Oleh:
Bintan Nadia Hanifah
231030230566
A. Pengertian
Anemia merupakan salah satu kelainan darah yang umum terjadi ketika kadar
sel darah merah dalam tubuh menjadi terlalu rendah. Hal ini dapat
menyebabkan masalah kesehatan karena sel darah merah mengandung
hemoglobin, yang membawa oksigen ke jaringan tubuh. Anemia dapat
menyebabkan berbagai komplikasi, termasuk kelelahan dan stress pada organ
tubuh. Anemia sebenarnya adalah sebuah tanda dari proses penyakit bukan
penyakit itu sendiri (Proverawati, A, 2011).
Anemia sering disebut kurang darah yaitu keadaan dimana kadar hemoglobin
dalam darah kurang dari normal (<12gr/dL) yang berakibat pada daya tahan
tubuh, kemampuan dan konsentrasi belajar, kebugaran tubuh, menghambat
tumbuh kembang dan akan membahayakan kehamilan nanti (Kemenkes RI,
2010).
C. Klasifikasi Anemia
Klasifikasi Anemiaberdasarkan faktor morfologik SDM dan indeksnya
(Wijaya & putri, 2013)
1. Anemia Makroskopik / Normositik Makrositik Memiliki SDM lebih
besar dari normal (MCV>100) tetapi normokromik karena konsentrasi
hemoglobin normal (MCHC normal). Keadaan ini disebabkan oleh
terganggunya atau terhentinya sistesis asam deoksibonukleat (DNA)
seperti yang ditemukan pada defesiensi B12, atau asam folat, dan bisa
juga terjadi pada pasien yang mengalami kemoterapi kanker karena agen:
agen menganggu sintesis DNA.
2. Anemia yang megaloblastic berkaitan dengan kekurangan dari vitamin
B12 dan asam folic (atau kedua-duanya) tidak cukup untuk penyerapan
yang tidak cukup.
3. Anemia pernisiosa adalah suatu kondisi autoimmune yang melawan sel
perietal dari perut. Sel parietal mengahsilkan faktor intrinsik, yang
diperlukan dalam menyerap vitamin B12 dari makanan. Oleh karena itu,
penghancuran dari sel parietal menyebabkan suatu keadaan faktor
intrinsik, mendorong penyerapan yang buruk dari vitamin B12.
4. Anemia Mikrositik Anemia Hipokromik mikrositik, Mikrositik : sel kecil,
hipokronik : pewarna yang berkurang, karena darah berasal dari Hb, sel-
sel mengandung hemoglobin dalam jumlah kurang dari jumlah normal.
Keadaan ini umumnya menceminkan isufisiensi sintesis heme/
kekurangan zat besi, seperti anemia pada defesiensi besi, keadaan
siderabolastik dan kehilangan darah kronis, dan gangguan globin.
5. Anemia kurangan besi disebabkan karena ketika penyerapan atau
masukan dari besi tidak cukup. Besi adalah suatu bahan penting dari
hemoglobin, dan kekurangan besi mengakibatkan berkurangnya
hemoglobin ke dalam sel darah merah. Pada pasien yang lebih tua,
anemia kekurangan besi disebabka karena perdarahan sluran pencernaan:
