Anda di halaman 1dari 27

BAB I

TINJAUAN TEORI ANEMIA


1.1 Definisi
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan
komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan
untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas
pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah
merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 :
935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah
merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit)
per 100 ml darah (Price, 2006 : 256).
Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit,
melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan
fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis yang mendasar yang diuraikan
melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium
(So, 2000).
1.2 Etiologi
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan
untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya
merupakan akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik,
penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya (Doenges, 1999).
Penyebab umum dari anemia:
1. Perdarahan hebat
2. Akut (mendadak)
3. Kecelakaan

4. Pembedahan
5. Persalinan
6. Pecah pembuluh darah
7. Penyakit Kronik (menahun)
8. Perdarahan hidung
9. Wasir (hemoroid)
10. Ulkus peptikum
11. Kanker atau polip di saluran pencernaan
12. Tumor ginjal atau kandung kemih
13. Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
14. Berkurangnya pembentukan sel darah merah
15. Kekurangan zat besi
16. Kekurangan vitamin B12
17. Kekurangan asam folat
18. Kekurangan vitamin C
19. Penyakit kronik
20. Meningkatnya penghancuran sel darah merah
21. Pembesaran limpa
22. Kerusakan mekanik pada sel darah merah
23. Reaksi autoimun terhadap sel darah merah
24. Hemoglobinuria nokturnal paroksismal
25. Sferositosis herediter

26. Elliptositosis herediter


27. Kekurangan G6PD
28. Penyakit sel sabit
29. Penyakit hemoglobin C
30. Penyakit hemoglobin S-C
31. Penyakit hemoglobin E
32. Thalasemia (Burton, 1990).

1.3 Patofisiologi
Infeksi,obat,bahan kimia,kerusakan radiasi

Mempangeruhi proses erythropoesis

Kegagalan sumsum tulang

Kegagalan pembentukan sel darah merah

Eritrosit menurun

Leukosit menurun

Trombosit menurun

Perubahan hemoglobin

Penurunan antibody

Penurunan fungsi pembekuan darah

Pembekuan darah

Penurunan komponen seluler yang

Ketidak seimbangan

diperlukan untuk pengiriman O2 ke sel

antara suplai O2 dan


kebutuhan tubuh

Gangguan perfusi jaringan

Intoleransi aktivitas
Penurunan perfusi GI Tract

Penurunan mitilitas usus

Stagnasi makan di usus

Impuls kenyang di MO

Anoreksia

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh

Absorsi nutrient

1.4 Manifestasi klinis


Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai
sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik
(syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus
kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering
pula

terjadi

abnormalitas

pertumbuhan,

gangguan

fungsi

epitel,

dan

berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L,


yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan
seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat
pada bagian kelopak mata bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala
terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau
serangan jantung (Sjaifoellah, 1998).
4

1. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb, vasokontriksi.Takikardi


dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina (sakit dada).
2. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang).
3. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan
berkurangnya oksigenasi pada SS.
4. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare).
Pucat merupakan tanda paling penting pada defisiensi besi. Pada ADB
dengan kadar Hb 6-10 g/dl terjadi mekanisme kompensasi yang efektif sehingga
gejala anemia hanya ringan saja. Bila kadar Hb turun < > 100 g/dl eritrosi.
Gejala khas yang dijumpai pada defisiensi besi dan tidak dijumpai pada
anemia jenis lain adalah sebagai berikut :
1. Koilorikia
Kuku sendok (Spoon nail) kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertical, dan
menjadi cekung seperti sendok.
2. Atrofi papilla lidah
Permukaan lidah menjadi licin dan mengilap karena papil lidah menghilang.
3. Stomatitis angularis
Adanya peradangan pada sudut mulut, sehingga tampak sebagai bercak
berwarna pucat keputihan.
4. Disfagia
Nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring.
1.5 Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita
anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau
gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah,
karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia,
jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan
berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa
juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah,
1998).
1.6 Penatalaksanaan Medis
Tindakan umum menurut (Sjaifoellah, 1998):
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti
darah yang hilang meliputi:
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
5

4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan


oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.

