TINJAUAN PUSTAKA
dibawah kadar normal setiap individu akibat kekurangan satu atau lebih nutrisi yang
Berikut dapat dilihat pada gambar tabel 1 kadar hemoglobin yang dapat dikatakan
dikelompokan kedalam beberapa kelompok yaitu : bukan anemia, anemia ringan, anemia
anemia pada anak usia pre-sekolah yaitu 47,4% dan angka paling rendah ditemukan pada
orang dewasa melalui survey yang diadakan tahun 1993 sampai 2005. Dari hasil survey
yang dilakukan didapatkan juga angka prevalensi anemia 25,4% pada anak usia
sekolah.[1]
Anemia nutrisional merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling banyak
nutrisional. Beberapa studi menunjukan bahwa 50% dari semua anemia diakibatkan
defisiensi besi.[2]
Defisiensi besi dan anemia yang dihasilkan akibat defisiensi besi tersebut,
merupakan suatu masalah kesehatan penting yang mempengaruhi lebih dari 3,5 miliyar
orang di negara berkembang, mengurangi vitalitas pada kelompok usia muda dan tua,
merukan defisiensi yang tersembunyi karena hanya terdapat beberapa gejala saja yang
terlihat.[3]
yang pernah dilakukan didapatkan angka sekitar 25-35% sedangkan berdasarkan SKRT
tahun 1992 didapatkan angka prevalensi anemia defisiensi besi sebesar 55,5% pada balita
di Indonesia.[4]
C. Etiologi Anemia Nutrisional
patologis yang menyebabkan kadar hemoglobin dalam darah rendah dibawah nilai
normal, akibat kekurangan satu atau beberapa nutrisi. Nutrisi utama yang terlibat dalam
sintesis hemoglobin adalah zat besi, asam folat dan vitamin B12.[3]
Dalam dunia kesehatan masyarakat, defisiensi zat besi atau kekurangan zat besi
sejauh ini merupakan penyebab utama anemia nutrisional di seluruh dunia. Defisiensi
asam folat lebih jarang ditemukan kasusnya dan sering di observasi bersamaan dengan
defisiensi zat besi, sedangkan untuk kasus defisiensi vitamin B12 lebih jarang lagi
ditemukan.[2, 3]
Defisiensi zat besi merupakan penyebab yang paling sering dijumpai, namun
bukan merupakan satu – satunya penyebab anemia. Penyebab lain anemia yaitu infeksi
asam folat.[3]
biasanya berhubungan dengan anemia defisiensi besi. Pada kasus berat, kapasitas untuk
menjaga suhu tubu tetap normal juga berkurang. Selain itu, anemia berat merupakan
kasus yang mengancam nyawa. Pada tabel 1 dapat dilihat WHO telah membagi anemia
1. Pengertian[4]
Istilah anemia defisiensi besi digunakan untuk menggambarkan anemia
yang disebabkan oleh defisiensi zat besi yang diperlukan untuk sintesis
hemoglobin.
2. Etiologi[3, 4, 5]
Persediaan besi yang kurang karena berat badan lahir rendah atau lahir
kembar.
Malabsorbsi
heme
dan poliposis.
Pada anak usia 1 tahun, yang merupakan periode pertumbuhan cepat dan
masa remaja, kebutuhan zat besi akan meningkat sehingga angka insiden
anemia defisiensi besi tinggi. Berat badan bayi akan meningkat 3 kali dan
massa hemoglobin akan mencapai 2 kali lipat dalam sirkulasi pada bayi
umur 1 tahun disbanding saat lahir. Selain itu menstruasi dapat pula
lewat menstruasi.
makanan yang tidak adekuat atau malabsorbsi besi. Pada tahun pertama
Bayi cukup bulan dapat menyerap sekitar 200 mg besi selama 1 tahun
akibat berkurangnya jumlah asam lambung dan makanan lebih cepat melalui
bagian atas usus halus dimana tempat penyerapan utama besi heme dan non
heme terjadi.
c) Perdarahan
anemia.