tes darah BAB
6. Anemia Normositik Perdarahan yang akut. Anemia dari penyakit kronis.
Anemia yang aplastic (kegagalan sumsum tulang)
D. Patofisiologi
Anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah
merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapatterjadi
akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan
akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui
perdarahan atau hemolisis (destruksi), hal ini dapat terjadi akibat defek sel
darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal
yang menyebabkan destruksi sel darah merah. Lisis sel darah merah (disolusi)
terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial,
terutama dalam hati dan limpa. Sebagai efek samping proses ini, bilirubin
yang terbentuk dalam fagosit akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan
destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan
peningkatan bilirubin plasma. Konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang,
bila kadar diatas 1,5 mg/dl akan mengakibatkan ikterik pada sklera. Proses
perjalanan penyakit dan gejala yang timbul serta keluhan yang dirasakan
dapat digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut :
E. Pathway
F. Manifestasi Klinis
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan gejala yang
berhubungan dengan anemia. Faktor tersebut antara lain kecepatan anemia,
kronisital anemia, kebutuhan metabolik pasien, gangguan fisik (misalnya
penyakit jantung atau paru), serta gambaran umum dari kondisi yang
menyebabkan anemia. Secara umum, semakin cepat anemia berkembang,
semakin parah gejalan nya. Orang yang biasanya sangat aktif atau memiliki
tuntutan signifikan terhadap kehidupan mereka cenderung memiliki gejala
yang lebih tinggi daripada orang yang lebih banyak duduk. Beberapa anemia
oleh sebagai kelainan lain yang tidak diakibatkan oleh anemia namun secara
inheren dikaitkan dengan penyakit tertentu (Sugeng Jitowiyono, 2018).
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Anemiamenurut Wijaya & Putri (2013 : 135)yang dapat
dilakukan pada pasien anemia sebagai berikut :
1. Anemia karena perdarahan
Pengobatan terbaik adalah transfusi darah. Pada perdarahan kronik
diberikan transfusi packed cell. Mengatasi renjatan dan penyebab
perdarahan. Dalam keadaan darurat pemberian cairan intravena dengan
cairan infus apa saja yang tersedia.
2. Anemia defisiensi besi (DB)
Respon regular DB terhadap sejumlah besi cukup mempunyai arti
diagnostik, pemberian oral garam ferro sederhana (sulfat, glukonat,
fumarat)merupakanterapi yang murah dan memuaskan. Preparat besi
parenteral (dekstran besi) adalah bentuk yang efektif dan aman digunakan
bila perhitungan dosis tepat, sementara itu keluarga harus diberi edukasi
tentang diet penderita, dan konsumsi susu harus dibatasi lebih baik 500
ml/24 jam. Jumlah makanan ini mempunyai pengaruh ganda yakni
jumlah makanan yang kaya akan besi bertambah dan kehilangan darah
karena intoleransi protein susu sapi tercegah.
3. Anemia defisiensi asam folat
Meliputi pengobatan terhadap penyebabnya dan dapat dilakukan pula
dengan pemberian/ suplementasi asam folat oral 1 mg/ hari.
4. Anemia hemolitik
a. Anemia hemolitik autoimun
Terapi inisial dengan menggunakan Prednison 1-2 mg/Kg BB/hari.
b. Anemia hemolitik karena kekurangan enzyme
Pencegahan hemolisis adalah cara terapi yang paling penting.
Transfusi tukar mungkin terindikasi untuk hiperbillirubinemia pada
neonatus. Transfusi eritrosit terpapar diperlukan untuk anemia berat
atau krisis aplastik. Jika anemia terus menerus berat atau jika
diperlukan transfusi yang sering, splenektomi harus dikerjakan setelah
umur 5-6 tahun.
5. Anemia aplastik
Dua metode penanganan yang saat ini sering dilakukan :
a. Transplantasi sumsum tulang.
