Anda di halaman 1dari 3

Anemia Mikrositik Hipokrom (Anemia Defisiensi Besi)

Nama : Irfan Arif Z


NPM : 1102013140
Kelas : FK-A
1.1. Definisi
Anemia mikrositik hipokrom atau Anemia defisiensi besi adalah suatu keadaan dimana
jumlah sel darah merah atau hemoglobin (protein pengangkut oksigen) dalam sel darah
berada dibawah normal, yang disebabkan karena kekurangan zat besi. Dan merupakan
penyebab dari anemia mikrositik hipokrom
1.2. Etiologi
Anemia mikrositik hipokrom atau Anemia Defisiensi Besi dapat disebabkan karena
a. Kehilangan besi (perdarahan menahun)
b. Asupan yang tidak adekuat / absorbsi besi yang kurang
c. Kebutuhan besi yang meningkat (pada masa kehamilan dan prematuritas)
1.3. Patogenesis
Perdarahan menahun dapat menyebabkan kehilangan besi sehingga dapat menyebabkan
cadangan besi makin menurun. Jika cadangan besi menurun, keadaan ini disebut iron
depleted state atau negative iron balance. Keadaan ini ditandai dengan penurunan kadar feriti
serum, peningkatan absorbsi besi dalam usus, serta pengecatan besi dalam sumsum tulang
negatif. Apabila kekurangan besi terus berlanjut maka cadangan besi menjadi kosong sama
sekali penyediaan besi untuk eritopoesis berkurang sehingga menimbulkan gangguan pada
bentuk eritrosit dan keadaan ini disebut iron deficient erythopoiesis.
Pada fase ini kelainan pertama yang dijumpai ialah peningkatan kadar free
protophorphyrin dalam eritrosit. Apabila jumlah besi menurun terus menerus maka
eritopoesis semakin terganggu sehingga kadar hemoglobin menurun akibatnya timbul anemia
hipokromik mikrositer yang disebut sebagai iron deficiency anemia.
1.4. manifestasi klinis
Gejala umum
1. Badan lemah
2. Lesu
3. Cepat lelah
4. Mata berkunang-kunang
5. Telinga mendenging
Gejala khas
1. Koilonychia (kuku sendok)
2. Permukaan lidah menjadi licin
3. Stomatitis angularis (peradangan pada sudut mulut)
4. Disfagia (nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring)
5. Atrofi mukosa gaster

1.5. Epidemiologi
Anemia defisiensi besi di Indonesia hampir sama prevalensinya antara laki-laki, wanita
dan wanita hamil.Sedangkan di negara barat, anemia defisiensi besi paling banyak terjadi
pada wanita hamil. Martomatmojo memperkirakan ADB pada laki-laki 16-50% dan 25-84%
pada perempuan tidak hamil.

1.6. Pemeriksaan
Pemeriksaan laboratorium terdiri dari :
Kadar hemoglobin dan indeks Eritrosit menurun

MCV (N: 82-92 fl) , MCH (N: 27-31 pcg/sel), MCHC (N: 32-37 gr/dl),
SI (N: 50-150 g/dl), sTfR (N: 0,76-1,76 mg/L)

Konsentrasi besi serum


Feritin Serum
Protonporfirin
Kadar reseptor transferin
Pengecatan besi sumsum tulang
Studi Ferokinetik (untuk penelitian)

1.7. Diagnosis
Untuk menentukan diagnosis pada anemia defisiensi besi dilakukan tiga tahap :
Tahap pertama : Menentukan adanya anemia dengan megukur kadar hamtokrit
dan hemoglobin
Tahap kedua : Memastikan adanya defisiensi besi
Tahap Ketiga : Menentukan penyebab defisiensi besi yang terjadi
1.8. Diagnosis Banding
Diagnosis Banding pada Anemia defisiensi besi yaitu : anemia akibat penyakit kronik,
thalasemia, dan anemia sideroblastik.
1.9. Penatalaksanaan
Terapi besi oral
Terapi pilihan pertama karena efektif, murah, dan aman. Preparat yang tersedia
adalah ferrous sulphat (sulfas ferosus) yang merupakan preparat pilihan pertama
karena murah dan efekif. Dosis yang dianjurkan adalah 3x200 mg. Setiap 200 mg
sulfas ferosus mengandung 66 mg besi elemental. Pemberian sulfas ferosus
3x200 mg memberikan absorbsi besi 50 mg per hari yang dapat meeningkatkan
eritopoesis dua sampai tiga kali normal.

Terapi besi parental


Terapi besi parental sangat efektif tetapi mempunyai resko yang lebih besar
dan harganya lebih mahal. Indikasi pemberian besi parental yaitu :
1. Intoleransi terhadap pemberian besi oral
2. Kepatuhan terhadap obat yang rendah
3. Gangguan pencernaan seperti kolitis ulseratif yang kambuh jika
diberikan besi

4. Penyerapan besi yang terganggu seperti pada gastrektomi


5. Keadaan cukup dikompensasi oleh pemberian besi oral seperti pada
hereditary hemorragic teleangiectasia
6. Kebutuhan besi yang besar pada waktu yang pendek
7. Defisiensi besi fungsional relatif akibat pemberian eritopoetin pada
anemia gagal ginjal kronik.

Pengobatan lainnya
Diet : sebaiknya diberikan makanan yang bergizi dengan tinggi protein
terutama yang berasal dari protein hewani
Vitamin C : diberikan 3 x 100 mg per hari untuk meningkatkan absorbsi
besi
Transfusi darah : ADB jarang memerlukan transfusi darah. Indikasi
pemberian transfusi darah pada anemia kekurangan besi adalah :
Adanya penyakit jantung anemik dengan ancaman gagal
jantung
Anemia yang sangat simptomatik
Pasien memerlukan peningkatan kadar hemoglobin yang
cepat seperti kehamilan trimester akhir.

1.10. Pencegahan
Dengan memberikan pendidikan kesehatan
Pemberantasan infeksi cacing tambang
Suplementasi besi
Fortifikasi bahan makanan dengan besi
Sumber : Setiati Siti dkk. 2014. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi VI. Jakarta :
InternalPublshing.

Anda mungkin juga menyukai