DEFISIENSI BESI
Penyebab dan causal model
• Salah satu masalah gizi pada remaja dan dewasa yg menjadi masalah kesehatan
masyarakat adalah anemia gizi terutama negara berkembang termasuk Indonesia
Menurut WHO (2008)
• Anemia merupakan kondisi kurang darah yg terjadi ketika jumlah eritrosit kurang
dr normal/Hb rendah
• Penyebab anemia yg sering terjadi adalah defisiensi zat besi, meskipun defisiensi
asam folat, defisiensi asam folat, defisiensi vit B 12, dan zat besi serta vitamin
lainnya dan trace elements berperan pula terjadinya anemia
• Penyebab anemia antara lain infeksi akut dan kronis (malaria) serta diare kronis
• Anemia membawa dampak kurang baik pada remaja dan dewasa, dapat
mengakibatkan menurunnya kemampuan dan kosentrasi belajar, mengganggu
pertumbuhan, menurunkan kemampuan fisik olahragawan
Pengertian Anemia defisiensi Besi
• Anemia Defisiensi Besi (ADB) adalah anemia yang timbul akibat kosongnya
cadangan besi tubuh (depleted iron store) sehingga penyediaan besi
untuk eritropoesis berkurang, sehingga pembentukan hemoglobin (Hb)
berkurang.
• Anemia ini ditandai dengan rendahnya zat besi maupun cadangan besi yang ada
dalam tubuh baik dalam bentuk Serum Iron, transferin, feritin
• Penelitian di Indonesia mendapatkan prevalensi ADB pada anak balita sekita 30-
40%, pada anak sekolah 25-35% sedangkan hasil SKRT 1992 prevalensi ADB pada
balita sebesar 55,5%.
• ADB mempunyai dampak yang merugikan bagi kesehatan anak berupa gangguan
tumbuh kembang, penurunan daya tahan tubuh dan daya konsentrasi serta
kemampuan belajar sehingga menurunkan prestasi belajar di sekolah.
DIAGNOSIS
I. Anamnesis
I. Medikamentosa
• Asam askorbat 100 mg/15 mg besi elemental (untuk meningkatkan absorbsi besi).
III. Suportif
• Makanan gizi seimbang terutama yang mengandung kadar besi tinggi yang
bersumber dari hewani (limfa, hati, daging) dan nabati (bayam, kacang-kacangan).
PEMANTAUAN
I. Terapi
• Periksa kadar hemoglobin setiap 2 minggu
• Kepatuhan orang tua dalam memberikan obat
• gejala sampingan pemberian zat besi yang bisa berupa gejala gangguan gastro-
intestinal misalnya konstipasi, diare, rasa terbakar diulu hati, nyeri abdomen dan
mual. Gejala lain dapat berupa pewarnaan gigi yang bersifat sementara.
II. Tumbuh Kembang
• Penimbangan berat badan setiap bulan
• Perubahan tingkah laku
• Daya konsentrasi dan kemampuan belajar pada anak usia sekolah dengan
konsultasi ke ahli psikologi
• Aktifitas motorik
Langkah Promotif/Preventif
• Upaya penanggulangan AKB diprioritaskan pada kelompok rawan yaitu BALITA,
anak usia sekolah, ibu hamil dan menyusui, wanita usia subur termasuk remaja
putri dan pekerja wanita.
• Upaya pencegahan efektif untuk menanggulangi AKB adalah dengan pola hidup
sehat dan upaya-upaya pengendalian faktor penyebab dan predisposisi terjadinya
AKB yaitu berupa penyuluhan kesehatan, memenuhi kebutuhan zat besi pada
masa pertumbuhan cepat, infeksi kronis/berulang pemberantasan penyakit cacing
dan fortifikasi besi.