b. Terapi imunosupresif dengan ATG (Globulin Antitimosit)
I. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurutWijaya & Putri (2013) untuk Anemia adalah
sebagai berikut :
1. Jumlah darah lengkap: Hb & Ht menurun
2. Jumlah trombosit: menurun Anemia Pendarahan(AP), meningkat
Desisiensi Besi(DB), normal/tinggi (Hemolitik)
3. Hb elektroforesis: mengidentifikasi tipe struktur Hb
4. Bilirubin serum (tidak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik)
5. Folat serum dan vit B12: membantu mendiagnosa anemia
6. Besi serum: tidak ada (DB), tinggi (hemolitik)
7. Total Iron Binding Capacity(TIBC) serum: menurun (DB)
8. Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
9. Lactate Dehydrogenase(LDH) serum: mungkin meningkat (AP)
10. Tes Schilling: penurunan ekskresi vit B12 urin (AP)
11. Analisa gaster: penurunan sekresi dengan peningkatan Potential of
Hydrogen(pH) dan tak adanya asam hidrokolorik bebas (AP)
12. Aspirasi sum-sum tulang/pemeriksaan biopsy: sel mungkin tampak
berubah dalam jumlah, ukuran, bentuk, membedakan tipe anemia
13. Pemeriksaan endoskopi dan radiografik: memeriksa sisi perdarahan,
perdarahan Gastrointestinal(GI)
J. Pengkajian Fokus
1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses keperawatan yang terdiri dari pengumpulan
data yang tepat untuk memperoleh asuhan keperawatan pada klien . data
yang di kumpulkan adalah data objektif dan data subjektif metode yang
digunakan melalui wawancara, inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan proses yang berisikan status kesehatan
klien, kemampuan klien untuk menegelola kesehatan dan
perawtanya juga hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan
lainnya.
1) Biodata
a) Identitas klien
Meliputi pengkajian nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, tanggal masuk RS,
tanggal pengkajian, no medrec, diagnosa medis, alamat klien.
b) Identitas penanggung jawab
Meliputi pengkajian nama, umur, pendidikan, pekerjaan,
hubungan dengan klien, dan alamat.
b. Keluhan utama klien.
Keluhan utama alasan klien masuk rumah sakit. Biasanya keluhan
klien datang ke rumah sakit dengan keluhan pucat, kelelahan,
kelemahan, pusing.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan sumber data yang subjektif tentang status kesehatan
pasien yang memberikan gambaran tentang masalah kesehatan actual
maupun potensial. Riwayat merupakan penuntun pengkajian fisik
yang berkaitan informasi tentang keadaan fisiologis, psikologis,
budaya, dan psikososial untuk membantu pasien dalam
mengutarakan masalah – masalah atau keluhan secara lengkap, maka
perawat dianjurkan mengguanakan analisa simptom PQRST.
P: Provokatif atau paliatif
Apa yang memperberat dan memperingan.
Q: Kualitatif atau Kuantitatif
Seperti apa yang dirasakan atau digambarkan klien , apakah nyaeri
seperti disayat-sayat atau ditusuk-tusuk.
R: Region atau Radiasi
Pada daerah mana yantg dirasakan klien atau dimana rasa berat
dalam melakukan aktivitas.
S: Saverity atau Skala
Seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan
T: Timing
Berapa lama nyeri berlangsung, kapan bertambah buruk pada malam
atau siang hari, apakah gejala timbul mendadak, perlahan, terus
menerus atau hilang seketika apa yang sedang dilakukan klien saat
gejala timbul, kapan gejala timbhul pertama kali. Keadaan saat
anemia biasanya meliputi Klien pucat, kelemahan, sesak napas,
sampai adanya gejala gelisah, diaphoresis, tachikardi,dan penurunan
kesadaran.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Mengkaji penyakit yang ada hubungannya dengan penyakit sekarng.
Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah
sebelumnya klien pernah menderita penyakit anemia sebelumnya,
riwayat trauma, perdarahan, demam tinggi dan penyakit ISPA.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Bertujuan untuk mrngetahui adanya riwayat penyakit yang dapat
diturunkan dan bagaimana perawatannya. Selain itu dikaji adanya
anggota keluarga yang mengidap penyakit Riwayat anemia dalam
keluargadan riwayat penyakit-penyakit seperti: kanker, jantung, hepatitis,
DM, asthma, penyakit-penyakit infeksi saluran pernapasan.
f. Aktivitas sehari hari
Mengungkapkan pola aktivitas klien sebelum sakit dan sesudah
sakit. Yang meliputi nutrisi, eliminasi, personal hygiene, istirahat
tidur, aktivitas dan gaya hidup, pola aktivitas terutama pada anrmia
biasanya terganggu karena aktivitas terbatas dikarenakan kelemahan
dan keletihan.
