ABSTRAK
Sklerosis sistemik (SSc) merupakan penyakit sistemik ditandai dengan adanya kulit yang mengalami
pengerasan disertai penebalan, terjadi vaskulopati fibroploriferatif dan gangguan sistem imun, diikuti
oleh berbagai tingkat fibrosis. Penyakit ini memiliki banyak manifestasi klinis, namun hampir semua
kasus memiliki keterlibatan kulit. Progresifitas penyakit ini bervariasi, dapat berkembang cepat dapat
pula lambat sampai bertahun-tahun kemudian. Sklerosis sistemik difusa merupakan bentuk progresif
SSc yang menyebabkan fibrosis dan inflamasi kronik pada berbagai organ dalam. Ulkus digitalis
merupakan manifestasi dari vaskulopati dan fibrosis yang terjadi, dapat terjadi pada separuh kasus
SSc. Penatalaksanaan untuk SSc bervariasi karena manifestasi klinisnya yang sangat luas, hingga
pengobatan didasarkan pada organ-organ spesifik yang terlibat. Berikut ini dilaporkan seorang wanita
53 tahun penderita sklerosis sistemik difusa dengan ulkus digitalis dan keterlibatan organ
kardiopulmonari yang diterapi dengan kortikosteroid sistemik dan topikal.
Kata Kunci: Autoimun, fibrosis, sklerosis sistemik, ulkus digitalis, vaskulopati
ABSTRACT
Systemic sclerosis (SSc) is a systemic disease characterized by indurative skin thickening, occurrence of
fibroploriferative vasculopathy and immune system disorders, followed by varying degrees of fibrosis.
This disease has many clinical manifestations, but almost all cases occured skin involvement. The
progression of the disease varies, can progress quickly or even slowly until many years later. The
diffuse systemic sclerosis is a progressive form of SSc that cause fibrosis and chronic inflammation in
various internal organs. Digital ulcer is a manifestation of vasculopathy and fibrosis that occurs, which
presents in half of the SSc cases and is often associated with Raynaud's Phenomenon. Management for
SSc varies because its clinical manifestations are very vast, thus the treatment is based on the specific
organs involved. We report a 53-year-old woman suffered from a diffuse cutaneous systemic sclerosis
with digital ulcer and involvement of cardiopulmonary organ, which had been treated with systemic and
topical corticosteroid.
Keywords: Autoimmune, digital ulcer, fibrosis, systemic sclerosis, vasculopathy
Pendahuluan
seluler.(1)
Sekarang
skleroderma
dalam,
vaskulopati
fibroploriferatif
Der.Ven.Laps.Bangsal. 2016:1(1);1-9
dan
ini
istilah
disamakan
skleroderma
dengan
masih
sklerosis
2
sklerosis sistemik (systemic sclerosis), yang
sistemik
morfea
lokalisata/
dalam.
(baik
bentuk
Pada
Raynauds
sklerosis
linear,
sistemik
ditemukan
yang
merupakan
phenomenon
merupakan
penyakit
multisistem
tidak ditemukan.
(1, 2)
difusa
perbandingan
sedangkan
30
umur
3:1
penderita
sampai
berkisar
14:1,
antara
tahun
dengan
sistemik
perbaikan klinis.
ulkus
dan
digitalis,
topikal,
yang
berdasarkan
memberikan
Laporan Kasus
ke
Rumah
Makassar
Sakit
Universitas
mengeluh
kulit
Hasanuddin
lengan
kedua
diambil
laboratorium
kulitnya
kemudian
dan
diperiksakan
darahnya
diambil
di
untuk
tanda
keadaan
gejala
dermatologis
kulit
mengeras,
pasien
mengatakan
vital
lainnya
gizi
dalam
baik.
regio
batas
Dari
normal,
pemeriksaan
generalisata
dengan
dengan
ekstremitas
diagnosis
skleroderma
berdasarkan
superior
dekstra
et
sinistra,
setelah
efloresensi
diterapi.
Namun
beberapa
bulan
tegas,
berat
daripada
yang
sebelumnya.