Proses absorbsi besi dipengaruhi faktor antara lain:
1. Heme-iron akan lebih mudah diserap dibandingkan nonheme-iron
3. Asam lambung akan membantu penyerapan besi
4. Absorbsi besi dihambat kompleks phytate dan fosfat
5. Bayi dan anak-anak mengabsorbsi besi lebih tinggi dari orang dewasa
karena proses pertumbuhan
6. Absorbsi akan diperbesar oleh protein
Faktor gizi penyebab anemia
a. Anemia defisiensi besi . kekurangan zat besi, zat ini dibutuhkan utk sinteisis Hb
dlm pembekuan sel darah merah. Anemia zat besi ditandai pengecilan ukuran sel
darah merah dan penurunan kadar Hb. Faktor resiko anemia gizi besi yaitu
rendahnya intake besi, penyerapan besi yg rendah akibat tingginya komsumsi
komponen fitat /fenol
b. Anemia defisiensi asam folat. Folat zat gizi yg ditemukan pada buahan citrus dan
sayuran berdaun hiaju. Bila secara lama kurang mengkomsumsi mengakibatkan
defisiensi asam folat. Ketidak mampuan menyerap asam folat dr pangan dptm
negalami defisiensi. Kekurangan asam folat menyebabkan anemia megaloblastik
yaitu sel darah merah besar dr normal
c. Anemia defisiensi vit B 12. karena kekurangan pangan sumber vit B12 jarang
terjadi, namun sering terjadi karena usus halus tidak dapat menyerap vit ini.
Kekurangan vit ini menyebabkan anemia megaloblastik
d. Anemia akibat defisiensi vit C. tubuh memerlukan vit C untuk menghasilkan sel
darah merah, membantu tubuh menyerap zat besi
Faktor non gizi yang menyebabkan anemia sbb
1. Banyak kehilangan darah. Perdarahan . Perdarahan ada 2 jenis yaitu perdarahan
eksternal (perdarahan yg terjadi secara mendadak dalam jumlah banyak) dan
pedarahan konis (perdarahan yg terjadi sedikit demi sedikit) contoh infeksi cacing
tambang, menstruasi
2. Rusaknya sel darah merah. Seperti malaria, thalasemia
3. Kurangnya sel darah merah . Karena makanan yg dikomsumsi kurang
mengandung zat gizi terutama besi, asam folat, vit B 12, vit C dan zat gizi
lainnya
• Hb adalah sejenis pigmen yg terdapat dalam sel darah merah membawa oksiegn
dr paru-paru kejaringan tubuh
2. Anemia Hemolitik. Anemia ini terjadi akibat hemolisis eritrosit yang berlebihan
yang masih dibagi lagi karena faktor intra sel, misalnya Thalasemia, dan
Hemoglobinopatiyang berlebihan. Serta karena faktor ekstra sel. Misal infeksi,
intoksikasi, Auto Imun.
3. Anemia defisiensi. Yaitu yang disebabkan oleh kurangnya faktor nutrisi yang
diperlukandalam pembentukan maupun pematangan eritrosit, yaitu Zat Besi,
Vitamin B 12, sertaasam folat. (Anemia Defisiensi Besi termasuk jenis ini)
4. Anemia Aplastik. Anemia ini disebabkan berhentinya produksi sel darah oleh
sumsum tulang.
Ibu Hamil Rentan Anemia.
• Anemia dalam masa kehamilan merupakan hal yang sering terjadi. World Health
Organization (WHO) melaporkan bahwa 35-75% perempuan pada negara
berkembang dan 18% perempuan pada negara maju mengalami anemia dalam
masa kehamilan.
Anemia dalam kehamilan dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Anemia akibat perubahan yang normal terjadi dalam kehamilan
2. Anemia akibat adanya hal yang tidak normal.
• Mengapa anemia dapat timbul tanpa adanya abnormalitas selama masa
kehamilan? Karena selama kehamilan, jumlah plasma ibu meningkat sampai 50%
(sekitar 1000 cc). Jumlah sel darah juga meningkat, tapi hanya 25% dan baru
timbul pada kehamilan akhir. Hal inilah yang menyebabkan kadar hemoglobin
merosot.
• Penyebab anemia yang paling sering pada kehamilan selain anemia fisiologis yang
telah dijelaskan di atas adalah anemia defisiensi besi. Kekurangan zat gizi yang satu
ini merupakan penyebab 75% kasus anemia dalam kehamilan. Angka kejadiannya
pada trimester pertama hanya 3-9%, dan meningkat 16-55% pada trimester ketiga.
Biasanya anemia jenis ini terjadi pada ibu yang mengalami mual dan muntah yang
berlebihan atau memiliki penyakit kronik.
