Anda di halaman 1dari 5

Nama : Zhafirah Afilia Putri

NIM : 04011282025102

Patogenesis
Perdarahan menahun menyebabkan kehilangan besi sehingga cadangan besi makin
menurun. Jika cadangan besi menurun, keadaan ini disebut iron depleted state atau negative iron
balance. Keadaan ini ditandai oleh penurunan kadar feritin serum, peningkatan absorbsi besi
dalam usus, serta pengecatan besi dalam sumsum tulang negatif. Apabila kekurangan besi
berlanjut terus maka cadangan besi menjadi kosong sama sekali. penyediaan besi untuk
eritropoesis berkurang sehingga menimbulkan gangguan pada bentuk eritrosit tetapi anemia
secara klinis belum terjadi, keadaan ini disebut sebagai : iron deficient erythropoiesis. Pada fase
ini kelainan pertama yang dijumpai ialah peningkatan kadar free protophorphyrin atau zinc
protophorphyrin dalam eritrosit. Saturasi transferin menurun dan total iron binding capacity
(TIBC) meningkat. Akhir-akhir ini parameter yang sangat spesifik ialah peningkatan reseptor
transferin dalam serum. Apabila jumlah besi menurun terus maka eritropoesis semakin terganggu
sehingga kadar hemoglobin mulai menurun, akibatnya timbul anemia hipokromik mikrositer,
disebut sebagai iron deficiency anemia. Pada saat ini juga terjadi kekurangan besi pada epitel
serta pada beberapa enzim yang dapat menimbulkan gejala pada kuku, epitel mulut dan faring
serta berbagai gejala lainnya.
Patofisiologi

Sumber: (Iron Deficiency Anemia | Calgary Guide, n.d.)

Umumnya terdapat 4 penyebab dari terjadinya anemia defisiensi besi, yaitu adanya
peningkatan kehilangan zat besi (biasanya karena hilangnya sel darah merah), penurunan
penyerapan zat besi, peningkatan kebutuhan besi dalam tubuh dan asupan zat besi yang rendah.
Pertama, peningkatan kehilangan zat besi, bisa disebabkan karena adanya perdarahan baik yang
kronik maupun akut atau karena donor darah yang berlebihan. Kedua, penurunan penyerapan zat
besi, ini terjadi karena penyakit celiac, mengonsumsi kompetitor transport besi (kalsium, timbal,
kobal), peningkatan pH (karena besi memerlukan lingkungan yang bersifat asam di GI untuk
dikonversi menjadi bentuk Fe^2+ yang lebih mudah terserap) karena antacid, PPI, achlorhydria
dan yang lain. Ketiga, peningkatan kebutuhan besi dalam tubuh. Hal ini ditemukan pada kondisi
ibu hamil (karena janin membutuhkan zat besi), ibu menyusui, anak yang sedang bertumbuh dan
berkembang. Terakhir asupan zat besi yang rendah. Biasanya pada orang yang menganut prinsip
vegetarian/ vegan.
Keempat penyebab ini bisa membuat kadar zat besi ditubuh, terutama di sumsum tulang
menjadi berkurang. Sehingga besi yang ada tidak cukup untuk mensintesis heme dan hemoglobin
yang terbentuk kurang. Jumlah hemoglobin yang tidak cukup ini mengakibatkan kurangnya
sintesis sel darah merah di sumsum tulang dan terjadilah anemia.

Zat besi sangat penting untuk produksi hemoglobin. Penipisan simpanan besi dapat terjadi
akibat kehilangan darah, penurunan asupan, gangguan penyerapan, atau peningkatan permintaan.
Anemia defisiensi besi dapat timbul dari perdarahan gastrointestinal yang tersembunyi. Orang
dewasa yang lebih tua dari 50 tahun dengan anemia defisiensi besi dan perdarahan
gastrointestinal perlu dievaluasi untuk keganasan. Namun, evaluasi diagnostik gastrointestinal
gagal untuk menetapkan penyebab pada sepertiga pasien yang dinilai. Kekurangan zat besi akan
menyebabkan
anemia mikrositik hipokromik pada apusan darah tepi. Karena zat besi adalah kekurangan nutrisi
tunggal yang paling umum, American Academy of Pediatrics merekomendasikan suplementasi.
Kapan memulai suplementasi dan dosis yang dibutuhkan tergantung pada usia dan pola makan
anak. (Warner MJ, Kamran MT. ,2021)
Perdarahan menahun menyebabkan kehilangan besi sehingga cadangan besi makin
menurun. Jika cadangan besi menurun, keadaan ini disebut iron depleted state atau negative iron
balance. Keadaan ini ditandai oleh penurunan kadar feritin serum, peningkatan absorbs besi
dalam usus, serta pengecatan besi dalam sumsum tulang negatif. Apabila kekurangan besi
berlanjut terus maka cadangan besi menjadi kosong sama sekali, penyediaan besi untuk
eritropoesis berkurang sehingga menimbulkan gangguan pada bentuk eritrosit tetapi anemia
secara klinis belum terjadi, keadaan ini disebut sebagai : iron deficient erythropoiesis. Pada fase
ini kelainan pertama yang dijumpai iaIah peningkatan kadar free protophorphyrin atau zinc
protophorphyrin dalam eritrosit. Saturasi transferin menurun dan total iron binding capacity
(TIBC) meningkat. Akhir-akhir ini parameter yang sangat spesifik iaIah peningkatan reseptor
transferin dalam serum. Apabila jumlah
besi menurun terus maka eritropoesis semakin terganggu sehingga kadar hemoglobin mulai
menurun, akibatnya timbul anemia hipokromik mikrositer, disebut sebagai iron deficiency
anemia. Pada saat ini juga terjadi kekurangan besi pada epitel serta pada beberapa enzim yang
dapat menimbulkan gejala pada kuku, epitel mulut dan faring serta berbagai gejala lainnya.
(Bakta I.M., Suega K., Dharmayuda T.G. ,2014)

1. Pucat
Pada anemia defisiensi besi karena penurunan kadar hemoglobin yang terjadi secara perlahan-
lahan sering kali sindroma anemia tidak terlalu menyolok dibandingkan dengan anemia lain yang
penurunan kadar hemoglobinnya terjadi lebih cepat. Hal ini disebabkan oleh mekanisme
kompensasi tubuh yang dapat berjalan dengan baik. Anemia bersifat simtomatik jika hemoglobin
telah turun di bawah 7 g/dl. Pada pemeriksaan fisik dijumpai pasien yang pucat, terutama pada
konyungtiva dan jaringan di bawah kuku. (Bakta I.M., Suega K., Dharmayuda T.G. ,2014)

2. Capek dan Mudah Lesu


Defisiensi besi menimbulkan penurunan fungsi mioglobin, enzim sitokrom dan gliserofosfat
oksidase, sehingga menyebabkan gangguan glikolisis yang berakibat penumpukan asam laktat
sehingga mempercepat kelelahan otot. Defisiensi besi terbukti menurunkan kesegaran jasmani,
dan produktivitas kerja. Dampak negatif ini dapat dihilangkan jika diberikan preparat besi.
(Bakta I.M., Suega K., Dharmayuda T.G. ,2014)
Warner MJ, Kamran MT. Iron Deficiency Anemia. [Updated 2021 Aug 11]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448065/

Anda mungkin juga menyukai