1.7 Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
Pemberian preparat besi (ferosulfat/ferofumarat/feroglukonat) dosis 46 mg besi elemental/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis, diberikan di antara
waktu makan. Preparat besi ini diberikan sampai 2-3 bulan setelah kadar
hemoglobin normal. Asam askorbat 100 mg/15 mg besi elemental (untuk
meningkatkan absorbsi besi).

1) Pemberian preparat besi peroral


Preparat yang tersedia berupa ferrous glukonat, fumarat dan suksinat.
Yang sering dipakai adalah ferrous sulfat karena harganya lebih murah.
Untuk bayi tersedia preparat besi berupa tetes (drop). Untuk
mendapatkan respon pengobatan dosis besi yang dipakai adalah 4-6
mg besi elemental/kgBB/hari. Obat diberikan dalam 2-3 dosis sehari.
Preparat besi ini harus diberikan selama 2 bulan setelah anemia pada
penderita teratasi.1,2
2) Pemberian preparat besi parenteral
Pemberian besi secara intramuskuler menimbulkan rasa sakit dan
harganya mahal. Dapat menyebabkan limfadenopati regional dan
reaksi alergi. Kemampuan untuk menaikkan kadar Hb tidak lebih baik
dibanding peroral. Preparat yang sering dipakai adalah dekstran besi.
Larutan ini mengandung 50 mg besi. Dosis dihitung berdasarkan. :
Dosis besi (mg) = BB (kg) x kadar Hb yang diinginkan (g/dl) x 2,5.
3) Transfusi darah
Transfusi darah jarang diperlukan, transfusi darah hanya diberikan
pada keadaan anemia yang sangat berat atau yang disertai infeksi yang
6

dapat mempengaruhi respon terapi. Pemberian PRC dilakukan secara


perlahan dalam jumlah yang cukup untuk menaikkan kadar Hb sampai
tingkat aman sambil menunggu respon terapi besi.
2. Bedah
Untuk penyebab yang memerlukan intervensi bedah seperti perdarahan
karena diverticulum Meckel.
3. Suportif
Makanan gizi seimbang terutama yang mengandung kadar besi tinggi
yang bersumber dari hewani (limfa,hati, daging) dan nabati (bayam, kacangkacangan).
Prinsip penatalaksanaan ADB adalah mengetahui faktor penyebab dan
mengatasinya serta memberikan terapi penggantian dengan preparat besi.
Sekitar 80-85% penyebab ADB dapat diketahui sehingga penaganannya dapat
dilakukan dengan tepat. Pemberian preparat Fe dapat secara peroral atau
parenteral. Pemberian peroral lebih aman, murah dan sama efektifnya dengan
pemberian secara parenteral.
Pemberian secara parenteral dilakukan pada penderita yang tidak dapat
memakan obat oleh karena terdapat gangguan pencernaan.
4. Pencegahan
Tindakan penting yang dapat dilakukan untuk mencegah kekurangan besi
pada masa awal kehidupan adalah meningkatkan penggunaan ASI eksklusif,
menunda penggunaan susu sapi sampai usia 1 tahun, memberikan makanan
bayi yang mengandung besi serta makanan yang kaya dengan asam askorbat
(jus buah) pada saat memperkenalkan makanan pada usia 4-6 bulan,
memberikan suplementasi Fe kepada bayi yang kurang bulan, serta pemakaian
PASI (susu formula) yang mengandung besi.
1. Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :
1. Anemia defisiensi besi
Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan
yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.
Pemberian preparat fe
Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.

2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12


3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan
pemberian cairan dan transfusi darah.

2.1 Tinjauan Asuhan Keperawatan


2.1.1 Pengumpulan data
Anamnesa
1. Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang
dilakukan yaitu :
Mengumpulkan data, mengelompokkan data dan menganalisa data.
Anemia merupakan gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan
komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang
dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan
penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah
merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer,
2002 : 935). Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel
darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells
(hematokrit)

per

100

ml

darah

(Price,

2006

256).

