Oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
HUBUNGAN ANTARA DISPEPSIA DENGAN GANGGUAN
TIDUR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANGKATAN 2012
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
i
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing Penguji 1,
(dr. Fitriani
(Prof. Lumongga,Sp.PA)
dr. Gontar (Dr. dr. Elmeida Effendi, SpKJ)
Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH)
NIP: 1954 02 20 1918 11 1 001 NIP: 197205011999032004
Penguji 2,
ABSTRAK
Sindroma dispepsia adalah kumpulan atau gejala nyeri atau rasa tidak enak
di abdomen atas yang episodik. Hal ini sangat umum di kalangan masyarakat
khususnya remaja. Sindroma dispepsia menunjukkan adanya kelainan dalam
proses cerna, baik organik maupun fungsional, mulai dari tingkat yang ringan
sampai berbahaya. Namun pada kenyataannya, sindroma ini sering diabaikan dan
dianggap sebagai keluhan biasa oleh masyarakat umum.Sindroma dispepsia
disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah pola tidur yang tidak
teratur. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hubungan
antara kejadian sindroma dispepsia dengan gangguan tidur pada mahasiswa
Angkatan 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei analitik
dengan desain cross sectional. Responden penelitian adalah mahasiswa Angkatan
2012 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara sebanyak 87 orang dengan
menggunakan metode consecutive sampling.
Pada penelitian ini diperoleh responden yang pola tidurnya tidak teratur
yaitu 45 orang (51.7%). Angka kejadian sindroma dispepsia dari keseluruhan
responden yaitu 25 orang (28.7%). Nilai p didapatkan 0,004 (p<0,05), artinya
terdapat hubungan antara dispepsia dengan gangguan tidur.
Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa besarnya angka
kejadian sindroma dispepsia di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
ternyata sesuai dengan pola tidur mahasiswa yang tidak teratur. Saran bagi
responden untuk berusaha menjaga pola tidurnya teratur.
ABSTRACT
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal penelitian karya tulis ilmiah ini dengan judul “Hubungan antara
Dispepsia dengan Gangguan Tidur pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012”.ini tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan ribuan terima kasih kepada dosen pembimbing,
Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH yang telah meluangkan waktu
untuk mendukung, membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan
penelitian ini sehingga dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan.
Selain itu, penulisan proposal penelitian ini tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis dengan rasa hormat
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU) yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan
arjana kedokteran di Fakultas Kedokteran USU.
2. Dr. dr. Elmeida Effendi, SpKJ selaku Dosen Penguji I dan dr. Supriatmo
Sp.A (K) selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan saran dan
nasehat-nasehat dalam penyempurnaan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Dosen dan civitas akademik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
4. Kedua orang tua, Ayahanda Nakoo Bin Mustan, Ibunda Noraini Binti
Ahmad, dan anggota keluarga lainnya yang telah memberikan banyak
sokongan dan semangat kepada penulis selama penelitian ini.
5. Teman-teman angkatan 2012 dan senior yang tidak dapat penulis sebutkan
satu per satu yang telah memberikan pendapat dan bantuan kepada penulis.
dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran agar
penulis dapat menyempurnakan proposal penelitian ini.
Demikianlah kata pengantar ini penulis sampaikan. Semoga proposal
penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
Halaman
vi
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................... i
ABSTRAK................................................................................................ ii
ABSTRACT............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR.............................................................................. iv
DAFTAR ISI............................................................................................ vi
DAFTAR TABEL .................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR............................................................................... x
DAFTAR SINGKATAN.......................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ xii
DAFTAR TABEL
Halaman
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
x
DAFTAR SINGKATAN
GI : Gastrointestinal
xi
FD : Functional Dyspepsia
DHMC : Dartmouth-Hitchcock Medical Center
DUJS : Dartmouth Undergraduate Journal of Science
PSQI : Pittsburgh Sleep Quality Index
NSAID : Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs
GERD : Gastroesophageal Reflux Disease
IBS : Irritable Bowel Syndrome
BAB : Buang Air Besar
EEG : Electroencephalography
EOG : Electrooculography
EMG : Electromyography
REM : Rapid Eye Movement
PPOK : Penyakit Paru Obstruktif Kronik
NREM : Non Rapid Eye Movement
ACOG : American College Of Gastroenterology
PPI : Proton Pump Inhibitor
SPSS : Statistical Package for the Social Sciences
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Dispepsia
2.1.1. Definisi dan Prevalensi Dispepsia
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (buruk) dan peptein
(pencernaan). Berdasarkan konsensus International Panel of Clinical
Investigators, dispepsia didefinisikan sebagai rasa nyeri atau tidak nyaman yang
terutama dirasakan didaerah perut bagian atas, sedangkan menurut Kriteria Roma
III terbaru, dispepsia fungsional didefinisikan sebagai sindrom yang mencakup
satu atau lebih gejala-gejala berikut: perasaan perut penuh setelah makan, cepat
kenyang atau rasa terbakar di ulu hati, yang berlangsung sedikitnya dalam 3 bulan
terakhir, dengan awal mula gejala sedikitnya timbul 6 bulan sebelum diagnosis.
