Informasi yang digunakan mencakup indikator pencapaian gizi masyarakat serta informasi
lain yang belum tersedia dari laporan rutin. Adanya surveilans gizi akan dapat
meningkatkan efektivitas kegiatan pembinaan gizi dan perbaikan masalah gizi masyarakat
yang tepat waktu, tepat sasaran, dan tepat jenis tindakannya.(Kemenkes RI, 2017)
Negara-negara berkembang termasuk Filipina berada dalam keadaan transisi ekonomi
yang cepat sebagai hasil dari peningkatan pendapatan secara umum, peningkatan
industrialisasi, urbanisasi dan globalisasi. Dari periode sebelum dan sesudah beberapa
tahun kemerdekaan.
Tujuan dari survei ini adalah untuk menentukan dan mengevaluasi asupan makanan,
status gizi dan kesehatan dari Filipina, dan menyediakan statistik resmi tentang situasi
pangan, gizi dan kesehatan negara. Tahun 2013 National Nutrition Survey yang merupakan
lembaga survey Filipina telah berkembang menjadi sumber utama data untuk pemerintah
nasional tidak hanya pada informasi terkait gizi-tapi pada masalah kesehatan juga. Tujuan
dari survei ini adalah untuk menentukan dan mengevaluasi asupan makanan, status gizi dan
kesehatan dari Filipina, dan menyediakan statistik resmi tentang situasi pangan, gizi dan
kesehatan negara. memiliki komponen-komponen berikut: Antropometri, Biokimia,
Klinik, asupan diet dari rumah tangga dan individu, profil demografi dan Sosial Ekonomi
peserta, Ketahanan Pangan, Partisipasi Program Pemerintah, yang dipilih faktor risiko
kesehatan berkaitan dengan gizi, bayi dan Feeding Muda Anak , Kesehatan Ibu dan anak,
dan Survei Garam.

3
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan membahas tentang surveilans gizi yang
dilakukan di Filipina.

1.2 Rumusan masalah


1.2.1 Apakah yang dimaksud Surveilans Gizi ?
1.2.2 Bagaimana Pelaksanaan Surveilans Gizi di Negara Filipina ?
1.2.3 Bagaimana Program Intervensi, Tujuan, Strategi dan Evaluasi Surveilans Gizi di Filipina
?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui tentang Surveilans Gizi.
1.3.2 Untuk mengetahui Pelaksanaan Surveilans Gizi di Negara Filipina
1.3.3 Untuk mengetahui Program Intervensi, Tujuan, Strategi dan Evaluasi Surveilans Gizi di
Filipina ?
1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk menambah pengetahuan tentang Pelaksanaan Surveilans Gizi di Negara Filipina.
1.4.2 Sebagai bahan perbandingan surveilans gizi di beberapa negara khususnya negara-negara Asia.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Survailance Gizi

Survailance gizi adalah suatu riset atau penelitian terhadap penyebab masalah
gizi yang berkembang dan terjadi secara berulang bukanpada kelompok resiko.
Malnutrisi dalam segala bentuknya didefinisikan sebagai semua bentuk gizi buruk. Ini
berkaitan dengan ketidakseimbangan dalam energi, baik makro dan mikronutrien

4
tertentu serta pola diet yang tidak seimbang. Secara konvensional, kaitannya dengan
ketidakcukupan, tetapi itu juga berlaku untuk asupan berlebih atau pola diet yang tidak
sesuai.
Kekurangan gizi adalah akibat langsung dari asupan diet yang tidak memadai,
kehadiran penyakit, atau interaksi kedua faktor ini. Serta risiko kematian akibat
penyakit dua kali lebih tinggi untuk anak-anak kurang gizi ringan, 5 kali lebih tinggi
bagi mereka yang kekurangan gizi sedang dan 8 kali lebih besar untuk anak-anak yang
digolongkan mengalami malnutrisi berat bila dibandingkan dengan anak-anak normal
(UNICEF, 1996).
Penyebab mendasar untuk kekurangan gizi bervariasi. Infeksi pada anak-anak,
termasuk helminthiasis dapat menyebabkan kekurangan gizi, dimanifestasikan sebagai
anemia, pengerdilan dan / atau gangguan perkembangan masa kanak-kanak. Penyakit
berulang dan diare di antara bayi yang tidak mendapat ASI dapat menyebabkan
kekurangan gizi dan akhirnya berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan normal
mereka. Tuberkulosis di antara orang-orang muda dan orang dewasa terkait dengan gizi
buruk. Di sisi lain, pola diet bergeser dari diet tradisional ke diet di mana makanan yang
sebagian besar diproses dikonsumsi. Makanan-makanan ini berkualitas gizi terbatas,
dalam banyak kasus kaya lemak jenuh, gula dan garam.