Saat
makula
simetris,
hipopigmentasi
keras
seperti
berbatas
kayu
pada
ini
Der.Ven.Laps.Bangsal. 2016:1(1);1-9
3
Pemeriksaan laboratorium darah lengkap kesan
pemeriksaan
darah,
asam
urat,
elektrolit
dengan
foto
toraks
didapatkan
kesan
kesan
Berdasarkan
metilprednisolon
tertentu,
infiltrasi sel
radang
mg
pemeriksaan
tablet
per
fisis,
jam,
pada
kesimpulan
skleroderma
dan
limfosit
anamnesis,
test
ANA
remitas inferior dekstra et sinistra (F): efloresensi makula hipopigmentasi. Pada perabaan regio ekstremitas superior et inferior, dekstra et sinistra (B
Der.Ven.Laps.Bangsal. 2016:1(1);1-9
gen eosinofilik yang luas, dengan adneksa kulit tanpa kelainan tertentu, infiltrasi sel radang limfosit pada perivaskuler pembuluh darah kapiler. Kesim
A1
B1
D1
E1
C1
F1
stra (B1), torakalis (C1), trunkus posterior (D1), ekstremitas inferior dekstra et sinistra (F1): efloresensi makula hipopigmentasi. Pada regio PIP digiti I
Pada
pemeriksaan
kontrol
hari
ke-7,
pada
Der.Ven.Laps.Bangsal. 2016:1(1);1-9
5
Diskusi
sklerosis
sklerosis
dan ginjal.(2, 7)
sistemik
terbatas.(6)
sistemik
Namun,
difusa,
pada
perkembangan
terganggu
keterlibatan
skleroderma
diantaranya
proksimal
dengan
distribusi
(2, 3)
dan
sianosis.
jantung
Gejala
berupa
paroksismal
awal
pada
sesak
saat
nokturnal
dispneu
merupakan
gejala
sedangkan
sianosis
atrofi.
Pada
tahap
edematosa
didapatkan
yang
biasa
mungkin
terjadi,
terjadi
pada
berat.(2,
mengeras,
kemudian
terjadi
penebalan,
8)
hiper/hipopigmentasi
(tahap
indurasi),
proksimal
dimana
penebalan
kulit
cenderung
menjadi
jari
ketiga
merupakan
dan
disertai dengan
kasus
sklerosis
sistemik.
dari
Pada
klinis
kiri.
manifestasi
tangan
Ulkus
pasien
digitalis
ujung
indurasi.
jari
atau
pada
sendi
proksimal
terjadi
dengan
dan
radiologi
pemeriksaan
abnormal
saat
jantung
sehingga
ini
dan
pada
SSc,
Raynauds
dan
sering
Phenomenon
dihubungkan
(RP),
yang
didapatkan
hasil
paru-paru
yang
terjadi
diketahui
telah
Der.Ven.Laps.Bangsal. 2016:1(1);1-9
6
vaskulitis dimana terjadi inflamasi yang ditandai
dengan
adanya
infiltrat
mononuklear
yang
ditemukan pada
oleh
diantaranya
faktor
kulit
yang
yang
kering
multipel
Ulkus
dan
kalsinosis.
amputasi.
(11)
(9, 12)
kepustakaan,
pemeriksaan
foto
sistemik,
retikular
linear,
nodular
dan
kepadatan
terbatas,
daerah
atau
paru
yang
lebih
rendah
(bawah).
pola
ANA
yaitu:
anti-KU
yang
dijumpai
anticentromere,
antibodi.
adalah
anti-Th/To,
Sedangkan
pada
diperkirakan
nukleolar
kelainan
sebesar
berupa
50%
fibrosis
kasus,
dengan
interstisial
dan
dengan
antbodi
anti-SCL-70
anti-U3RNP atibodi.(2,
fibrosa (28%).
(13)
16)
kelainan
(14)
menunjukkan
sekunder dari
masalah
kesan
jantung.
bronchopneumonia
ridges
yang
pada
epidermis
merupakan
ditemukan
komplikasi
tidak
langsung
dari
kolagen
dan
foto
rontgen
pada
pada
derajat
limfosit.(17)
kasus
dermis
homogenisasi
Gambaran
menunjukkan
kesan
merupakan
utama
didapatkan
infiltrat
hiperkeratosis
juga
dan
sedangkan
berbagai
histopatologi
Pada
menghilang
pada
penyakit
kulit
diperhatikan
sampai
terjadi
kerusakan/
tanpa
kelainan
tertentu,
infiltrasi
sel
untuk skleroderma.
Penatalaksanaan
pada
Prinsip
sistemik.(8, 13)
Der.Ven.Laps.Bangsal. 2016:1(1);1-9
organ-organ
untuk
sklerosis
spesifik
pengobatan
yang
sklerosis
sistemik
terlibat. (18)
adalah
7
Penanganan kulit yang terlibat, secara umum
terhadap
temperatur
Kortikosteroid telah
yang
banyak
ekstrim.(1)
digunakan
oleh
terjadi
dari
sistemik
enzim
sebagai
edema.
Pada
kortikosteroid
dosis
sklerosis
sklerosis
dapat
menghambat
awal
pada
sistemik.
pasien
Namun,
dengan
ulkus
peptikum.
Ulkus
peptikum
penggunaan
Perawatan
scleroderma
komplikasi
beberapa
renal
berat
crisis
yang
pada
merupakan
ginjal.(1)
imunosupresan
Saat
bersama-sama
dapat
dengan
dilakukan
antibiotik
topikal
untuk
mempercepat
ulkus.