Istilah dispepsia sendiri mulai gencar dikemukakan sejak akhir tahun
1980-an yang menggambarkan keluhan atau kumpulan gejala (sindrom) yang
terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman diepigastrium, mual, muntah, kembung,
cepat kenyang, rasa penuh, sendawa, regurgitasi dan rasa panas yang menjalar di
dada. Sindrom atau keluhan ini dapat disebabkan atau didasari oleh berbagai
penyakit, tentunya termasuk juga di dalamnya penyakit yang mengenai lambung,
atau yang lebih dikenal sebagai penyakit maag (Abdullah, 2012).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Seyedmerzaei et al (2014),
didapatkan sebanyak 333 orang dari 2210 responden yang menderita dispepsia.
Dari 333 orang, didapatkan responden laki-laki yang menderita dispepsia adalah
sebanyak 158 orang (15.2%) dibandingkan dengan responden perempuan
sebanyak 175 (17.1%) (Seyedmerzaei, 2014). Berdasarkan penelitian lain yang
dilakukan oleh Yazdanpanah et al (2012), didapatkan sebanyak 322 orang dari
590 responden menderita dispepsia. Dari 322 orang, didapatkan responden laki-
laki yang menderita dispepsia adalah sebanyak 87 orang (46.5%) dibandingkan
dengan responden perempuan sebanyak 235 orang (58.3%) (Yazdanpanah, 2012).
6
Obat-obatan Hepato-bilier
1. Anti inflamasi non-steroid 1. Hepatitis
2. Teofilin 2. Kolestitis kronik
3. Digitalis 3. Pankreatitis
4. Antibiotik
5. Aspirin
Gangguan fungsional
1. Dispepsia
Sumber: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam , 2009
2.1.3. Klasifikasi
Dispepsia terbagi atas dua subklasifikasi, yakni dispepsia organik dan
dispepsia fungsional, jika kemungkinan penyakit organik telah berhasil dieksklusi.
Dispepsia fungsional dibagi menjadi 2 kelompok, yakni postprandial distress
syndrome dan epigastric pain syndrome. Postprandial distress syndrome mewakili
kelompok dengan perasaan “begah” setelah makan dan perasaan cepat kenyang,
sedangkan epigastric pain syndrome merupakan rasa nyeri yang lebih konstan
dirasakan dan tidak begitu terkait dengan makan seperti halnya postprandial
distress syndrome. Dalam praktik klinis, sering dijumpai kesulitan untuk
membedakan antara gastroesophageal reflux disease (GERD), irritable bowel
syndrome (IBS) dan dispepsia itu sendiri. Hal ini sedikit banyak disebabkan oleh
ketidakseragaman berbagai institusi dalam mendefinisikan masing-masing entitas
klinis tersebut. El-Serag dan Talley (2004) melaporkan bahwa sebagian besar
pasien dengan uninvestigated dyspepsia, setelah diperiksa lebih lanjut, ternyata
memiliki diagnosis dispepsia fungsional. Talley secara khusus melaporkan sebuah
sistem klasifikasi dispepsia, yaitu Nepean Dyspepsia Index, yang hingga kini
banyak divalidasi dan digunakan dalam penelitian di berbagai negara, termasuk
baru-baru ini di China (Abdullah, 2012).
7
Kriteria Penunjang
a. Nyeri epigastrium dapat berupa rasa terbakar, namun tanpa menjalar
kedaerah retrosternal
b. Nyeri umumnya ditimbulkan atau berkurang dengan makan, namun
mungkin timbul saat puasa
c. Dapat timbul bersamaan dengan sindrom distres setelah makan.