2.1.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan anemia (Doenges,
1999) meliputi :
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan/ absorpsi nutrient yang
diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.

2.1.3 Rencana Keperawatan


1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang
diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
1. Menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan dengan nilai
laboratorium normal.
2. Tidak mengalami tanda mal nutrisi.
3. Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan
atau mempertahankan berat badan yang sesuai.
Intervensi:
1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.
Rasional : mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi.
2. Observasi dan catat masukkan makanan pasien
Rasional: mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi
makanan
3. Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet
Rasional: membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan
individual.

4. Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain yang
berhubungan.
Rasional: gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ
5. Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah makan,
gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci
mulut yang di encerkan bila mukosa oral luka.
Rasional: meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral. Menurunkan
pertumbuhan

bakteri,

meminimalkan

kemungkinan

infeksi.

Teknik

perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan rapuh /luka


/perdarahan dan nyeri berat.

2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen


seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
Tujuan : peningkatan perfusi jaringan
Kriteria hasil : Menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil
Intervensi :
1. Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa,
dasar kuku.
Rasional : Memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi
jaringan dan membantu menetukan kebutuhan intervensi.
2. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
Rasional : Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi
untuk kebutuhan seluler. Catatan : kontraindikasi bila ada hipotensi.
3. Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi
adventisius.
Rasional : Dispnea, gemericik menununjukkan gangguan jajntung
4.

karena regangan jantung lama/peningkatan kompensasi curah jantung.


Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.
Rasional : Iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial

risiko infark.
5. Hindari penggunaan botol penghangat atau botol air panas. Ukur suhu
air mandi dengan thermometer.
Rasional : Termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan

10

oksigen.
Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium.
6. Berikan sel darah merah lengkap/packed produk darah sesuai indikasi.
Rasional : Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan
/respons terhadap terapi.
7. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
Rasional : Memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.
2.1.4 Evaluasi
Tahap evaluasi mencakup penilaian terhadap tujuan apakah masalah teratasi
atau tidak, dan apabila tidak berhasil perlu di kaji, di rencanakan, dan di laksanakan
dalam jangka waktu panjang dan pendek tergantung respon dalam keefektifan
intervensi.
BAB II
TINJAUAN ASKEP

2.1 PENGKAJIAN
2.1.1 Data Umum
a. Identitas Klien
Nama

: Tn. M

Umur

: 39 Tahun

Agama

: Islam

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Status Marital

: Menikah

Pendidikan

: Tamat SMU

Pekerjaan

: Tani

Suku Bangsa

: Jawa

Alamat

: Sumberagung, Kediri

Tanggal Masuk

: 19 Desember 2011 jam 21.00 WIB


11

Tanggal pengkajian

: 20 Desember 2011 jam 09.00 WIB

No. Register

: 690792

Diagnosa Medis

: ANEMIA

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama

: Ny. R

Umur

: 44 Tahun

Hub. Dengan Klien

: Istri pasien

Pekerjaan

: Wiraswasta

Alamat

: Sumberagung, Kediri

2.1.2 RIWAYAT KESEHATAN


a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan sejak pagi tadi hingga sekarang badan lemas, perut mual
dan tidak nafsu makan.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan bahwa sejak satu minggu yang lalu mengalami mencret,
nafsu makan turun, badan terasa lemah dan kedua kaki bengkak. Pada tanggal
19 Desember 2011 pasien di bawa di IGD RS. Baptis Kediri dan opname di GU
kelas 3A dengan diagnosa anemia.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sebeumnya seperti TB, HT, JANTUNG
dan DM.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan bahwa ibu dari pasien mempunyai riwayat penyakit Anemia
Perempuan

GENOGRAM :

Laki-laki
Meninggal
Hubungan
perkawinan
Hubungan
keturunan
Tinggal
serumah
Pasien