a) Pola Nutrisi
Diisi dengan kebiasaan klien dalam memenuhi kebutuhan nutrisi
sebelum sakit sampai dengan saat sakit yang meliputi: jenis
makanan, minuman yang dikomsumsi, frekuensi makanan, porsi
makanan yang dihabiskan, makanan selingan, alergi makanan,
makanan pantangan, pada klien Anemia biasanya tidak nafsu
makan, nafsu makan menurun dan mual muntah.
b) Pola Eliminasi
Diisi dengan eliminasi BAB dan BAK menggambarkan keadaan
eliminasi klien sebelum sakit sampai dengan klien saat sakit saat
ini yang meliputi: frekuensi, konsistensi, warna, keluhan. Pada
klien Anemia warna feses biasanya kehitaman.
c) Pola Istirahat
Diisi dengan kualitas dan kuantitas istirahat tidur klien sejak
sebelum sakit sampai saat ini, meliputi: jumlah jam tidur siang
dan malam, pengguanaan alat penghantar tidur, perasaan klien
sewaktu bangun tidur, dan kesulitan atau adanya masalah tidur,
pada klien Anemia istirahat tidur akan terganggu akibat sakit
kepala.
d) Personal Hygiene
Diisi dengan perawatan diri seperti mandi, gosok gigi, toileting,
berpakaian, berhias, dan penggunaan instrumen. Pada klien
Anemia akan terjadi defisit perawatan diri disebabkan oleh
kelemahan dan akan membutuhkan bantuan orang lain.
e) Aktivitas
Diisi dengan aktivitas rutin yang dilakukan oleh klien sebelum
sakit sampai saat sakit mulai dari bangun tidur sampai tidur
kembali, termasuk penggunaan waktu senggang. Pada klien
Anemia akan terjadi defisit perawatan diri disebabkan oleh
kelemahan apabila melakukan aktivitas.
g. Pemeriksaan Fisik per sistem.
Pemeriksaan fisik meliputi keadaan umum, kesadaran, tanda – tanda
vital, berat badan, dan nilai GCS. Keadaan fisik secara keseluruhan
dari semua sistem organ tubuh, pada klien di lakukan pemeriksaan
fisik sebagai berikut:
a) Keadaan Umum dan Tanda – tanda Vital
Keadaan tampak lemah sampai sakit berat Kesadaran:
Composmentis, kooperatif sampai terjadi penurunan tingkat
kesadaran apatis, somnolen spoor coma.
Tanda-tanda vital Tekanan darah :
Tekanan darah menurun
Nadi : Frekuensi nadi meningkat, kuat sampai lemah
Suhu : Bisa meningkat atau turun
Pernapasan : Meningkat
b) Sistem Pernapasan
Pada klien Anemia akan ditemukan perubahan pola napas
dispnea. Pemeriksaan auskultasi tidak ada rinchi dan wheezing.
Pada pemeriksaan perkusi biasanya resonance paru-paru.
c) Sistem Kardiovaskuler
Pada klien Anemia umumnya klien mengalami frekuensi nadi
takikardia, palpitasi, murmur, angina, hipotensi, kerdiomegali, gagal
jantung. Dikaji pula keadaan konjungtiva anemis, tidak ada
sianosis dan auskultasi bunyi jantung.
d) Sistem Endokrin
Pada sistem ini tidak ada gangguan spesifik, kaji adanya
pembesaran kelenjar tiroid dan paratiroid.
e) Sistem Gastrointestinal
Biasanya pada klien Anemia terjadi pembesaran hati, nyeri, bising
usus normal dan bisa juga dibawah normal dan bisa juga
meningkat serta feses kehitaman.