9
2. Stadium I
EEG : Terdiri dari gelombang campuran alfa, beta dan kadang-kadang
theta. Tidak terdapat kumparan tidur, kompleks K atau gelombang
delta
EOG : Tidak terlihat aktivitas bola mata yang cepat
EMG : Tonus otot menurun dibandingkan dengan stadium W
3. Stadium II
EEG : Terdiri atas gelombang campuran alfa, theta dan delta. Terlihat
adanya kumparan tidur dan kompleks K
EOG : Tidak terdapat aktivitas bola mata yang cepat
EMG : Kadang-kadang terlihat peningkatan tonus otot secara tiba-tiba,
menunjukkan bahwa otot-otot tonik belum seluruhnya dalam
11
keadaan rileks
4. Stadium III
EEG : Persentase gelombang delta antara 20- 50 %. Tampak kumparan
tidur
EOG : Tidak tampak aktivitas bola mata yang cepat
EMG : Gambaran tonus otot yang jelas dari Stadium II
5. Stadium IV
EEG : Persentase gelombang delta mencapai lebih dari 50%. Tampak
kumparan tidur
EOG : Tidak tampak aktivitas bola mata yang cepat
EMG : Tonus otot menurun dari pada stadium sebelumnya
6. Stadium REM (Rapid Eye Movement)
1. Disomnia
Adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami kesulitan
untuk tidur (failling as sleep), mengalami gangguan selama tidur
(difficulty in staying asleep), bangun terlalu dini atau kombinasi
diantaranya.
a. Gangguan tidur spesifik
1) Narkolepsi
Ditandai oleh serangan mendadak tidur yang tidak dapat
dihindari pada siang hari, biasanya hanya berlangsung 10-20 menit
atau selalu kurang dari 1 jam, setelah itu pasien akan segar kembali
dan terulang kembali 2-3 jam berikutnya. Gambaran tidurnya
menunjukkan penurunan fase rapid eye movement (REM) 30-70%.
Pada serangan tidur dimulai dengan fase rapid eye
movement (REM). Berbagai bentuk narkolepsi:
a) Narkolepsi kataplesia, adalah kehilangan tonus otot yang
sementara baik sebagian atau seluruh otot tubuh seperti jaw
drop, head drop.
13
e. Obat-obatan
Gangguan tidur dapat disebabkan oleh obat-obatan seperti
penggunaan obat stimulan yang kronik (amfetamin, kafein, nikotin),
antihipertensi, antidepresan, antiparkinson, antihistamin,
antikolinergik. Obat ini dapat menimbulkan terputus-putus fase tidur
rapid eye movement (REM) (Japardi, 2002).
2. Parasomnia
Yaitu merupakan kelompok heterogen yang terdiri dari kejadian-
kejadian episode yang berlangsung pada malam hari pada saat tidur atau
pada waktu antara bangun dan tidur. Kasus ini sering berhubungan dengan
gangguan perubahan tingkah laku danaksi motorik potensial, sehingga
sangat potensial menimbulkan angka kesakitan dan kematian, Insidensi ini
sering ditemukan pada usia anak berumur 3-5 tahun (15%) dan mengalami
perbaikan atau penurunan insidensi pada usia dewasa (3%).
Ada 3 faktor utama presipitasi terjadinya parasomnia yaitu:
a. Peminum alkohol
b. Kurang tidur (sleep deprivation)
c. Stres psikososial
Kelainan ini terletak pada arousal yang sering terjadi pada stadium
transmisi antara bangun dan tidur. Gambaran berupa aktivitas otot skeletal
dan perubahan sistem otonom. Gejala khasnya berupa penurunan
kesadaran, dan diikuti arousal dan amnesia episode tersebut. Seringkali
terjadi pada stadium 3 dan 4.
a. Gangguan tidur berjalan (sleep walking)/somnambulisme
Merupakan gangguan tingkah laku yang sangat komplek termasuk
adanya automatis dan semi purposeful aksi motorik, seperti menutup
19
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
pengukuran untuk gangguan tidur dilakukan dengan metode angket yang terdiri
dari 7 komponen Pitssburgh Sleep Quality Index (PSQI), kemudian dijumlahkan
sehingga akan didapatkan nilai antara 0-21.
3.2.3. Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan adalah The Porto Alegre Dyspeptic Symptoms
Questionnaire (PADYQ) yang merupakan instrumen analisis kuantitatif dari
gejala dispepsia dan kuesioner The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) untuk
gangguan tidur.
3.3. Hipotesis
Ada hubungan antara sindroma dispepsia dengan gangguan tidur..
23
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.3.2. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki populasi dengan menggunakan metode
consecutive sampling serta memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk dalam
kriteria eksklusi.