12

e. Riwayat Sosiokultural
Hubungan pasien dengan keluarga baik, pasien tampak di kunjungi oleh
keluarganya. Hubungan pasien dengan petugas kesehatan baik, pasien
kooperatif. Pasien ramah dengan pasien lainnya. Pasien bergama Islam dan
rajin menjalankan sholat 5 waktu.
f. Review Pola-Pola Sehat-sakit
Saat ini pasien masih memikirkan tentang penyakitnya, sebab pasien dan
keluarga berharap pasien bisa segera sehat kembali.
g. Pola Fungsi Kesehatan Gordon
1) Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Pengertian kesehatan menurut pasien adalah bila bisa melakukan aktifitas
tanpa adanya gangguan. Pengertian penyakit menurut pasien adalah cobaan
dari Tuhan. Pasien control dengan teratur.
2) Pola Nutrisi-Metabolik
Di Rumah

Di Rumah Sakit

Makan 3x /hari, (Nasi, lauk dan Makan 3x /hari, (Nasi, lauk dan
sayur). Porsi makan dihabiskan sayur).

Porsi

makan

hanya

semua, dan tidak ada pantangan dihabiskan setengah karena mual


makanan

muntah, makan sendiri tanpa di

13

bantu oleh keluarga


Minum 5-6 gelas /hari

Minum 3-4 gelas /hari


Selama pengkajian

3) Pola Eliminasi
Di Rumah

Di Rumah Sakit

BAB 1-2x /hari

BAB 1x / hari

BAK 3-4x /hari

BAK 5-6x /hari


Selama pengkajian

4) Pola Aktivitas dan Latihan


Di Rumah

Di Rumah Sakit

Aktivitas pasien dari pagi hingga Pasien hanya berbaring di tempat


siang berada di sawah dan malam tidur. Dan jika ke kamar mandi atau
berkumpul bersama keluarga.

melakukan aktivitas lainnya di bantu


oleh perawat dan keluarga.

5) Pola Koqnitif dan Persepsi


1.
2.
3.
4.
5.

Pasien mengatakan penglihatannya masih baik


Pasien mengatakan pendengarannya masih baik
Pasien mengatakan penciumannya masih baik
Pasien mengatakan pengecapannya masih baik
Pasien mengatakan masih bisa membedakan kasar dan halus

6) Pola Persepsi-Konsep Diri


Pasien mengatakan sedih terhadap keadaannya yang harus berpengaruh pada
pola pencernaannya. Pasien berharap setelah dilakukan tindakan medis,
keadaannya dapat kembali seperti semula.
7) Pola Tidur dan Istirahat
Di Rumah

Di Rumah Sakit

14

Tidur malam 7-8 jam/hari

Tidur malam 5-6 jam /hari

Tidur siang 1-2 jam/hari

Tidur siang 5-6 jam /hari

8) Pola Peran-Hubungan
Peran pasien adalah sebagai seorang ayah dari 3 orang anak.
Keluarga pasien mengatakan bahwa hubungan pasien dengan keluarga dan
lingkungan sekitar baik. Di rumah sakit hubungan pasien dengan dokter
maupun perawat juga baik.

9) Pola Seksual-Reproduksi
-

Pasien berjenis kelamin laki laki dan berumur 39 tahun.


Untuk kebutuhan seksual sejak sakit sudah tidak bisa dilakukan seperti
sebelumnya.

10) Pola Toleransi Stres-Koping


Hubungan pasien dengan semua anggota keluarga yang lain baik. Pasien
selalu membicarakan setiap masalah dengan istri atau anggota keluarga
lainya.
11) Pola Nilai-Kepercayaan
Keluarga pasien mengatakan bahwa selama pasien berada di rumah, pasien
rajin melaksanakan sholat 5 waktu. Selama berada di rumah sakit pasien
hanya berdoa di tempat tidur.

