Oleh :
Putri Iffah Musyahrofah, S. Ked
Telah diterima dan dipresentasikan sebagai salah satu tugas Bagian IlmuBedah
RSUD Raden Mattaher Jambi Program Studi
Pendidikan Kedokteran Universitas Jambi
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Jadi pembentukan tulang keras berasal dari tulang rawan (kartilago yang
berasal dari mesenkim). Kartilago memiliki rongga yang akan terisi olehosteoblas
(sel-sel pembentuk tulang). Osteoblas membentuk osteosit (sel-sel tulang). Setiap
satuan sel-sel tulang akan melingkari pembuluh darah dan serabut saraf
membentuk sistem havers. Matriks akan mengeluarkan kapur dan fosfor yang
menyebabkan tulang menjadi keras5.
Jenis osifikasi: 4,5
a. Osifikasi endokondral
Osifikasi endokondral adalah pembentukan tulang dari tulang rawan
Osifikasi endokondral terjadi di dalam suatu potongan tulang rawan hialin yang
bentuknya mirip ukuran kecil tulang yang akan dibentuk. Jenis osifikasi ini
terutama bertanggung jawab untuk pembentukan tulang pendek dan tulang
panjang. Tulang panjang dibentuk dari model tulang rawan dengan pelebaran
ujung-ujung (epifisis) suatu batang silindris (diafisis). Dalam pertumbuhan jenis
ini, urutan kejadian yang dapat diperhatikan adalah: (1). Kondrosit yang terdapat
pada bagian tulang rawan hialin mengalami hipertropik dan memulai sintesa
kolagen X dan vascular endothelial cell growth factor (VEGF); (2). Pembuluh
darah pada perikondrium memasuki bagian tengah dari tulang rawan, dimana
matriks akan mengalami kalsifikasi, osifikasi primer terbentuk; (3). Sel-sel
perikondrium bagian dalam membentuk bagian periosteal yang tipis pada titik
tengah poros tulang atau diafisis, periosteal akan membentuk tulang woven,
dengan pertumbuhan tulang intramembranosa yang nantinya akan menjadi
periosteum; (4). Pembuluh darah menginvasi rongga yang sebelumnya dibentuk
oleh kondrosit yang hipertropik dan sel-sel osteoprogenitor, dan sel-sel
hematopoetik yang menembus jaringan perivaskular; dan (5). Sel-sel
osteoprogenitor yang berdifferensiasi menjadi osteoblas yang tumbuh sejajar
dengan kalsifikasi tulang rawan dan akan menempati osteoid.3,5
b. Osifikasi intramembranosus
Osifikasi intramembranosus pembentukan tulang dari mesenkim, seperti
tulang pipih pada tengkorak. Osifikasi intramembranosa juga membantu
pertumbuhan tulang pendek dan penebalan tulang panjang. Di dalam lapisan
lapisan jatringan penyambung tersebut, titik permulaan osifikasi disebut sebagai
pusat osifikasi primer. Proses ini mulai ketika kelompok-kelompok sel yang
menyerupai fibroblast muda berdifferensiasi menjadi osteoblas. Kemudian terjadi
sintesa osteoid dan kalsifikasi, yang menyebabkan penyelubungan beberapa
osteoblas yang kemudian menjadi osteosit. Bagian lapisan jaringan penyambung
yang tidak mengalami osifikasi menghasilkan endosteum dan periosteum tulang
intramembranosa.