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini adalah:
1. Kriteria inklusi:
24
Keterangan:
n = Besar sampel
Zα = Deviat baku alfa (1,96)
Zβ = Deviat baku beta (0,842)
P1 = Proporsi efek standar = 0,33
Q1 = 1 – P1 = 0,67
P2 = Proporsi efek yang diteliti = 0,15
Q2 = 1 – P2 = 0, 85
P = ½ (P1 + P2)
25
Q = ½ (Q1 + Q2)
Kemudian didapatkan perhitungan sebagai berikut:
BAB 5
27
jenis kelamin
Variabel Gangguan Tidur Total
Positif Negatif
n % n % n %
Jenis Kelamin
Laki-laki 13 14.9 18 20.7 31 35.6
Perempuan 32 36.8 24 27.6 56 64.4
5.2. Pembahasan
5.2.1. Sindroma Dispepsia
Berdasarkan data penelitian, ternyata diperoleh mahasiswa yang menderita
dispepsia adalah sebanyak 28.7% dan sekitar 71.3% yang tidak dispepsia.
Didapatkan bahwa mahasiswa perempuan lebih banyak yang menderita dispepsia
sebanyak 19 orang (21.8%) dibandingkan dengan mahasiswa lelaki sebanyak 6
orang (6.9%).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Seyedmerzaei et al (2014),
didapatkan responden laki-laki yang menderita dispepsia adalah sebanyak 15.2%
dibandingkan dengan responden perempuan sebanyak 17.1% (Seyedmerzaei,
2014).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Yazdanpanah et al (2012), mendapatkan
angka prevalensi dispepsia yang lebih tinggi dengan persentase responden laki-
laki yang menderita dispepsia adalah sebanyak 46.5% dibandingkan dengan
responden perempuan sebanyak 58.3% (Yazdanpanah, 2012).
Hasil studi pendahuluan di RS Dr. M. Djamil Padang didapatkan data pada
tahun 2007 sebanyak 1713 orang pasien menderita dispepsia. Rata-rata jumlah
penderita dispepsia adalah 94 orang perbulan. Penderita dispepsia fungsional
sebanyak 40% dari penderita dispepsia keseluruhan. Dengan jumlah kejadian
terbanyak pada rentang umur 20-50 tahun (Rahmiwati, 2010).
Prevalensi dispepsia yang dilaporkan bervariasi.diantara 7% dan 63%,
dengan rata-rata sekitar 25%. Weir dan Backett pada tahun 1968 telah melaporkan
tingkat prevalensi dispepsia sekitar 23% selama tiga bulan pada laki-laki
Skotlandia, dengan 29% telah memiliki dispepsia di beberapa titik dalam hidup
mereka. Dalam sebuah survei berbasis masyarakat acak di pedesaan timur laut
Nigeria pada tahun 1991, Holcombe et al melaporkan 26% prevalensi dispepsia
lebih dari enam bulan yang meningkat sesuai usia. Pada tahun 1997, dalam sebuah
laporan awal dari Hong Kong, Hu et al menemukan prevalensi dispepsia sekitar
19% pada populasi Cina. Holtmann et al melaporkan prevalensi dispepsia sekitar
21% pada populasi yang dipilih secara acak di Jerman . Di Amerika Serikat,
Talley et al melaporkan prevalensi keseluruhan satu tahun dispepsia sekitar 26%,
32
mempunyai kuaitas tidur yang buruk. Suen et al, di Amerika Serikat, melaporkan
42% dari siswa diklasifikasikan sebagai tidur yang buruk pada skala PSQI
(Lemma, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian oleh Rocha et al (2010), didapatkan tingginya
angka prevalensi gangguan tidur sebanyak 88.2% pada sejumlah besar siswa
(remaja) yang memiliki beberapa jenis gangguan tidur. Dalam penelitian ini,
sebagian besar siswa mengambil 30 menit untuk tertidur, sedangkan laki-laki tidur
sekitar 420 menit per malam, perempuan tidur sekitar 390 menit, yaitu, laki-laki
dalam kelompok ini tidur lebih dari perempuan (Rocha, 2010). Ini membuktikan
bahwa perempuan lebih banyak yang mengalami gangguan tidur dibandingkan
laki-laki.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian Abdulghani et al
(2012), dimana didalam hasil penelitiannya telah mengevaluasi gangguan tidur
pada mahasiswa fakultas kedokteran. Dalam penelitiannya didapatkan bahwa
mahasiswa perempuan lebih banyak yang mengalami gangguan tidur
dibandingkan mahasiswa laki-laki (Abdulghani, 2012).
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan berdasarkan hasil penelitian ini, adalah
sebagai berikut:
1. Dari hasil penelitian ini, didapatkan bahwa sebagian besar mahasiswa
tidak dispepsia dengan persentase 71.3% (62 orang).
2. Dari hasil penelitian ini, didapatkan bahwa sebagian besar mahasiswa
menderita gangguan tidur dengan persentase 51.7% (45 orang).