2.1.3 PEMERIKSAAN FISIK


a. Keadaan Umum
Keadaan umum pasien kelihatan lemah, pucat, tampak menyeringai kesakitan,
kesadaran pasien composmentis. Pada tangan kanan terpasang IV D1/2 500 cc
Q 4 jam
b. Tanda Vital
Suhu : 37,8o C Nadi : 100x /mnt Napas: 20x /mnt T.Darah: 120/70 mmHg
15

c. Kepala
Inspeksi

: Rambut hitam, bersih

Palpasi

: Tidak ada benjolan, terdapat nyeri tekan dan pasien merasa

kepalanya pusing
d. Mata
Inspeksi

: Simetris kanan kiri, konjungtiva pucat, sklera putih, reflek

pupil +/+
Palpasi

: Tidak ada nyeri tekan

e. Hidung
Inspeksi

: Simetris kanan kiri, bersih

Palpasi

: Tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan

f. Telinga
Inspeksi

: Simetris kanan kiri, bersih

Palpasi

: Tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan

g. Mulut
Inspeksi

: Membran mukosa bibir kering, pucat, dan gusi tidak ada lesi

h. Leher
Inspeksi

: Tidak tampak pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar tiroid

Palpasi

: Tidak ada nyeri telan

i. Dada dan Punggung


Dada :
Inspeksi

: Bentuk thorax simetris, tidak ada benjolan, dan pola nafas teratur.

Palpasi

: Tidak terdapat nyeri tekan dan tidak terdapat benjolan.

Perkusi

: Suara Resonan pada paru, suara sonor/pekak pada jantung.

Auskultasi

: Bunyi nafas Vesikuler, tidak terdapat suara nafas tambahan.

Punggung :
16

Inspeksi

: Simetris, tidak ada benjolan, tidak ada kelainan bentuk punggung.

Palpasi

: Tidak terdapat nyeri tekan dan tidak terdapat benjolan.

Perkusi

: Suara Resonan pada paru.

Auskultasi

: Bunyi nafas Vesikuler, tidak terdapat suara nafas tambahan.

j. Abdomen
Inspeksi

: Bentuk simetris, tidak ada benjolan.

Palpasi

: Tidak terdapat benjolan, tidak terdapat nyeri tekan.

Perkusi

: Suara perkusi lambung timpani.

Auskultasi

: Bising usus 8x/menit

k. Ekstremitas
MMT
5

Keterangan:
5 : gerakan infoluter, melawan gravitasi dengan beban maksimal
l. Genetalia
Tidak terkaji
m. Anus
Tidak terkaji

17

2.1.4 DATA PENUNJANG (Pemeriksaan Diagnostik) :


Pemeriksaan Darah Lengkap

Pemeriksaan
HGB
RBC
HCT
MCV
MCH
MCHC
RDW-SD
RDW-CV
WBC
PLT
PDW
MPV
P-LCR
PCT
IG

Hasil
11,0
3.66
35.4
85.9
31.3
36.4
38.7
12.6
14.74
441
8.6
8.0
11.4
0.35
0.02

Nilai normal
12.0-18.0
4.2-6.3
37.0-51.0
80.0-97.0
26.0-32.0
31.0-36.0
35-47
11.5-14.5
4.1-10.9
140-440
9.0-13.0
7.2-11.1
15.0 - 25.0
0.150-0,320

Satuan
g/dl
100/uL
%
fL
Pg
g/dl
fL
%
103/uL
103/uL
fL
fL
%
%
103/uL

Interprestasi
Menurun
Menurun
Normal
Normal
Normal
Meningkat
Meningkat
Normal
Meningkat
Meningkat
Menurun
Normal
Menurun
Menurun

Nilai normal
>46
<130
35-160

Satuan
mg/dl
mg/dl
mg/dl

Interprestasi
Rendah
Normal
Normal

Pemeriksaan Profil Lemak


Pemeriksaan
Chlesterol HDL
Cholesterol LDL
Trigliserida

Hasil
34
128
95

2.1.5 DATA TAMBAHAN (Penatalaksanaan) :


IV D1/2 500 cc Q 4 jam
Paracetamol 500 mg Prn panas

18

Sulcolon 3x250 mg
Xevolac 2x1
Lasdofil 2x1
Caltul 2x1 gr 1V

19

2.2 ANALISA DATA


Data

Etiologi

Masalah Kolaboratif /
Keperawatan

20

1. DS : Pasien

Infeksi (obat, bahan kimia)

Gangguan perfusi

mengatakan badan

jaringan

lemas, kaki bengkak.