• Total simpanan besi tubuh pada perempuan tidak hamil adalah 2,2 g dan jumlah
ini meningkat 3,2 g pada ibu hamil. Sekitar 500-600 mg di antaranya digunakan
untuk membentuk sel darah merah, dan 300 mg di antaranya digunakan oleh
janin.
• Pada ibu hamil dengan simpanan zat besi yang cukup, kebutuhan zat besi harian
adalah 27 mg per hari. Berbeda dengan ibu yang tidak hamil, yaitu hanya
membutuhkan 18 mg per hari. Kebutuhan yang tinggi ini berusaha dicapai oleh
tubuh dengan cara meningkatkan kapasitas penyerapan besi di usus. Selama
kehamilan, usus dapat menyerap besi 40% lebih banyak. Namun, penelitian
menunjukkan bahwa ibu hamil sangat sulit mengejar kebutuhan besi melalui
asupan makanan saja, terutama setelah memasuki paruh akhir kehamilan. Bahkan
perempuan yang sehat pun seringkali tidak memiliki simpanan besi yang cukup
untuk menunjang kebutuhan selama kehamilan.
• Anemia akibat defisiensi besi perlu dibedakan dengan anemia akibat perubahan
fisiologis. Caranya adalah dengan memeriksakan kadar simpanan besi yaitu ferritin
dan kadar besi dalam darah yaitu serum iron. Kadar serum iron dan ferritin yang
rendah jelas menggambarkan keadaan defisiensi besi. Namun terkadang, defisiensi
besi belum sampai menyebabkan simpanan besi tubuh berkurang sehingga yang
terlihat dalam pemeriksaan adalah kadar serum iron yang turun. Jika pasien
minum suplementasi besi beberapa hari sebelum pemeriksaan pun, kadar serum
iron dapat terlihat normal.
• Untuk mencegah keadaan defisiensi besi selama kehamilan, WHO
merekomendasikan suplementasi besi 60 mg/hari yang dimulai sesegera mungkin
setelah kehamilan diketahui dan diberikan sepanjang masa kehamilan.
• PENYEBAB ANEMIA
Anemia pada kehamilan disebabkan :
• Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin.
• Kurangnya asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi ibu hamil
• Pola makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan
• Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi (Fe) pada wanita akibat
persalinan sebelumnya dan menstruasi.
GEJALA ANEMIA
• Gejala yang umum timbul adalah berdebar-debar, pucat, bernafas lebih cepat,
cepat lelah, dan sakit kepala, rasa lemah, letih, pusing, kurang nafsu makan,
menurunnya kebugaran tubuh dan gangguan penyembuhan luka.
DAMPAK ANEMIA PADA WANITA HAMIL
• Efek anemia bagi ibu dan janin bervariasi dari ringan sampai berat. Bila
kadar hemoglobin lebih rendah dari 6 g/dL, maka dapat timbul komplikasi
yang signifikan pada ibu dan janin. Kadar hemoglobin serendah itu tidak
dapat mencukupi kebutuhan oksigen janin dan dapat menyebabkan gagal
jantung pada ibu. Beberapa penelitian juga menemukan hubungan antara
anemia ibu pada trimester satu dan dua dengan kelahiran prematur
(kurang dari 37 minggu).
• Selain itu anemia pada ibu hamil juga menyebabkan hambatan pada
pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak, Abortus, lamanya
waktu partus karena kurang daya dorong rahim, pendarahan post –
partum, rentan infeksi, rawan dekompensasi cordis pada penderita
dengan Hb kurang dari 4 g – persen.
• Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan shock bahkan kematian ibu
saat persalinan, meskipun tak disertai pendarahan, kematian bayi dalam
kandungan, kematian bayi pada usia sangat muda serta cacat bawaan, dan
anemia pada bayi yang dilahirkan.
DIAGNOSA
• Diagnosis Anemia pada ibu hamil melalui pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb)
PENANGANAN
• Selain terapi obat penanganannya dilakukan dengan terapi diet. Untuk memenuhi
asupan zat besi, tingkatkan konsumsi bahan makanan tinggi zat besi (Fe) misalnya
makanan hewani, kacang-kacangan, dan sayuran berwarna hijau tua. Defisiensi
besi bukan satu-satunya penyebab anemia, tetapi apabila prevalensi anemia tinggi,
defisiensi besi biasanya dianggap sebagai penyebab yang paling dominan.
