Anda di halaman 1dari 10

Selera Dan Pola Makan Pada Anak

Nafsu makan atau selera makan biasa diartikan sebagai rasa senang atau rasa

ingin yang ditimbulkan oleh rangsangan makanan, berupa aroma atau

penampilan, dan keputusan untuk memilih makanan tertentu. Selera makan yang

baik pada bayi akan berubah mejadi kurang baik pada saat mereka menginjak

usia prasekolah sehingga dapat membuat kuatir orangtua. Faktor-faktor yang

mempengaruhi pola dan selera makan anak berupa lingkungan, keluarga, tren

sosial, media massa, teman sebaya, pada saat sakit, obat-obatan ( Sudjatmoko,

2011).

Faktor yang Mempengaruhi Pola dan Nafsu Makan :

1. Lingkungan keluarga

Keluarga sangat berpengaruh terhadap pembentukan pola makan anak,

sehingga mereka akan mencontoh saudara tertua atau anggota lainnya.

Kebiasaan ma- kan, jenis makanan yang disukai atau tidak disukai orangtua

akan menurun kepada anaknya. Anak yang obesitas atau yang suka diet

biasanya mengikuti pola makan orangtua mereka. Dengan kesibukan orang-

tua, makan bersama merupakan hal yang jarang dilakukan, termasuk

menentukan dan mempersiap- kan menu makan keluarga. Anak yang makan

malam bersama keluarga, akan menyukai sayuran dan buah- an, jarang

minum soda dan makanan gorengan. Sedangkan anak yang jarang makan

malam bersama bersama keluarganya akan memiliki pola makan

sebaliknya.
2. Tren social

Terbatasnya waktu dalam mempersiapkan menu makan, maka makanan

cepat saji menjadi pilihan.

3. Media massa

Setengah dari program anak di televisi biasanya akan mengiklankan

makanan. Anak usia pra-sekolah belum dapat mengerti pesan dari iklan

komersial tersebut, tetapi pada kenyataannya mereka akan mengingat dan

meminta makanan dari tayangan yang ditonton- nya.

4. Teman sebaya

Teman sangat berpengaruh dalam pemilihan dan sikap makan anak.

Biasanya anak secara mendadak menolak makanan yang disajikan dan

meminta makanan yang sedang populer. Mereka akan berpar- tisipasi pada

makan bersama di sekolah karena ada teman sepermainan tanpa

memperdulikan menu yang disajikan. Dengan makan dalam kelompok,

anak akan makan dengan variasi menu yang bergizi dan porsi yang lebih

banyak dibanding menyantapnya seorang diri

5. Pada saat sakit

Anak yang sedang sakit akan mengalami penurunan selera makan dan

asupan makanan. Gastroesoph- ageal reflux, dan alergi terhadap makanan

tertentu dapat mengakibatkan perasaan mual atau tidak nya- man sehingga

anak mendapatkan persepsi negatif terhadap makanannya.

6. Obat-obatan
Megesrol, glukokortikoid, dan siproheptadin adalah obat-obat yang dapat

meningkatkan nafsu makan anak. Sedangkan amfetamin memiliki efek

sebaliknya. Beberapa obat juga dapat memiliki efek samping pada saluran

pencernaan, seperti mual, muntah,nyeri disebabkan oleh zat besi.

Amoxicillin menimbulkan efek mual dan muntah. Obat yang termasuk

golongan anti inflamasi non steroid menyebabkan kerusakan dinding

mukosa. Obat psikotropika menimbulkan efek kesulitan menelan dan

penurunan kesadaran.
Cara Meningkatkan Nafsu Makan Anak

Ada beberapa pendapat tentang cara meningkatkan nafsu makan pada anak .

menurut Surviana (2005) penanganan anak balita yang susah makan adalah

sebagai berikut :

1. Memberikan makan pada anak sesuai dengan usia perkembangannya

2. Memvariasikan menu, perubahan rasa, keragaman dan penyajian makanan

yang menarik

3. Membiasakan makan teratur dan memberikan makanan pada waktu anak

merasa lapar

4. Menciptakan suasana yang menyenangkan buat anak

5. Mengkonsultasikan pada dokter, jika timbul masalah sulit makan pada

anak untuk mencari dan mengatasi penyebabnya, dan juga dampak yang

akan terjadi (Novitasari, Anggi, 2009).