Mempengaruhi proses
erythropoesis

DO :
S : 37 oC
RR : 20x /mnt

Kegagalan sumsum tulang

P : 80x /mnt
TD:140/100mmHg
Pasien tampak lemah dan

Kegagalan pembentukan sel


darah merah

pucat
Eritrosit menurun

Penuruann hemoglobin
pembekuan darah

Penurunan suplay O2

Gangguan perfusi
jaringan
2. DS : Pasien
mengatakan perut
mual, kadang muntah
DO :
S : 37 oC
RR : 20x /mnt
P : 80x /mnt
TD:140/100mmHg
Porsi makan di habiskan
setengah

2.

Gastro intestinal

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh

Lambung
Mual muntah
Anoreksia
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

BB sebelum sakit: 73 kg
BB saat sakit: 70 kg
2.3 Daftar Masalah Kolaboratif/Diagnosa Keperawatan
No
.

Tanggal / Jam

Masalah Kolaboratif / Diagnosa

Tanggal /

Ditemukan

Keperawatan

Jam

21

Teratasi
1.

Perubahan perfusi jaringan berhubungan


dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan

untuk

pengiriman

oksigen

/nutrient ke sel yang ditandai dengan:


-

Pasien mengatakan badan lemes,


kaki bengkak

2.

Nutrisi

DO:
S : 37 oC

RR : 20x /mnt

P : 80x /mnt

TD : 140/100

kurang

kebutuhan

dari

tubuh

berhubungan dengan intake makanan yang


kurang yang di tandai dengan:
-

Pasien mengatakan perut mual dan


kadang muntah

No

Masalah Kolaboratif /

Dianosa Keperawatan

DO:
S : 37 oC

RR : 20x /mnt

P : 80x /mnt

TD : 140/100

Tujuan dan Kriteria Hasil

22

Rencana

1.

Perubahan perfusi jaringan

Setelah dilakukan tindakan

1. Pantau TTV, pengisian

1. M

berhubungan dengan

keperawatan minimal selama

kapiler, warna kulit

te

penurunan komponen

2x24 jam diharapkan ada

/membrane mukosa, dasar

/k

seluler yang diperlukan

peningkatan perfusi jaringan.

kuku

ja

untuk pengiriman oksigen

Dengan Kriteria Hasil :

/nutrient ke sel

1. Menunjukkan perfusi
adekuat, misalnya
tanda vital stabil.
2. Membran mukosa
warna merah
muda,pengisian
kapiler baik ,haluaran
urine adekuat.
3. Mental seperti biasa.

23

2. Auskultasi bunyi napas dan

2. D

perhatikan bunyi

adventisius

ga

3. Observasi keluhan nyeri


dada/palpita

3. Is

4. Kolaborasi mengenai hasil

4. M

pemeriksaan laboraturium

de

dan pemberian sel darah

pe

merah sesuai indikasi

te

2.5 IMPLEMENTASI
TGL,JAM
20 Desember

DIAGNOSA
Perubahan perfusi jaringan

2011

berhubungan

Jam 09.00 WIB

penurunan komponen seluler

/membrane mukosa, dasar

yang

kuku

1.

IMPLEMENTASI
Memantau TTV,

dengan

diperlukan

pengisian kapiler, warna kulit

untuk

pengiriman oksigen /nutrient

2.

Mengauskultasi bunyi
napas dan perhatikan bunyi

ke sel

adventisius
3.
Mengobservasi keluhan

DO:
S : 37 oC

RR : 20x /mnt

P : 80x /mnt TD : 120/100

nyeri dada/palpita
Berkolaborasi mengenai

4.

