1
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan hal penting dan utama dalam kehidupan manusia. Sehat dan
bugar merupakan dambaan setiap orang. Studi epidemiologi menunjukkan ada kaitan erat
antara status kesehatan dan usia harapan hidup manusia dengan pola konsumsi makanan.
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein, lemak, gula dan garam, ternyata lebih
banyak ditemukan sebagai penderita penyakit-penyakit degeneratif dibandingkan
masyarakat yang banyak mengkonsumsi karbohidrat, serat dan vitamin.
Selain pola konsumsi masyarakat terhadap makanan, radikal bebas juga memiliki
peran penting sebagai faktor penyebab berbagai penyakit termasuk penyakit degeneratif
serta penyakit vaskuler. Radikal bebas merupakan molekul reaktif yang memiliki elektron
tak berpasangan. Berbagai jenis radikal bebas memiliki potensi untuk berinteraksi
terhadap molekul biologis dalam tubuh (protein, lipid, dan DNA ) yang dapat merusak serta
menyebabkan kematian sel. Itulah alasanya mengapa orang-orang yang lebih banyak
mengkonsumsi protein dan lemak akan mudah terserang penyakit degeneratif.
Havian (2012, 793) menyatakan bahwa Radikal bebas berasal dari dalam (endogen)
maupun luar tubuh (eksogen). Reactive Oxy-gen Species (ROS), radikal bebas endogen,
terbentuk saat proses metabolisme aerobik dan reaksi sekunder transisi logam seperti
copperdan besi, sedangkan radikal bebas eksogen dapat berasal dari asap rokok, polusi,
sinar ultraviolet, radiasi pengion, dll.
Kerusakan sel yang diakibatkan oleh paparan radikal bebas dapat diminimalisasi
dengan antioksidan. Namun bila keseimbangan antara produksi radikal bebas dengan
sistem pertahanan antioksidan di dalam tubuh tidak seimbang maka akan menimbulkan
2
stres oksidatif. Stres oksidatif berperan dalam timbulnya berbagai penyakit inflamasi atau
degeneratif seperti Alzheimer, Parkinson, aterosklerosis, artritis reumatoid, kanker, dan
proses penuaan dini(Havian, 2012). Dalam kondisi stres oksidatif tambahan asupan
antioksidan sangat diperlukan oleh tubuh untuk menghambat terjadinya reaksi berantai
dari pembentukan radikal bebas sehingga membantu mengurangi/mencegah kerusakan
oksidatif.
Asupan antioksidan dapat diperoleh dari luar tubuh, salah satunya adalah dengan
makanan yang kaya akan kacang-kacangan, sayur dan buah serta berkebiasaan minum teh
hijau.(Gusti, 2012)
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi, dengan
cara mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif. Salah satu bentuk senyawa
oksigen reaktif adalah radikal bebas, senyawa ini terbentuk di dalam tubuh dan dipicu oleh
bermacam-macam faktor (Winarsi, 2007). Sadikin (2001) berpendapat bahwa serangan
radikal bebas terhadap molekul sekelilingnya akan menyebabkan terjadinya reaksi
berantai, yang kemudian menghasilkan senyawa radikal baru. Dampak reaktivitas
senyawa radikal bebas mulai dari kerusakan sel atau jaringan, penyakit autoimun,
penyakit degeneratif, hingga kanker. Oleh karena itu tubuh memerlukan substansi
penting, yakni antioksidan yang dapat membantu melindungi tubuh dari serangan radikal
bebas dengan meredam dampak negatif senyawa radikal bebas tersebut (Karyadi, 1997).