2.2 Survailance Gizi di Filipina


Negara-negara berkembang termasuk Filipina berada dalam keadaan transisi
ekonomi yang cepat sebagai hasil dari peningkatan pendapatan secara umum,
peningkatan industrialisasi, urbanisasi dan globalisasi. Hal ini telah menimbulkan
perubahan gaya hidup dan pola makan dari seseorang dengan aktivitas fisik dan diet
tingkat tinggi yang sebagian besar didasarkan pada makanan nabati, satu dengan tingkat
gaya hidup yang lebih tinggi dan diet peningkatan energi berbasis seperti tinggi
karbohidrat, gula tinggi dan tinggi lemak.
Kelebihan energi dari makanan ini dapat mempengaruhi orang dewasa dan
anak-anak dalam keluarga secara berbeda. Misalnya, anak-anak muda dapat dengan
mudah menggunakan kelebihan energi dan masih kekurangan berat badan sementara
orang dewasa mungkin akhirnya bertambah berat badannya. Perubahan dalam
konsumsi dan aktivitas fisik menyebabkan meningkatnya prevalensi kelebihan berat
badan dan obesitas terutama pada orang dewasa. Banyak negara maju dan berkembang
menunjukkan tren penurunan gizi kurang tetapi tren peningkatan kelebihan berat badan
5
dan obesitas. Namun, naiknya kelebihan berat badan belum tentu terkait dengan
penurunan berat badan atau stunting. Di negara maju terutama menghadapi masalah
kelebihan gizi dan fokus program gizi adalah untuk memerangi kelebihan berat badan
dan obesitas terutama di kalangan anak-anak karena menjadi salah satu tantangan
paling signifikan dalam kesehatan masyarakat.
Sebagian besar negara berkembang terutama di Filipina, kita masih bisa melihat
prevalensi rendah badan dan stunting yang lebih tinggi terutama di kalangan anak-anak
tetapi dengan kecenderungan menurun secara bertahap. Dengan transisi sosio-ekonomi
yang sedang berlangsung di Filipina, disertai dengan transisi demografi dan kesehatan
dan perubahan pola pasokan makanan dan konsumsi, kelebihan berat badan dan
obesitas khususnya di kalangan orang dewasa dan remaja telah menjadi epidemi
kesehatan masyarakat. Meningkatnya kecenderungan obesitas di kalangan orang
dewasa dan dengan tingginya prevalensi underweight di kalangan anak-anak
menimbulkan fenomena DBM (Double Burden Of Malnutrition) atau Masalah Gizi
Ganda dan fenomena ini mempengaruhi banyak negara berkembang.
Koeksistensi di bawah dan kelebihan gizi tidak hanya terjadi di dalam negeri
secara keseluruhan, tetapi juga di dalam rumah tangga. Studi oleh Ihab dkk. (2013) di
antara sampel di daerah pedesaan menemukan bahwa prevalensi pasangan kelebihan
berat ibu / balita (OWM / UWC) adalah 29,6%, sedangkan prevalensi pasangan berat
badan normal ibu / anak normal (NWM / NWC) adalah 15,2%. Rumah tangga dengan
anak kurus dan orang dewasa yang kelebihan berat badan atau obesitas adalah rumah
tangga beban ganda khas untuk negara berkembang yang mengalami transisi cepat.
Fenomena ini akan menjadi tantangan besar terutama untuk program intervensi
makanan yang akan dilaksanakan di masa depan. Kurang gizi mempengaruhi kesehatan
dan kinerja fisik dan mental selama masa hidup, sementara kelebihan gizi
meningkatkan tingkat penyakit kronis yang terjadi pada usia lebih awal dan lebih dini.
Meskipun intervensi yang dikenal ada untuk gizi kurang dan kelebihan berat
badana atau secara independen, jelas rekomendasi berbasis bukti untuk pencegahan
masalah gizi ganda belum muncul. Dengan demikian, strategi baru dan inovatif akan
diperlukan untuk melawan munculnya masalah gizi ganda di Filipina. Kolaborasi lintas
sektor, disertai dengan mekanisme koordinasi yang efektif, harus bergabung dengan
upaya mereka di dalam dan di luar komunitas nutrisi untuk menangani masalah gizi
ganda. Meningkatkan kapasitas tingkat negara untuk mengoordinasikan tindakan gizi
sangat penting. Negara-negara dengan pengerdilan anak dan obesitas perempuan jarang
6
menerapkan intervensi komprehensif, dan pada tahun 2010 hanya seperempat negara
dengan masalah gizi ganda memiliki mekanisme koordinasi untuk mengatasi kedua
masalah (WHO 2013).
Program intervensi gizi saat ini harus dilanjutkan dan pada saat yang sama ada
kebutuhan mendesak untuk keluar dengan strategi baru untuk mengatasi kedua sisi
malnutrisi. Negara perlu melibatkan dan mengoordinasikan para pemangku
kepentingan baru, menggabungkan pendekatan multi-sektoral dan intersektoral,
termasuk melibatkan
sektor swasta untuk mengatasi kerumitan masalah yang terkait dengan pengurangan
masalah gizi ganda.