Pasien tampak lemah dan

hasil pemeriksaan

pucat

laboraturium dan pemberian


sel darah merah sesuai
indikasi
1. Menganjurkan pasien untuk

20 Januari 2012

Nutrisi kurang dari

Jam 09.00 WIB

kebutuhan tubuh

makan sedikit tetapi sering


2. Memantau status nutrisi dan

berhubungan dengan intake


makanan yang kurang

kebiasaan makan
3. Mengidentifikasi perubahan
pola makan

DO:
S : 37 oC

RR : 20x /mnt

4. Bekerja sama dengan tim

P : 80x /mnt TD : 140/100

kesehatan lain dalam

Porsi makan dihabiskan

pemberian insulin

setengah

2.6 EVALUASI
24

TGL, JAM

DIAGNOSA

EVALUASI

20 Desember

Perubahan perfusi jaringan

S:

2011

berhubungan dengan

Pasien

Jam 09.00 WIB

penurunan komponen seluler

lemes, kaki bengkak

yang diperlukan untuk

O:

pengiriman oksigen /nutrient

P/B dengan Anemia, tidak

ke sel

terpasang O2, terpasang IV

DO:

D1/2 500 cc TD: 130/90, S :

S : 37 oC

mengatakan

badan

RR : 20x /mnt

36,5 oC, RR : 20 x/menit, P :

P : 80x /mnt TD : 140/100

80 x/menit
A:
Tujuan belum tercapai
P:
Intervensi
no
1,2,3,4

Pasien tampak lemah dan


pucat

dilanjutkan

S:
Pasien mengatakan
20 Desember

Nutrisi kurang dari kebutuhan

2011

tubuh berhubungan dengan

Jam 09.00 WIB

intake makanan yang kurang

mual dan kadamg muntah


O:
P/B dengan Anemia, tidak
terpasang O2, terpasang IV

DO:
S : 37 oC

RR : 20x /mnt

P : 80x /mnt TD : 140/100


Porsi makan dihabiskan
setengah

D1/2 500 cc TD: 130/90, S :


36,5 oC, RR : 20 x/menit, P :
80 x/menit
A:
Tujuan belum tercapai
P:
Intervensi
no
1,2,3,4
dilanjutkan

TGL, JAM

perut

DIAGNOSA

EVALUASI

25

21 Desember

Perubahan perfusi jaringan

S:

2011

berhubungan dengan

Pasien

Jam 13.00 WIB

penurunan komponen seluler

masih lemes, kaki bengkak

yang diperlukan untuk

O:

pengiriman oksigen /nutrient

P/B dengan Anemia, tidak

ke sel

terpasang O2, terpasang IV

DO:

D1/2 500 cc TD: 130/90, S :

S : 37 oC

mengatakan

badan

RR : 20x /mnt

36,5 oC, RR : 20 x/menit, P :

P : 80x /mnt TD : 140/100

80 x/menit
A:
Tujuan belum tercapai
P:
Intervensi
no
1,2,3,4

Pasien tampak lemah dan


pucat

dilanjutkan
S:
Pasien
21 Desember

Nutrisi kurang dari kebutuhan

2011

tubuh berhubungan dengan

Jam 13.00 WIB

intake makanan yang kurang


DO:
S : 37 oC

RR : 20x /mnt

P : 80x /mnt TD : 140/100


Porsi makan dihabiskan

mengatakan

perut

masih mual tetapi sudah tidak


muntah
O:
P/B dengan Anemia, tidak
terpasang O2, terpasang IV
D1/2 500 cc TD: 130/90, S :
36,5 oC, RR : 20 x/menit, P :
80 x/menit
A:
Tujuan tercapai sebagian
P:
Intervensi
no
1,2,3,4

setengah

dilanjutkan

DAFTAR PUSTAKA
26

Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.


Burton, J.L. 1990. Segi Praktis Ilmu Penyakit Dalam. Binarupa Aksara : Jakarta
Carpenito, L. J. 1999. Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi
keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2. EGC :
Jakarta
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian pasien. ed.3. EGC : Jakarta

27

Anda mungkin juga menyukai