2. PERUMUSAN MASALAH
1. Apa Manfaat dari anti oksidan bagi sistem tubuh manusia ?
2. Bagaimana mekanisme antioksidan bekerja dalam tubuh ?
3. Apa efek radikal bebas dalam tubuh bila tidak dimanajemen dengan baik ?
4. Bagaimana Penggolongan Jenis antioksidan ?
3
3. TUJUAN
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan,
sebagai pertimbangan dalam menggunakan suplemen kesehatan berupa antioksidan
dan begaimana cara memprosesnya
4. MANFAAT
a. Dapat mengetahui sifat dan kinerja antioksidan
b. Dapat membantu menentukan pilihan jenis yang akan digunakan sesuai dengan
latar belakang keadaan pengguna
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat
memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa terganggu
sama sekali fungsinya dan dapat memutus reaksi berantai dari radikal bebas
(Kumalaningsih, 2006). Antioksidan dapat melindungi sel-sel dari kerusakan yang
disebabkan oleh molekul tidak stabil yang dikenal sebagai radikal bebas. Antioksidan dapat
mendonorkan elektronnya kepada molekul radikal bebas, sehingga dapat menstabilkan
radikal bebas dan menghentikan reaksi berantai. Contoh antioksidan antara lain β karoten,
likopen, vitamin C, vitamin E (Sies, 1997).Antioksidan dikelompokkan menjadi antioksidan
enzim dan vitamin. Antioksidanenzim meliputi superoksida dismutase (SOD), katalase dan
glutathion peroxidases (GSH.Prx). Antioksidan vitamin meliputi alfa tokoferol (vitamin E),
beta karoten dan asam askorbat (vitamin C). Antioksidan vitamin lebih populer sebagai
antioksidan dibandingkan enzim. Antioksidan yang termasuk ke dalam vitamin dan
fitokimia disebut flavonoid. Flavonoid memiliki kemampuan untuk meredam molekul tidak
stabil yang disebut radikal bebas. Para peneliti di the U.S. Department of Agriculture’s
(USDA’s) Arkansas Children’s Nutrition Center in Little Rock melakukan studi
perbandingan antara buah kiwi, anggur merah dan stroberi, hasil menunjukkan antioksidan
dalam buah kiwi adalah yang paling mudah dimetabolisme dan diserap ke dalam aliran
darah.
5
2. Jenis-jenis Antioksidan
a. Jenis – Jenis Antioksidan Berdasarkan Sumbernya
Menurut Amarowicz (2000), Sumber-sumber antioksidan dapat dikelompokkan
menjadi dua kelompok, yaitu antioksidan sintetik (antioksidan yang diperoleh dari hasil
sintesa reaksi kimia) dan antioksidan alami (antioksidan hasil ekstraksi bahan alami).
Menurut Kumalaningsih (2006), terdapat tiga jenis antioksidsan yaitu : 1.)
Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang berupa enzim-enzim. 2.)
Antioksidan alami yang diperoleh dari hewan dan tumbuhan. 3.) Antioksidan sintetik yang
dibuat dari bahan-bahan kimia.
Antioksidan sintetik adalah antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesis reaksi
kimia. Senyawa fenol sintetis seperti Butil hidroksianisol (BHA) dan Butil hidroksitoluen
(BHT) bukan antioksidan yang baik, sebab pada pemaparan yang lama dapat
menyebabkan efek negatif terhadap kesehatan serta meningkatkan terjadinya
karsinogenesis (Rohman dan Riyanto, 2004). Antioksidan alami adalah antioksidan hasil
ekstraksi bahan alam. Antioksidan alami seperti α-tokoferol dan asam askorbat, memiliki
efek samping merugikan yang lebih kecil, tetapi aktivitasnya lebih tinggi daripada
antioksidan sintetik (Miranda, 2005).
Beberapa contoh antioksidan sintetik yang diijinkan penggunaanya untuk makanan
dan penggunaannya telah sering digunakan, yaitu butil hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi
toluen (BHT), propil galat (PG), tert-butil hidoksi quinon (TBHQ), NDGA dan tokoferol.
Antioksidan-antioksidan tersebut merupakan antioksidan alami yang telah diproduksi
secara sintetis untuk tujuan komersial.