2.3 Program Intervensi, Tujuan, Strategi dan Evaluasi


Tujuan program gizi adalah merencanakan, menerapkan, dan mengembangkan
layanan nutrisi untuk mencapai dan mempertahankan kesehatan populasi dan
mempromosikan praktik makan sehat. Program ini bertujuan untuk memantau dan
mengevaluasi status gizi penduduk Filipina dan membantu dalam pengawasan nutrisi.
Ini juga untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi program, kegiatan dan
promosi kesehatan gizi.
Intervensi gizi untuk meningkatkan kesejahteraan gizi penduduk Filipina telah
dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan bekerja sama dengan kementerian lain.
Program dan kegiatan yang telah dilakukan termasuk pengentasan defisiensi
makronutrien dan mikronutrien, promosi gizi dan meningkatkan ketahanan pangan
rumah tangga.diantaranya:

2.3.1 Program menyusui

Filipina telah menguraikan beberapa strategi untuk memerangi malnutrisi pada


anak-anak dan remaja. Dimulai dari kelahiran bayi dengan mempromosikan ASI
eksklusif hingga usia enam bulan sesuai dengan Kebijakan Nasional Menyusui.
Tujuannya adalah memastikan bayi mendapatkan manfaat dan nutrisi dari ASI. Studi
menunjukkan bahwa menyusui adalah pelindung terhadap infeksi dan Sindrom
Kematian Bayi Mendadak (SIDS) dan efek ini lebih kuat ketika menyusui eksklusif
(Fern R. Hauck 2011).
Pada tahun 1993, Departemen Kesehatan (Depkes) Filipina mengadopsi WHO
atau UNICEF Baby Friendly Initiative Initiative (BFHI). Inisiatif ini bertujuan untuk

7
meningkatkan pemberian ASI di antara semua wanita di Filipina sejalan dengan
rekomendasi WHO tentang setidaknya enam bulan pemberian ASI eksklusif, untuk
memberdayakan wanita untuk membuat pilihan yang tepat saat memberi makan bayi
mereka dan untuk menciptakan kondisi yang kondusif di rumah sakit dan selanjutnya
bagi wanita yang ingin untuk menyusui.
Selain itu, Depkes memulai proyek Klinik Ramah Bayi pada 2006 dengan
menargetkan klinik kesehatan dan klinik pedesaan di Filipina. Hal ini bertujuan untuk
mendorong ibu menyusui bayinya secara eksklusif sejak lahir hingga enam bulan
pertama dan berlanjut hingga usia dua tahun.
Studi oleh Tan (2011) menunjukkan prevalensi pemberian ASI eksklusif pada
ibu dengan bayi berusia antara satu dan enam bulan adalah 43,1% (95% CI: 39,4, 46,8).
Prevalensi inisiasi yang tepat waktu adalah 63,7% (CI: 61,4 - 65,9) dan prevalensi
menyusui secara terus menerus hingga dua tahun adalah 37,4% (CI: 32,9 - 42,2)
(Fatimah Jr et al. 2010). Temuan menunjukkan bahwa program yang dilaksanakan
dalam sepuluh tahun terakhir efektif dalam meningkatkan prevalensi menyusui, inisiasi
menyusui tepat waktu dan terus menyusui hingga dua tahun.