f) Sistem Muskuloskeletal
Pemeriksaan sistem muskuloskeletal pada klien Anemia biasanya
terjadi kelemahan umum, nyeri ekstremitas, tonus otot kurang,
akral dingin
g) Sistem Integumen
Pemeriksaan sistem integumen pada klien Anemia kaji warna
kulit, kelembaban kulit dan turgor kulit. Pada klien Anemia Kulit
teraba dingin, keringat yang berlebihan, pucat, terdapat
perdarahan dibawah kulit.
h) Sistem Persyarafan
Kaji tingkat kesadaran, penurunan sensorik, nyeri refleks, fungsi
syaraf cranial dan fungsi syaraf serebral. Umumnya klien dengan
Anemia Refleksi fisiologis (+) seperti reflek patella, reflek
patologi (-) seperti Babinski, tanda kerniq (-) dan Bruzinski I-II =
(-)
2. Data Psikologis
Perlu dikaji tentang tanggapan klien terhadap penyakitnya apakah ada
perasaan khawatir, cemas, takut, konsep diri menurun atau body image
menurun serta ketidakseimbangan koping.
3. Data Sosial
Hubungan klien dengan anggota keluarga, masyarakat, pada umumnya,
perawat, dan tim kesehatan yang lain, termasuk juga, pola komunikasi
yang digunakan klien dalam berhubungan dengan orang lain.
K. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya,
baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan
bertujuan untuk mengidentifikasi respons individu, keluarga atau komunitas
terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan. Proses penegakan diagnosa
(diagnostic process) merupakan suatu proses yang sistemasis yang terdiri atas
tiga tahap yaitu analisa data, identifikasi masalah dan perumusan diagnosa.
Diagnosis keperawatan memiliki dua komponen utama yaitu masalah
(problem) yang merupakan label diagnosis keperawatan yang
menggambarkan inti dari respons klien terhadap kondisi kesehatan, dan
indikator diagnostik yang terdiri atas penyebab, tanda/gejala dan faktor risiko.
L. Perencanaan Keperawatan
1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin ditandai dengan warna kulit pucat, Hb dibawah batas
normal
SDKI: Perfusi perifer tidak efektif
SLKI: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan
perfusi jaringan meningkat dengan kriteria hasil: warna kulit pucat
menurun, kelemahan otot menurun, tekanan darah sistolil dan diastolik
membaik
SIKI: Manajemen Hipovolemi
a. Periksa tanda dan gejala hipovolemi (mis. Frekuensi nadi meningkat,
nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,
turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume urine
menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah)
b. Berikan asupan cairan oral
c. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
d. Kolaborasi pemberian cairan IV
e. Kolaborasi pemberian produk darah
2. Intoleransi aktivitas
SDKI: Intoleransi Aktivitas
SLKI: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan
toleransi aktivitas meningkat dengan kriteria hasil: keluhan lelah
menurun, kemudahan dalam beraktivitas sehari-hari meningkat, dispnea
saat aktivitas menurun, perasaan lemah menurun, warna kulit membaik
SIKI: Manajemen Energi
a. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
b. Monitor kelelahan fisik dan emosional
c. Lakukan latihan rentan gerak aktif dan pasif
d. Fasilitasi duduk disisi tempat tidur
e. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
A. PENGKAJIAN
Pengkajian tgl : 11 Oktober 2021 Jam : 10:30 WIB
Tanggal MRS : 11 Oktober No. RM : 139354
Ruang/kelas : 329A Dx. Masuk : Anemia