Antioksidan alami di dalam makanan dapat berasal dari (a) senyawa antioksidan yang
sudah ada dari satu atau dua komponen makanan, (b) senyawa antioksidan yang terbentuk
dari reaksi-reaksi selama proses pengolahan, (c) senyawa antioksidan yang diisolasi dari
sumber alami dan ditambahkan ke makanan sebagai bahan tambahan pangan (Pratt, 1992).
Senyawa antioksidan yang diisolasi dari sumber alami adalah yang berasal dari
tumbuhan yaitu tokoferol, vitamin C, betakaroten, flavonoid, dan senyawa fenolik. Isolasi
antioksidan alami telah dilakukan dari tumbuhan yang dapat dimakan, tetapi tidak selalu
6
dari bagian yang dapat dimakan. Antioksidan alami tersebar di beberapa bagian tanaman,
seperti pada kayu, kulit kayu, akar, daun, buah, bunga, biji dan serbuk sari (Pratt, 1992).
Senyawa antioksidan alami tumbuhan umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik
yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat, kumarin, tokoferol dan asam-
asam organik polifungsional. Golongan flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan
meliputi flavon, flavonol, isoflavon, kateksin, flavonol dan kalkon. Sementara turunan asam
sinamat meliputi asam kafeat, asam ferulat, asam klorogenat, dan lain-lain (Nakatani,1992).
7
5. Chelators sequestrants, yaitu senyawa - senyawa yang mampu mengikat logam
seperti besidan tembaga yang mampu mengkatalis reaksi oksidasi lemak. Senyawa
yang termasuk didalamnya adalah asam sitrat, asam amino, ethylenediaminetetra
acetid acid(EDTA), dan fosfolipid.
Hidroperoksida yang terbentuk bersifat tidak stabil dan akan terdegradasi lebih
lanjut menghasilkan senyawa-senyawa karbonil rantai pendek seperti aldehida dan keton
yang bertanggung jawab atas flavor makanan berlemak.
Antioksidan yang baik akan bereaksi dengan radikal asam lemak segera setelah
senyawa tersebut terbentuk. Dari berbagai antioksidan yang ada, mekanisme kerja serta
8
kemampuannya sebagai antioksidan sangat bervariasi. Seringkali, kombinasi beberapa jenis
antioksidan memberikan perlindungan yang lebih baik (sinergisme) terhadap oksidasi
dibanding dengan satu jenis antioksidan saja. Sebagai contoh asam askorbat seringkali
dicampur dengan antioksidan yang merupakan senyawa fenolik untuk mencegah reaksi
oksidasi lemak. Dalam proses melumpuhkan radikal bebas, vitamin E menjadi pelopor
diikuti oleh vitamin C dan dengan bantuan senyawa glutathion, betakaroten, seng, mangan,
dan selenium akan memudahkan pelumpuhan radikal bebas. (Pratt, 1990).
1. Vitamin E
Vitamin E atau Tokoferol tidak larut dalam air tetapi larut dalam lemak atau minyak.
Terdapat 8 (delapan) bentuk vitamin E yaitu 4 (empat) tokoferol alfa, beta, gamma, dan delta
serta 4 (empat) tokotrienol. Dari delapan bentuk tersebut yang bermanfaat bagi aktivitas biologis
dalam tubuh adalah alfa yang ditemukan dalam darah dan jaringan tubuh yang berfungsi sebagai
antioksidan primer yang dapat mengakhiri rentetan reaksi radikal bebas.