3. Patofisiologi[3,4]
besi.
a) Tahap Pertama
Tahap ini disebut ion depletion atau storage iron deficiency, ditandai dengan
dan fungsi protein besi lainnya masih normal namun pada keadaan ini
masih normal.
b) Tahap Kedua
Tahap kedua dikenal istilah iron deficient erythropoietin atau iron limited
erythrophoiesis. Pada tahap kedua ini didapatkan suplai besi yang tidak
sedangkan nilai TIBC (total ion binding capacity) dan FEP (free erythrocyte
porphyrin) meningkat
c) Tahap Ketiga
Tahap ketiga disebut sebagai iron deficiency anemia. Tahap ini terjadi
apabila besi yang menuju eritroid sumsum tulang tidak cukup sehingga
progresif.
4. Gejala Klinis[1,4, 5]
Gejala klinis pada anemia defisiensi besi sering tidak disadari oleh penderita
karena terjadi secara perlahan dan sifatnya tidak spesifik. Diagnosis biasanya
Gejala umum yang sering terjadi adalah pucat. Gejala lain yang dapat timbul
akibat kekurangan besi adalah penurunan aktivitas kerja dan penurunan daya
tahan tubuh terhadap infeksi. Kekurangan zat besi di dalam otot jantung
menyebabkan terjadinya gangguan kontraktilitas otot organ tersebut. Anak yang
menderita ADB lebih mudah terserang infeksi karena defisiensi besi dapat
Dampak kekurangan besi tampak pula pada kuku berupa permukaan yang
kasar, mudah terkelupas dan mudah patah. Bentuk kuku seperti sendok (spoon-
shaped nails) yang juga disebut sebagai kolonikia terdapat pada 5,5% kasus ADB.
dalam proses epitialisasi. Papil lidah mengalami atropi. Pada keadaan ADB berat,
lidah akan memperlihatkan permukaan yang rata karena hilangnya papil lidah.
Mulut memperlihatkan stomatitis angularis dan ditemui gastritis pada 75% kasus
ADB.
3. Pemeriksaan Laboratorium[1, 4, 6]
Pemeriksaan status besi (Fe serum, TIBC, saturasi transferin, FEP, feritin)
anemia dan memutuskan apakah pemeriksaan lanjut diperlukan atau tidak adalah
pemeriksaan kadar Hb dan atau PCV. Pada anemia defisiensi besi, didapatkan
nilai indeks eritrosit MCV, MCH dan MCHC menurun sejajar dengan penurunan
Pada pemeriksaan status besi diperoleh kadar Fe serum menurun sedangkan TIBC
jumah transferin yang berada dalam sirkulasi darah. Saturasi transferin dapat
membantu untuk mengetahui gambaran suplai besi ke eritroid sumsum tulang dan
merupakan penilaian terbaik untuk mengetahui pertukaran besi antara plasma dan
dapat diperoleh dengan cara membagi nilai Fe serum yang didapat dengan TIBC
yang diperoleh kemudian dikalikan 100%. Jika didapatkan saturasi transferin <
16% maka hal ini menunjukan suplai besi yang tidak adekuat untuk mendukung
saturasi transferin < 7%, sedangkan kadar 7 – 16% dapat dipakai untuk diagnosis
anemia defisiensi besi apabila didukung oleh nilai MCV yang rendah atau
pemeriksaan lainnya.
Pemeriksaan kadar FEP (Free Erythrocyte Protoporphyrin) untuk
defisiensi besi didapatkan nilai FEP > 100% ug/dL eritrosit. Meningkatnya nilai
FEP disertai kadar saturasi transferin merupakan tanda anemia defisiensi besi
besi dalam tubuh. Dikatakan terjadi penurunan jumlah cadangan besi apabila
kadar feritin < 10 – 12 ug/L. Pada pemeriksaan apus sumsum tulang dapat
hemosiderin.
6. Diagnosis[1, 4]
anemia defisiensi besit, yaitu kriteria diagnosis menurut WHO dan menurut Cook
dan Monsen.
melalui:
2. FEP meningkat
besi
6. Sumsum tulang
berkurang
Cara lain untuk menentukan diagnosis anemia defisiensi besi adalah dengan
trial pemberian preparat besi. Penentuan ini penting untuk mengetahui ada atau
tidak anemia defisiensi besi subklinis dengan cara melihat respon hemoglobin
terhadap pemberian preparat besi. Prosedur ini dianggap sangat mudah, praktis,
sensitif dan lebih ekonomis terutama pada anak yang memiliki risiko tinggi
menderita anemia defisiensi besi. Apabila melalui pemberian preparat besi dengan
7. Penatalaksanaan[3, 4]
Sampai usia 6 bulan, bayi dengan berat badan normal, cukup bulan dan yang
lahir dari ibu yang sehat serta yang mendapat ASI eksklusif mempunyai cukup
banyak besi ng didapatkan dari cadangan besi tubuh dan ASI. Cadangan besi pada
anak akan berkurang dan akan semakin menipis setelah usia anak diatas 6 bulan.
