OLEH :
2 Etiologi
Ø Anemia defisiensi : zat besi, asam folat, vitamin B12
Ø Anemia aplastik
Ø Anemia hemoragik karena persalinan yang lalu, malaria, demam berdarah, penyakit-
penyakit kronis, seperti : TBC Paru, SLE, neoplasma, gagal ginjal kronik, infeksi
granulomatosa, arthritis reumatoid, infeksi cacing usus dapat menyebabkan anemia.
Ø Anemia hemolitik
3. Klasifikasi
Klasifikasi Derajat Anemia Menurut WHO yang dikutip dalam buku Handayani W, dan
Haribowo A S, (2008) :
a. Ringan sekali Hb 10,00 gr% -13,00 gr%
b. Ringan Hb 8,00 gr% -9,90 gr%
c. Sedang Hb 6,00 gr% -7,90 gr%
d. Berat Hb < 6,00 gr%
Pembagian anemia berdasarkan pemeriksaan hemoglobin menurut Manuaba (2007), adalah :
a. Tidak anemia : Hb 11,00 gr%
b. Anemia ringan : Hb 9,00-10,00 gr%
c. Anemia sedang : Hb 7,00-8,00 gr%
d. Anemia berat : Hb < 7,00 gr%
Klasifikasi anemia menurut Setiawan Y (2006), anemia dalam kehamilan dapat dibagi
menjadi :
a. Anemia Defisiensi Zat Besi (kejadian 62,30%). Anemia dalam kehamilan yang paling
sering ialah anemia akibat kekurangan zat besi. Kekurangan ini disebabkan karena
kurang masuknya unsur zat besi dalam makanan, gangguan reabsorbsi, dan penggunaan
terlalu banyaknya zat besi.
b. Anemia Megaloblastik (kejadian 29,00%). Anemia megaloblastik dalam kehamilan
disebabkan karena defisiensi asam folatdan B12
c. Anemia Hipoplastik (kejadian 80,00%), Anemia pada wanita hamil yang disebabkan
karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah merah. Dimana
etiologinya belum diketahui dengan pasti kecuali sepsis, sinar rontgen, racun dan obat.
d. Anemia Hemolitik (kejadian 0,70%). Anemia yang disebabkan karena penghancuran sel
darah merah berlangsung lebih cepat, yaitu penyakit malaria.
4. Patofisiologi
Darah bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia,
akan tetapi bertambahnya sel-sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma,
sehingga terjadi pengenceran darah. Pertambahan tersebut berbanding plasma 30,00%, sel
darah merah 18,00% dan Hemoglobin 19,00%. Tetapi pembentukan sel darah merah yang
terlalu lambat sehingga menyebabkan kekurangan sel darah merah atau anemia.
Pengenceran darah dianggap penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan dan
bermanfaat bagi wanita:
Pengenceran dapat meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa
kehamilan, karena sebagai akibat hidremia cardiac output untuk meningkatkan kerja
jantung lebih ringan apabila viskositas rendah.
Resistensi perifer berkurang, sehingga tekanan darah tidak naik
perdarahan waktu persalinan, banyaknya unsur besi yang hilang lebih sedikit dibandingkan
dengan apabila darah ibu tetap kental.
Tetapi pengenceran darah yang tidak diikuti pembentukan sel darah merah yang seimbang
dapat menyebabkan anemia. Bertambahnya volume darah dalam kehamilan dimulai sejak
kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan 32 dan 36 minggu
(Setiawan Y, 2006).
Anemia Defisiensi Besi
Besi diabsorsi dalam usus halus (duodenum dan yeyenum) proksimal. Besi yang
terkandung dalam makanan ketika dalam lambung dibebaskan menjadi ion fero dengan
bantuan asam lambung (HCL). Kemudian masuk ke usus halus dirubah menjadi ion fero
dengan pengaruh alkali, kemudian ion fero diabsorpsi, sebagian disimpan sebagai senyawa
feritin dan sebagian lagi masuk keperedaran darah berikatan dengan protein (transferin) yang
akan digunakan kembali untuk sintesa hemoglobin. Sebagian dari transferin yang tidak
terpakai disimpan sebagai labile iron pool. Penyerapan ion fero dipermudah dengan adanya
vitamin atau fruktosa, tetapi akan terhambat dengan fosfat, oksalat, susu, antasid. Berikut
bagan metabolisme besi :
5. Manifestasi Klinik
a. Lemah letih
b. Palpitasi
c. Cepat lelah
d. Lunglai (Prawirohardjo, 2008).
e. Sering pusing
f. Mata berkunang-kunang
g. Lidah luka
h. Nafsu makan turun (anoreksia)
i. Konsentrasi hilang
j. Nafas pendek (pada anemia parah)
k. Mual muntah lebih hebat pada hamil muda
l. Pucat pada mukosa bibir dan faring, telapak tangan dan dasar kuku , konjungtiva mata
6. Diagnosis
Anamnesa : kurang gizi (malnutrisi ), kurang zat besiasam folat, vitamin B12 dalam diet,
malabsorbsi zat besi, riwayat kehilangan banyak darah dan penyakit kronis seperti : TBC
Paru, SLE, neoplasma, gagal ginjal kronik, infeksi granulomatosa, arthritis reumatoid, infeksi
cacing usus. Didapatkan anomali kongenital lain seperti mikrosefali, mikroftalmi, anomali
jari, kelainan ginjal, perawakan pendek, hiperpigmentasi kulit. Riwayat keluarga
anemia menggambarkan kemungkinan Hemoglobinopati genetik, talasemia.