2.3.2 Program Rehabilitasi untuk Anak-anak yang kekurangan gizi


Masalah defisiensi makronutrien utama di antara anak-anak Filipina adalah
kekurangan protein dan energi. Ini diwujudkan pada anak-anak yang kekurangan berat
badan untuk usia mereka. Program Rehabilitasi untuk Anak-Anak yang Kurang gizi,
yang lebih dikenal sebagai “Program Keranjang Pangan” telah dimulai oleh
Departemen Kesehatan pada tahun 1989 sebagai upaya pemerintah untuk
meningkatkan status kesehatan dan gizi pada anak-anak di bawah usia 6 tahun
(Departemen Kesehatan 2009). Dalam program ini anak-anak yang memenuhi kriteria
akan diberikan "keranjang makanan" untuk membantu mereka memiliki diet yang
seimbang dan bergizi sehingga mereka dapat memiliki pertumbuhan fisik dan mental
yang optimal. Anak-anak juga diberi perhatian dan perawatan yang tepat untuk setiap
penyakit, pendidikan kesehatan dan perawatan kesehatan yang tepat.
Kriteria untuk kelayakan adalah anak-anak berusia antara 6 bulan sampai 6
tahun yang berat badannya kurang (berat badan kurang dari -3SD median) atau
underweight sedang (berat badan untuk usia antara -2SD dan -3SD) dan dari keluarga
miskin yang hardcore (pendapatan rumah tangga kurang dari RM430 atau RM110 per

8
kapita untuk Peninsular Filipina; kurang dari RM540 atau RM115 per kapita untuk
Sabah dan kurang dari RM520 atau RM115 per kapita untuk Sarawak).
Tujuan program ini adalah untuk meningkatkan status kesehatan dan gizi
melalui suplementasi makanan dan mikronutrien, untuk meningkatkan kesehatan
melalui penyediaan fasilitas sanitasi dan suplai air bersih dan untuk meningkatkan
kesehatan melalui penyediaan pendidikan kesehatan dan gizi.
Mereka diberi makanan dan suplemen multivitamin setiap bulan sampai mereka
pulih, dengan periode minimum jika enam bulan suplemen. Makanan pokok termasuk
beras, tepung terigu, teri, minyak goreng, kacang hijau kering, biskuit dan susu full
cream. Pasokan makanan ini kira-kira 102% hingga 140% dari Recommended Daily
Allowance (RDA) anak untuk kalori dan 204% hingga 222% RDA untuk protein. Ada
13 pilihan keranjang makanan yang tersedia untuk anak-anak yang memenuhi syarat
dengan harga sekitar RM150 untuk setiap keranjang. Jumlah penerima untuk program
ini telah menurun sejak dimulai, dari 12.690 anak-anak pada tahun 1989 menjadi 5157
pada tahun 2009 (Departemen Kesehatan 2011).
Pada tahun 2010, di bawah Daerah Hasil Kunci Nasional (NKRA), program ini
diperluas ke keluarga miskin yang miskin dan rentan (pendapatan rumah tangga kurang
dari RM2000 sebulan) melalui Program 1Azam. Sementara itu, pada tahun 2012, di
bawah Program Transformasi Pemerintah, program ini juga diperluas ke penduduk asli
di Perak, Pahang dan Kelantan melalui Program Pemberian Makanan Masyarakat
(PCF) dan penyediaan keranjang makanan (Pemandu, 2012).

