Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan yang sedang dilaksanakan di Indonesia pada
hakekatnya

adalah

pembangunan

manusia

seutuhnya

dan

pembangunan seluruh rakyat Indonesia yang berdasarkan pancasila


dan undang-undang dasar 1945, meskipun hal ini tidak terlepas dari
ancaman dan hambatan. Salah satu bentuk dari ancaman dan
hambatan dalam pembangunan tersebut adalah masalah kriminalitas
atau kejahatan. Tindak kejahatan bisa dilakukan secara sadar yaitu
dengan difikirkan, direncanakan dan diarahkan pada satu maksud
tertentu.6
Sebagai Negara yang berdasar atas hukum, maka seluruh
tatanan kehidupan bermasyarakat dan bernegara harus berdasarkan
atas hukum yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan memberi hukuman bagi yang bersalah. Selain memberi
hukuman bagi mereka yang bersalah, negara juga memberi kewajiban
untuk membina mereka yang telah melanggar hukum atau melakukan
tindak kejahatan.9
Mengingat Negara berkewajiban membina mereka yang
bersalah, maka berdasarkan UU RI No 12 Tahun 1995 tentang sistem
pemasyarakatan, maka didirikanlah Lembaga Pemasyarakatan yang
merupakan suatu tempat atau rangkaian penegakan hukum yang
bertujuan

agar

warga

binaan

Pemasyarakatan

menyadari

kesalahannya, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana


sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat
aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar
sebagai Warga Negara yang baik dan bertanggung-jawab. 11
Sesuai dengan UU RI No 12 tahun 1995 pasal 1 ayat 6 dan 7,
terpidana adalah seseorang yang dipidana berdasarkan putusan
pengadilan

yang

telah

memperoleh

kekuatan

hukum

tetap.

Sedangkan Narapidana adalah Terpidana yang menjalani pidana


hilang kemerdekaan dalam jangka waktu yang sudah ditentukan oleh
pengadilan dan ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan. 11
Menjalani

kehidupan

sebagai

narapidana

di

Lembaga

Pemasyarakatan bukan merupakan sesuatu yang menyenangkan.


Individu dituntut melakukan penyesuaian terhadap kehidupan di dalam
Lembaga Pemasyarakatan. Penyesuaian yang dilakukan terhadap
kehidupan narapidana tersebut membutuhkan variabel waktu. 9
Masa hukuman narapidana yang satu dengan yang lainnya
berbeda. Lama hukuman yang harus dijalani oleh para narapidana
didasarkan atas berat ringannya tindak kejahatan yang dilakukan oleh
narapidana tersebut. Hal ini diatur dalam Undang-Undang Hukum
Pidana yang memuat tentang seluruh tindak kejahatan yang dilakukan
masyarakat beserta sanksi-sanksinya.9
Menurut pendapat Doelhadi (1997), selama berada di
Lembaga Pemasyarakatan, ruang gerak narapidana dibatasi dan
mereka terisolasi dari masyarakat. Keadaan seperti ini dapat menjadi

stressor yang menyebabkan stress pada narapidana. Stress yang


dirasakan oleh individu yang menimbulkan upaya untuk melakukan
reaksi terhadap stress yang dialaminya. Reaksi tersebut merupakan
suatu aktivitas untuk melakukan penyesuaian diri terhadap situasi
perangsang tertentu, yang apabila tidak dilakukan dengan baik akan
menyebabkan gangguan fisik maupun kejiwaan.9
Klien di Lembaga Pemasyarakatan memiliki kebebasan yang
terbatas, karena semua aktifitas dilakukan di dalam Lembaga
Pemasyarakatan.12
Hans seyle berpendapat bahwa stres adalah suatu respon
umum non spesifik terhadap tuntutan fisik ataupun emosional, baik
dari dalam lingkungan maupun luar lingkungan. 1
Dalam skala Holmes dan Rahe tentang cara mengukur
stress, menyebutkan bahwa hukuman penjara dapat menimbulkan
stress sebesar 63 %.2
Fahruddin (2008) berpendapat bahwa Para narapidana yang
berada di Lembaga Pemasyarakatan adalah orang-orang yang
mengalami masalah dan tekanan-tekanan tertentu yang akan
berdampak pada kesehatan fisik dan mentalnya. Salah satu
permasalahan besar pada penghuni Lapas yang memerlukan
perhatian khusus adalah masalah stress. Dengan kondisi lingkungan
Lembaga Pemasyarakatan yang serba terbatas, baik sarana dan
prasarananya,

ditambah

dengan

pergaulan

dengan

sesama

narapidana dari berbagai macam tindak kejahatan, dan juga

narapidana merasa kehilangan kemerdekaannya dalam waktu yang


relatif lama maka wajar apabila narapidana mengalami stress. 6
Lebih dari 9 juta orang di penjara di seluruh dunia saat ini.
Populasi Tahanan Penjara di kebanyakan Negara meningkat dengan
tajam pada awal tahun 1900-an. Jumlah tahanan Amerika Serikat
adalah yang terbanyak berdasarkan Negara, melebihi 2 juta jiwa;
70% nya merupakan tahanan dengan kasus narkoba. 6
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia tahun 2013, jumlah
Penghuni Lembaga Pemasyarakatan di seluruh Indonesia saat ini
mencapai 157.684 orang, dimana 50.751 orang adalah Tahanan dan
106.933 orang adalah Narapidana.10
Menurut Kepala Kantor Kementerian Hukum & HAM RI
perwakilan Sulawesi Selatan, F.Haru Tamtomo, jumlah Narapidana
dan tahanan pada Lapas dan Rutan sampai tanggal 17 Agustus 2014
mencapai