Pertimbangan itu membuat suplementasi tablet besi folat selama ini dianggap
sebagai salah satu cara yang sangat bermanfaat dalam mengatasi masalah anemia.
• Anemia dapat diatasi dengan meminum tablet besi atau Tablet Tambah Darah
(TTD). Kepada ibu hamil umumnya diberikan sebanyak satu tablet setiap hari
berturut-turut selama 90 hari selama masa kehamilan. TTD mengandung 200 mg
ferrosulfat, setara dengan 60 miligram besi elemental dan 0.25 mg asam folat.
Pada beberapa orang, pemberian preparat besi ini mempunyai efek samping
seperti mual, nyeri lambung, muntah, kadang diare, dan sulit buang air besar. Agar
tidak terjadi efek samping dianjurkan minum tablet setelah makan pada malam
hari.
ANGKA KECUKUPAN BESI (Fe)
• Bayi : 3–5mg
• Balita : 8–9mg
• Anaksekolah : 10mg
• Remaja laki–laki : 14–17mg
• Remaja perempuan : 14–25mg
• Dewasa laki–laki : 13mg
• Dewasa perempuan : 14–26mg
• Ibu hamil : +20mg
• Ibu menyusui : +2mg
•
Etiologi
• Penyakit yang menyebabkan anemia dalam kehamilan:
• Yang didapat: anemia defisiensi besi, anemia akibat perdarahan, anemia akibat
radang atau keganasan, anemia megaloblastik, anemia hemolitik didapat, anemia
aplastik atau hipoplastik.
• Yang diturunkan/herediter: talasemia, hemoglobinopati sel sabit, hemoglobinopati
lain, anemia hemolitik herediter.
• Dua penyebab yang paling sering ditemukan adalah anemia akibat defisiensi besi
dan akibat perdarahan.
Komplikasi
• Abortus, persalinan preterm, partus lama karena inersia uteri, perdarahan
pascapersalinan karena atonia uteri, syok, infeksi intra persalinan maupun
pascapersalinan, payah jantung pada anemia yang sangat berat, hingga kematian
bagi ibu. Janin yang dikandungnya dapat mengalami kematian, prematuritas, cacat
bawaan, hingga kekurangan cadangan besi.
• METODE SURVEILANS
Tujuan Surveilans
• Tujuan surveilans anemia gizi besi adalah untuk memberikan gambaran, data, dan
informasi epidemiologi anemia gizi besi yang meliputi tren atau perkembangan
masalah dan besaran masalah anemia gizi besi.
Komponen Operasional Surveilans
• Bila puskesmas, bisa saja wilayah kerjanya mencakup satu atau lebih kecamatan.
• Bila rumah sakit, wilayah kerjanya bisa mencakup kecamatan atau kabupaten.
• Semua pasien yang datang berobat atau memeriksakan diri dari kelompok umur
diamati karena cut off point tiap kelompok umur berbeda sehingga trigger level
untuk tiap kelompok umur juga berbeda.
• Jika surveilans mampu menyediakan data dan informasi prevalensi anemia gizi besi
untuk setiap kelompok umur, maka dapat diketahui tren penyakit anemia
defisiensi besi tiap kelompok umur dan dapat dijaring populasi mana yang
beresiko untuk perencanaan selanjutnya.
Bahan atau data apa yang dikumpulkan
• Tujuan surveilans anemia gizi besi ini adalah untuk memberikan gambaran tren
penyakit atau kejadian anemia, maka data penting yang harus dikumpulkan adalah
data prevalensi atau angka kejadian anemia karena defisiensi zat besi (bukan
anemia karena sebab yang lain) menurut kelompok umur, jenis kelamin, dan
kondisi fisiologis.
• Data tambahan yang mungkin diperlukan antara lain nama penderita, nama KK,
alamat tempat tinggal dan tempat kerja, pekerjaan, pendapatan, dan tingkat
pendidikan.
