1.5. Epidemiologi
Anemia defisiensi besi di Indonesia hampir sama prevalensinya antara laki-laki, wanita
dan wanita hamil.Sedangkan di negara barat, anemia defisiensi besi paling banyak terjadi
pada wanita hamil. Martomatmojo memperkirakan ADB pada laki-laki 16-50% dan 25-84%
pada perempuan tidak hamil.
1.6. Pemeriksaan
Pemeriksaan laboratorium terdiri dari :
Kadar hemoglobin dan indeks Eritrosit menurun
MCV (N: 82-92 fl) , MCH (N: 27-31 pcg/sel), MCHC (N: 32-37 gr/dl),
SI (N: 50-150 g/dl), sTfR (N: 0,76-1,76 mg/L)
1.7. Diagnosis
Untuk menentukan diagnosis pada anemia defisiensi besi dilakukan tiga tahap :
Tahap pertama : Menentukan adanya anemia dengan megukur kadar hamtokrit
dan hemoglobin
Tahap kedua : Memastikan adanya defisiensi besi
Tahap Ketiga : Menentukan penyebab defisiensi besi yang terjadi
1.8. Diagnosis Banding
Diagnosis Banding pada Anemia defisiensi besi yaitu : anemia akibat penyakit kronik,
thalasemia, dan anemia sideroblastik.
1.9. Penatalaksanaan
Terapi besi oral
Terapi pilihan pertama karena efektif, murah, dan aman. Preparat yang tersedia
adalah ferrous sulphat (sulfas ferosus) yang merupakan preparat pilihan pertama
karena murah dan efekif. Dosis yang dianjurkan adalah 3x200 mg. Setiap 200 mg
sulfas ferosus mengandung 66 mg besi elemental. Pemberian sulfas ferosus
3x200 mg memberikan absorbsi besi 50 mg per hari yang dapat meeningkatkan
eritopoesis dua sampai tiga kali normal.
Pengobatan lainnya
Diet : sebaiknya diberikan makanan yang bergizi dengan tinggi protein
terutama yang berasal dari protein hewani
Vitamin C : diberikan 3 x 100 mg per hari untuk meningkatkan absorbsi
besi
Transfusi darah : ADB jarang memerlukan transfusi darah. Indikasi
pemberian transfusi darah pada anemia kekurangan besi adalah :
Adanya penyakit jantung anemik dengan ancaman gagal
jantung
Anemia yang sangat simptomatik
Pasien memerlukan peningkatan kadar hemoglobin yang
cepat seperti kehamilan trimester akhir.
1.10. Pencegahan
Dengan memberikan pendidikan kesehatan
Pemberantasan infeksi cacing tambang
Suplementasi besi
Fortifikasi bahan makanan dengan besi
Sumber : Setiati Siti dkk. 2014. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi VI. Jakarta :
InternalPublshing.