5.447.000

orang

yang

terdiri

dari

Lembaga

Pemasyarakatan di Sulawesi Selatan. Dengan rincian Narapidana pria


sebanyak 2.834 orang, Narapidana wanita sebanyak 177 orang, serta
Tahanan pria sebanyak 2.267 orang dan Tahanan wanita sebanyak
169 orang. Untuk Lembaga Pemasyarakatan Kelas I mencapai
582.000 orang.8
Berdasarkan

data

yang

diperoleh

dari

Lembaga

Pemasyarakatan Kelas I Makassar tahun 2014, jumlah Penghuni

Lembaga Pemasyarakatan mencapai 1.080 orang, yang terdiri dari


tahanan 340 orang dan narapidana 740 orang. Sedangkan jumlah
penghuni Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Makassar pada bulan
Januari sampai Mei tahun 2015 mencapai 811 orang, yang terdiri dari
tahanan anak 82 orang, narapidana anak 16 orang serta tahanan
dewasa 98 orang dan narapidana dewasa sejumlah 615 orang. 4
Stress merupakan respon tubuh terhadap stressor psiksosial
(tekanan mental/beban kehidupan), sehingga dari latar belakang
tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengetahui apakah ada
hubungan antara lama menjalani masa hukuman dengan tingkat
stress pada Penghuni Lapas di wilayah lembaga pemasyarakatan
Kelas I Makassar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat
dirumuskan masalah yaitu apakah ada hubungan lama masa
hukuman dengan tingkat stress pada Penghuni Lapas Di Wilayah
Lembaga Pemayarakatan Kelas I Makassar?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan lama masa hukuman dengan tingkat
stress

pada

Penghuni

Lapas

Pemasyarakatan Kelas I Makassar.


2. Tujuan Khusus

Di

Wilayah

Lembaga

Mengetahui hubungan lama masa hukuman dengan tingkat


stress

pada

Penghuni

Lapas

Di

Wilayah

Lembaga

Pemasyarakatan Kelas I Makassar.


D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut :
1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai masukan bagi para ilmuwan dalam usaha
mengembangkan

Ilmu

Keperawatan

Jiwa

khususnya

yang

berkaitan dengan hubungan lama masa hukuman dengan tingkat


stress

pada

Penghuni

Lapas

Di

Wilayah

Lembaga

Pemasyarakatan Kelas I Makassar.


2. Bagi Peneliti
Bermanfaat sebagai wadah latihan dan pengembangan
keilmuan yang telah diperoleh serta mengaplikasikannya dalam
membantu mengatasi gangguan jiwa di masyarakat. Melalui
penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan para
peneliti tentang hubungan lama masa hukuman dengan tingkat
stress

pada

Penghuni

Lapas

Di

Wilayah

Lembaga

Pemasyarakatan Kelas I Makassar.


3. Bagi Masyarakat
a. Bagi Lembaga Pemasyarakatan
Penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagaimana
mencermati

kondisi

fisik maupun

psikologis pada

para

tahanan/narapidana, serta dapat digunakan sebagai bahan


pertimbangan dan acuan dalam melakukan pembinaan kepada
para

tahanan/narapidana

sehingga

akan

lebih

mudah

mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi pada

tahanan/narapidana

selama

menjalani

kehidupan

khususnya yang berkaitan dengan tingkat stress.


b. Bagi Narapidana
Hasil penelitian ini diharapkan dapat

di

LP,

memberikan

gambaran dan pemahaman baru bagi para tahanan/narapidana


untuk mengetahui sejauh manakah tingkat stress yang mereka
miliki, sehingga diharapkan mampu memahami dan menyadari
kesalahan, serta memperbaiki diri untuk tidak mengulangi
tindakan pidana lagi dan mampu memulai kehidupan barunya
dengan baik setelah selesai menjalani masa hukuman.
E. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis Null (H0)
Tidak ada hubungan lama masa hukuman dengan tingkat
stress

pada

Penghuni

Lapas

Di

Wilayah

Lembaga

Pemasyarakatan Kelas I Makassar.


2. Hipotesis Alternatif (Ha)
Ada hubungan lama masa hukuman dengan tingkat stress
pada Penghuni Lapas Di Wilayah Lembaga Pemasyarakatan
Kelas I Makassar.

Anda mungkin juga menyukai