c. Osifikasi heterotopic
Osifikasi heterotopic pembentukan tulang di luar jaringan lunak
2.2.2 Epidemiologi
Simple bone cyst biasanya muncul pada dekade satu dan dua yaitu pada
anak-anak yang belum mengalami maturitas tulang. Kista sering terjadi pada anak
usia 5-15 tahun, dengan rata-rata umur adalah 9 tahun. Simple bone cyst
menyerang pada laki-laki 2 kali lebih sering dibandingkan wanita. Lesi ini
merupakan 3% dari seluruh jenis tumor tulang. Lebih sering terjadi pada tulang
panjang, proksimal humerus dan proksimal femur.Kista biasanya berada di regio
metafisis dan di tengah kanalis medularis tulang panjang.Pasien > 20 tahun sering
menderita kista tulang sederhana pada pelvis dan kalkaneus. Pasien jarang
mengalami multiple lesi.6,7
Pada tumor jinak tulang, Simple bone cyst menempati urutan ketiga atau
keempat pada anak setelah osteochondroma dan fibroma. Lesi ini bisa terjadi
bersamaan dengan tumor jinak lain seperti fibroma non-osifikasi.7
2.2.6 Diagnosis
Dari anamnesis diketahui adanya riwayat trauma. Pemeriksaan rontgen
menunjukan lesi radiolusen di regio metadiafisis tulang panjang.Lesi memiliki
pinggir yang jelas dan meluas, menipis pada permukaan endosteum dari
korteks.Bagian lesi memiliki pinggir tulang sklerotik.Lesi terpusat pada kanalis
medularis dan berada disepanjang aksis longitudinal batang humerus.Tidak
terdapat perluasan ke arah lempeng epifisis atau adanya reaksi periosteum.Juga
tidak terdapat soft tissue swelling. Adanya fraktur patologis membuat pasien
mengeluh rasa nyeri.6
Pada gambaran rontgen juga dapat ditemukan fraktur fragmen kortikal.
Fragmen ini telah menetap pada dasar lesi yang mengindikasikan keberadaan
ruang cairan dan bukan tumor yang solid yang disebut "fallen fragment" yang
merupakan tanda dari kista tulang sederhana.7
Gambar 2.7 rontgen os tibia, kista tulang sederhana pada regio distal diametafisis
tibia
Ct scan dan MRI tidak rutin diperlukan, pemeriksaan ini digunakan hanya
untuk evaluasi spinal dan pelvis.Karena area ini sulit dievaluasi menggunakan
film biasa. Selain itu CT scan dan MRI dibutuhkan untuk menilai komplikasi
berupa fraktur. CT scan untuk mendapatkan potongan axial, coronal, dan sagittal
secara akurat. Selain itu juga untuk menilai kelainan lemak, otot, dan beberapa
organ lainnya. Magnetic resonance imaging digunakan untuk menentukan dengan
tepat lokasi kista, untuk menilai seberapa afgresif penyakit ini, dan menentukan
dengan baik bentuk serta ukuran kista. 9
Beberapa peneliti menganjurkan menilai indeks kista untuk memprediksi
risiko fraktur patologis di masa mendatang. Indeks kista adalah dimensi terluas
kista dibagi dengan diameter diafisis pada tulang yang sama.9
2.7 Tatalaksana
Tujuan terapi adalah untuk mencegah fraktur patologis, mengurangi
morbiditas, dan mengembalikan ke gaya hidup normal. Terapi berupa konservatif
ataupun operasi. Untuk lesi yang asimptomatik terapi yang dilakukan adalah
konservatif dan observasi radiologi.Fraktur pada ekstremitas atas dapat diterapi
secara konservatif.Lesi yang besar dan terletak di ekstremitas bawah dan lesi
simptomatik, diterapi dengan kuretase (dengan atau tanpa cangkok atau internal
fiksasi) atau dengan aspirasi dan injeksi (sering menggunakan steroid, aspirasi
sumsum tulang, demineralisasai matriks tulang). Indikasi operasi adalah ; nyeri
dan ada fraktur patologik atau adanya risiko fraktur seperi kista yang besar dengan
weight-bearing area.10
Tujuan intervensi operasi pasien dengan simple bone cyst bersifat
individualis.Lesi asimptomatik dengan perawatan yang baik pada penebalan
kortek hanya membutuhkan observasi.Lesi dengan penipisan korteks (dengan atau
tanpa nyeri) membutuhkan intervensi bedah. Selain itu ekstremitas atas vs
ekstremitas bawah pada anak yang lebih muda (lebih banyak membutuhkan
imobilisasi) dan anak yang lebih dewasa (lebih sedikit membutuhkan imobilisasi)
membutuhkan pertimbangan operasi.9,10
Injeksi steroid, kuretase dan cangkok tulang merupakan terapi definitif kista
tulang soliter.Kuretase memiliki risiko tinggi untuk fraktur berulang. Injeksi
kortikosteroid memberikan hasil penyembuhan yang memuaskan pada 67%
hingga 96% pasien, tetapi penyembuhan lengkap membutuhkan injkesi yang
multiple. Namun demikian baik operasi terbuka ataupun injeksi steroid
menunjukan 100 % keberhasilan. Jika kuretase dilakukan, cangkok atau substitusi
tulang juga harus dilakukan.9,10
Berikut ini penjelasan tentang ketiga jenis operasi :
Kuratase :
Operasi dengan insisi atau membuka tulang untuk mendrainase cairan di dalam
kista.Sekali cairan telah di drainase, kuretase kemudian dilakukan dan garis
jaringan di kikis dari lesi, menggunakan kuret.