Tabel 2.1 Sumber Vitamin E Berdasarkan Ukuran Saji :
NO. Bahan pangan Ukuran saji Kandungan Vit.E Manfaat
/ Tokoferol (mg)
Telur, utuh , segar 1 butir besar 0,88 Mencegah kanker
1
9
Mencegah stroke
6 Jus tomat 6 ons larutan 0,4
2. Vitamin C
10
Tabel 2.2 Buah-buahan Sumber Vitamin C
3. Vitamin A
Vitamin A adalah istilah umum untuk suatu kelompok senyawa yang memiliki aktivitas
biologi dari retinol dan merupakan zat gizi esensial untuk penglihatan, reproduksi,
pertumbuhan, diferensiasi epitelium, dan sekresi lendir/getah. Sumber utama vitamin A adalah
pigmen karotenoid (umumnya α-karoten) dan retinil ester dari hewan. Senyawa ini diubah
menjadi retinol dan diesterifikasi dengan asam lemak rantai panjang. Hasil dari retinil ester
diabsorpsi bersama lamak dan ditransportasikan
ke hati untuk disimpan. Kata “karoten” berasal dari kata Latin yang berarti wortel (carrot),
yaitu pigmen warna kuning dan oranye pada buah dan sayuran. Salah satu anggota senyawa
karoten yang banyak dikenal adalah β-karoten, yaitu senyawa yang akan dikonversikan jadi
vitamin A (retinol) oleh tubuh. Itu sebabnya, β-karoten sering disebut pro-vitamin A
11
(sumber vitamin A).
Tabel 2.4 Sumber Vitamin A
4. Senyawa Fenolik
Senyawa fenolik adalah senyawa antioksidan alami yang berupa flavonoid, turunan
asam sinamat, kumarin, tokoferol, dan asam-asam organik. Komponen senyawa fenolik
bersifat polar dn memiliki fungsi antara lain sebagai penangkap radikal bebas dan peredam
terbentuknya oksingen singlet. Senyawa fenolik dapat larut dalam air. Tumbuh-tumbuhan
yang termasuk senyawa fenolik dan sangat bagus sebagai antioksidan karena memiliki
aroma dan rasa yang menyegarkan, antara lain: Jahe ( Zingiber Officinale ), Bawang Putih
( Allium Sativum ), Kunyit ( Curcuma Sp ), dan Teh ( Camellia Sp ).
5. Anthosianin
12
6. Isoflavon
Isoflavon merupakan salah satu senyawa yang termasuk dalam golongan flavonoid.
Flavonoid mempunyai 15 atom C yang menyusun konfigurasi diphenylpropane skeleton
sebagai struktur dasarnya. Isoflavon adalah senyawa metabolit sekunder yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan terutama leguminosa. Sebagai produk metabolit sekunder, isoflavon ini
tidak terlalu dibutuhkan oleh tanaman, namun memiliki manfaat sebagai cadangan nutrisi
bagi tanaman.
Isoflavon dapat ditemukan dalam bentuk glikosida dan bentuk aglikonnya di alam.
Bentuk glikosida (terikat dengan gula) berupa daidzin, genistin, glisitin, acetyldaidzin, dan
acetylgenistin. Sedangkan, bentuk aglikonnya yaitu daidzein, genistein, dan glisitein.
Sifat fisiologis aktif dari senyawa isoflavon antara lain antifungi, antioksidan,
antihemolisis, dan antikanker. Konsumsi isoflavon sejumlah 1.5-2.0 mg/kg BB/hari
berfungsi sebagai antikanker pada tubuh (Wang & Murphy, 1994).
Coward, Barnes, Setchell 2 dan Barnes (1993) menyatakan bahwa isoflavon dan
glikosida dapat menghambat pertumbuhan sel kanker prostat pada pria. Hal ini sejalan
dengan penelitian Makarinec et al (2006) yang membuktikan bahwa asupan isoflavon pada
konsumsi kedelai dapat menurunkan 14% serum PSA (prostate specific antigen) pada
responden laki-laki dalam penelitian.
Kandungan isoflavon pada kacang-kacangan yang telah diteliti antara lain pada
kacang kedelai (Glycine max), kacang koro (Phaseolus lunatus), dan kacang panjang (Vigna
angularis) (Harborne, 1996).
Isoflavon mempunyai struktur kimia hampir sama dengan estrogen. Isoflavon sering
disebut fitoestrogen atau estrogen nabati (Pakasi 2000). Wanita Asia yang makanannya rata-
rata mengandung 60-100 mg isoflavon, hanya sedikit mengalami keluhan menopause.