3. Dari hasil penelitian ini, didapatkan bahwa mahasiswa perempuan lebih
banyak yang menderita dispepsia dan gangguan tidur dibandingkan
mahasiswa laki-laki.
4. Pada penelitian ini terdapat hubungan antara dispepsia dengan gangguan
tidur dimana didapatkan nilai p = 0.004. Besarnya angka kejadian
sindroma dispepsia mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara Medan ternyata sesuai dengan pola tidurnya yang sebagian besar
tidak teratur.
6.2. Saran
1. Sarana bidang pendidikan
Menjadikan ceramah awam sebagai salah satu program pendidikan baik di
tingkat kesarjanaan maupun di kepaniteraan klinik.
2. Sarana bidang penelitian
Pada peneliti lain untuk meneliti hubungan antara dispepsia dengan
gangguan tidur.
3. Sarana bidang pelayanan masyarakat
Meningkatkan program edukasi kepada pasien dan keluarga pasien
sehingga diharapkan dapat mengatasi masalah gangguan tidur.
DAFTAR PUSTAKA
36
Abdulghani, H., M., et al, 2012. Sleep Disorder Among Medical Students. King
Saud University, Kingdom of Saudi Arabia.
Available at:
http://en.smrc-sa.com/wp-content/uploads/2014/12/Sleep-disorder-among-
medical-students.pdf
(Accessed 18 December 2015)
Andre, Y., et al, 2013. Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Depresi pada
Penderita Dispepsia Fungsional. Universitas Andalas.
Available at:
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download/123/118
(Accessed 9 April 2015)
Medicine, Nippon Medical School, Japan. J Nippon Med Sch 2013; 80 (2).
Available at: http://www.nms.ac.jp/jnms/2013/080020104.pdf
(Accessed June 2015)
Hartaty, S., et al, 2012. Hubungan Pengetahuan dan Pola Makan terhadap
Kejadian Dispepsia di Kelas XI SMAN 11 Makassar. Politeknik Kesehatan
Kemenkes Makassar. Volume 1 Nomor 3 Tahun 2012 ● ISSN: 2302-1721.
Available at:
http://library.stikesnh.ac.id/files/disk1/2/e-library%20stikes%20nani
%20hasanuddin--srihartaty-64-1-artikel9.pdf
(Accessed 9 April 2015)
Jung, K. S., et al, 2010. Gastroesophageal Reflux Disease and Sleep Disorders:
Evidence for a Causal Link and Therapeutic Implications. School of
Medicine, Ewha Womans University, Seoul, Korea.
Available at: http://dx.doi.org/10.5056/jnm.2010.16.1.22
(Accessed 18 December 2015)
Lemma, S., et al, 2012. The Epidemiology of Sleep Quality, Sleep Patterns,
Consumption of Caffeinated Beverages, and Khat Use among Ethiopian
College. Addis Continental Institute of Public Health, Addis Ababa,
Ethiopia.
Available at:
https://dash.harvard.edu/bitstream/handle/1/11375878/3581089.pdf?
sequence=1
(Accessed 18 December 2015)
Prayitno, A., 2002. Gangguan pola tidur pada kelompok usia lanjut dan
penatalaksanaannya. Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. Januari-
April 2002, Vol.21 No.1.Available at:
http://www.univmed.org/wpcontent/uploads/2011/02/Prayitno.pdf
(Accessed 31 May 2015)
Rocha, S. R. C., et al, 2010. Sleep Disorders in High School and Pre-University
Students. Faculty of Medical Sciences, University of Campinas
(UNICAMP), Campinas SP, Brazil.
Available at:
http://www.scielo.br/pdf/anp/v68n6/14.pdf
(Accessed 17 December 2015)
Setyono, J., 2006. Karateristik Penderita Penderita Dispepsia di RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto. Universitas Jenderal Soedirman. Jurnal
Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 1,
No.1, Juli 2006.
Available at: http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=10496&val=715
(Accessed 1 June 2015)
Susanti, A., 2011. Faktor Resiko Dispepsia pada Mahasiswa Institut Pertanian
Bogor. Fakultas Kedokteran Universita Sebelas Maret. Jurnal Kedokteran
Indonesia, Vol. 2/NO. 1/JANUARI/2011.
Available at: http://jki-ina.com/index.php/jki/article/download/14/13
(Accessed 1 June 2015)
Vakil, N., et al, 2015. Sleep disturbance due to heartburn and regurgitation is
common in patients with functional dyspepsia. School of Medicine and
Public Health, University of Wisconsin, Madison, USA.
