Anda di halaman 1dari 5

Patofisiologi Obesitas

Secara umum obesitas dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan kalori, yang diakibatkan
asupan energi yang jauh melebihi kebutuhan tubuh. Pada bayi (infant), penumpukan lemak
terjadi akibat pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini, terutama apabila makanan
tersebut memiliki kandungan karbohidrat, lemak, dan protein yang tinggi. Pada masa anak-anak
dan dewasa, asupan energi bergantung pada diet seseorang.
Penelitian yang dilakukan menemukan bahwa pengontrolan nafsu makan dan tingkat
kekenyangan seseorang diatur oleh mekanisme neural dan humoral (neurohumoral) yang
dipengaruhi oleh genetik, nutrisi, lingkungan, dan sinyal psikologis. Mekanisme ini dirangsang
oleh respons metabolik yang berpusat pada hipotalamus. Mekanisme neurohumoral ini dapat
dibagi menjadi 3 komponen:
a. Sistem perifer/sistem aferen menyalurkan sinyal dari berbagai tempat, dimana
komponen utamanya adalah leptin dan adiponektin (dari adiposit), ghrelin (dari
lambung), Peptida YY/PYY (dari ileum dan colon), insulin (pancreas).
b. Nukleus arkuatus dalam hipotalamus memproses dan mengintegrasikan sinyal
periferal dan menghasilkansinyal eferen kepada 2 jenis neuron orde pertama, yaitu
(a) POMC (pro-opiomelanocortin) dan CART (cocaineand amphetamine-regulated
transcripts) neuron, (b) neuropeptida Y (NPY), dan AgRP (Agouli-related peptide).
Neuron orde pertama ini akan berkomunikasi dengan neuron orde kedua.
c. Sistem eferen yang menerima sinyal yang diberikan neuron orde pertama dari
hipotalamus untuk mengontrol asupan makanan dan penggunaan energi. Hipotalamus
juga berkomunikasi dengan otak depandan tengah untuk mengontrol sistem saraf
otonom.



Obesitas terjadi karena adanya kelebihan energi yang disimpan dalam
bentuk jaringan lemak Gangguan keseimbangan energi ini dapat disebabkan oleh faktor eksogen
(obesitas primer) sebagai akibat nutrisional (90%) dan faktor endogen (obesitas sekunder)akibat
adanya kelainan hormonal, sindrom atau defek genetik (meliputi 10%). Pengaturan
keseimbangan energi diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses fisiologis, yaitu:
pengendalian rasa lapar dan kenyang, mempengaruhi laju pengeluaran energi, dan regulasi
sekresi hormon.
Proses dalam pengaturan penyimpanan energi ini terjadi melalui sinyal-sinyal eferen
(yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal aferen dari perifer (jaringan
adipose, usus dan jaringan otot). Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan rasa
lapar serta menurunkan pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat katabolik (anoreksia,
meningkatkan pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek dan sinyal
panjang. Sinyal pendek mempengaruhi porsi makan dan waktu makan, serta berhubungan
dengan faktor distensi lambung dan peptida gastrointestinal, yang diperankan oleh kolesistokinin
(CCK) sebagai stimulator dalam peningkatan rasa lapar. Sinyal panjang diperankan oleh fat-
derived hormon leptin dan insulin yang mengatur penyimpanan dan keseimbangan energi.
Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adipose meningkat
disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Leptin kemudian merangsang
anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan produksi Neuro PeptideY(NPY), sehingga
terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari
asupan energi, maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic center di
hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada sebagian besar penderita
obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak menyebabkan penurunan
nafsu makan.

Etiologi Obesitas
Secara garis besar dapat disebabkan oleh beberapa faktor , yaitu :
A. Faktor genetik.
Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik. Tetapi
anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang
bisa mendorong terjadinya obesitas. Seringkali sulit untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan
faktor genetik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan
pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.
B. Faktor lingkungan.
Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi lingkungan
seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini termasuk perilaku/pola
gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana
aktivitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat
mengubah pola makan dan aktivitasnya.
C. Faktor psikis.
Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa memengaruhi kebiasaan makannya.
Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan. Misalnya orang yang
stress cendrung memilih banyak makan, dengan anggapan dengan makan tersebut stress nya
sedikit berkurang .
Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif. Gangguan ini
merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda yang menderita obesitas, dan bisa
menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam
pergaulan sosial.
Ada dua pola makan abnormal yang bisa menjadi penyebab obesitas yaitu makan dalam
jumlah sangat banyak (binge) dan makan di malam hari (sindroma makan pada malam hari).
Kedua pola makan ini biasanya dipicu oleh stres dan kekecewaan. Binge mirip dengan bulimia
nervosa, dimana seseorang makan dalam jumlah sangat banyak, bedanya pada binge hal ini tidak
diikuti dengan memuntahkan kembali apa yang telah dimakan. Sebagai akibatnya kalori yang
dikonsumsi sangat banyak. Pada sindroma makan pada malam hari, adalah berkurangnya nafsu
makan di pagi hari dan diikuti dengan makan yang berlebihan, agitasi dan insomnia pada malam
hari.
D. Faktor kesehatan.
Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya:
Hipotiroidisme
Sindroma Cushing
Sindroma Prader-Willi
Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan.

E. Obat-obatan.
Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa menyebabkan
penambahan berat badan.
F. Faktor perkembangan.
Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan
bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas, terutama yang
menjadi gemuk pada masa kanak-kanak, bisa memiliki sel lemak sampai 5 kali lebih banyak
dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat
dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi
jumlah lemak di dalam setiap sel.
G. Aktivitas fisik.
Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama dari
meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang makmur. Orang-orang yang
tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengonsumsi makanan
kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas.

Anda mungkin juga menyukai