Dokter yang merawat : dr. Adi Nugroho
Nama : Ny.M
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 61 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Penanggung Biaya : BPJS
Pendidikan : SLTA
Identitas
Pekerjaan : IRT
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Pondok Aren RT004/RW004 Tangerang Selatan
Keluhan utama :
Klien mengatakan lemas sejak 1 minggu
Riwayat Penyakit Sekarang: klien datang dengan keluhan mudah lemas,
pusing saat bangun dari tempat tidur, lelah saat beraktifitas disertai
Riwayat sakit dan Kesehatan
sesak, dan nyeri dibagian perut serta BAB kehitaman sudah 1 minggu
yang lalu, klien juga mengatakan kurang nafsu makan hanya 6 sendok
makan
Penyakit yang pernah diderita : CKD, Hipertensi, DM
Riwayat penyakit keluarga : Hipertensi
Riwayat alergi: ya tidak
Jelaskan :
Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum: baik sedang lemah
Kesadaran : Compos Mentis (CM)
Tanda vital
Tekanan darah: 135/68 mmHg Nadi: 76 x/menit
Suhu: 36.90 C Pernafasan: 22x/menit
Pola nafas irama: Teratur Tidak teratur
Jenis Dispnoe Kusmaul Ceyne Stokes Lain-lain:
Suara nafas: vesikuler Stridor Wheezing Ronchi
Lain-lain:
Sesak nafas Ya Tidak Batuk Ya Tidak
Penglihatan (mata)
Pupil : Isokor Anisokor Lain-lain:
Sclera/Konjungtiva : Anemis Ikterus Lain-lain:
Lain-lain :
Pendengaran/Telinga : bentuk normal, simetris, nyeri tidak ada, tidak
ada serumen, pendengaran normal
Sistem Penginderaan
Sistem Muskuloskeletal/ Integumen Kekuatan otot : 4 3 (ekstremitas atas kiri terpasang infus)
4 4
Kulit
Warna kulit: Ikterus Sianotik Kemerahan Pucat
Hiperpigmentasi
Turgor : Baik Sedang Jelek
Odema : Ada Tidak ada
Lokasi :
Luka : Ada Tidak ada Lokasi : didekat anus/perianal
Tanda infeksi luka Ada Tidak ada
Yang ditemukan : kalor/dolor/tumor/Nyeri/Fungsiolesa
Lain-lain : Intoleransi Aktivitas
Pembesaran Tyroid Ya Tidak
Hiperglikemia Ya Tidak
Sistem Endokrin
Hipoglikemia Ya Tidak
Luka gangren Ya Tidak
Pus Ya Tidak
Masalah : tidak ada
Lasix : 20mg
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin ditandai dengan warna kulit pucat, Hb dibawah batas normal
(D.0009)
2. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis ditandai
dengan (keengganan untuk makan) (D.0032)
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan
mengeluh lelah dan lemah (D.0058)
C. ANALISA DATA
No Data Fokus Problem Etiologi
1. DS: Perfusi perifer Penurunan
- Klien mengatakan merasa tidak efektif konsentrasi
lemas hemoglobin
- Klien mengatakan mata
berkunang-kunang
- Klien mengatakan pusing
saat bangun dari tempat
tidur
DO:
- Konjungtiva tampak
anemis
- Kulit klien tampak pucat
- Akral dingin
- Hemoglobin 4.4 gr/dL
- Transfusi PRC 2 bag
TD : 135/68 mmHg
N : 76 x/menit
S : 36.9 0 C
RR : 22x/menit
2. DS: Risiko defisit Faktor psikologis
- klien mengatakan kurang nutrisi (keengganan
nafsu makan untuk makan)
- klien mengatakan makan
hanya 6 sendok makan
DO:
- klien terlihat lemah
- klien terlihat makan
hanya habis ½ porsi
- BB sebelum sakit : 75kg
BB saat sakit : 70kg
(L.02011)
2. 11/10/2021 Risiko defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen nutrisi (I. 03119)
10:45 berhubungan dengan tindakan keperawatan
1. Monitor asupan makanan
faktor psikologis 3x24 jam diharapkan
2. Monitor berat badan
(keengganan untuk keinginan untuk
3. Berikan makanan tinggi
makan) makan membaik
serat untuk mencegah
dengan kriteria hasil:
(D.0032) konstipasi
- asupan makanan 4. Berikan makanan tinggi
meningkat kalori dan protein
- keinginan makan 5. Kolaborasi dengan ahli
meningkat gizi untuk menentukan
- energi untuk makan jumlah kalori dan jenis
meningkat nutrien yang dibutuhkan
- asupan nutrisi
meningkat
(L.03024)
(L.05047)
E. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien : Tn. A
Diagnosis Medis : Anemia
Ruang Rawat : 329A
Tgl/ Diagnosa
Implementasi SOAP
Jam Keperawatan
11/10/2021 Perfusi perifer tidak 1. Memeriksa tanda dan gejala S:
12:15 efektif berhubungan hipovolemi - Klien mengatakan
dengan penurunan 2. Memberikan asupan cairan merasa lemas
konsentrasi oral - Klien mengatakan
hemoglobin ditandai 3. Menganjurkan mata berkunang-
dengan warna kulit menghindfari perubahan kunang
pucat, Hb dibawah posisi mendadak - Klien mengatakan
batas normal 4. Mengkolaborasi pemberian pusing saat bangun dari
cairan IV tempat tidur
(D.0009)
5. Mengkolaborasikan O:
pemberian produk darah - Konjungtiva tampak
anemis
- Kulit klien tampak
pucat
- Akral dingin
- Hemoglobin 4.4 gr/dL
- Transfusi PRC 2 bag
TD : 135/68 mmHg
N : 76 x/menit
S : 36.9 0 C
RR : 22x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor asupan
makanan
2. Monitor berat badan
3. Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
4. Berikan makanan
tinggi kalori dan
protein
5. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan
Tgl/ Diagnosa
Implementasi SOAP
Jam Keperawatan
12/10/2021 Perfusi perifer tidak 1. Memeriksa tanda dan gejala S:
15:00 efektif berhubungan hipovolemi Klien mengatakan masih
dengan penurunan 2. Memberikan asupan cairan lemas dan pusing saat
konsentrasi oral bangun dari tidur
hemoglobin ditandai 3. Mengkolaborasi pemberian O:
dengan warna kulit cairan IV - Konjungtiva tampak
pucat, Hb dibawah 4. Mengkolaborasikan anemis
batas normal pemberian produk darah - Kulit klien tampak
pucat
(D.0009)
- Akral dingin
- Hemoglobin 8.8 gr/dL
- Transfusi PRC 2 bag
TD : 135/68 mmHg
N : 76 x/menit
S : 36.9 0 C
RR : 22x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor asupan
makanan
2. Monitor berat badan
3. Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
4. Berikan makanan
tinggi kalori
- Kekuatan otot :
5 4
5 5
(ekstremitas atas kiri
terpasang infus)
- klien terlihat hanya
berbaring ditempat
tidur
- k/u Composmentis
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
1. Identifikasi gangguan
fungsi tubuh yang
mengakibatkan
kelelahan
2. Monitor kelelahan
fisik dan emosional
3. Lakukan latihan rentan
gerak aktif dan pasif
CATATAN PERKEMBANGAN HARI KE-3
Tgl/ Diagnosa
Implementasi SOAP
Jam Keperawatan
13/10/2021 Perfusi perifer tidak 1. Memeriksa tanda dan gejala S : klien mengatakan sudah
14:00 efektif berhubungan hipovolemi tidak lemas dan membaik
dengan penurunan 2. Memberikan asupan cairan O:
konsentrasi oral - Konjungtiva merah
hemoglobin ditandai 3. Menganjurkan muda
dengan warna kulit menghindfari perubahan - Hemoglobin 10.0 gr/dL
pucat, Hb dibawah posisi mendadak - Transfusi PRC 2 bag
batas normal 4. Mengkolaborasi pemberian TD : 135/68 mmHg
cairan IV N : 76 x/menit
(D.0009)
S : 36.9 0 C
RR : 22x/menit
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
A: Masalah tertasi
P : Intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA
Oehadian, Amaylia. (2012). Pendekan Klinis dan Dianosis Anemia. Volume 39.
Nomor 6.