Available at:
http://ueg.sagepub.com/content/early/2015/07/28/2050640615599716.full.p
df
(Accessed 18 December 2015)
Vélez, C. J., et al, 2013. The Epidemiology of Sleep Quality and Consumption of
Stimulant Beverages among Patagonian Chilean College. Centro de
Rehabilitacion Club de Leones Cruz del Sur, Punta Arenas, Suiza 01441,
Chile.
Available at:
https://dash.harvard.edu/bitstream/handle/1/11708589/3671558.pdf?
sequence=1
(Accessed 18 December 2015)
Wulandari, P. R., 2012. Hubungan Tingkat Stres dengan Gangguan Tidur pada
Mahasiswa Skripsi di Salah Satu Fakultas Rumpun Science-Technology UI.
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Bandung.
Available at:
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20313206-S43681-Hubungan
%20tingkat.pdf
(Accessed 30 May 2015)
Yamawaki, H. et al, 2014. Impact of Sleep Disorders, Quality of Life and Gastric
Emptying in Distinct Subtypes of Functional Dyspepsia in Japan. Division
of Gastroenterology, Department of Internal Medicine, Nippon Medical
School, Japan. J Neurogastroenterol Motil, Vol. 20 No. 1 January, 2014.
Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3895596/
(Accessed 1 June 2015)
LAMPIRAN 1
40
LAMPIRAN 2
41
Dispepsia adalah nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas atau dada,
yang sering dirasakan sebagai adanya gas, perasaan penuh atau rasa sakit atau rasa
terbakar di perut (Hartaty, 2012). Ganguan tidur merupakan salah satu keluhan
yang paling sering ditemukan pada penderita yang berkunjung ke praktek.
Gangguan tidur dapat dialami oleh semua lapisan masyarakat baik kaya, miskin,
berpendidikan tinggi dan rendah maupun orang muda, serta yang paling sering
ditemukan pada usia lanjut (Japardi, 2002).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara dispepsia dengan
gangguan tidur pada mahasiswa. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah hasil
penelitian diharapkan dapat dipakai sebagai data dasar untuk penelitian lebih
lanjut tentang sindroma dispepsia dan gangguan tidur.
Medan, 2015
Peneliti
LAMPIRAN 3
43
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Alamat :
Telp/HP :
Medan, …………….2015
( )
LAMPIRAN 4
Kuesioner Penelitian
Hubungan antara Dispepsia dengan Gangguan Tidur pada Mahasiswa Fakultas
44
NYERI
Bagaimana intensitas nyeri abdomen atas pada hari-hari selama periode tersebut
0. Tidak ada
1. Sangat ringan
2. Ringan
3. Sedang
4. Berat
5. Sangat berat
Berapa lama durasi nyeri pada kebanyakan hari-hari selama periode tersebut
0. Tidak dapat ditentukan
1. Beberapa menit saja (kurang dari 30 menit)
2. Kurang dari 2 jam
3. Lebih dari 2 jam
Seberapa sering anda merasakan nyeri perut atas dalam 30 hari terakhir
0. Tidak dapat ditentukan
1. Kadang-kadang
2. 1 sampai 2 hari setiap minggu
3. Hampir tiap hari
4. Setiap hari
MUAL
Seberapa intensitas mual dalam hari-hari anda selama periode tersebut
0. Tidak ada
1. Sangat ringan
2. Ringan
3. Sedang
4. Berat
5. Sangat berat
Berapa lama durasi mual yang terjadi
0. Tidak dapat ditentukan
1. Beberapa menit (kurang dari 30 menit)
2. Kurang dari 2 jam
3. Lebih dari 2 jam
45
MUNTAH
Seberapa sering anda muntah dalam 30 hari terakhir
0. Tidak dapat ditentukan
1. Kadang-kadang
2. 1 sampai 2 hari setiap minggu
3. Hampir setiap hari
4. Setiap hari
Seberapa sering anda mengalami perut kembung / rasa penuh dalam 30 hari
0. Tidak dapat ditentukan
1. Kadang-kadang
2. 1 sampai 2 hari
3. Hampir setiap hari
4. Setiap hari
Arahan: Pertanyaan di bawah ini berkenaan dengan kebiasaan tidur anda di bulan
yang lalu. Jawab secara tepat mayoritas hari dan malam di bulan yang lalu.