• Data tambahan ini diperlukan untuk analisis lebih lanjut tentang factor-faktor yang
mempengaruhi anemia, penyebaran penyakit, dan factor penyebab tidak langsung
yang berkaitan dengan kondisi non gizi untuk perencanaan intervensi. Tetapi
dalam pengumpulan data ini tidak diperoleh data tambahan.
3 Di mana dan waktu pengambilan data
• Pengambilan data harus memperhatikan jenis dan sifat datanya.
• Untuk data prevalensi dan angka kejadian anemia gizi besi dapat diambil di instansi
pelayanan kesehatan seperti RS, puskesmas, klinik, dinkes di bagian gizi dan
penyakit.
• Untuk data tambahan dapat diambil di instansi yang bersangkutan misalnya kantor
kelurahan atau kecamatan setempat, kantor kependudukan, BPS, Litbangkes, atau
dengan mencari data langsung di masyarakat.
• Dalam surveilans ini data diambil di lokasi RS Islam Surabaya pada hari Rabu, 9 juni
2010.
Siapa yang menjadi sumber data
• Sumber data dipilih berdasarkan tempat pengambilan data. Apabila data
didapatkan dari instansi pelayanan kesehatan (RS, puskesmas, klinik, dinkes), maka
yang menjadi sumber data adalah petugas surveilans di instansi tersebut dan
kader atau petugas yang mengelola data kunjungan dan laporan penyakit pasien di
RS Islam Wonokromo Surabaya.
• Diseminasi data dan informasi akan dilakukan dalam bentuk pembuatan power
point untuk dapat dipresentasikan dengan jelas di depan pihak-pihak pemanfaat
data dan informasi.
Analisis
• Data yang diperoleh dari yg terkait dengan kasus anemia dikelompokkan menjadi
dua kelompok kasus yakni anemia gizi besi (defisiensi zat besi) dan anemia karena
sebab lain seperti anemia pada penyakit kronis atau perdarahan. Data anemia
tersebut dikumpulkan dari rekapitulasi
• Data anemia juga disajikan menurut kelompok umur dan jenis kelamin sehingga
dapat diketahui angka kejadian anemia tiap kelompok umur . Data yang diperoleh
sudah merupakan data rekap sehingga di sini tertera angka kejadian atau kasus
yang telah didiagnosis anemia, bukan lagi data mentah yang berupa kadar
hemoglobin pasien yang belum didiagnosis pasti sebagai anemia.
Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas surveilans di RS Islam, pasien yang
didiagnosis mengalami anemia selanjutnya menjalani pemeriksaan laboratorium
untuk membedakan sebab anemia tersebut.
Perbedaan penyebab anemia dapat diketahui dengan melihat bentuk sel darah
merah secara mikroskopis sehingga dapat menghasilkan data tentang anemia
menurut penyebabnya. Pada pembahasan ini, anemia gizi besi menjadi focus
analisis utama karena berkaitan dengan masalah gizi.
PENCEGAHAN Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Defisiensi Besi
a. Meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan Mengkonsumsi pangan hewani
dalam jumlah cukup
b. Memakan beraneka ragam makanan yang memiliki zat gizisaling melengkapi
termasuk vitamin yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi, sepertivitamin
C. Peningkatan konsumsi vitamin . Buah-buahan segar dan sayuran sumber
vitamin C, namun dalam proses pemasakan 50 - 80 % vitamin C akan rusak.
D. Mengurangi konsumsi makanan yang bisa menghambat penyerapan zat besi
seperti :fitat, fosfat, tannin.
Di Indonesia pil besi yang umum digunakan dalamsuplementasi zat besi adalah
frrous sulfat. Efek samping dari pemberian besi peroral adalahmual,
ketidaknyamanan epigastrium, kejang perut, konstipasi dan diare.
Efek ini tergantung dosis yang diberikan dan dapat diatasi dengan mengurangi
dosis dan meminum tablet segera setelah makan ataubersamaan dengan
makanan.
Fortifikasi zat besiFortifikasi adalah penambahan suatu jenis zat gizi ke
dalam bahan pangan untuk meningkatkankualitas pangan .
Kesulitan untuk fortifikasi zat besi adalah sifat zat besi yang reaktif
dancenderung mengubah penampilanm bahan yang di fortifikasi.