Pemeriksaan Fisik
Ø Takikardi, takipnea merupakan mekanisme kompensasi untuk meningkatkan aliran
darah dan pengangkutan oksigen ke organ utama.
Ø Pucat pada mukosa bibir dan faring, telapak tangan dan dasar kuku , konjungtiva mata.
Ø Ikterus dapat dilihat pada anemia hemolitik
Ø kardiomegali, bising jantung abnormal, hepatomegali dan splenomegali.
Pemeriksaan penunjang :
Ø pemeriksaan sel darah merah secara lengkap, MCV, MCH, MCHC
Mean Corpuscular Volume (MCV) = Volume Eritrosit Rata-rata (VER), yaitu volume rata-
rata sebuah eritrosit disebut dengan fermatoliter/ rata-rata ukuran eritrosit. MCV (VER) =
10 x Ht : E, satuan femtoliter (fl)
Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) = Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata (HER), yaitu
banyaknya hemoglobin per eritrosit disebut dengan pikogram. MCH (HER) = 10 x Hb : E,
satuan pikogram (pg)
Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) = Konsentrasi Hemoglobin
Eritrosit Rata-rata (KHER), yaitu kadar hemoglobin yang didapat per eritrosit, dinyatakan
dengan persen (%) (satuan yang lebih tepat adalah “gram hemoglobin per dL
eritrosit”).MCHC (KHER) = 100 x Hb : Ht, satuan persen (%)
Nilai normal :
MCV: 82-92 femtoliter
MCH: 27-31 picograms / sel
MCHC: 32-37 gram / desiliter
Anemia mikrositik : nilai MCV kecil dari batas bawah normal
Anemia normositik : nilai MCV dalam batas normal
Anemia makrositik : nilai MCV besar dari batas atas normal
Anemia hipokrom : nilai MCH kecil dari batas bawah normal
Anemia normokrom : nilai MCH dalam batas normal
Anemia hiperkrom : nilai MCH besar dari batas atas normal
Ø Pemeriksaan serum iron (SI), total iron binding capacity (TIBC) dan ferritin.
Pemeriksaan SI bertujuan mengetahui banyaknya besi yang ada di dalam serum yang
terikat dengan transferin, berfungsi mengangkut besi ke sumsum tulang. Serum irondiangkut
oleh protein yang disebut transferin, banyaknya besi yang dapat diangkut oleh transferin
disebut total iron binding capacity (TIBC). Saturasi transferin mengukur rasio antara kadar SI
terhadap kadar TIBC yang dinyatakan dalam persen. Ferritin adalah cadangan besi tubuh yang
sensitif, kadarnya menurun sebelum terjadi anemia.
Nilai normal SI : 0,5 – 1,68 mg/dl, 8,95 – 30 umol /L
Nilai normal TIBC : Wanita dewasa : 2,1 – 3,4 mg/l, 37,6 – 60,9 umol/l
Laki – laki dewasa : 2,6 – 3,9 mg/l, 46,5- 69,8 mol/l
Saturasi transferin = ( Nilai normal SI : Nilai normal TIBC ) x 100 %
Nilai normal = 20-45 %
Interpretasi :
SI tidak akan terpengaruh kecuali cadangan besi habis. Penurunan Sipada anemia
defisiensi besi, respon fase akut dan penyakit kronis.
TIBC meningkat pada anemia defisiensi besi dan kehamilan, manurun pada infeksi dan
keganasan.
Ø Elektroforesis Hb
Deskripsi : Analisa Hb Elektroforesa meupakan pemeriksaan
untuk mendeteksi beberapa jenis Hb (S atau D; C atau
E) secara kualitatif atau semi-kuantitatif. Pemeriksaan
ini juga mampu memisahkan HbA dan HbA2.
8. Penatalaksanaan
Menurut Setiawan Y (2006), dijelaskan bahwa pencegahan dan terapi anemia pada
kehamilan berdasarkan klasifikasi anemia adalah sebagai berikut :
Anemia Zat Besi Bagi Wanita Hamil
Saat hamil zat besi dibutuhkan lebih banyak daripada saat tidak hamil. Pada kehamilan
memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk
sel darah merah janin dan plasenta, kebutuhan zat besi pada setiap trimester berbeda.
Terutama pada trimester kedua dan ketiga wanita hamil memerlukan zat besi dalam jumlah
banyak, oleh karena itu harus mendapatkan tambahan zat besi.
Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau
Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/
bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam
folat untuk profilaksis anemia (Saifuddin, 2002).
Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral, dan
adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua
(Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000
mg (20ml)/IV / 2x50ml/IM di glutea, meningkatkan Hb lebih cepat, 2gr% (Manuaba, 2001).
Anemia Megaloblastik yaitu anemia defisiensi asam folat dan atau B 12
Pencegahannya adalah apabila pemberian zat besi tidak berhasil maka ditambah dengan
asam folat, adapun terapinya adalah asam folat 15-30 mg / hari, vitamin B12 1,25 mg / hari,
sulfas ferrosus 500 mg / hari, pada kasus berat dan pengobatan per oral lambat sehingga dapat
diberikan transfusi darah.
Anemia Hipoplastik : Dianggap komplikasi kehamilan dimana pengobatan tranfusi darah.
Anemia Hemolitik : Pengobatan adalah tranfusi darah.
9. Pencegahan
Pemeriksaan kadar Hb setiap 3 bulan untuk mengenal anemia sedini mungkin
atau dilakukan minimal dua kali selama kehamilan yaitu pada trimester I dan III.
Pemberian tablet besi sebanyak 90 tablet pada ibu hamil di Puskesmas, artinya ibu hamil
setiap hari mengkonsumsi 1 tablet besi.
Pemberian suplemen Fe dosis rendah 30 mg pada trimester ketiga ibu hamil non anemik
(Hb ± 11g/dl), sedangkan untuk ibu hamil dengan anemia defisiensi besi dapat diberikan
suplemen Fe sulfat 325 mg 60-65 mg, 1-2 kali sehari.
Untuk yang disebabkan oleh defisiensi asam folat dapat diberikan asam folat 1 mg/hari
atau untuk dosis pencegahan dapat diberikan 0,4 mg/hari. Dan bisa juga diberi vitamin B12
100-200 mcg/hari.
Mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi. Kandungan zat besi dapat
diperoleh sumber besi dapat diperoleh dari makanan seperti : hati, daging telur, buah, sayuran
yang mengandung klorofil.Makanan tersebut hendaknya dimasak tidak terlalu lama, agar
kandungan besi di dalam makanan tidak berkurang.
Menjaga kebersihan lingkungan dan pribadi
Kontrol penyakit infeksi.
Mengurangi mengkonsumsi makanan yang mengandung kalsium seperti susu dan hasil
olahannya, makanan mengandung sereal, kacang-kacangan, biji-bijian dan tepung serta
minum teh, kopi atau coklat dapat menghambat penyerapan besi.
Asupan zat besi yang dikonsumsi dapat dijaga agar terserap tubuh sebanyak mungkin
dengan mengkombinasikan dengan makan vitamin c.
mengatur jarak kehamilan atau kelahiran bayi. Makin sering seorang wanita mengalami
kehamilan dan melahirkan, akan makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi makin
anemis. Jika persediaan cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan akan menguras
persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya. Oleh
karena itu, perlu diupayakan agar jarak antar kehamilan tidak terlalu pendek, minimal lebih
dari 2 tahun
10. Prognosis
Anemia gravidarum berprognosis dubia ad bonam bila ditangani secepatnya terganung
causanya.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Irene. 2005. Perawatan Maternitas dan Ginekologi Edisi 4. Jakarta: EGC
Mansjoer A, dkk, 2008, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Acsulapius
Manuaba IBG, 2001, Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB,
Jakarta : EGC
Manuaba IBG, 2003, Penuntun Kepanitraan Klinik Obstetri dan Ginekologi, Jakarta : EGC
Manuaba IBG, 2004, Konsep Obstetri dan Ginekologi Sosial Indonesia, Jakarta : EGC
Manuaba IBG, 2007, Pengantar Kuliah Obstetri, Jakarta : EGC
Manuaba Ida Bagus Gde.1998. Ilmu Kebidanan , Penyakit Kendungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta;EEC
Varney H, 2006, Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Jakarta : EGC
Walsh Linda V, 2007, Buku Ajar Kebidanan Komunitas, Jakarta : EGC
Wasnidar, 2007, Buku Saku Anemia Pada Ibu Hamil, Konsep dan Penatalaksanaan, Jakarta
: Trans Info Media
Wirakusumah S, 1999, Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi, Jakarta : Trubus
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri jilid 1. Jakarta: EGC
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2005. Ilmu Kebidanan , Jakarta. YBP.SP
Elizabeth J. Corwin. 2009. Handbook of Pathophysiology. Jakarta : EGC
Zuckerman K. Approach to the anemias. In: Goldman L, Ausiello D, eds. Cecil Medicine.
23rd ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier; 2007:chap 162.
Gandasoebrata R. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian rakyat, 2007.
Kattamis C, Efermov G, Pootrakul S. Effectiveness of one tube osmotic fragility screening
in detecting b-thalassaemia trait. J Med Gen 1981; 18: 266-70.
Hoffbrand AV, Pettit JE, Moss PAH. 2001. Essential Haematology. 4th ed. London:
Blackwell Science
John P. Greer. 2009. Wintrobe’s clinical Hematology. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins
Sussan tucker Blackburn.Maternal Fetal and Neonatal.