Validitas Kuesioner
48
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.851 11
Item-Total Statistics
Scale Corrected Cronbach's
Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
Dispepsia1 31.70 15.666 .724 .822
Dispepsia2 32.70 20.010 .486 .843
Dispepsia3 32.50 18.741 .471 .844
Dispepsia4 31.43 17.495 .621 .831
Dispepsia5 32.70 20.010 .486 .843
Dispepsia6 32.77 18.254 .703 .826
Dispepsia7 31.67 19.540 .461 .844
Dispepsia8 31.43 17.495 .621 .831
Dispepsia9 32.73 20.133 .450 .845
Dispepsia10 31.70 20.010 .486 .843
Dispepsia11 31.67 19.540 .461 .844
49
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.769 7
Item-Total Statistics
Scale Corrected Cronbach's
Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
Tidur1 3.97 6.930 .582 .719
Tidur2 3.97 7.620 .485 .741
Tidur3 4.40 7.697 .540 .732
Tidur4 4.47 7.913 .413 .755
Tidur5 4.27 8.064 .399 .758
Tidur6 4.50 7.569 .578 .724
Tidur7 4.23 7.426 .449 .751
50
NO D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 D8 D9 D10 D11
1 2 2 3 3 2 2 3 3 2 4 3
2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3
3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4
4 4 2 3 4 2 2 3 4 2 3 3
5 3 2 2 3 2 2 4 3 2 3 4
6 3 2 3 4 2 3 3 4 3 3 3
7 5 3 4 5 3 3 4 5 3 4 4
8 3 2 2 4 2 3 4 4 3 3 4
9 4 3 2 4 3 2 3 4 3 4 3
10 3 3 2 4 3 2 2 4 2 3 2
11 4 3 3 5 3 4 3 5 3 4 3
12 5 3 4 5 3 3 4 5 2 4 4
13 2 2 2 5 2 2 4 5 2 4 4
14 5 3 2 5 3 3 4 5 3 4 4
15 3 3 3 3 3 2 4 3 2 4 4
16 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4
17 2 3 3 3 3 2 4 3 3 4 4
18 3 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2
19 4 3 2 4 3 2 4 4 2 4 4
20 3 2 2 3 2 2 4 3 3 3 4
21 5 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4
22 3 2 3 4 2 3 4 4 3 3 4
23 2 3 2 3 3 2 3 3 2 4 3
24 5 3 3 5 3 3 4 5 3 3 4
25 5 2 2 5 2 3 4 5 2 4 4
26 5 3 3 5 3 3 4 5 3 4 4
27 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4
28 4 3 3 3 3 2 4 3 3 4 4
29 3 2 3 3 2 2 4 3 2 3 4
30 3 2 3 3 2 2 4 3 3 3 4
NO GT 1 GT 2 GT 3 GT 4 GT 5 GT 6 GT 7
51
1 0 1 0 0 1 0 0
2 0 0 0 0 1 0 0
3 0 0 1 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0 0
5 1 0 1 1 0 1 0
6 1 0 0 0 1 0 1
7 1 1 0 1 0 0 0
8 0 1 0 1 1 0 1
9 1 0 1 0 0 1 0
10 0 1 1 1 1 0 1
11 1 1 0 0 0 0 0
12 2 1 0 2 1 0 1
13 1 1 0 0 0 0 2
14 2 1 1 0 1 1 1
15 1 2 0 1 2 0 2
16 0 1 0 0 0 0 0
17 2 2 1 2 0 1 2
18 0 1 0 1 0 0 0
19 1 1 1 0 1 1 1
20 0 1 0 0 0 0 1
21 2 2 1 0 1 1 0
22 1 2 2 2 1 2 2
23 2 1 1 0 0 1 1
24 2 2 1 0 2 0 0
25 1 1 0 0 1 0 1
26 1 2 1 0 1 1 0
27 2 1 2 1 2 2 2
28 2 2 1 1 1 1 0
29 2 1 0 1 1 0 2
30 1 0 1 0 1 1 1
LAMPIRAN 6
52
53
54
55
LAMPIRAN 7
JENISKELAMIN
UMURKATEGORIK
DISPEPSIAKATEGORIK
TIDURKATEGORIK
DISPEPSIAKATEGORIK Total
TIADA DISPEPSIA
DISPEPSIA
Count 25 6 31
LAKI LAKI
% of Total 28.7% 6.9% 35.6%
JENISKELAMIN
Count 37 19 56
PEREMPUAN
% of Total 42.5% 21.8% 64.4%
Count 62 25 87
Total
% of Total 71.3% 28.7% 100.0%
TIADA GANGGUAN
GANGGUAN TIDUR
TIDUR
Count 18 13 31
LAKI LAKI
% of Total 20.7% 14.9% 35.6%
JENISKELAMIN
Count 24 32 56
PEREMPUAN
% of Total 27.6% 36.8% 64.4%
Count 42 45 87
Total
% of Total 48.3% 51.7% 100.0%
57
DISPEPSIAKATEGORIK Total
TIADA DISPEPSIA
DISPEPSIA
Count 12 2 14
19 - 20 Tahun
% of Total 13.8% 2.3% 16.1%
Count 43 20 63
UmurKat 21 - 22 Tahun
% of Total 49.4% 23.0% 72.4%
Count 7 3 10
23 - 24 Tahun
% of Total 8.0% 3.4% 11.5%
Count 62 25 87
Total
% of Total 71.3% 28.7% 100.0%
TIDURKATEGORIK Total
TIADA GANGGUAN
GANGGUAN TIDUR
TIDUR
Count 6 8 14
19 - 20 Tahun
% of Total 6.9% 9.2% 16.1%
Count 32 31 63
UmurKat 21 - 22 Tahun
% of Total 36.8% 35.6% 72.4%
Count 4 6 10
23 - 24 Tahun
% of Total 4.6% 6.9% 11.5%
Count 42 45 87
Total
% of Total 48.3% 51.7% 100.0%
58
TIDURKATEGORIK Total
TIADA GANGGUAN
GANGGUAN TIDUR
TIDUR
Count 36 26 62
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.07.