Kompres
antiseptik
agent
bersama-sama
dengan
merupakan
dipertimbangkan
untuk
dalam
digunakan
digitalis
digunakan
ini,
ulkus
kortikosteroid.
penyembuhan
harus
dihindari
obat
yang
sering
terapi
pada
pasien
yang
terinfeksi.
pengangkatan
menghambat
yang
atau
nekrotik
dapat
menginduksi
pemberian/bulan
dengan
antigen
Debridement
jaringan
dapat
metotrexat
digunakan
bersama
15-25mg/minggu
untuk
Beberapa
direkomendasikan
pilihan
pada
terapi
topikal
penatalaksanaan
di
Semakin
tua
usia,
menurun
sehingga
fungsi
rentan
saraf
semakin
terkena
penyakit
terjadi
tablet
atau
mengeras
siang
dan
tablet
24mg/hari.
Untuk
kulit
diberikan
kortikosteroid
malam
yang
topikal
yaitu
betametason.
kerusakan
saraf
sehingga
perlu
Untuk
mengurangi
kortikosteroid
efek
diturunkan
rebound,
setelah
(25,
terjadi
Neurodex
perbaikan
kondisi,
perlahan
dosis
pada
hari
ke-7
26)
Pada
kasus
yang
ini,
diberikan
mengandung
vitamin
vitamin
B1
1 atau 20mg/hari.
Tingkat kelangsungan hidup penderita sklerosis
Pada
kasus,
mencegah
diberikan
terjadinya
efek
ranitidine
untuk
samping
akibat
Der.Ven.Laps.Bangsal. 2016:1(1);1-9
8
dihubungkan dengan faktor jenis kelamin lakilaki, usia lebih tua, dan keterlibatan ginjal,
paru-paru dan jantung. Dalam beberapa dekade
terakhir tingkat kelangsungan hidup meningkat
seiring
berhasilnya penanganan
krisis
renal
Daftar Pustaka
1. Kabulrachman.
Scleroderma
and
dermatomyositis: an overview. In: Suteja
E, Gunawan H, Dwiyana RF, editors.
Autoimmune Skin and Related Disorders
Update
and
Comprehensive
Management. Bandung: Kelompok Studi
Imunodermatologi. PERDOSKI cabang
Bandung.
Departemen/SMF
Ilmu
Kesehatan
Kulit
dan
Kelamin
FK
Universitas Padjadjaran/ RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung.; 2013. p. 13.
2. Moinzadeh P, Denton CP, Krieg T, Black
CM. Fitzpatrick's Dermatology in General
Medicine. The Skin in Vascular and
Connective Tissue. 8th ed. Goldsmith
LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS,
Leffell DJ, Wolff K, editors. United Stated
of America: The McGraw-Hill Companies,
Inc.; 2012. 15 p.
3. Kowal-Bielecka O, Bielecki M, Kowal K.
Recent advances in the diagnosis and
treatment of systemic sclerosis. Pol Arch
Med Wewn. 2013;123(1-2):51-8.
4. Eisenberg ME, Nguyen BY, Karnath BM.
Clinical Features of Systemic Sclerosis.
Systemic Sclerosis. Clinical Features of
Systemic Sclerosis Wayne, PA: Turner
White Communications Inc. ; 2008. p.
33-8.
5. Pattanaik D, Brown M, Postlethwaite BC,
Postlethwaite
AE.
Pathogenesis
of
systemic sclerosis. Front Immunol.
2015;6(272):1-40.
6. Habtemichael A, Tesfamariam A, Tekie D,
Wienishet. Systemic sclerosis presenting
as CREST syndrome: A case report and
review. JEMA. 2013;4:1-3.
7. Poanta L, Fodor D, Albu A, Rednic S. The
role of ultrasound examination for
cardiovascular involvement in systemic
sclerosis. Med ultrason. 2009;11(2):1923.
8. Champion
HC.
The
Heart
in
Scleroderma. Rheum Dis Clin North Am.
2008;34(1):181-viii.
Der.Ven.Laps.Bangsal. 2016:1(1);1-9
9
therapeutic update. An Bras Dermatol.
2015;90(1):62-73.
20.
Yanaba K. Strategy for treatment of
fibrosis in systemic sclerosis: Present
and future. Journal of dermatology.
2016;43:46-55.
21.
Liu
D,
Ahmet
A,
Ward
L,
Krishnamoorthy P, Mandelcorn ED, Leigh
R, et al. A practical guide to the
monitoring and management of the
complications of systemic corticosteroid
therapy. Allergy, Asthma & Clinical
Immunology 2013;9(30):1-25.
22.
Hsiang KW, Ng YY, Lu CL, Lin HY,
Luo JC, Lin HC, et al. Corticosteroids
therapy and peptic ulcer disease in
nephrotic syndrome patients. Br J Clin
Pharmacol 2010;70(5):756-61.
23.
Gisbert JP, Gonzalez L, Calvet X,
Roque M, Gabriel R, Pajares JM. Proton
Der.Ven.Laps.Bangsal. 2016:1(1);1-9