Menopause terjadi akibat adanya penurunan kadar estrogen pada wanita (Winarsi, 2004).
Penelitian menyebutkan bahwa kedelai utuh dan isoflavon daidzein yang telah
dimurnikan mempunyai kemampuan yang hampir sama dalam menurunkan tekanan darah
tinggi (Liu et al. 2015). Berikut disajikan data kandungan isoflavon pada berbagai macam
bahan makanan.
1. Menunda Penuaan
Banyak penelitian menunjukkan bahwa antioksidan sangat efektif untuk menghambat
munculnya tanda-tanda penuaan dini, seperti keriput dan garis-garis halus di wajah.
14
Antioksidan mampu menjaga tekstur kulit, dan melindunginya dari kerusakan akibat
paparan sinar UV.
2. Menguatkan Imunitas Tubuh
Antioksidan dibutuhkan untuk menguatkan sistem kekebalan tubuh, sehingga lebih
kebal dari infeksi virus dan bakteri yang dapat menimbulkan penyakit.
3. Melawan Stres Oksidatif
Diet kaya antioksidan akan menekan efek buruk yang ditimbulkan oleh radikal bebas,
sehingga berada pada tingkatan yang tidak berbahaya.
4. Melawan Sel Kanker
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dengan menambah asupan antioksidan, akan
menurunkan risiko kanker pada pria.
5. Mencegah Gangguan pada Mata
Tidak hanya melindungi jantung, antioksidan ternyata juga efektif untuk mencegah
gangguan mata seperti katarak, glukoma, dan degenerasi makula. Perbanyak makanan
yang mengandung antioksidan tinggi, untuk mencegah risiko kebutaan dan penyakit
mata lainnya.
6. Mencegah Penyakit Jantung dan Kolesterol Tinggi
Antioksidan dapat menekan proses oksidasi kolesterol. Women’s Health Study
menemukan bahwa wanita yang mengkonsumsi vitamin E dengan rutin, memiliki
risiko rendah terhadap serangan jantung dan penyakit kardiovaskular lainnya.
7. Mencegah Peradangan
Antioksidan dapat bertindak sebagai anti inflamasi. Asam alpha lipoic adalah jenis
antioksidan yang memiliki sifat anti peradangan. Makanan yang kaya antioksidan
berguna untuk melancarkan sirkulasi darah dan metabolisme sel.
8. Mencegah Penyakit Degeneratif
Antioksidan juga bermanfaat untuk mencegah beberapa penyakit degeneratif yang
sering dikaitkan dengan usia, seperti alzheimer, dan gangguan kognitif
15
BAB III
KESIMPULAN
16
4. Antioksidan memiliki banyak manfaat bagi manusia, beberapa diantaranya adalah
menunda penuaan, menguatkan imun tubuh, mencegah peradangan, melawan sel
kanker dan mengurangi resiko penyakit jantung serta Alzaimer.
DAFTAR PUSTAKA
Ayu, G.E.H. 2012. Makalah Gizi " Zat Antioksidan Dan Peranannya, (online),
(http://gustiayuendanghartanti.blogspot.co.id), diakses pada 19 July 2017.
Satya, Harvian.D. 2012. Peranan Antioksidan Endogen dan Eksogen
terhadap Kesehatan. PT Kalbe Farma: Jakarta vol. 39 no. 10, th. 2012
Siagian, albiner. 2002. Bahan Tambahan Makanan. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
Sofia, D. 2006. Antioksidan dan Radikal Bebas. Situs Web Kimia Indonesia
(online), (http: www.chemistry.org, diaksess 26 November 2015.
Tuminah, S.1999. “ Pencegahan Kanker Dengan Antioksidan”, Cermin Dunia
Kedokteran, Pasta Penelitian Penyakit Tidak Menular,Badan Penelitian Dan
Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI,Jakarta, 122, 21–23
Waji RA, Sugrani A. Flavonoid. Unhas. Makasar. 2009 : 1-24
17