Anda di halaman 1dari 7

A.

Pengertian
Anemia merupakan suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah dari pada
nilai normal. (Fitriany, J., & Saputri, A. I. (2018). Hemoglobin yaitu salah satu komponen dalam sel
darah merah atau eritrosit yang berfungsi untuk mengikat oksigen dan menghantarkannya ke
seluruh sel jaringan tubuh. Hemoglobin dibentuk dari gabungan protein dan zat besi dan
membentuk sel darah merah/eritrosit.
Anemia defisiensi zat besi adalah gangguan dimana tubuh memproduksi lebih sedikit sel darah
merah karena kekurangan zat besi. Nutrisi yang diperlukan untuk produksi hemoglobin adalah zat
besi.

B. Etiologi
anemia terjadi akibat gangguan, atau rusaknya mekanisme produksi sel darah merah.
Anemia terjadi karena berbagai sebab, seperti defisiensi besi, defisiensi asam folat,
vitamin B12, dan protein. Secara langsung anemia terutama disebabkan karena
produksi atau kualitas sel darah merah yang kurang dan kehilangan darah baik secara
akut atau menahun. Penyebab anemia (Suryani, 2021)
1. Defisiensi zat gizi
rendahnya asupan zat gizi baik hewani dan nabati yang merupakan pangan sumber zat
besi yang berperan penting untuk pembuatan hemoglobin sebagai komponen dari sel
darah merah atau eritrosit
2. Perdarahan
Perdarahan karena trauma, perdarahan pasca melahirkan, perdarahan pasca menstruasi
yang lama.
3. Hemolitik (peningkatan penghancuran eritrosit)
misalnya perdarahan pada pasien malaria, perdarahan pada pasien thalasemia
4. Zat besi yang masuk melalui makanan tidak mencukupi
5. Meningkatnya Kebutuhan tubuh akan zat besi
6. Kurang darah, kondisi dimana sel darah merah yang sehat kurang dalam tubuh
atau ketika sel darah merah tidak berfungsi dengan baik

C. Patofisiologi
Anemia gizi besi terjadi ketika pasokan zat besi tidak mencukupi untuk pembentukan
sel darah merah optimal, sehingga sel sel darah merah yang terbentuk berukuran lebih
kecil (mikrositik), warna lebih muda (hipokromik). Simpanan besi dalam tubuh
termasuk besi plasma akan habis terpakai lalu konsentrasi transferin serum mengikat
besi untuk transportasinya akan menurun. Simpanan zat besi yang kurang akan
menyebabkan deplesi zat massa sel darah merah dengan hemoglobin yang di bawah
normal, setelah itu pengangkutan darah ke sel-sel di berbagai bagian tubuh juga
berada di bawah kondisi normal (Irianto, 2014).
D. Manifestasi Klinis
Menurut Nurafif dan Kusuma (2015) manifestasi klinis atau tanda gejala dari anemi
adalah
1. Manifestasi klinis yang sering muncul
- Pusing
- Mudah berkunang-kunang
- Lesu
- Aktivitas berkurang
- Rasa mengantuk
- Susah berkonsentrasi
- Cepat lelah
- Kerja fisik atau pikiran menurun
2. Gejala khas masing-masing
- Perdarahan berulang atau kronik pada anemia Paskah perdarahan, anemia defisiensi
besi
- Ikterus, urine berwarna kuning tua atau, perut makin buncit pada anemia hemolitik
- Mudah infeksi pada anemia aplastic dan anemia karena keganasan

Menurut (Saferi dannWijaya, 2013) secara umum gejala anemia adalah


1. Hb menurun (< 10g/dl), trombositosis atau trombositopenia, pansitopenia
2. Penurunan BB, Kelemahan
3. Takikardia, TD menurun, pengisian kapiler lambat, Ekstremitas dingin, Palpitasi,
kulit pucat
4. Mudah lelah, sering istirahat, nafas pendek
5. Sakit kepala, pusing, kunang-kunang, peka rangsang