Pendapat Hananto Wiryo dan soeroyo Machfudz hamper sama dengan pendapat

suriviana tentang cara meningkatkan nafsu makan anak. Tetapi ada sedikit

perbedaan menurut hananto di point no 2. Memberikan selingan yang disukai

anak secara tidak berlebihan dan dipoint 4. Menciptakan suasana yang

menyenangkan, misalnya sambil menonton tv, mendengar radio, mendongeng dan

mengajak teman sebaya makan bersama. Sedangkan soeroyo menambahkan 1.

Membiasakan tidak memaksa anak untuk makan , dan 2 menerapkan penghargaan

dan hukuman yang edukatif pada anak, missal kalau anak mau makan akan diajak

jalan-jalan, sedangkan ketika anak tidak mau makan orang tua tidak mengajak

jalan-jalan (Novitasari, Anggi, 2009).


Pusat Syaraf Pengatur Nafsu Makan

Beberapa pusat syaraf di hipotalamus yang berperan adalah nucleus lateral

hipotalmus (Pusat Nafsu makan ), Nucleus Ventromedial Hipotalamus (Pusat

kenyang), Nucleus Paraventrikuler Dorsomedial ( proses prilaku makan ) dan

arkuata (Mengatur pengeluaran dan pelepasan hormone serta pengeluaran

energy). Amigdala ( Bagian utama dari system nervus olfaktorius) dan korteks

Prefrontal adalah pusat syaraf yang lebih tinggi dari hipotalamus yang juga

berperan penting dalam pengaturan prilaku makan, terutama dalam pengaturan

nafsu makan (Guyton and Hall, 2007).

Nucleus-nucleus hipotalamus mempengaruhi sekresi beberapa hormone

penting yang berasal dari kelenjar adrenal, tiroid serta sel-sel pulau pancreas

dalam mengatur keseimbangan energy metabolism. Hipotalamus menerima sinyal

saraf dari saluran pencernaan yang memberikan informasi sensorik mengenai isi

lambung, diantaranya sinyal kimia dari nutrisi dalam darah ( glukosa, asam

amino, sinyal dari hormone gastrointestinal, sinyal dari jaringan lemak dan sinyal

dari korteks cerebri (pengelihatan, penciuman, dan pengecapan ) (Guyton and

Hall, 2007).

Pusat makan dan kenyang di hipotalamus memiliki banyak reseptor

neurotransmitter dan hormone yang mempengaruhi prilaku makan. Sebagian dari

banyak zat yang telak terbukti mampu mengubah prilaku nafsu makan dan rasa

lapar pada beberapa percobaan terbagi menjadi dua kelompok , yaitu zat

oreksigenik yang menstimulasi rasa lapar dan zat anoreksigenik yang menekan

nafsu makan (Guyton and Hall, 2007).


Zat anoreksigenik, meliputi neuropeptide Y (NPY), agouti related protein

(ARGP), melanine concentrate hormone (MHC), oreksi A dan B, gelanin (gal),

asam amino (asam glutamate dan asam gamma amino-butirat), kortisol dan

ghrelin, sedangkan yang termasuk dalam zat anoreksigenik antara lain α-

melanocyte stimulating hormone, leptin, serotonin, norepinefrin, hormone

pelepasan kortikotropin, insulin, kolesistokinin, peptide mirip glucagon, cocaine

and amphetamine-regulated transcript (CART) dan peptide YY (PYY) (Guyton

and Hall, 2007).

Sebagian besar energy yang disimpan dalam tubuh terdiri atas lemak dan

jumlahnya dapat bervariasi pada berbagai individu. Penelitian menunjukan bahwa

hipotalamus merasakan adanya proses penyimpanan energy melalui kerja leptin

(Hormon Peptide yang dilepaskan adiposity ). Bila jumlah lemak meningkat,

adiposity akan melepaskan leptin lebih banyak lagi kedalam darah yang kemudian

bersirkulasi keotak dan menempati reseptor leptin dihipotalamus (nucleus arkuata

dan paraventrikuler), sedangkan ghrelin dilepaskan terutama oleh sel oksintik

lambung dan usus. Kadarnya dalam darah meningkat selama puasa, sesaat

sebelum makan dan menurun drastic setelah makan, yang mengisyaratkan

hormone ini berperan untuk merangsang prilaku makan (Guyton and Hall, 2007).