Tambahan zat besi diperlukan karena kandungan zat besi yang ada didalam ASI
sudah tidak cukup untuk memenuhi tingginya kebutuhan zat besi pada masa
Bayi dan anak yang tidak mendapatkan asupan besi yang adekuat akan
untuk belajar dan kemampuan untuk menerapkan apa yang sudah dipelajari.
Suplemen zat besi yang diberikan setelah usia 2 tahun tidak dapat memperbaiki
Bayi dengan berat badan lahir rendah, bayi premature dan bayi yang lahir
dari ibu yang memiliki riwayat anemia memerlukan tambahan zat gizi sejak usia 2
bulan untuk meningkatkan cadangan zat besi serta untuk memenuhi kebutuhan
besi yang meningkat pada masa pertumbuhan. Bayi yang tidak mendapat ASI
eksklusif dapat juga diberikan tambahan zat besi untuk mengkompensasi zat besi
yang tidak didapatkan melalui ASI. Anak dengan malnutrisi berat dan anemia
sebagai terapi pengganti adalah mengetahui faktor yang menyebabkan anemia dan
maupun parenteral. Preparat besi oral yang tersedia berupa ferous glukonat,
fumarat dan suksinant namun pada umumnya preparat ferous sulfat adalah
preparat yang paling sering digunakan karena harganya lebih murah. Respon
dihitung berdasarkan kandungan besi elemental yang ada di dalam garam ferous.
Dosis obat yang terlalu besar tidak memberikan efek penyembuhan yang
lebih cepat, sebaliknya akan menimbulkan efek samping pada saluran pencernaan.
Absorpsi besi yang terbaik sebenarnya adalah saat lambung dalam keadaan
kosong diantara dua waktu makan. Namun hal ini akan menimbulkan efek
samping pada saluran cerna, sehingga untuk mengatasi hal tersebut, pemberian
preparat besi dapat diberikan saat makan atau segera setelah makan meskipun
akan menurunkan absorbsi obat sekitar 40% – 50%. Preparat besi oral terbagi
menjadi 2 – 3 dosis sehari dan harus terus diberikan selama 2 bulan setelah
anemia teratasi
preparat besi dapat berupa transfusi darah meskipun jarang diperlukan. Transfusi
darah hanya diberikan pada keadaan anemia berat. Transfusi tidak perlu dilakukan
secepatnya karena apabila diberikan terlalu cepat dapat menyebabkan
hipervolemia dan dilatasi jantung. Tranfsusi yang diberikan adalah PRC (Packed
Red Cells) dan dilakukan secara perlahan dalam jumlah yang cukup untuk
tubuh terhadap pemberian preparat besi. Pada umumnya, pada penderita anemia
berat dengan kadar hemoglobin < 4 g/dL hanya diberikan PRC sebanyak 2-3
ml/kgBB per satu kali pemberian disertai pemberian diuretik seperti furosemid.
Pada anak dengan gagal jantung yang nyata pemberian transfuse tukar
konsumsi besi yang berasal dari sumber alami misalnya hewani yang mudah
E. Anemia Megaloblastik
1. Pengertian[7, 8]
yang ditandai dengan peningkatan ukuran sel darah merah. Peningkatan sel darah
dismaturasi nukleus dan sitoplasma sel myeloid serta eritroid akibat gangguan
sintesis DNA.
berhubungan dengan ukuran sel darah merah yang melebihi ukuran normalnya
sehingga anemia tipe ini disebut anemia makrositik. Pada anemia tipe makrositik
dapat dilihat prekusor sel darah merah yang abnormal pada aspirasi sumsum
tulang. Sel megaloblast ini dikatakan berbeda dari prekusor sel darah merah
normoblast lainnya akibat ukurannya yang lebih besar dan nukleus yang tidak
bahwa anemia megaloblastik ini disebabkan oleh defisiensi asam folat atau
vitamin B12.