Bone Grafting:
Cangkok tulang dilakukan setelah kuretase, ruang kosong ditransplantasi
dengan donor jaringan tulang, potongan tulang diambil dari tulang lain atau
dari materil buatan.
Steroid injection:
Injeksi methylprednisolone acetate ke dalam lesi menolong mengurangi kadar
prostaglandin. Prostaglandin adalah asam lemak yang mengurangi kemampuan
kista intuk direabsorbsi ke dalam tulang.Untuk memulai operasi menggunakan
steroid, jarum biopsi diletakkan ke dalam kista dan cairan intersisial di
drainase.Kista kemudian diisi dengan kontras radiografi untuk menentukan
volume dan bentuk kista. Jika kista dapat diisi, injeksi methylprednisolone
acetate dilakukan untuk beberapa interval selama masa 6 – 12 bulan. Sekali
tingkat prostaglandin menurun, maka kista akan direabsorbsi ke dalam tulang
dan menghilang. Terapi menggunalan injeksi steroid lebih disukai dari pada
kuretase, tetapi terdapat risiko dari tindakan ini, diantaranya adalah fraktur dan
kekambuhan kista.
2.2.8 Prognosis
Hasil pengobatan bervariasi dengan lokasi atau ukuran kista dan usia pasien.
Kekambuhan tingkat kekambuhan lebih tinggi bila kista terjadi di humerus
proksimal daripada di tulang paha atau tibia.Bila kista terjadi pada tulang pipih,
kekambuhan jarang terjadi.Kista kecil memiliki tingkat kekambuhan yang lebih
rendah dibandingkan kista lebih besar. Kista yang terjadi pada pasien dalam
dekade 1 memiliki tingkat kekambuhan lebih tinggi.Tidak terjadi degenerasi ke
arah ganas pada kista tulang sederhana.10
Risiko kekambuhan adalah 17-50%, tergantung pada lokasi kista dan terapi
yang diberikan.Proksimal humerus memiliki kekambuhan tertinggi dibandingkan
dengan sisi lainnya.Faktor predisposisi dari kekambuhan adalah umur, kista di sisi
kanan, kista yang besar, kista multilokuler, dan fraktur.Kekambuhan sering terjadi
pada pasien yang berusia < 10 tahun. Kista tulang soliter menghilang pada usia>
25 tahun. Kekambuhan lebih sering pada perempaun dibandingkan laki-laki (30%
vs. 12.5%). Kista pada sisi kanan lebh sering kambuh mungkin karena
penggunaan tangan yang dominan. Kista aktif di dekat epifisis lebih sering
kambuh daripada kista laten yang tersebar dari epifisis. Kista multilokuler lebih
sering kambuh setelah kurtease karena dapat meninggalkan beberapa area di
belakang owing untuk penyembuhan garis fraktur lebih awal. Fraktur impacted
jarang kambuh karena kista akan obliterasi dengan kerusakan struktur kista
melalui penyembuhan tulang yang dipercepat. Pada fraktur unimpacted, kista
cenderung mempertahankan volume kista dan berisiko untuk fraktur ulang.10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Simple bone cyst/ solitary bone cyst/unilateral bone cyst merupakan suatu
rongga didalam tulang yang dibatasi oleh membrane yang tipis dan berisi cairan.