Faktor Endokrin Perangsang Rasa Lapar dan Kenyang

1. Peran Nukleus Arkuatus : NPY dan Melanokortin.

Hipotalamus berperan penting dalam kontrol keseimbangan energi dan

asupan maknan, bagian dari hipotalamus yaitu nucleus arkuatus.

Nukleusarkuatus berperan dalam kontrol jangka panjang keseimbangan


energy dan berat tubuh serta kontrol jangka pendek asupan makanan sehari-

hari. Nukleus arkuatus mengeluarkan dua subset yaitu NPY dan Melanokotin

yang mempunyai fungsi berlawanan. NPY berperan dalam peningkatan

asupan makanan sehingga terjadi pertambahan berat badan. Melanokortin

merupakan hormon untuk menentukan warna kulit, akan tetapi α-melanocyte

stimulating hormone yang ada pada manusia berfungsi untuk menekan nafsu

makan.

2. Leptin dan Insulin dalam pengaturan jangka panjang keseimbangan energi.

Adiposity (sel lemak) berfungsi untuk tempat menyimpan lemak trigeserida,

fungsi lain dari adiposity adalah mengeluarkan hormon yaitu adipokin yang

berperan untuk keseimbangan energi dan metabolisme. Adipokin dalam peran

keseimbangan energi dan metabolisme adalah leptin yang memiliki fungsi

untuk regulasi berat normal tubuh. Leptin secara spesifik berfungsi untuk

penanda kenyang melalui penghantaran sinyal molekuler ke NPY. Leptin

bekerja dengan menghambat NPY (Perngsang Nafsu Makan ) dan

merangsang melanokortin (penekan nafsu makan ). Kontrol jangka panjang

keseimbangan energy juga dipengaruhi oleh insulin. Insulin akan terangsang

produksinya jika ada peningkatan konsentrasi glukosa dan nutrient lain.

3. Ghrelin dan Peptida YY (PYY) dalam prilaku makan jangka pendek

Ghrelin merupakan hormone yang dihasilkan lambung yang memiliki fungsi

untuk mengatur lapar, mekanisme kerja ghrelin terjadi paling tinggi ketika

sebelum makan sehingga timbul keinginan untuk makan, kemudian akan

mulai menurun saat makanan telah dimakan. PYY memiliki mekanisme kerja

dan fungsi yang berlawanan dengan ghrelin, PYY paling tinggi kadarnya saat
setelah makan dan fungsinya adalah memberikan sinyal kenyang, mekanisme

kerjanya adalah dengan menghambat neuron penghasil NPY di hipotalamus.

4. Oreksin dan Neuropeptida Lainnya

Lateral Hypotalamic area (LHA) dan Paraventricular Hypotalamic Nucleus

(PVN) mengeluarkan pembawa pesan kimiawi sebagai respons terhadap

masukan dari neuron nukleus arkuatus. LHA menghasilkan neuronpeptida

oreksin yang merupakan stimulus asupan makanan. Sedangkan PVN,

mengeluarkan pembawa pesan kimiawi salah satunya adalah corticotropin-

relasing hormone, berfungsi untuk mengurangi nafsu makan atau asupan

makanan. Terdapat satu bagian di batang otak yang dikenal sebagai nukleus

traktus solitaries (NTS) yang merupakan pusat kenyang. NTS menerims

respon kenyang dari hipotalamus dan juga dari slauran cerna serta bagian lain

yang menandakan kenyang.

5. Kolesistokinin (CCK) berfungsi sebagai sinyal kenyang

Kolesistokinin (CCK) merupakan salah satu hormone yang bekerja pada

traktus gastrointestinal, dikeluarkan oleh mukosa duodenum sewaktu

pencernaan berfungsi sebagai sinyal kenyang yang akan menghambat jumlah

makanan yang akan dimakan.

Anda mungkin juga menyukai