Pada umumnya sel – sel yang diserang adalah sel – sel yang relative
tulang dan epitel mukosa saluran cerna. Peningkatan ukuran sel darah merah
sitoplasma berjalan normal. Pertumbuhan inti dan sitoplasma yang tidak sejajar
merupakan salah satu tanda kelainan morfologi utama yang dapat ditemukan pada
sumsum tulang.
2. Etiologi[7]
defisiensi asam folat dan vitamin B12, meskipun anemia megaloblastik dapat juga
disebabkan gangguan metabolisme, namun hal ini sangat jarang. Asam folat dan
sehingga kekurangan asam folat dan vitamin B12 dapat menyebabkan gangguan
sayuran hijau, buah maupun jeroan. Asam folat diabsorbsi di usus kecil dan
untuk memberikan unit 1 karbon seperti gugus metil dan formil ke berbagai
senyawa organic dan dikarenakan tubuh kita tidak memproduksi asam folat
monoglutamat (asam folat). Aktivitas konjugasi folat pada brush border usus
Kekurangan asam folat dapat disebabkan asupan yang kurang baik hal
dengan sumber utama yang dari hewani. Sama halnya dengan asam folat,
vitamin B12 tidak mampu mensintesis vitamin B12 sehingga dibutuhkan
asam dan bergabung dengan protein R serta faktor intrinsik (FI) melewati
yaitu bayi 0,1 ug/hari dan dewasa 1,0 ug/hari. Di dalam plasma, vitamin
Berbeda dengan persedian asam folat yang terbatas, pada anak besar
dan remaja memiliki persediaan vitamin B12 untuk 3 – 5 tahun. Akan tetapi,
pada bayi yang lahir dari ibu dengan persediaan vitamin B12 yang rendah,
manifestasi klinis defisiensi vitamin B12 dapat timbul pada usia 4 – 5 bulan
pertama kehidupan.
seperti diet yang kurang mengandung vitamin B12 atau defisiensi pada ibu
akibati kegagalan faktor intrinsik atau kegagalan absorbsi pada usus kecil,
kobalamin. Jika terdapat defisiensi vitamin B12 atau kobalamin maka dapat
4. Gejala Klinis[7, 8]
Gejala klinis yang paling sering ditemukan adalah berupa pucat, mudah
lelah dan anoreksia. Gejala klinis pada umumnya timbul perlahan – lahan. Gejala
yang ditemukan pada bayi dapat berupa iritabel, gagal mencapai berat badan yang
cukup dan diare kronis, sedangakan gejala yang dapat ditemukan pada anak yang
lebih besar lebih mengarah kepada jenis defisiensi yang menyebabkan anemia.
atau sprue. Pada anemia megaloblastik akibat defisiensi vitamin B12 selain gejala
yang tidak spesifik seperti lemah, lelah, gagal tumbuh atau iritabel juga
ditemukan gejala pucat, glositis, muntah, diare dan ikterus, terkadang dapat pula
5. Diagnosis[7, 8]
a) Anamnesis
Pada anamnesis yang dilakukan kepada pasien atau keluarga pasien perlu
dicari informasi seperti gejala anemia yang dirasakan, faktor etiologi atau
b) Pemeriksaan Fisik
neuropati.
c) Pemeriksaan Laboratorium
anemia makrositik yaitu ditemukan kadar MCV > 100 fL. Gambaran
didapatkan normal atau meningkat, kadar LED juga dapat dilihat meningkat
B12
vitamin B12 < 100 pg/ml dengan kadar besi dan asam folat serum dapat
normal atau meningkat. Kadar LDH didapatkan meningkat, hal ini
6. Penatalaksanaan[7]
dimulai dengan pemberian asam folat dosis 0,5 – 1 mg/hari yang dapat
terlihat dari perbaikan nafsu makan dan keadaan umum tampak membaik.
Pada keadaan diagnosis yang belum pasti atau masih meragukan dapat
dilakukan tes diagnostic dengan pemberian preparat asam folat dosis 0,1
mg/ hari selama 1 minggu. Pemberian dosis lebih dari 0,1 mg dapat
dosis rendah dapat dilakukan sebagai tes terapeutik, namun hal ini masih
seumur hidup dengan cara pemberian injeksi 1 mg vitamin B12 setiap bulan.