Simple bone cyst merupakan lesi menyerupai tumor yang bersifat jinak, berisi
cairan yang dikelilingi oleh fibrosa, sering terjadi pada anak-anak dan tidak
diketahui asalnya.
Simple bone cyst biasanya muncul pada dekade satu dan dua yaitu pada
anak-anak yang belum mengalami maturitas tulang. Kista sering terjadi pada anak
usia 5-15 tahun, dengan rata-rata umur adalah 9 tahun. Simple bone cyst
menyerang pada laki-laki 2 kali lebih sering dibandingkan wanita.
Kista lebih sering terjadi pada tulang panjang, proksimal humerus dan
proksimal femur. Kista biasanya berada di regio metafisis dan di tengah kanalis
medularis tulang panjang. Pasien > 20 tahun sering menderita kista tulang
sederhana pada pelvis dan kalkaneus. Pasien jarang mengalami multiple lesi.
Kebanyakan Simple bone cyst tidak menimbulkan gejala dan ditemukan secara
kebetulan. Beberapa kista ditemukan setelah tulang patah, karena tidak
menimbulkan gejala. Pasien mungkin menyadari adanya pembengkakan yang
sedikit nyeri pada area tulang jika kista menyebabkan tulang melebar. Gambaran
klinis yang sering dijumpai pada kelainan ini adalah adanya fraktur patologis.
Terapi berupa konservatif ataupun operasi. Untuk lesi yang asimptomatik
terapi yang dilakukan adalah konservatif dan observasi radiologi. Tujuan
intervensi operasi pasien dengan simple bone cyst bersifat individualis. Lesi
asimptomatik dengan perawatan yang baik pada penebalan kortek hanya
membutuhkan observasi.Lesi dengan penipisan korteks (dengan atau tanpa nyeri)
membutuhkan intervensi bedah. Risiko kekambuhan adalah 17-50%, tergantung
pada lokasi kista dan terapi yang diberikan
DAFTAR PUSTAKA
1. J Health Sci Inst. 2012;30(3):295-8 Simple bone cyst: a case report and
review 297 of the literature.
2. Chairuddin Rasjad. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Edisi ke-tiga. 2009.
Jakarta:PT. Yarsif Watampone.
3. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Ed. 6. Jakarta:
EGC; 2006
4. Bone tissue, diakses tanggal 5 Juni 2017 dari URL :
http://www.studyblue.com/notes/note/n/bone-tissue/238269
5. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Penterjemah: Irawati, Ramadani D, Indriyani F. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2006.
6. Harvey Teo, Eu-Leong. Felix S Chew. Simple Bone Cyst. Diakses dari
URL: http://reference.medscape.com/article/395783-overview
7. Kar Hao Teoh, Adam C Watts, Yu-Han Chee, Robin Reid, Daniel Edward
Porter, Predictive factors for recurrence of simple bone cyst of the proximal
humerus. Journal of Orthopaedic Surgery 2010;18(2):215-9
8. Bart Eastwood, DO; Chief Editor: Harris Gellman. Aneurysmal Bone
Cyst .2011.
9. Hou, Hsien-Yang; Karl Wu, Chen-Ti Wang, Shun-Min Chang, Wei-Hsin
Lei, and Rong-Sen Yang (2011). "Treatment of Unicameral Bone Cyst:
Surgical Technique". The Journal of Bone and Joint Surgery-American
Volume 93: 92–99. doi:10.2106/JBJS.J.01123.
10. Milan Kokavec, Martina Frištakova, Peter Polan, Gadi M. Bialik. Surgical
Options for the Treatment of Simple Bone Cyst in Children and
Adolescents.IMAJ VOL 12. Februari 2010. Diakses dari URL:
http://www.ima.org.il/FilesUpload/IMAJ/0/38/19447.pdf