2.3.3 Program Intervensi Nutrisi Utama Lainnya


Susu bubuk full cream didistribusikan melalui Klinik Kesehatan Ibu dan Anak
untuk anak-anak yang kurang berat yang berusia 6 bulan hingga 7 tahun, ibu hamil yang
belum mendapatkan berat badan yang cukup, dan ibu menyusui dengan penghasilan
rendah dengan kelahiran kembar. Satu kg susu bubuk untuk setiap anak yang kurus
diberikan per bulan selama 3 bulan berturut-turut, setelah itu setiap kasus ditinjau dan
suplementasi dilanjutkan jika perlu.
Program Pemberian Makanan Tambahan Sekolah dari Departemen Pendidikan
menyediakan makanan gratis bagi anak-anak sekolah dasar dari keluarga miskin. Setiap
makan diperkirakan menyediakan seperempat hingga sepertiga dari tunjangan harian
9
yang direkomendasikan (RDA) untuk energi dan protein. Tujuan utama dari Program
Pemberian Makanan Tambahan Sekolah adalah untuk meningkatkan status kesehatan
dan gizi anak-anak, terutama mereka yang berasal dari daerah pedesaan, melalui
penyediaan makanan yang sehat dan seimbang. Tujuan lain adalah untuk meningkatkan
kesehatan dan kebiasaan makanan dan untuk mencegah terjadinya kekurangan gizi di
antara anak-anak sekolah, untuk mendidik anak-anak pada pemilihan makanan, untuk
mendorong partisipasi orang tua, guru dan masyarakat dalam kesejahteraan sekolah dan
untuk memperkuat program-program kesehatan dan gizi. di sekolah-sekolah.
Departemen Pendidikan juga menyediakan susu dalam paket 200 mL untuk
anak sekolah dasar. The School Milk Program (SMP) berjalan bersamaan dengan
Skema Makanan Tambahan. Program ini ditargetkan untuk siswa yang pendapatan
keluarganya di bawah tingkat kemiskinan. Selain itu, untuk memastikan siswa
menerima diet seimbang di sekolah, program ini juga bertujuan untuk meningkatkan
kualitas kesehatan dan nilai gizi makanan bagi siswa sekolah dasar untuk pertumbuhan
fisik yang lebih baik, kesehatan mental dan kesejahteraan umum. Program Pemberian
Susu di sekolah-sekolah juga mendorong siswa untuk mengonsumsi susu di awal
kehidupan mereka. Pada tahun 2010, program ini telah diganti merek menjadi 1 Filipina
Milk Program.

BAB III
KESIMPULAN

Di negara Filipina masih di temukan maslah gizi ganda. Munculnya DBM


(Double Burden of Malnutrition) atau masalah gizi ganda adalah fenomena yang relatif
baru dan paling banyak terjadi di negara-negara berpendapatan menengah termasuk
Filipina. Negara berpenghasilan rendah dan negara berpenghasilan tinggi kurang umum
untuk memiliki masalah gizi ganda karena negara berpenghasilan rendah cenderung

10
memiliki prevalensi underweight yang lebih tinggi sementara negara berpenghasilan
tinggi cenderung memiliki prevalensi kelebihan berat badan lebih tinggi.
Untuk memecahkan masalah gizi yang baru muncul dalam konteks baru
membutuhkan upaya yang terus menerus dan kuat dalam promosi kesehatan dan gizi.
Ini termasuk kebutuhan untuk menemukan solusi efektif untuk kekurangan gizi anak
dengan pengurangan berkelanjutan dalam kekurangan stunting, kekurangan berat
badan dan mikronutrien, bersama dengan langkah-langkah untuk mengidentifikasi dan
mengendalikan masalah obesitas dan kelebihan berat badan.
Intervensi gizi yang dilakukan oleh Filipina untuk mengentaskan defisiensi
makronutrient dan mikronutrien, promosi gisi dan peningkatan ketahann pangan
diantaranya yaitu:
1. Program Menyusui dengan membuat Kebijakan Nasional Menyusui.
2. Program rehabilitasi untuk anak-anak yang kekurangan gizi dengan nama “Program
Keranjang Pangan”
3. Program intervensi nutrisi utama lainnya seperti: Distribusi susu Bubuk Full Cream,
Program Pemberian Makanan Tambahan Sekolah (SSFP) dan Program The School
Milk Program dan pada tahun 2010 diganti menjadi Program “ 1 Malysia Milk
Program”.

DAFTAR PUSTAKA

Parman.Bibiograpy,Selected. 2011. Nutrition Reaseach in Filipina.


Kemenkes Republik Indonesia. 2017. Buku Ajar: Surveilans Gizi.
Parman,Ms Somsiah. 2012. Western Pasific Region Health Data Bank.
Program, Health Assessment. 2011. Nutrition Surveilans Report.
Kee.C, Lim,Sumarni et.al. 2017. Validity of self-reported weight and height: a cross-sectional
study among Filipina adolescen.
Seto, Sagung. 2016. Epidemologi Gizi Konsep dan Aplikasi. Jakarta. CV.Sagung Seto.

11

Anda mungkin juga menyukai