E. Pemeriksaan penunjang
pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk menentukan derajat anemia dan
pengujian defisiensi zat besi yang dapat menggunakan pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan laboratorium anemia umumnya meliputi:
1. Hitung darah lengkap (CBC)
tes pertama yang bisa dilakukan untuk menentukan tingkat ke Parahan dan jenis
anemia. Apakah mikrositik (sel darah merah berukuran kecil), anemia normositik (sel
darah merah berkurang normal), atau anemia makrositik (sel darah merah berukuran
besar)
Informasi tentang sel darah merah dan juga sel darah lainnya seperti sel darah putih
dan trombosit juga disertakan dalam laporan CBC
2. Tes hemoglobin tinja untuk mengetahui atau mendeteksi perdarahan dari lambung
atau usus
3. Asupan darah tepi
4. Tingkat zat besi, untuk mengetahui anemia mungkin terkait dengan kekurangan
Jat besi atau tidak
5. Tingkat Transferin untuk mengetahui total besi yang tersedia dalam tubuh
6. Kadar folat, vitamin B 12, tes fungsi hati
7. Bilirubin berguna untuk menentukan apakah sel darah merah sedang dihancurkan
di dalam tubuh yang mungkin merupakan tanda anemia hemolitik
8. Hitung retikulosit : ukuran sel darah merah baru yang diproduksi oleh Sumsum
tulang

F. Komplikasi

Komplikasi anemia defisiensi besi antara lain:

1. Peningkatan risiko infeksi


Penelitian Menemukan bahwa anemia dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh.
Hal ini meningkatkan resiko tubuh terkena infeksi
2. Kondisi jantung.
Anemia dapat menyebabkan detak jantung yang cepat atau tidak
teratur.10Kurangnya sel darah merah pembawa hemoglobin menyebabkan jantung
bekerja lebih keras untuk memindahkan darah kaya oksigen ke seluruh tubuh.
Ketika jantung harus bekerja lebih keras, berbagai kondisi dapat terjadi, termasuk
murmur jantung , pembesaran jantung , atau gagal jantung.Anemia yang tidak
diobati juga dapat memperburuk masalah jantung yang mendasarinya
3. Keterlambatan perkembangan pada anak
Bagi bayi dan anak-anak, kekurangan zat besi dapat menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan dan perkembangan. anemia pada masa kanak-kanak dapat
mempengaruhi kemampuan penambahan berat badan dan dapat mengakibatkan
gangguan perilaku, kognisi, dan keterampilan psikomotorik.
4. Komplikasi kehamilan
Wanita hamil juga rentan mengalami anemia defisiensi besi. Bila jenis anemia
tersebut menimpa ibu hamil, sebaiknya segera tingkatkan asupan zat besi dengan cara
mengonsumsi makanan tinggi zat besi dan suplemen. Pasalnya, anemia defisiensi zat
besi bisa menyebabkan bayi lahir prematur atau lahir dengan berat badan yang
rendah.
5. Depresi
Selain gejala fisik, anemia dapat meningkatkan risiko depresi, kecemasan , dan
gangguan kesehatan mental lainnya. Sebuah penelitian besar yang dilaporkan pada
tahun 2020 di jurnal BMC Psychiatry menemukan bahwa orang dengan anemia
memiliki insiden yang lebih tinggi dan peningkatan risiko kecemasan, depresi,
gangguan tidur, dan gangguan psikotik.

G. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan anemia defisiensi besi dilakukan berdasarkan derajat keparahan dan
gejala penyerta, meliputi:
1. Modifikasi diet
Defisiensi besi sering kali terjadi karena kurangnya asupan besi. Modifikasi diet dapat
membantu untuk mencegah rekurensi anemia dan dapat diterapkan bersamaan dengan
terapi besi. Makanan seperti roti, teh, atau susu sering kali menghambat penyerapan
besi.
2. Terapi kondisi penyerta
Terapi anemia harus meliputi penanganan kondisi yang menyebabkan. Penyakit yang
sering kali menyertai ADB adalah:

 Gangguan haid
 Perdarahan gastrointestinal
 Perdarahan saluran kemih
 Infeksi cacing
 Gangguan ginjal
Pengobatan dilakukan sesuai dengan masing-masing kondisi tersebut.

3. Terapi besi oral

Terapi oral zat besi merupakan terapi yang efektif dan paling terjangkau untuk
anemia. Dosis rekomendasi asupan besi untuk anemia adalah besi elemental 150 –
200 mg per hari.
Konsumsi zat besi oral sebaiknya dilakukan sebelum makan untuk penyerapan yang
lebih baik dan diminum dengan jus jeruk. Penambahan vitamin C 500 Unit atau 100
gram sekali sehari dapat membantu penyerapan besi.

4. Terapi besi parenteral


Besi parenteral dapat diberikan apabila pasien mengalami kegagalan terapi oral atau
memiliki kondisi berikut:

(1) Perdarahan berlebih, (2) Gangguan ginjal kronis, (3) Penyakit radang
usus/inflammatory bowel disease, dan (4) Pasien kanker.