b. Computed only for a 2x2 table
59
LAMPIRAN 8
NO SKOR
JENIS SKOR GANGGUAN DISPEPSIA UMUR
NAMA UMUR KELAMIN DISPEPSIA TIDUR KATEGORIK TIDUR KATEGORIK KATEGORIK
1 AAA 21 PEREMPUAN 2 7 TIADA DISPEPSIA GANGGUAN TIDUR 21 - 22 Tahun
2 BBB 21 PEREMPUAN 5 9 TIADA DISPEPSIA GANGGUAN TIDUR 21 - 22 Tahun
3 CCC 21 LAKI LAKI 0 4 TIADA DISPEPSIA TIADA GANGGUAN TIDUR 21 - 22 Tahun
4 DDD 21 PEREMPUAN 5 3 TIADA DISPEPSIA TIADA GANGGUAN TIDUR 21 - 22 Tahun
5 EEE 21 PEREMPUAN 12 10 DISPEPSIA GANGGUAN TIDUR 21 - 22 Tahun
6 FFF 21 LAKI LAKI 0 6 TIADA DISPEPSIA GANGGUAN TIDUR 21 - 22 Tahun
7 GGG 22 PEREMPUAN 7 6 DISPEPSIA GANGGUAN TIDUR 21 - 22 Tahun
8 HHH 22 LAKI LAKI 4 2 TIADA DISPEPSIA TIADA GANGGUAN TIDUR 21 - 22 Tahun
9 III 21 PEREMPUAN 2 5 TIADA DISPEPSIA GANGGUAN TIDUR 21 - 22 Tahun
10 JJJ 21 PEREMPUAN 0 4 TIADA DISPEPSIA TIADA GANGGUAN TIDUR 21 - 22 Tahun
11 KKK 21 LAKI LAKI 2 3 TIADA DISPEPSIA TIADA GANGGUAN TIDUR 21 - 22 Tahun
12 LLL 23 PEREMPUAN 4 5 TIADA DISPEPSIA GANGGUAN TIDUR 23 - 24 Tahun
13 MMM 21 LAKI LAKI 6 2 DISPEPSIA TIADA GANGGUAN TIDUR 21 - 22 Tahun
14 NNN 22 PEREMPUAN 5 6 TIADA DISPEPSIA GANGGUAN TIDUR 21 - 22 Tahun
15 OOO 23 PEREMPUAN 1 4 TIADA DISPEPSIA TIADA GANGGUAN TIDUR 23 - 24 Tahun
16 PPP 19 LAKI LAKI 1 8 TIADA DISPEPSIA GANGGUAN TIDUR 19 - 20 Tahun
17 QQQ 21 PEREMPUAN 2 6 TIADA DISPEPSIA GANGGUAN TIDUR 21 - 22 Tahun
18 RRR 22 PEREMPUAN 0 1 TIADA DISPEPSIA TIADA GANGGUAN TIDUR 21 - 22 Tahun
19 SSS 21 PEREMPUAN 3 5 TIADA DISPEPSIA GANGGUAN TIDUR 21 - 22 Tahun
20 TTT 20 LAKI LAKI 4 8 TIADA DISPEPSIA GANGGUAN TIDUR 19 - 20 Tahun
21 UUU 19 PEREMPUAN 3 4 TIADA DISPEPSIA TIADA GANGGUAN TIDUR 19 - 20 Tahun
60