Obat yang dapat digunakan antara lain adalah:

- Besi dekstran : Dapat diberikan intramuskuler ataupun intravena dengan dosisi 1000
mg dalam 1 jam.

- Besi sukrosa : Dapat diberikan injeksi intravena dengan bolus lambat (dosis <300
mg) atau infus (500 mg dalam beberapa jam)

5. Transfusi darah
Transfusi darah diindikasikan pada pasien dengan Hb < 6-8 g/dL, terutama pada pada
ibu hamil dengan gawat janin atau gawat ibu, hemodinamik tidak stabil, perdarahan
aktif, iskemia organ karena ADB berat. Transfusi dilakukan dengan packed red cell
300 ml 2 unit.
H. Asuhan Keperawatan secara teori
1. Pengkajian
1. Kaji identitas klien : Meliputi nama lengkap, jenis kelamin, umur, alamat, status
perkawinan, agama, suku, dan pendidikan terakhir
2. Kaji riwayat kesehatan sekarang dan riwayat kesehatan masa lalu klien
3. Kaji riwayat penyakit keluarga
4. Kaji aktivitas sehari-hari klien baik sebelum sakit maupun saat sakit : meliputi
nutrisi, cairan, eliminasi, istirahat tidur, aktivitas dan latihan, personal hygiene,
rekreasi
5. Lakukan pemeriksaan persistem sesuai dengan sistem yang mengalami gangguan

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon pasien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik berlangsung
aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi
respon pasien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan
dengan kesehatan (PPNI, 2016), diantaranya sebagai berikut:
1. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin
2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
3. Defisit nutrisi
4. Konstipasi b.d makanan sulit dicerna
5. resiko infeksi b.d energi untuk membentuk antibodi berkurang

3. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan ialah segala threatment yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome)
yang diharapkan (SIKI, 2018).
1. Perawatan Sirkulasi (I. 02079)
2. Manajemen Energi (I.05178)
3. Manajemen Nutrisi (I.03119)
4. Manajemen Eliminasi Fekal (I.04151)
5. Pencegahan Infeksi (I. 14539)

4. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan untuk

dapat menentukan keberhasilan dalam asuhan keperawatan. Membandingkan status keadaan


kesehatan pasien dengan tujuan atau kriteria hasil yang telah ditetapkan (Tarwoto dan Wartonah,
2015). Sedangkan evaluasi merupakan fase akhir dari proses keperawatan. Hal- hal yang
dievaluasi adalah keakuratan, kelengkapan dan kualitas data, teratasi atau tidak masalah pasien,
mencapai tujuan serta ketepatan intervensi keperawatan.

Langkah –langkah evaluasi adalah sebagai berikut:

a. Daftar tujuan-tujuan pasien

b. Lakukan pengkajian apakah pasien dapat melakukan sesuatu

c. Bandingkan antara tujuan dengan kemampuan pasien

d. Diskusikan dengan pasien, apakah tujuan dapat tercapai atau tidak

1. Evaluasi keperawatan terhadap pasien dengan perfusi perifer tidak efektif oleh karena anemia
yaitu

a. Tekanan darah sistol dan diastole normal

b. Tekanan parsial oksigen dalam arteri normal

c. Saturasi oksigen normal

d. Tidak ada kelesuan dan sakit kepala

2. Evaluasi keperawatan terhadap pasien dengan intoleransi aktivitas oleh karena anemia yaitu :

a. Klien dapat menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas

b. Klien mendemonstrasikan penurunan tanda fisiologis intoleransi aktivitas

c. Keluhan lelah menurun

d. Dispnea saat aktivitas menurun

e. Tekanan darah membaik

DAFTAR PUSTAKA

Kusdalinah., Suryani, D., Nugroho, A., Yunita. (2023). Pengaruh kombinasi asupan
protein, vitamin C dan tablet tambah darah terhadap kadar hemoglobin remaja putri. Media Gizi
Indonesia, 18(1SP), hal 21
dari https://e-journal.unair.ac.id/MGI/article/download/41978/25358/223437
ncbi-nlm-nih-gov.goog. (2023, 7 Agustus). Iron Deficiency Anemia. Diakses pada
tanggal 25 Maret 2024, dari
https://www-ncbi-nlm-nih-gov.translate.goog/books/NBK448065/?
_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc

verywellhealth.com. (2024, 11 Januari). Gejala anemia defisiensi besi. Diakses pada


tanggal 25 Maret 2024, dari https://www-verywellhealth-com.translate.goog/iron-
deficiency-anemia-symptoms-5188766?
_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc

Anda mungkin juga menyukai